ANGGARAN DASAR
PERSATUAN PENYANDANG DISABILITAS INDONESIA
P E M B U K AA N
Bahwa Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan semua manusia memiliki harkat
dan martabat yang sama.
Bahwa penyandang disabilitas Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
masyarakat Indonesia yang mempunyai ; kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Bahwa kedisabilitasan adalah bagian dari potensi yang dimiliki dan bukanlah
halangan untuk berperan sebagai subjek dalam pembangunan nasional sehingga perlu peran dan
partisipasi aktif para penyandang disabilitas dalam peningkatan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat indonesia, khususnya bagi kesejahteraan penyandang disabilitas.
Mengingat hal tersebut dan sadar akan rasa tanggung jawab selaku warga negara indonesia,
penyandang disabilitas berkewajiban dan berhak turut serta dalam melaksanakan pembangunan
nasional termasuk menikmati hasil hasilnya.
Partisipasi penuh dan kesamaan kesempatan penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan
dan penghidupan adalah wujud kewajiban dan hak penyandang disabilitas sebagai manusia yang
mandiri, berkepribadian, sehat dan wajar yang berdaya guna baik bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara indonesia untuk menghimpun segenap potensi serta kekuatan
sosial penyandang disabilitas dan mewadahi perjuangan, koordinasi, konsultasi, advokasi dan
sosialisasi bidang kedisabilitasan ditingkat nasional dan internasional, maka sebagai hasil
pertemuan dari berbagai organisasi sosial kedisabilitasan, federasi dan organisasi kemasyarakatan
penyandang disabilitas tingkat nasional telah sepakat membentuk satu-satunya wadah sebagai
organisasi payung dari organisasi sosial penyandang disabilitas tingkat nasional, organisasi sosial
kedisabilitasan tingkat nasional dan organisasi kemasyarakatan penyandang disabilitas tingkat
nasional yang berlandaskan pancasila dengan anggaran dasar sebagai berikut:
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN.
Pasal 1
Nama
Pasal 2
Waktu
PPDI dibentuk pada tanggal 11 Maret 1987, untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan lamanya.
Pasal 3
Kedudukan
BAB II
AZAS, SIFAT DAN FUNGSI
Pasal 4
Azas
Pasal 5
Sifat
PPDI bersifat non partisan dan terbuka bagi seluruh Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas,
organisasi sosial kedisabilitasan dan organisasi kemasyarakatan penyandang disabilitas tingkat
nasional.
Pasal 6
Fungsi
PPDI adalah Payung bagi Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas, Organisasi Sosial
Kedisabilitasan dan Organisasi Kemasyarakatan Penyandang Disabilitas sesuai dengan tingkat
kedudukannya berfungsi sebagai wadah perjuangan, koordinasi, Konsultasi, advokasi dan
sosialisasi bidang kedisabilitasan ditingkat nasional dan internasional.
BAB III
VISI, MISI DAN TUJUAN.
Pasal 7
Visi
Pasal 8
Misi
Pasal 9
Tujuan
BAB IV
TUGAS POKOK DAN USAHA
Pasal 10
Tugas Pokok
Pasal 11
Usaha
BAB V
ATRIBUT DAN MARS ORGANISASI
Pasal 12
Lambang, Bendera dan Mars Organisasi Organisasi PPDI mempunyai atribut yang terdiri dari
Lambang, Bendera dan Mars yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional.
BAB VI
SUSUNAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13
Susunan Organisasi
1) Susunan Organisasi PPDI terdiri dari tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota
dan tingkat kecamatan.
1) Pengurus tingkat pusat berada di Ibukota Negara Indonesia disebut Dewan Pengurus Pusat
PPDI disingkat DPP-PPDI.
2) Pengurus tingkat provinsi berada di Ibukota Provinsi disebut Dewan Pengurus Daerah PPDI
disingkat DPD-PPDI.
3) Pengurus tingkat kabupaten/kota berada di Ibukota Kabupaten/Kota disebut Dewan
Pengurus Cabang PPDI disingkat DPC-PPDI.
4) Pengurus tingkat kecamatan berada di Ibukota Kecamatan disebut Pengurus Kecamatan
PPDI disingkat PK-PPDI.
