KEMENTERIAN SOSIAL RI
DIREKTORAT JENDERAL PENANGANAN FAKIR MISKIN
DIREKTORAT PENANGANAN FAKIR MISKIN PERKOTAAN
2016
Draft
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Draft
D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2), Pasal 33, dan Pasal 34;
2. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
3. Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;
4. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011, Tentang Penanganan Fakir Miskin;
5. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian;
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya
Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Pemerintahan Kabupaten/Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun 2012 tentang Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
9. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
10. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20/HUK/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Sosial RI;
11. Peraturan Menteri Sosial Nomor 25/HUK/2015 tentang Kelompok Usaha
Bersama;
12. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 254/PMK.05/2015 Tentang Belanja
Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/LembagaPeraturan Menteri Sosial RI
Nomor 20/HUK/2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Sosial;
2
Draft
E. Pengertian
1. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
2. Kemiskinan adalah suatu kondisi yang menggambarkan ketidakmampuan
orang baik sebagai individu maupun kelompok untuk memenuhi hak-hak dasar
secara layak dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
3. Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perKabupaten/Kotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi yang dalam statusnya
Kabupaten/Kota sebagai daerah otonomi dan atau ibu kota Kabupaten dengan
satuan wilayah kelurahan.
4. Penanganan Fakir Miskin adalah upaya yang terarah. Terpadu, dan
berkelanjutan yang dilakukann Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan,
pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga
negara.
5. Penanganan Fakir Miskin Perkotaan merupakan kebijakan, program, dan
kegiatan yang dilakukan bagi penduduk miskin perKabupaten/Kotaan,
sehingga mereka mampu memenuhi hak-hak dasar dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat.
6. Usaha Ekonomi Produktif adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi,
meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja,
3
Draft
4
Draft
BAB II
KOMPONEN KEGIATAN UEP KUBE
A. Kriteria Sasaran
1. Keluarga Fakir Miskin, Peserta Program Keluarga Harapan (PKH), atau
Pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) atau Kartu Keluarga Sejahtera
(KKS), atau Pemegang Kartu Indonesia Sehat (KIS), atau Pemegang Kartu
Indonesia Pintar (KIP) dan/atau
2. Keluarga beresiko sosial yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Sosial
Kabupaten/Kota
3. Berusia 18 – 60 tahun dan masih produktif
4. Bersifat perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat/komunitas
5. Mempunyai kemampuan mengembangkan usaha
6. Diusulkan dan direkomendasikan oleh Dinas/Instansi Sosial Kab./Kota setempat
B. Persyaratan Usulan
1. Fotokopi KTP dan/atau Kartu Kepesertaan PKH atau pemegang kartu KPS/KKS,
atau KIS atau KIP.
2. Atau surat keterangan tidak mampu dari Dinas Sosial Kab/kota.
3. Fotokopi Kartu Keluarga
4. Foto kegiatan usaha yang akan dikembangkan
5. Membentuk kelompok
6. Diusulkan/direkomendasikan oleh Dinas Sosial Kab./Kota Setempat
C. Prosedur Pengusulan
Prosedur pengusulan penerima bantuan penanganan fakir msikin perkotaan adalah
sebagai berikut:
1. Dinas Sosial Kabupaten/Kota menyiapkan data nama dan alamat (BNBA) calon
penerima manfaat penanganan fakir miskin perkotaan;
2. Dinas Sosial Kabupaten/Kota mengajukan proposal permohonan bantuan
kegiatan penanganan fakir miskin perkotaan dengan dilengkapi dokumen
persyaratan yang ditetapkan;
3. Proposal permohonan yang langsung dari masyarakat umum dan/atau
organisasi kemasyarakatan (ormas) dilengkapi dengan rekomendasi dari Dinas
Sosial Kabupaten/Kota;
4. Dinas Sosial Kabupaten/Kota Menandatangani Surat Pernyataan Tanggung
Jawab Mutlak (SPTJM);
5. Dinas Sosial Kabupaten/Kota mengirim tembusan kepada Dinas Sosial Provinsi.
5
Draft
Pengelolaan UEP dapat melalui wadah Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Ini
sekaligus metode dalam Penanganan Fakir Miskin Perkotaan untuk
mengembangkan aktifitas sosial dan ekonomi fakir miskin, sehingga mereka
mampu meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Melalui wadah ini, fakir miskin
diarahkan untuk mengembangakan interaksi sosial, dan saling peduli satu sama
lain guna memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhan. Selain itu,
fakir miskin diarahkan untuk memiliki sumber penghasilan yang tetap, layak
dan berkelanjutan, memiliki aset, terpenuhinya kebutuhan dasar dan
aksesibilitas terhadap pelayanan sosial.
