Anda di halaman 1dari 30

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PPDI

ANGGARAN DASAR
PERSATUAN PENYANDANG DISABILITAS INDONESIA
P E M B U K AA N

Bahwa Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa telah menciptakan semua manusia memiliki harkat
dan martabat yang sama.

Bahwa penyandang disabilitas Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
masyarakat Indonesia yang mempunyai ; kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dalam
pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.

Bahwa kedisabilitasan adalah bagian dari potensi yang dimiliki dan bukanlah
halangan untuk berperan sebagai subjek dalam pembangunan nasional sehingga perlu peran dan
partisipasi aktif para penyandang disabilitas dalam peningkatan kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat indonesia, khususnya bagi kesejahteraan penyandang disabilitas.

Mengingat hal tersebut dan sadar akan rasa tanggung jawab selaku warga negara indonesia,
penyandang disabilitas berkewajiban dan berhak turut serta dalam melaksanakan pembangunan
nasional termasuk menikmati hasil hasilnya.

Partisipasi penuh dan kesamaan kesempatan penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan
dan penghidupan adalah wujud kewajiban dan hak penyandang disabilitas sebagai manusia yang
mandiri, berkepribadian, sehat dan wajar yang berdaya guna baik bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara indonesia untuk menghimpun segenap potensi serta kekuatan
sosial penyandang disabilitas dan mewadahi perjuangan, koordinasi, konsultasi, advokasi dan
sosialisasi bidang kedisabilitasan ditingkat nasional dan internasional, maka sebagai hasil
pertemuan dari berbagai organisasi sosial kedisabilitasan, federasi dan organisasi kemasyarakatan
penyandang disabilitas tingkat nasional telah sepakat membentuk satu-satunya wadah sebagai
organisasi payung dari organisasi sosial penyandang disabilitas tingkat nasional, organisasi sosial
kedisabilitasan tingkat nasional dan organisasi kemasyarakatan penyandang disabilitas tingkat
nasional yang berlandaskan pancasila dengan anggaran dasar sebagai berikut:

BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN.
Pasal 1
Nama

Organisasi ini bernama PERSATUAN PENYANDANG DISABILITAS INDONESIA. atau


disingkat PPDI sebagai pengganti nama lama organisasi yaitu Persatuan Penyandang Cacat
Indonesia ( PPCI ).

Pasal 2
Waktu

PPDI dibentuk pada tanggal 11 Maret 1987, untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan lamanya.

Pasal 3
Kedudukan

PPDI berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB II
AZAS, SIFAT DAN FUNGSI
Pasal 4
Azas

PPDI berazaskan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 5
Sifat

PPDI bersifat non partisan dan terbuka bagi seluruh Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas,
organisasi sosial kedisabilitasan dan organisasi kemasyarakatan penyandang disabilitas tingkat
nasional.

Pasal 6
Fungsi

PPDI adalah Payung bagi Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas, Organisasi Sosial
Kedisabilitasan dan Organisasi Kemasyarakatan Penyandang Disabilitas sesuai dengan tingkat
kedudukannya berfungsi sebagai wadah perjuangan, koordinasi, Konsultasi, advokasi dan
sosialisasi bidang kedisabilitasan ditingkat nasional dan internasional.

BAB III
VISI, MISI DAN TUJUAN.
Pasal 7
Visi

Visi PPDI adalah terwujudnya partisipasi penuh dan kesamaan kesempatan


penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Pasal 8
Misi

Misi PPDI adalah :


1) Melakukan koordinasi dan konsultasi tentang semua hal yang berkaitan dengan
kedisabilitasan.
2) Melakukan advokasi terhadap perjuangan hak dan peningkatan kesejahteraan penyandang
disabilitas.
3) Menyeimbangkan kewajiban dan hak penyandang disabilitas sebagai warga negara
indonesia.
4) Mengupayakan keterpaduan langkah, potensi penyandang disabilitas dalam rangka
peningkatan kualitas, efektifitas, efesiensi dan relevansi atas kemitraan yang saling
menguntungkan dan bermartabat.
5) Memberdayakan penyandang disabilitas agar turut berperan serta sebagai pelaku
pembangunan yang mandiri, produktif dan berintegrasi.
6) Melakukan kampanye kepedulian dan kesadaran publik sebagai media sosialisasi dan
informasi tentang penyandang disabilitas kepada masyarakat.

Pasal 9
Tujuan

PPDI bertujuan memperjuangkan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas agar memperoleh


kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan serta dapat berpartisipasi
penuh dalam pembangunan nasional.

BAB IV
TUGAS POKOK DAN USAHA
Pasal 10
Tugas Pokok

Tugas Pokok PPDI untuk mencapai tujuannya adalah :


1) Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan anggota, masyarakat dan pemerintah dalam
rangka perjuangan hak dan peningkatan kualitas kesejahteraan penyandang disabilitas.
2) Menjadi mitra kerja bagi masyarakat dan pemerintah.
3) Melindungi dan memperjuangkan kepentingan anggota.
4) Mewakili anggotanya dalam memperjuangkan penyandang disabilitas baik tingkat nasional
maupun internasional.
5) Memprakarsai dan melaksanakan kegiatan yang mewakili kepentingan seluruh penyandang
disabilitas menyangkut masalah kedisabilitasan yang aktual, kampanye dan sosialisasi
kedisabilitasan serta kegiatan-kegiatan yang tidak diselenggarakan oleh anggota.