2) Tata cara pembentukan DPP/DPD/DPC/PK PPDI diatur dalam peraturan dan petunjuk
tersendiri oleh DPP-PPDI.
Pasal 14
Struktur Organisasi
BAB VII
AN G G OTA
Pasal 15
Keanggotaan
Pasal 16
Ketentuan Anggota PPDI
1) Ketentuan keanggotaan PPDI Pusat adalah :
Anggota sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) minimal telah memiliki cabang/perwakilan di
10 provinsi, dengan dibuktikan daftar nama dan alamat cabang tingkat provinsi.
Ketua Umum DPP-PPDI berdasarkan uraian ayat (1a) pasal ini, akan menerbitkan sertifikat
keanggotaan mitra PPDI Pusat.
2) Ketentuan keanggotaan PPDI Tingkat Provinsi adalah :
Anggota sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (2) minimal telah memiliki cabang/perwakilan di 5
Kabupaten/Kota, dengan dibuktikan daftar nama dan alamat cabang di tingkat Kabupaten/Kota.
Ketua DPD-PPDI berdasarkan uraian ayat (2a) pasal ini, akan menerbitkan sertifikat keanggotaan
mitra PPDI tingkat Provinsi.
3) Ketentuan keanggotaan PPDI Tingkat Kabupaten/Kota adalah :
Anggota sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (3) minimal telah memiliki cabang/perwakilan di 3
Kecamatan, dengan dibuktikan daftar nama dan alamat cabang di tingkat Kecamatan.
Ketua DPC-PPDI berdasarkan uraian ayat (3a) pasal ini, akan menerbitkan sertifikat keanggotaan
mitra PPDI tingkat Kabupaten/Kota.
4) Ketentuan keanggotaan PPDI Tingkat Kecamatan adalah :
Anggota sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (4) minimal telah memiliki 20 orang anggota
perorangan, dengan dibuktikan daftar nama dan alamat anggota perorangan diwilayah kecamatan
dimaksud.
Ketua PK-PPDI berdasarkan uraian ayat (4a) pasal ini, akan menerbitkan sertifikat keanggotaan
mitra PPDI tingkat Kecamatan.
5) DPD-PPDI Provinsi, DPC-PPDI Kabupaten/Kota dan PK-PPDI Kecamatan secara otomatis
merupakan kepanjangan tangan PPDI Pusat.
5) Keterangan lebih lanjut tentang anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga PPDI.
BAB VIII
DEWAN PENASEHAT DAN DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 17
Dewan Penasehat
Pasal 18
Dewan Pertimbangan
1) Dewan Pertimbangan Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang dan sebanyak-
banyaknya 9 (sembilan) orang.
2) Dewan Pertimbangan Daerah Provinsi terdiri atas sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dan
sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.
3) Dewan Pertimbangan Cabang Kabupaten/Kota terdiri atas sekurang kurangnya 3 (tiga)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
4) Dewan Pertimbangan Kecamatan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang.
5) Dewan Pertimbangan dimaksud ayat (1), (2), (3) dan (4) pasal ini berasal dari perorangan
dan sepanjang memungkinkan mewakili 4 jenis kedisabilitasan.
6) Ketua Dewan Pertimbangan dipilih melalui Musyawarah Nasional/ Musyawarah Daerah/
Musyawarah Cabang/ Musyawarah Kecamatan sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
7) Ketua Dewan Pertimbangan diberi kesempatan untuk menyusun anggotanya dan menunjuk
salah seorang diantaranya untuk duduk sebagai Sekretaris Dewan Pertimbangan.
BAB IX
PENGURUS
Pasal 19
Pasal 20
Dewan Pengurus Daerah
1) DPD-PPDI adalah Badan Pelaksana organisasi ditingkat Provinsi dan berwenang
menetapkan kebijakan organisasi ditingkat Provinsi sesuai dengan AD/ART, keputusan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Peraturan Organisasi.
2) Struktur Dewan Pengurus Daerah (DPD) terdiri dari :
a. Ketua
b. Beberapa Wakil Ketua, yang mewakili 4 jenis kedisabilitasan sejauh memungkinkan.
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Bendahara
Wakil Bendahara
Biro-biro disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Pengurus Inti DPD PPDI adalah Ketua, Sekretaris, dan Bendahara yang dijabat oleh
PENYANDANG DISABILITAS.