Pembentukan KUBE didasarkan pada kedekatan tempat tinggal, jenis usaha dan
keterampilan anggota, ketersediaan sumber daya, kondisi geografis, kondisi
sosial budaya, memiliki motivasi yang sama dan diprioritaskan pada kelompok-
kelompok yang sudah tumbuh di masyarakat.
6
Draft
2. Struktur Kelembagaan
KETUA
BENDAHARA SEKRETARIS
ANGGOTA
7
Draft
F. Dimensi
8
Draft
9
Draft
H. Pendanaan
1. Sumber
Dana untuk Kegiatan Penanganan Fakir Miskin Perkotaan bersumber dari dana
APBN Kementerian Sosial RI melalui DIPA Direktorat Penanganan Fakir Miskin
Perkotaan dan Dana Hibah Langsung Dalam Negeri.
2. Pencairan Dana
10
Draft
3. Penyaluran Bantuan
11
Draft
Mekanisme penyaluran dana stimulan UEP untuk pengembangan KUBE dapat dilihat
pada diagram berikut ini:
SP2D
Dinsos
Provinsi
Cabang
Dinsos
Kota/Kab Supervisi BANK
/Monev
KUBE
Pendamping Dampingi
Pelaporan
Penyaluran dana
Supervisi/Monev dan pendampingan
12
Draft
4. Pemanfaatan
a. Dana stimulan UEP hanya diperkenankan untuk dimanfaatkan membiayai
kegiatan-kegiatan yang secara langsung mendukung peningkatan
produktivitas kegiatan ekonomi.
b. Pembelian atau pemanfaatan dana stimulan UEP KUBE, harus sesuai
dengan proposal dan dibuktikan dengan faktur pembelian barang atau bukti
lainnya. Tidak diperbolehkan ketika dalam proposal membelikan Benih,
Peralatan bengkel, tetapi dibelanjakan dengan yang lainnya.
c. Contoh pemanfaatan dana bantuan stimulans, di antaranya untuk membeli
input produksi, seperti bahan mentah dan benih, atau untuk membeli
peralatan utama maupun penunjang produksi.
d. Jika ada perubahan penggunaan dana stimulans yang telah dicairkan, maka
semua anggota harus melakukan musyawarah kembali.
e. Pemanfaatan dana bantuan stimulan UEP Kube tidak diperkenankan untuk
kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan UEP, misalnya
pembelian alat tulis kantor dan honorarium pengurus, kegiatan politik dan
transport .
13
Draft
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Pengelolaan UEP
Pengelolaan bantuan stimulan dilaksanakan oleh pengurus dan anggtoa KUBE yang
didampingi oleh pendamping. Tanggung jawab pelaksanaan KUBE berada pada
pengurus dan anggota. Pengelolaan UEP dapat dilakukan melalui 3 (tiga) jenis
pengelolaan sebagai berikut :
1. Pengelolaan UEP secara perseorangan
Pengelolaan UEP secara individu dilakukan apabila KUBE yang terbentuk dan
telah menerima bantuan stimulans dari Kementerian Sosial, setiap anggota
kelompok dapat memilih pengelolaan UEP secara individu dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pengelolaan UEP secara individu telah mendapat persetujuan dari
pendamping.
b. Jenis usaha yang dikembangkan dikelola secara individu.
c. Bantuan modal yang diberikan dari Kementerian Sosial dikelola secara
individu yang besarnya sesuai dengan kesepakatan kelompok.
d. Bantuan yang diberikan dari Kementerian Sosial harus disisakan untuk kas
kelompok sesuai kesepaktan anggota KUBE. Pemanfaatan kas kelompok
sesuai aturan dan kesepakatan kelompok.