Pasal 11
Usaha

Untuk melaksanakan Tugas Pokok, PPDI melaksanakan usaha-usaha :


1) Menggalang dan mengupayakan peningkatan potensi sumber daya dan dana yang berasal
dari dalam dan luar negeri.
2) Membina keakraban, kebersamaan, kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial dengan dan
antar anggota serta dengan masyarakat dan pemerintah.
3) Bersama masyarakat dan pemerintah mendorong, menumbuhkan dan meningkatkan
kesadaran diri, harga diri, kemauan dan kemampuan penyandang disabilitas agar secara mandiri
dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperanserta dalam pembangunan nasional.
4) Memperjuangkan dan memberikan masukan kepada pemerintah dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah yang mengatur perikehidupan
penyandang disabilitas sebagai warga Negara Indonesia dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan serta mengawal pelaksanaan sosialisasi dan implementasinya.
5) Memperjuangkan penciptaan lingkungan yang kondusif, akomodatif yang aksesibel bagi
penyandang disabilitas agar terwujud kesamaan kesempatan dan partisipasi penuh dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam arti yang seluas-luasnya.
6) Berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kedisabilitasan ditingkat internasional.
7) Menjadi anggota organisasi kedisabilitasan internasional serta berperan aktif dalam
mengangkat dan mengadopsi issu-issu internasional tentang kedisabilitasan.

BAB V
ATRIBUT DAN MARS ORGANISASI
Pasal 12

Lambang, Bendera dan Mars Organisasi Organisasi PPDI mempunyai atribut yang terdiri dari
Lambang, Bendera dan Mars yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional.

BAB VI
SUSUNAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13
Susunan Organisasi

1) Susunan Organisasi PPDI terdiri dari tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota
dan tingkat kecamatan.
1) Pengurus tingkat pusat berada di Ibukota Negara Indonesia disebut Dewan Pengurus Pusat
PPDI disingkat DPP-PPDI.
2) Pengurus tingkat provinsi berada di Ibukota Provinsi disebut Dewan Pengurus Daerah PPDI
disingkat DPD-PPDI.
3) Pengurus tingkat kabupaten/kota berada di Ibukota Kabupaten/Kota disebut Dewan
Pengurus Cabang PPDI disingkat DPC-PPDI.
4) Pengurus tingkat kecamatan berada di Ibukota Kecamatan disebut Pengurus Kecamatan
PPDI disingkat PK-PPDI.
2) Tata cara pembentukan DPP/DPD/DPC/PK PPDI diatur dalam peraturan dan petunjuk
tersendiri oleh DPP-PPDI.
Pasal 14
Struktur Organisasi

Struktur Organisasi pada DPP/DPD/DPC/PK PPDI, terdiri atas :


1) Dewan Penasehat
2) Dewan Pertimbangan
3) Dewan Pengurus

BAB VII
AN G G OTA
Pasal 15
Keanggotaan

1) Anggota PPDI Pusat terdiri atas :


Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas Nasional.
Organisasi Sosial Kedisabilitasan Nasional.
Organisasi Kemasyarakatan Penyandang Disabilitas Nasional.
Dewan Pengurus Daerah PPDI.
2) Anggota PPDI Tingkat Provinsi terdiri atas :
Perwakilan Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas Nasional di Tingkat Provinsi.
Perwakilan Organisasi Sosial Kedisabilitasan Nasional di Tingkat Provinsi.
Perwakilan Organisasi Kemasyarakatan Penyandang Disabilitas Nasional di Tingkat Provinsi.
Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas, Organisasi Sosial Kedisabilitasan dan Organisasi
Kemasyarakatan Penyandang Disabilitas bersatus Provinsi.
Dewan Pengurus Cabang PPDI.
3) Anggota PPDI Tingkat Kabupaten/Kota terdiri atas :
Perwakilan Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas Nasional di Tingkat Kabupaten/Kota.
Perwakilan Organisasi Sosial Kedisabilitasan Nasional di Tingkat Kabupaten/Kota.
Perwakilan Organisasi Kemasyarakatan Penyandang Disabilitas Nasional Di Tingkat
Kabupaten/Kota.
Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas, Organisasi Sosial Kedisabilitasan Dan Organisasi
Kemasyarakatan Penyandang Disabilitas bersatus Kabupaten/Kota.
Pengurus Kecamatan PPDI.
4) Anggota PPDI Tingkat Kecamatan terdiri atas :
Perwakilan Organisasi Sosial Penyandang Disabilitas Nasional di Tingkat Kecamatan.
Perwakilan Organisasi Sosial Kedisabilitasan Nasional Tingkat Kecamatan.
Perwakilan Organisasi Kemasyarakatan Penyandang Disabilitas Nasional di Tingkat Kecamatan.
Perkumpulan/Kelompok Penyandang Disabilitas minimal beranggota 5 orang per
Kelurahan/Desa/Dusun.