4) Pengurus Harian DPD-PPDI adalah Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara.
5) Biro dipimpin oleh seorang kepala biro dan bertanggung jawab sesuai dengan wewenangnya
kepada Pengurus Harian.
6) Biro-Biro dalam pelaksanaan tugasnya dapat membentuk Lembaga/Badan/Unit
Kerja/Panitia sebagai pelaksana tehnis yang bertanggung jawab kepada pengurus harian melalui
kepala biro yang membawahinya.
7) Susunan komposisi dan Personalia Pengurus Harian DPD disyahkan dengan Surat
Keputusan Ketua Umum DPP-PPDI.
8) Susunan komposisi dan Personalia Biro-Biro disyahkan tersendiri oleh Ketua DPD-PPDI.
Pasal 21
Dewan Pengurus Cabang
Pasal 22
Pengurus Kecamatan
Pasal 23
Ketentuan Khusus Pengurus
1) Mayoritas Personalia Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah Provinsi, Dewan
Pengurus Cabang Kabupaten/Kota dan Pengurus Kecamatan adalah penyandang disabilitas yang
berasal dari 4 (empat) jenis kedisabilitasan.
2) Khusus Pengurus inti, yakni jabatan Ketua, Sekretaris, dan Bendahara harus dijabat oleh
penyandang disabilitas.
Pasal 24
Masa Jabatan
1) Ketua Umum DPP/Ketua DPD/DPC/PK serta Ketua Dewan Pertimbangan PPDI hanya
boleh menjabat maksimal untuk 2 (dua) periode masa bakti kepengurusan secara berturut-turut,
selanjutnya dapat dipilih kembali setelah selang waktu 1 (satu) periode.
2) Satu periode masa bakti kepengurusan PPDI pada masing-masing tingkat dan kedudukan
adalah selama 5 (lima ) tahun.
BAB X
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 25
Musyawarah Nasional
Pasal 26
Musyawarah Daerah
Pasal 27
Musyawarah Cabang
Pasal 28
Musyawarah Kecamatan
Pasal 29
Rapat Kerja
1) Rapat Kerja sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI dibagi menjadi :
Rapat Kerja Nasional disingkat RAKERNAS diselenggarakan oleh DPPPPDI.
Rapat Kerja Daerah disingkat RAKERDA diselenggarakan oleh DPDPPDI.
Rapat Kerja Cabang disingkat RAKERCAB diselenggarakan oleh DPCPPDI.
Rapat Kerja Kecamatan disingkat RAKERCAM diselenggarakan oleh Pengurus Kecamatan PPDI.
2) Rapat Kerja sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI harus diselenggarakan 1 (satu) kali
setahun.
3) Rapat Kerja sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI tugasnya adalah :
Menyusun dan menetapkan Program Kerja Tahunan Kurun waktu 1 (satu) tahun kedepan.
Menyusun dan menetapkan hal-hal lain yang dipandang perlu.
4) Peserta Rapat Kerja Nasional adalah :
Dewan Pertimbangan Pusat
Dewan Pengurus Pusat
Organisasi anggota PPDI Pusat
Dewan Pengurus Daerah
5) Peserta Rapat Kerja Daerah adalah :
Dewan Pertimbangan Daerah
Dewan Pengurus Daerah
Organisasi anggota PPDI Provinsi
Dewan Pengurus Cabang
6) Peserta Rapat Kerja Cabang adalah :
Dewan Pertimbangan Cabang
Dewan Pengurus Cabang
Organisasi anggota PPDI Kabupaten/Kota
Pengurus Kecamatan
7) Peserta Rapat Kerja Kecamatan adalah :
Pertimbangan Kecamatan
Pengurus Kecamatan
Organisasi anggota PPDI Kecamatan
8) Dewan Pebgurus sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI dapat mengundang peninjau
untuk menghadiri Rapat Kerja tetapi tidak mempunyai hak suara dalam setiap pengambilan
keputusan maupun untuk dipilih.
9) Rapat Kerja sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI tidak dapat dirubah statusnya
menjadi Musyawarah Nasional/Musyawarah Daerah/Musyawarah Cabang/Musyawarah
Kecamatan.