14
Draft
15
Draft
b. Jenis usaha yang dikembangkan dikelola secara sub kelompok yang terdiri
dari 2 atau lebih anggota KUBE.
c. Bantuan modal yang diberikan dari Kementerian Sosial dikelola secara sub
kelompok yang besarnya disesuaikan dengan jumlah anggota dan
kesepakatan kelompok.
d. Bantuan yang diberikan dari Kementerian Sosial harus disisakan untuk kas
kelompok sesuai kesepaktan anggota KUBE. Pemanfaatan kas kelompok
sesuai aturan dan kesepakatan kelompok.
e. Modal UEP dikelola secara sub kelompok dibawah pembinaan KUBE.
1). Pengelolaan dan pengembangan UEP menjadi tanggung jawab sub
kelompok dibawah pembinaan KUBE.
2). Tempat usaha menetap atau bergerak/berpindah-pindah.
3). Keuangan dikelola secara sub kelompok
4). Pengelolaan dan pengembangan UEP dikelola secara sub kelompok.
5). Mengikuti pertemuan rutin yang diadakan oleh KUBE.
6). Perkembangan dan hasil pengelolaan UEP dilaporkan kepada KUBE.
7). Setiap sub kelompok wajib membuat laporan perkembangan UEP
dan membayar Iuran Kesetiakawanan Sosial (IKS) sesuai
kesepakatan kelompok.
8). Pengelolaan usaha dapat melajutkan usaha keluarga yang sudah ada
atau membentuk usaha yang baru.
16
Draft
BAB IV
LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN
17
Draft
B. TAHAP PELAKSANAAN
18
Draft
D. Pengendalian
1. Supervisi
a. Supervisi dilaksanakan untuk memberikan motivasi, memberikan alternatif
pemecahan masalah dan meningkatkan kemampuan pendamping dan
pelaksana agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan
pedoman.
b. Supervisi dilaksanakan oleh : Dinas Sosial Kab/Kota.
c. Supervisi dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung, yaitu pada
pemberdayaan tahun I (T1), dan pemberdayaan tahun II (T2).
2. Monitoring
a. Monitoring merupakan pengamatan secara intensif terhadap pelaksanaan
kegiatan Penanganan Fakir Miskin Perkotaan melalui KUBE. Dilakukan
untuk mengetahui secara dini permasalahan yang terjadi. Hasil monitoring
ini sebagai bahan pengambilan keputusan pimpinan agar kegiatan
dilaksanakan sesuai jadwal, dan mencapai hasil sesuai rencana.
b. Monitoring dilaksanakan oleh:
1) Petugas Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan dan Petugas di
lingkungan Kementerian Sosial RI.
19
Draft
3. Evaluasi
a. Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui keberhasilan KUBE, dan
kendala yang dihadapi pada tahap-tahap pelaksanaan sampai dengan
perluasan jaringan kemitraan usaha.
b. Evaluasi dilaksanakan oleh:
1) Petugas Direktorat Penanganan Fakir Miskin Perkotaan dan petugas di
lingkungan Kementerian Sosial;
2) Petugas Dinas Sosial Propinsi dan Kabupaten/Kota;
3) Pendamping.
c. Evaluasi dilaksanakan pada akhir kegiatan penanganan fakir miskin melalui
KUBE (T3). Evaluasi dimaksud merupakan pengukuran terhadap kondisi
fakir miskin setelah memperoleh KUBE (post-test).
E. Pertanggungjawaban / Pelaporan
6) Saran
7) Penutup.
8) Lampiran: dokumentasi kegiatan KUBE(dibuat outline pada lampiran)
21
Draft
BAB V
22
Draft
ke Bank;
j. Bertanggungjawab dan menjamin ketepatan terhadap penerimaan dan
pemanfaatan dana bantuan stimulan yang dilakukan oleh KUBE;
k. Bertanggung jawab pada terlaksananya kegiatan sesuai ketentuan.
l. Melakukan supervisi dan bimbingan sosial kepada KUBE;
m. Melakukan Monitoring dan Evaluasi;
n. Menerima laporan realisasi penggunaan dana dari KUBE dengan
melampirkan dokumen dan kwitansi asli pembelanjaan;
o. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan KUBE beserta dokumen dan
kwitansi asli kepada Kementerian Sosial RI cq Direktorat Penanganan Fakir
Miskin Perkotaan;
p. Laporan disampaikan secara berkala per semester dan akhir tahun anggaran.
23
Draft
BAB VI
PENUTUP
24