Pasal 16
Ketentuan Anggota PPDI
1) Ketentuan keanggotaan PPDI Pusat adalah :
Anggota sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (1) minimal telah memiliki cabang/perwakilan di
10 provinsi, dengan dibuktikan daftar nama dan alamat cabang tingkat provinsi.
Ketua Umum DPP-PPDI berdasarkan uraian ayat (1a) pasal ini, akan menerbitkan sertifikat
keanggotaan mitra PPDI Pusat.
2) Ketentuan keanggotaan PPDI Tingkat Provinsi adalah :
Anggota sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (2) minimal telah memiliki cabang/perwakilan di 5
Kabupaten/Kota, dengan dibuktikan daftar nama dan alamat cabang di tingkat Kabupaten/Kota.
Ketua DPD-PPDI berdasarkan uraian ayat (2a) pasal ini, akan menerbitkan sertifikat keanggotaan
mitra PPDI tingkat Provinsi.
3) Ketentuan keanggotaan PPDI Tingkat Kabupaten/Kota adalah :
Anggota sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (3) minimal telah memiliki cabang/perwakilan di 3
Kecamatan, dengan dibuktikan daftar nama dan alamat cabang di tingkat Kecamatan.
Ketua DPC-PPDI berdasarkan uraian ayat (3a) pasal ini, akan menerbitkan sertifikat keanggotaan
mitra PPDI tingkat Kabupaten/Kota.
4) Ketentuan keanggotaan PPDI Tingkat Kecamatan adalah :
Anggota sebagaimana dimaksud pasal 15 ayat (4) minimal telah memiliki 20 orang anggota
perorangan, dengan dibuktikan daftar nama dan alamat anggota perorangan diwilayah kecamatan
dimaksud.
Ketua PK-PPDI berdasarkan uraian ayat (4a) pasal ini, akan menerbitkan sertifikat keanggotaan
mitra PPDI tingkat Kecamatan.
5) DPD-PPDI Provinsi, DPC-PPDI Kabupaten/Kota dan PK-PPDI Kecamatan secara otomatis
merupakan kepanjangan tangan PPDI Pusat.
5) Keterangan lebih lanjut tentang anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga PPDI.

BAB VIII
DEWAN PENASEHAT DAN DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 17
Dewan Penasehat

1) Dewan Penasehat PPDI pada masing-masing tingkat dan kedudukan beranggotakan


sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang dan sebanyak banyaknya 5 (lima) orang dapat berasal dari
unsur pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan mantan ketua (umum) periode sebelumnya
2) Dewan Penasehat ditetapkan oleh Ketua (Umum) sesuai dengan tingkat dan kedudukan
PPDI.

Pasal 18
Dewan Pertimbangan

1) Dewan Pertimbangan Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang dan sebanyak-
banyaknya 9 (sembilan) orang.
2) Dewan Pertimbangan Daerah Provinsi terdiri atas sekurang-kurangnya 5 (lima) orang dan
sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.
3) Dewan Pertimbangan Cabang Kabupaten/Kota terdiri atas sekurang kurangnya 3 (tiga)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
4) Dewan Pertimbangan Kecamatan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang dan sebanyak-
banyaknya 3 (tiga) orang.
5) Dewan Pertimbangan dimaksud ayat (1), (2), (3) dan (4) pasal ini berasal dari perorangan
dan sepanjang memungkinkan mewakili 4 jenis kedisabilitasan.
6) Ketua Dewan Pertimbangan dipilih melalui Musyawarah Nasional/ Musyawarah Daerah/
Musyawarah Cabang/ Musyawarah Kecamatan sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
7) Ketua Dewan Pertimbangan diberi kesempatan untuk menyusun anggotanya dan menunjuk
salah seorang diantaranya untuk duduk sebagai Sekretaris Dewan Pertimbangan.

BAB IX
PENGURUS
Pasal 19

Dewan Pengurus Pusat


1) DPP-PPDI adalah Badan Pelaksana organisasi tertinggi dan berwenang menetapkan
kebijakan organisasi ditingkat nasional sesuai dengan AD/ART, keputusan Musyawarah Nasional
dan Peraturan Organisasi.
2) Struktur Dewan Pengurus Pusat (DPP) terdiri dari :
Ketua Umum.
Beberapa orang Wakil Ketua, yang mewakili 4 jenis kedisabilitasan sejauh memungkinkan.
Sekretaris Umum.
Wakil Sekretaris Umum
Bendahara Umum.
Wakil Bendahara Umum
Departemen-departemen disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Pengurus Inti DPP PPDI adalah Ketua Umum, Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum
yang dijabat oleh penyandang disabilitas.
4) Pengurus Harian DPP-PPDI adalah Ketua Umum, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris Umum,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
5) Departemen dipimpin oleh seorang kepala departemen dan bertanggung jawab sesuai
dengan wewenangnya kepada Pengurus Harian.
6) Departemen-departemen dalam pelaksanaan tugasnya dapat membentuk
Lembaga/Badan/Unit Kerja/Panitia sebagai pelaksana tehnis yang bertanggung jawab kepada
pengurus harian melalui kepala departemen yang membawahinya.
7) Susunan komposisi dan Personalia Pengurus Harian DPP disyahkan dengan Surat Keputusan
Ketua Umum DPP-PPDI.
8) Susunan komposisi dan Personalia Departemen-departemen disyahkan tersendiri oleh Ketua
Umum DPP-PPDI.