Pasal 30
Rapat Pengurus
BAB XI
PERSELISIHAN KEPENGURUSAN
Pasal 32
Pasal 33
Perselisihan Antar Kepengurusan PPDI
BAB XII
KEUANGAN DAN ASET ORGANISASI
Pasal 34
Sumber-Sumber Keuangan
Pasal 35
Administrasi Keuangan
1) Uang yang tidak segera dipakai Organisasi wajib disimpan pada Bank.
2) Keadaan keuangan wajib diinformasikan pada saat Rapat Pengurus dan
Rapat Kerja.
3) Uang yang tidak segera dipakai Organisasi wajib diaudit oleh seorang Akuntan Publik pada
akhir masa bakti kepengurusan.
4) Setiap anggota dan para sponsor berhak untuk menerima salinan keuangan yang telah di
audit oleh Akuntan Publik.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 36
Perubahan Anggaran Dasar
Pasal 38
Lain-Lain
Hal-hal lain yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini selanjutnya
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
-- ≿≾ --
Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan petunjuk sekaligus sebagai kelengkapan
Anggaran Dasar Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia.
BAB I
ATRIBUT DAN MARS ORGANISASI
Pasal 1
Lambang
1) Lambang PPDI adalah sebagaimana terlampir dalam Anggran Rumah Tangga ini.
2) Arti Lambang PPDI adalah :
Warna putih pada dasar lambang adalah menggambarkan kesucian dan kemurnian jiwa
Penyandang Disabilitas.
Warna biru pada segi lima adalah menggambarkan dinamika dan etos kerja PPDI.
Segi lima adalah asas organisasi PPDI yang berasaskan Pancasila.
Bintang adalah menggambarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai implementasi dari
penghargaan terhadap jiwa dan Hak Asasi Manusia Penyandang Disabilitas.
Padi dan Kapas adalah menggambarkan tujuan PPDI yakni mewujudkan Kesejahteraan Sosial
bagi Penyandang Disabilitas.
Kursi Roda Tuna Daksa, Tongkat Tuna Netra, Alat Bantu Dengar Tuna Rungu dan Perlindungan
Keterbatasan Intelegensia Tuna Grahita adalah menggambarkan berbagai jenis kedisabilitasan
yang menjadi anggota PPDI.
Pita melambangkan kebersamaan dan segenap potensi penyandang disabilitas yang terikat erat
pada keutuhan organisasi PPDI.
Pasal 2
Bendera / Pataka
1) Bendera/Pataka PPDI adalah sebagaimana terlampir dalam Anggaran Rumah Tangga ini.
2) Ketentuan-ketentuan mengenai Bendera PPDI :
Warna dasar kain : biru tua
Warna dasar logo dan pita : putih
Warna logo dan tulisan pada pita : biru
Ukuran bendera/pataka : 90 cm X 120 cm
Pasal 3
Mars
Mars Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) adalah sebagaimana yang tercantum
didalam lampiran Anggaran Rumah Tangga ini.
BAB II
ANGGOTA
Pasal 4
Kewajiban Anggota
Pasal 5
Hak Anggota
Pasal 6
Berakhirnya Keanggotaan
1) Setiap organisasi anggota PPDI dapat kehilangan haknya dan berakhir keanggotaannya
karena :
Mengundurkan diri secara sukarela yang disampaikan secara tertulis.
Diberhentikan apabila melakukan pelanggaran/tindakan yang bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan yang berlaku dalam PPDI.
Organisasi Anggota membubarkan diri/dibubarkan berdasarkan Undang Undang.
Organisasi PPDI membubarkan diri/dibubarkan berdasarkan Undang - Undang.
2) Dalam hal diberhentikan, sebelum diberhentikan kepada Organisasi anggota yang
bersangkutan diberikan kesempatan membela diri dalam sebuah forum rapat Dewan Pengurus
yang disediakan untuk itu.
BAB III
DEWAN PENASEHAT DAN DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 7
Tugas dan Wewenang Dewan Penasehat
1) Memberikan nasihat baik diminta maupun tidak diminta oleh Dewan Pengurus.
2) Memberikan usul, saran, kritik yang membangun dan turut serta memperjuangkan kebijakan
organisasi.
3) Sedapat mungkin dapat menghadiri musyawarah dan rapat pengurus sesuai dengan tingkat
dan kedudukan PPDI.
Pasal 8
Syarat-Syarat Dewan Penasehat
Pasal 9
Tugas dan Wewenang Dewan Pertimbangan
1) Melakukan pemantauan dan evaluasi untuk mengukur sejauh mana kebijakan Rencana
Strategis dan Program Kerja Tahunan telah dilaksanakan oleh Dewan Pengurus sesuai tingkat dan
kedudukan PPDI.
2) Memberikan pertimbangan kepada Dewan Pengurus baik diminta maupun tidak diminta.
3) Memberikan pertimbangan kebijakan Program Kerja Tahunan kepada Dewan Pengurus.
4) Melakukan sidang secara periodik sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam satu tahun.
5) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Musyawarah
Nasional/Daerah/Cabang/Kecamatan sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
Pasal 10
Syarat-Syarat Dewan Pertimbangan
BAB IV
PENGURUS
Pasal 11
Tata Cara Pemilihan Pengurus
a. Calon Ketua Umum DPP-PPDI di calonkan oleh minimal oleh 3 Organisasi Anggota dan
Dewan Pengurus Daerah yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Nasional.
b. Calon Ketua Umum setelah memenuhi persyaratan, selanjutnya memaparkan visi dan
misinya didepan peserta Musyawarah Nasional.
c. Bila Calon Ketua Umum lebih dari 2 orang, penjaringan dilakukan dengan cara bertahap
untuk mendapatkan 2 (dua) orang calon.
d. Apabila untuk memilih salah satu dari 2 orang calon Ketua Umum harus dilakukan dengan
cara voting, maka calon Ketua Umum yang terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak ½ +
1 dari jumlah pemilih yang sah.
e. Ketua Umum mengangkat dan menetapkan Personalia Dewan Penasehat Pusat serta
Komposisi dan Personalia Dewan Pengurus Pusat dengan Surat Keputusan Ketua Umum.
f. Ketua Umum DPP-PPDI mengangkat dan menetapkan komposisi dan personalia
Departemen dengan Surat Keputusan tersendiri Ketua Umum.
a. Calon Ketua DPD-PPDI di calonkan oleh minimal oleh 3 Organisasi Anggota dan Dewan
Pengurus Cabang yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Daerah.
b. Calon Ketua setelah memenuhi persyaratan, selanjutnya memaparkan visi dan misinya
didepan peserta Musyawarah Daerah.
c. Bila Calon Ketua lebih dari 2 orang, penjaringan dilakukan dengan cara bertahap untuk
mendapatkan 2 (dua) orang calon.
d. Apabila untuk memilih salah satu dari 2 orang calon Ketua harus dilakukan dengan cara
voting, maka calon Ketua yang terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak ½ + 1 dari
jumlah pemilih yang sah.
e. Ketua mengangkat Personalia Dewan Penasehat Daerah serta Komposisi dan Personalia
Dewan Pengurus Daerah dan mengusulkan kepada DPP-PPDI untuk ditetapkan dengan Surat
Keputusan Ketua Umum.
f. Ketua DPD-PPDI mengangkat dan menetapkan komposisi dan personalia Biro-Biro dengan
Surat Keputusan tersendiri Ketua DPDPPDI.
3) Tata Cara Pemilihan Pengurus DPC-PPDI adalah :
a. Calon Ketua DPC-PPDI di calonkan oleh minimal oleh 3 Organisasi Anggota dan Pengurus
Kecamatan yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Cabang.
b. Calon Ketua setelah memenuhi persyaratan, selanjutnya memaparkan visi dan misinya
didepan peserta Musyawarah Cabang.
c. Bila Calon Ketua lebih dari 2 orang, penjaringan dilakukan dengan cara bertahap untuk
mendapatkan 2 (dua) orang calon.
d. Apabila untuk memilih salah satu dari 2 orang calon Ketua harus dilakukan dengan cara
voting, maka calon Ketua yang terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak ½ + 1 dari
jumlah pemilih yang sah.
e. Ketua mengangkat Personalia Dewan Penasehat Cabang serta Komposisi dan Personalia
Dewan Pengurus Cabang dan mengusulkan kepada DPD-PPDI untuk ditetapkan dengan Surat
Keputusan Ketua DPD-PPDI atas nama Ketua Umum.