Pasal 20
Dewan Pengurus Daerah
1) DPD-PPDI adalah Badan Pelaksana organisasi ditingkat Provinsi dan berwenang
menetapkan kebijakan organisasi ditingkat Provinsi sesuai dengan AD/ART, keputusan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah dan Peraturan Organisasi.
2) Struktur Dewan Pengurus Daerah (DPD) terdiri dari :
a. Ketua
b. Beberapa Wakil Ketua, yang mewakili 4 jenis kedisabilitasan sejauh memungkinkan.
Sekretaris
Wakil Sekretaris
Bendahara
Wakil Bendahara
Biro-biro disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Pengurus Inti DPD PPDI adalah Ketua, Sekretaris, dan Bendahara yang dijabat oleh
PENYANDANG DISABILITAS.
4) Pengurus Harian DPD-PPDI adalah Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara.
5) Biro dipimpin oleh seorang kepala biro dan bertanggung jawab sesuai dengan wewenangnya
kepada Pengurus Harian.
6) Biro-Biro dalam pelaksanaan tugasnya dapat membentuk Lembaga/Badan/Unit
Kerja/Panitia sebagai pelaksana tehnis yang bertanggung jawab kepada pengurus harian melalui
kepala biro yang membawahinya.
7) Susunan komposisi dan Personalia Pengurus Harian DPD disyahkan dengan Surat
Keputusan Ketua Umum DPP-PPDI.
8) Susunan komposisi dan Personalia Biro-Biro disyahkan tersendiri oleh Ketua DPD-PPDI.

Pasal 21
Dewan Pengurus Cabang

1) DPC-PPDI adalah Badan Pelaksana organisasi ditingkat Kabupaten/Kota dan berwenang


menetapkan kebijakan organisasi ditingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan AD/ART, keputusan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan Peraturan Organisasi.
2) Struktur Dewan Pengurus Cabang (DPC) terdiri dari :
a. Ketua
b. Beberapa Wakil Ketua, yang mewakili 4 jenis kedisabilitasan sejauh memungkinkan.
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
g. Bidang-bidang disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Pengurus Inti DPC PPDI adalah Ketua, Sekretaris, dan Bendahara yang dijabat oleh
penyandang disabilitas.
4) Pengurus Harian DPC-PPDI adalah Ketua, Wakil-wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris,
Bendahara dan Wakil Bendahara.
5) Bidang dipimpin oleh seorang kepala bidang dan bertanggung jawab sesuai dengan
wewenangnya kepada Pengurus Harian.
6) Seksi-Seksi dalam pelaksanaan tugasnya dapat membentuk Badan/Lembaga/Unit
Kerja/Panitia sebagai pelaksana tehnis yang bertanggung jawab kepada pengurus harian melalui
kepala bidang yang membawahinya.
7) Susunan komposisi dan Personalia Pengurus Harian Cabang disyahkan dengan Surat
Keputusan Ketua DPD-PPDI atas nama Ketua Umum DPPPPDI.
8) Susunan komposisi dan Personalia Bidang-Bidang disyahkan tersendiri oleh Ketua DPC-
PPDI.

Pasal 22
Pengurus Kecamatan

1) PK-PPDI adalah Badan Pelaksana organisasi ditingkat Kecamatan dan berwenang


menetapkan kebijakan organisasi ditingkat Kecamatan sesuai dengan AD/ART, keputusan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang, Musyawarah Kecamatan dan
Peraturan Organisasi.
2) Struktur Dewan Pengurus Daerah (DPD) terdiri dari :
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-Seksi disesuaikan dengan kebutuhan.
3) Pengurus Inti PK-PPDI adalah Ketua, Sekretaris, dan Bendahara yang dijabat oleh
penyandang disabilitas.
4) Pengurus Harian PK-PPDI adalah Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara.
5) Seksi dipimpin oleh seorang kepala Seksi dan bertanggung jawab sesuai dengan
wewenangnya kepada Pengurus Harian.
6) Seksi-seksi dalam pelaksanaan tugasnya dapat membentuk Badan/Lembaga/Unit
Kerja/Panitia sebagai pelaksana tehnis yang bertanggung jawab kepada pengurus harian melalui
kepala seksi yang membawahinya.
7) Susunan komposisi dan Personalia Pengurus Harian Kecamatan disyahkan dengan Surat
Keputusan Ketua DPC-PPDI atas nama Ketua Umum DPP-PPDI.
8) Susunan komposisi dan Personalia Seksi-Seksi disyahkan tersendiri oleh Ketua PK-PPDI.

Pasal 23
Ketentuan Khusus Pengurus

1) Mayoritas Personalia Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah Provinsi, Dewan
Pengurus Cabang Kabupaten/Kota dan Pengurus Kecamatan adalah penyandang disabilitas yang
berasal dari 4 (empat) jenis kedisabilitasan.
2) Khusus Pengurus inti, yakni jabatan Ketua, Sekretaris, dan Bendahara harus dijabat oleh
penyandang disabilitas.

Pasal 24
Masa Jabatan
1) Ketua Umum DPP/Ketua DPD/DPC/PK serta Ketua Dewan Pertimbangan PPDI hanya
boleh menjabat maksimal untuk 2 (dua) periode masa bakti kepengurusan secara berturut-turut,
selanjutnya dapat dipilih kembali setelah selang waktu 1 (satu) periode.
2) Satu periode masa bakti kepengurusan PPDI pada masing-masing tingkat dan kedudukan
adalah selama 5 (lima ) tahun.

BAB X
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 25
Musyawarah Nasional

1) Musyawarah Nasional disingkat .MUNAS. adalah lembaga pemegang kekuasaan tertinggi


organisasi PPDI ditingkat Nasional.
2) Kedaulatan ada di tangan peserta Musyawarah Nasional.
3) Musyawarah Nasional diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
4) Musyawarah Nasional mempunyai tugas :
Memberikan penilaian dan mengesahkan Laporan Pertanggung Jawaban Ketua Umum DPP-PPDI
atas pelaksanaan tugas pengurus selama masa bakti yang dijalaninya.
Menyusun/merubah dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPDI.
Menyusun dan menetapkan Rencana Strategis Nasional (RENSTRANAS) PPDI untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun berikutnya.
Menyususn dan menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.
Memilih dan menetapkan Ketua Umum untuk masa bakti 5 (lima) tahun berikutnya.
Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat untuk masa bakti 5 (lima) tahun
berikutnya.
5) Peserta Musyawarah Nasional terdiri atas :
a. Dewan Pertimbangan Pusat.
b. Dewan Pengurus Pusat
c. Anggota PPDI Pusat
d. Dewan Pertimbangan Daerah
e. Dewan Pengurus Daerah
6) Masing-masing peserta Musayawarah Nasional memiliki 1 (satu) suara dalam setiap
pengambilan keputusan.
7) Dewan Pengurus Pusat dapat mengundang peninjau untuk menghadiri Musyawarah
Nasional, tetapi tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan maupun untuk dipilih.
8) Musyawarah Nasional dapat dilaksanakan secara sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota PPDI Pusat dan Dewan Pengurus Daerah PPDI.
9) Apabila ketentuan ayat (8) pasal ini tidak mencapai quorum, maka Musyawarah Nasional
ditunda selama 30 menit dan selanjutnya Musyawarah Nasional secara sah dapat dilaksanakan.
10) Musyawarah Nasional apabila dipandang perlu dapat dirubah statusnya menjadi Rapat Kerja
Nasional setelah mendapat persetujuan 2/3 dari jumlah peserta Munas yang hadir.
11) Musyawarah Nasional Luar Biasa disingkat .MUNASLUB. dapat diselenggarakan atas usulan
:
Ketua Umum yang didukung oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 dari jumlah anggota PPDI Pusat dan
Dewan Pengurus Daerah PPDI.
Dewan Pertimbangan Pusat yang didukung oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
PPDI Pusat dan Dewan Pengurus Daerah PPDI.
12) Musyawarah Nasional Luar Biasa sebagaimana ayat (11) diselenggarakan apabila :
Adanya keadaan luar biasa dan kebutuhan mendesak yang menyangkut sendi kehidupan
organisasi.
Adanya keinginan mendesak untuk mengubah Anggaran dasar.
Adanya maksud untuk pembubaran organisasi.
13) Setiap keputusan Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa mengikat
seluruh anggota PPDI, Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus Daerah, Dewan Pengurus Cabang
dan Pengurus Kecamatan PPDI.
14) Segala ketentuan yang mengatur tentang tata laksana Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Nasional Luar Biasa diatur tersendiri didalam Peraturan dan Tata Tertib Musyawarah Nasional
atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.

Pasal 26
Musyawarah Daerah

1) Musyawarah Daerah disingkat .MUSDA. adalah lembaga pemegang kekuasaan tertinggi


organisasi PPDI ditingkat Provinsi.
2) Kedaulatan ada di tangan peserta Musyawarah Daerah.
3) Musyawarah Daerah diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
4) Musyawarah Daerah mempunyai tugas :
Memberikan penilaian dan mengesahkan Laporan Pertanggung Jawaban Ketua DPD-PPDI atas
pelaksanaan tugas pengurus selama masa bakti yang dijalaninya.
Menyusun dan menetapkan Rencana Strategis Nasional (RENSTRADA) DPD-PPDI untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun berikutnya.
Menyusun dan menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.
Memilih dan menetapkan Ketua DPD-PPDI untuk masa bakti 5 (lima) tahun berikutnya.
Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pertimbangan Daerah untuk masa bakti 5 (lima) tahun
berikutnya.
5) Peserta Musyawarah Daerah terdiri atas :
Dewan Pertimbangan Daerah.
Dewan Pengurus Daerah
Anggota PPDI Provinsi
Dewan Pertimbangan Cabang
Dewan Pengurus Cabang
6) Masing-masing peserta Musayawarah Daerah memiliki 1 (satu) suara dalam setiap
pengambilan keputusan.
7) Dewan Pengurus Daerah dapat mengundang peninjau untuk menghadiri Musyawarah
Daerah, tetapi tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan maupun untuk dipilih.
8) Musyawarah Daerah dapat dilaksanakan secara sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota PPDI Provinsi dan Dewan Pengurus Cabang PPDI.
9) Apabila ketentuan ayat (8) pasal ini tidak mencapai quorum, maka Musyawarah Daerah
ditunda selama 30 menit dan selanjutnya Musyawarah Daerah secara sah dapat dilaksanakan.
10) Musyawarah Daerah apabila dipandang perlu dapat dirubah statusnya menjadi Rapat Kerja
Daerah setelah mendapat persetujuan 2/3 dari jumlah peserta Musda yang hadir.
11) Musyawarah Daerah Luar Biasa disingkat .MUSDALUB. dapat diselenggarakan atas usulan :
Ketua yang didukung oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 dari jumlah anggota PPDI Daerah dan
Dewan Pengurus Cabang PPDI serta mendapat persetujuan DPP-PPDI.
Dewan Pertimbangan Daerah yang didukung oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota
PPDI Daerah dan Dewan Pengurus Cabang PPDI serta mendapat persetujuan DPP-PPDI.
12) Musyawarah Daerah Luar Biasa sebagaimana ayat (11) diselenggarakan apabila adanya
keadaan luar biasa dan kebutuhan mendesak yang menyangkut sendi kehidupan organisasi.
13) Setiap keputusan Musyawarah Daerah atau Musyawarah Daerah Luar Biasa mengikat seluruh
anggota PPDI Provinsi, Dewan Pengurus Daerah, Dewan Pengurus Cabang dan Pengurus
Kecamatan PPDI.
14) Segala ketentuan yang mengatur tentang tata laksana Musyawarah Daerah atau Musyawarah
Daerah Luar Biasa diatur tersendiri didalam Peraturan dan Tata Tertib Musyawarah Daerah atau
Musyawarah Daerah Luar Biasa.