f. Ketua DPC-PPDI mengangkat dan menetapkan Komposisi dan Personalia Bidang-Bidang
dengan Surat Keputusan tersendiri Ketua DPC-PPDI.
a. Calon Ketua PK-PPDI di calonkan oleh minimal oleh 3 Organisasi Anggota yang memiliki
hak suara dalam Musyawarah Kecamatan.
b. Calon Ketua setelah memenuhi persyaratan, selanjutnya memaparkan visi dan misinya
didepan peserta Musyawarah Kecamatan.
c. Bila Calon Ketua lebih dari 2 orang, penjaringan dilakukan dengan cara bertahap untuk
mendapatkan 2 (dua) orang calon.
d. Apabila untuk memilih salah satu dari 2 orang calon Ketua harus dilakukan dengan cara
voting, maka calon Ketua yang terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak ½ + 1 dari
jumlah pemilih yang sah.
e. Ketua mengangkat Personalia Penasehat Kecamatan serta Komposisi dan Personalia
Pengurus Kecamatan dan mengusulkan kepada DPCPPDI untuk ditetapkan dengan Surat
Keputusan Ketua DPC-PPDI atas nama Ketua Umum.
f. Ketua DPC-PPDI mengangkat dan menetapkan komposisi dan personalia Seksi-Seksi
dengan Surat Keputusan tersendiri Ketua Pengurus Kecamatan PPDI.
Pasal 12
Tugas Pokok Ketua (Umum)
Tugas pokok Ketua Umum DPP atau Ketua DPD/DPC/PK PPDI, meliputi :
1) Memimpin Organisasi PPDI secara keseluruhan sesuai tingkat dan kedudukan PPDI.
2) Bertanggung jawab atas keseluruhan Pelaksanaan Tugas Organisasi PPDI.
3) Bertindak kedalam dan keluar atas nama PPDI termasuk mewakili Organisasi dalam proses
hukum.
4) Melimpahkan tugas kewenangan kepada Sekretaris dan atau bersama seorang Ketua untuk
mewakili Ketua Umum apabila berhalangan.
5) Mengambil keputusan/kebijakan tentang jalannya organisasi baik kedalam maupun keluar.
6) Mengambil keputusan/kebijakan tentang tata laksana keuangan dan aset organisasi.
7) Menetapkan pembagian tugas kepada masing-masing Wakil Ketua sebagai Koordinator
Departemen/Biro/Bidang/Seksi sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
8) Mengkoordinir, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja PPDI sesuai
dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
9) Memberikan saran, pendapat, dan konsultasi kepada Dewan Pengurus PPDI dibawahnya dan
Organisasi Anggota PPDI atas pelaksanaan program kerja.
10) Menerbitkan Sertifikat Keanggotaan Mitra PPDI untuk Organisasi Anggota PPDI sesuai
dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
11) Menerbitkan rekomendasi untuk membantu mempermudah Organisasi Anggota PPDI dan
Dewan Pengurus PPDI dibawahnya untuk akses kepada pemerintah atau stakeholder.
12) Memberikan pendapat, saran, konsultasi kepada Organisasi Anggota PPDI yang bersengketa
atau mengeluarkan keputusan yang bersifat final kepada Dewan Pengurus PPDI dibawahnya yang
bersengketa.
Pasal 13
Tugas Pokok Wakil Ketua
Pasal 14
Tugas Pokok Sekretaris (Umum)
Pasal 16
Tugas Pokok Kepala Departemen/Biro/Bidang/Seksi
Tugas Pokok Kepala Departemen/Biro/Bidang/Seksi sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI,
meliputi:
1) Bertanggung jawab atas Departemen/Biro/Bidang/Seksi yang dipimpinnya.
2) Memimpin segala urusan dan pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan
Departemen/Biro/Bidang/Seksi yang dipimpinnya.
3) Menyampaikan usulan Rencana Program Kerja dan Rencana Anggaran Biaya melalui Wakil
Ketua sebagai koordinatornya kepada Ketua (Umum) untuk mendapatkan pertimbangan.