Pasal 27
Musyawarah Cabang

1) Musyawarah Cabang disingkat .MUSCAB. adalah lembaga pemegang kekuasaan tertinggi


organisasi PPDI ditingkat Kabupaten/Kota.
2) Kedaulatan ada di tangan peserta Musyawarah Cabang.
3) Musyawarah Cabang diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
4) Musyawarah Cabang mempunyai tugas :
Memberikan penilaian dan mengesahkan Laporan Pertanggung Jawaban Ketua DPC-PPDI atas
pelaksanaan tugas pengurus selama masa bakti yang dijalaninya.
Menyusun dan menetapkan Rencana Strategis Cabang (RENSTRACAB) DPC-PPDI untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun berikutnya.
Menyusun dan menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.
Memilih dan menetapkan Ketua DPC-PPDI untuk masa bakti 5 (lima) tahun berikutnya.
Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pertimbangan Cabang untuk masa bakti 5 (lima) tahun
berikutnya.
5) Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas :
Dewan Pertimbangan Cabang
Dewan Pengurus Cabang
Anggota PPDI Kabupaten/Kota
Dewan Pertimbangan Kecamatan
Pengurus Kecamatan
6) Masing-masing peserta Musayawarah Cabang memiliki 1 (satu) suara dalam setiap
pengambilan keputusan.
7) Dewan Pengurus Cabang dapat mengundang peninjau untuk menghadiri Musyawarah
Cabang, tetapi tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan maupun untuk dipilih.
8) Musyawarah Cabang dapat dilaksanakan secara sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota PPDI Cabang dan Pengurus Kecamatan PPDI.
9) Apabila ketentuan ayat (8) pasal ini tidak mencapai quorum, maka Musyawarah Cabang
ditunda selama 30 menit dan selanjutnya Musyawarah Cabang secara sah dapat dilaksanakan.
10) Musyawarah Cabang apabila dipandang perlu dapat dirubah statusnya menjadi Rapat Kerja
Cabang setelah mendapat persetujuan 2/3 dari jumlah peserta Muscab yang hadir.
11) Musyawarah Cabang Luar Biasa disingkat .MUSCABLUB. dapat diselenggarakan atas
usulan :
Ketua yang didukung oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 dari jumlah anggota PPDI Kabupaten/Kota
dan Pengurus Kecamatan PPDI serta mendapat persetujuan DPD-PPDI.
Prakarsa Pertimbangan Cabang yang didukung oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota
PPDI Kabupaten/Kota dan Pengurus Kecamatan PPDI serta mendapat persetujuan DPD-PPDI.
12) Musyawarah Cabang Luar Biasa sebagaimana ayat (11) diselenggarakan apabila adanya
keadaan luar biasa dan kebutuhan mendesak yang menyangkut sendi kehidupan organisasi.
13) Setiap keputusan Musyawarah Cabang atau Musyawarah Cabang Luar Biasa mengikat
seluruh anggota PPDI Kabupaten/Kota, Dewan Pengurus Cabang dan Pengurus Kecamatan PPDI.
14) Segala ketentuan yang mengatur tentang tata laksana Musyawarah Cabang atau Musyawarah
Cabang Luar Biasa diatur tersendiri didalam Peraturan dan Tata Tertib Musyawarah Cabang atau
Musyawarah Cabang Luar Biasa.