4) Melaksanakan kegiatan sesuai Rencana Program Kerja dan Rencana Anggaran Biaya yang
telah disetujui oleh Ketua (Umum).
5) Menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban atas pelaksanaan Program Kerja kepada
Ketua (Umum).
BAB V
JABATAN LOWONG ANTAR WAKTU
Pasal 17
Penyebab Jabatan Lowong Antar Waktu
Pasal 18
Wewenang Pemberhentian Pengurus
dan Pengisisan Jabatan Lowong Antar Waktu
1) Wewenang khusus pemberhentian dan Pengisisan Jabatan Lowong Antar Waktu Ketua
Umum DPP-PPDI :
Dilakukan melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa yang diselenggarakan khusus untuk itu
berdasarkan usul Dewan Pertimbangan Pusat sebagaimana Pasal 25 ayat (11b) dan ayat (12a)
Anggaran Dasar PPDI.
Sebelum diberhentikan, yang bersangkutan diberikan kesempatan membela diri dihadapan
Musyawarah Nasional Luar Biasa dimaksud.
Setelah Ketua Umum resmi diberhentikan Musyawarah Nasional Luar Biasa menetapkan Ketua
Umum baru sebagai pengganti Jabatan Lowong Antar Waktu sampai sisa masa jabatannya
berakhir.
Dalam hal terjadi jabatan Ketua Umum lowong, jabatan Ketua Umum sebelum diselenggarakan
Musyawarah Nasional Luar Biasa dijabat sementara oleh salah seorang Wakil Ketua yang
ditetapkan berdasarkan Rapat Pleno Pengurus.
BAB VI
SYARAT-SYARAT KETUA (UMUM)
Pasal 19
Syarat Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat
Pasal 20
Syarat Ketua Dewan Pengurus Daerah
Syarat-syarat menjadi Ketua Dewan Pengurus Daerah-PPDI adalah :
Pasal 21
Syarat Ketua Dewan Pengurus Cabang
Pasal 22
Syarat Ketua Pengurus Kecamatan
BAB VII
PENGUKUHAN / PELANTIKAN
Pasal 23
Pengukuhan / Pelantikan Pengurus
BAB VIII
PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 24
Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional
Pasal 25
Musyawarah Daerah dan Rapat Kerja Daerah
Pasal 26
Musyawarah Cabang dan Rapat Kerja Cabang
Pasal 28
Rapat Pengurus
BAB IX
KEUANGAN DAN ASET ORGANISASI
Pasal 29
Tanggung Jawab Keuangan/Aset Organisasi
Bilamana masing-masing Pengurus PPDI sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI secara
kolektif atau individu sebagai pengurus tidak dapat
mempertanggung jawabkan keuangan organisasi dalam forum yang disediakan untuk itu, maka
pengurus yang sah dapat merekomendasikan
untuk diproses secara hukum.
Pasal 30
Hutang Organisasi
Apabila Organisasi secara sah memiliki hutang pada pihak ketiga dan seterusnya pada masa
kepengurusan sebelum terjadinya pergantian kepengurusan, maka pengurus penggantinya harus
bersedia mengambil alih
tanggung jawab atas hutang dimaksud.
Pasal 31
Hutang Pengurus
Apabila Pengurus secara kolektif atau secara Individu memiliki hutang untuk kepentingan pribadi
pada organisasi PPDI atau pada pihak ketiga yang
mengatasnamakan organisasi PPDI, maka akan menjadi tanggung jawab pengurus sebelum
terjadinya pergantian kepengurusan untuk menyelesaikannya.
Pasal 32
Pengalihan Hak/Penjualan Aset Organisasi
Setiap pengalihan atau penjualan atas aset organisasi sesuai tingkat dan kedudukan PPDI harus
diketahui dan disepakati oleh seluruh Pengurus Harian dan atas persetujuan Dewan Pertimbangan.
BAB X
PENUTUP
Pasal 33
Perubahan dan Penjabaran Anggaran Rumah Tangga
1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini dilaksanakan oleh Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa.
2) Hal- hal yang belum diatur dan atau belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini
serta penjabaran dan pelaksanaannya akan ditetapkan kemudian dalam peraturan dan ketentuan
yang dikeluarkan oleh Dewan Pengurus Pusat PPDI.