Pasal 28
Musyawarah Kecamatan

1) Musyawarah Kecamatan disingkat .MUSCAM. adalah lembaga pemegang kekuasaan


tertinggi organisasi PPDI ditingkat Kecamatan.
2) Kedaulatan ada di tangan peserta Musyawarah Kecamatan.
3) Musyawarah Kecamatan diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali.
4) Musyawarah Kecamatan mempunyai tugas :
Memberikan penilaian dan mengesahkan Laporan Pertanggung Jawaban Ketua PK-PPDI atas
pelaksanaan tugas pengurus selama masa bakti yang dijalaninya.
Menyusun dan menetapkan Rencana Strategis Kecamatan (RENSTRACAM) PK-PPDI untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun berikutnya.
Menyusun dan menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.
Memilih dan menetapkan Ketua PK-PPDI untuk masa bakti 5 (lima) tahun berikutnya.
Memilih dan menetapkan Ketua Dewan Pertimbangan Kecamatan untuk masa bakti 5 (lima) tahun
berikutnya.
5) Peserta Musyawarah Kecamatan terdiri atas :
Pertimbangan Kecamatan
Pengurus Kecamatan
Anggota PPDI Kecamatan
6) Masing-masing peserta Musayawarah Kecamatan memiliki 1 (satu) suara dalam setiap
pengambilan keputusan.
7) Pengurus Kecamatan dapat mengundang peninjau untuk menghadiri Musyawarah
Kecamatan, tetapi tidak memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan maupun untuk dipilih.
8) Musyawarah Kecamatan dapat dilaksanakan secara sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota PPDI Kecamatan.
9) Apabila ketentuan ayat (8) pasal ini tidak mencapai quorum, maka Musyawarah Kecamatan
ditunda selama 30 menit dan selanjutnya Musyawarah Kecamatan secara sah dapat dilaksanakan.
10) Musyawarah Kecamatan apabila dipandang perlu dapat dirubah statusnya menjadi Rapat
Kerja Kecamatan setelah mendapat persetujuan 2/3 dari jumlah peserta Muscam yang hadir.
11) Musyawarah Kecamatan Luar Biasa disingkat .MUSCAMLUB. dapat diselenggarakan atas
usulan :
Ketua yang didukung oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 dari jumlah anggota PPDI Kecamatan serta
mendapat persetujuan DPC-PPDI.
Prakarsa Pertimbangan Kecamatan yang didukung oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah
anggota PPDI Kecamatan serta mendapat persetujuan DPC-PPDI.
12) Musyawarah Kecamatan Luar Biasa sebagaimana ayat (11) diselenggarakan apabila adanya
keadaan luar biasa dan kebutuhan mendesak yang menyangkut sendi kehidupan organisasi.
13) Setiap keputusan Musyawarah Kecamatan atau Musyawarah Kecamatan Luar Biasa mengikat
seluruh anggota PPDI Kecamatan.
14) Segala ketentuan yang mengatur tentang tata laksana Musyawarah Kecamatan atau
Musyawarah Kecamatan Luar Biasa diatur tersendiri didalam Peraturan dan Tata Tertib
Musyawarah Kecamatan atau Musyawarah Kecamatan Luar Biasa.

Pasal 29
Rapat Kerja

1) Rapat Kerja sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI dibagi menjadi :
Rapat Kerja Nasional disingkat RAKERNAS diselenggarakan oleh DPPPPDI.
Rapat Kerja Daerah disingkat RAKERDA diselenggarakan oleh DPDPPDI.
Rapat Kerja Cabang disingkat RAKERCAB diselenggarakan oleh DPCPPDI.
Rapat Kerja Kecamatan disingkat RAKERCAM diselenggarakan oleh Pengurus Kecamatan PPDI.
2) Rapat Kerja sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI harus diselenggarakan 1 (satu) kali
setahun.
3) Rapat Kerja sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI tugasnya adalah :
Menyusun dan menetapkan Program Kerja Tahunan Kurun waktu 1 (satu) tahun kedepan.
Menyusun dan menetapkan hal-hal lain yang dipandang perlu.
4) Peserta Rapat Kerja Nasional adalah :
Dewan Pertimbangan Pusat
Dewan Pengurus Pusat
Organisasi anggota PPDI Pusat
Dewan Pengurus Daerah
5) Peserta Rapat Kerja Daerah adalah :
Dewan Pertimbangan Daerah
Dewan Pengurus Daerah
Organisasi anggota PPDI Provinsi
Dewan Pengurus Cabang
6) Peserta Rapat Kerja Cabang adalah :
Dewan Pertimbangan Cabang
Dewan Pengurus Cabang
Organisasi anggota PPDI Kabupaten/Kota
Pengurus Kecamatan
7) Peserta Rapat Kerja Kecamatan adalah :
Pertimbangan Kecamatan
Pengurus Kecamatan
Organisasi anggota PPDI Kecamatan
8) Dewan Pebgurus sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI dapat mengundang peninjau
untuk menghadiri Rapat Kerja tetapi tidak mempunyai hak suara dalam setiap pengambilan
keputusan maupun untuk dipilih.
9) Rapat Kerja sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI tidak dapat dirubah statusnya
menjadi Musyawarah Nasional/Musyawarah Daerah/Musyawarah Cabang/Musyawarah
Kecamatan.

Pasal 30
Rapat Pengurus

1) Rapat Pengurus dibagi menjadi 6 (enam) kategori, yaitu :


a. Rapat Pleno Pengurus
b. Rapat Pimpinan
c. Rapat Pengurus Inti
d. Rapat Pengurus Harian
e. Rapat Terbatas
f. Rapat yang diperluas
2) Rapat Pleno Pengurus adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota Pengurus termasuk
Dewan Pertimbangan, diselenggarakan sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
3) Rapat Pimpinan adalah rapat yang dihadiri oleh unsur pimpinan yakni Ketua Dewan
Pengurus dan Ketua-ketua Departemen/Biro/Bidang/Seksi sesuai dengan tingkat dan kedudukan
PPDI yang dilaksanakan sewaktuwaktu apabila diperlukan.
4) Rapat Pengurus Inti adalah rapat yang hanya dihadiri oleh seluruh Pengurus Inti yang
dilaksanakan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
5) Rapat Pengurus Harian adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh Pengurus Harian yang
dilaksanakan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
6) Rapat terbatas adalah rapat yang dilaksanakan :
a. Antar pengurus inti dengan Departemen/Biro/Bidang/Seksi tertentu.
b. Antar pengurus harian dengan Departemen/Biro/Bidang/Seksi tertentu.
c. Antar Departemen dengan Departemen/Biro dengan Biro/Bidang dengan Bidang/Seksi
dengan seksi lainnya.
d. Lingkup Departemen/Biro/Bidang/Seksi.
7) Rapat Terbatas sebagaimana ayat (6) pasal ini dilaksanakan sewaktu waktu
apabila diperlukan.
8) Rapat yang diperluas adalah rapat yang dimaksud ayat (2), (3), (4), (5) dan
(6) yang dihadiri oleh pihak-pihak tertentu diluar unsur pengurus.
Pasal 31
Pengambilan Keputusan

1) Pengambilan keputusan dalam musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud


diusahakan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
2) Apabila dalam musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud ayat pasal ini tidak dapat
dicapai mufakat, maka keputusan diambil dengan
suara terbanyak atau voting.
3) Pengambilan keputusan dengan suara terbanyak sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini
menjadi sah apabila disetujui oleh ½ + 1 dari jumlah peserta yang hadir.
4) Pengambilan keputusan yang menyangkut diri seseorang dilaksanakan dengan cara tertutup.

BAB XI
PERSELISIHAN KEPENGURUSAN
Pasal 32

Perselisihan Antar Organisasi Anggota


1) Apabila terjadi perselisihan kepengurusan dilingkup atau antar organisasi anggota PPDI,
maka Ketua (Umum) sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI menyampaikan saran dan
pendapat secara tertulis kepada masing masing pihak yang terlibat perselisihan.
2) Bilamana saran dan pendapat yang disampaikan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
tidak mampu menyelesaikan perselisihan, maka akan diselesaikan menurut mekanisme internal
organisasi anggota yang bersangkutan.

Pasal 33
Perselisihan Antar Kepengurusan PPDI

1) Apabila terjadi perselisihan kepengurusan didalam Dewan Pengurus Daerah/Dewan


Pengurus Cabang/Pengurus Kecamatan, maka penyelesaiannya diserahkan kepada masing-masing
pihak yang terlibat perselisihan melalui mekanisme Musyawarah Luar Biasa.
2) Bilamana penyelesaian sebagaimana ayat (1) pasal ini tidak dicapai, maka
Ketua (Umum) sesuai tingkat dan kedudukan PPDI berhak mengeluarkan
keputusan yang bersifat final untuk menghindari kefakuman kepengurusan.

BAB XII
KEUANGAN DAN ASET ORGANISASI
Pasal 34
Sumber-Sumber Keuangan

Keuangan organisasi diperoleh dari :


1) Iuran Anggota.
2) Bantuan/Sumbangan dari Pemerintah/Swasta baik dari dalam negeri maupun luar negeri
yang bersifat tidak mengikat.
3) Usaha-usaha lain yang sah dan halal.

Pasal 35
Administrasi Keuangan

1) Uang yang tidak segera dipakai Organisasi wajib disimpan pada Bank.
2) Keadaan keuangan wajib diinformasikan pada saat Rapat Pengurus dan
Rapat Kerja.
3) Uang yang tidak segera dipakai Organisasi wajib diaudit oleh seorang Akuntan Publik pada
akhir masa bakti kepengurusan.
4) Setiap anggota dan para sponsor berhak untuk menerima salinan keuangan yang telah di
audit oleh Akuntan Publik.

BAB XIII
PENUTUP
Pasal 36
Perubahan Anggaran Dasar

1) Perubahan Anggaran Dasar ini hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah


Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa sepanjang perubahan itu
tidak bertentangan dengan fungsi dan tujuan PPDI.
2) Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa yang khusus
membahas perubahan Anggaran dasar harus dihadiri oleh sekurang kurangnya 2/3 dari jumlah
Anggota PPDI Pusat dan Dewan Pengurus Daerah Provinsi.
3) Keputusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah peserta yang
hadir pada Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa.
4) Rancangan perubahan Anggaran Dasar harus sudah disampaikan sekurang-kurangnya 14
(empat belas) hari sebelum diadakan Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar
Biasa.
Pasal 37
Pembubaran Organisasi

1) Pembubaran Organisasi PPDI berikut pengaturan sisa keuangan dan aset


organisasi hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar
Biasa PPDI.
2) Pembubaran Organisasi PPDI harus didasarkan pada kenyataan bahwa organisasi ini tidak
lagi dibutuhkan keberadaannya atau dibubarkan berdasarkan Undang-Undang yang berlaku di
Negara Republik Indonesia.

Pasal 38
Lain-Lain

Hal-hal lain yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini selanjutnya
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
-- ≿≾ --

ANGGARAN RUMAH TANGGA


PERSATUAN PENYANDANG DISABILITAS INDONESIA

Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan petunjuk sekaligus sebagai kelengkapan
Anggaran Dasar Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia.

BAB I
ATRIBUT DAN MARS ORGANISASI
Pasal 1
Lambang

1) Lambang PPDI adalah sebagaimana terlampir dalam Anggran Rumah Tangga ini.
2) Arti Lambang PPDI adalah :
Warna putih pada dasar lambang adalah menggambarkan kesucian dan kemurnian jiwa
Penyandang Disabilitas.
Warna biru pada segi lima adalah menggambarkan dinamika dan etos kerja PPDI.
Segi lima adalah asas organisasi PPDI yang berasaskan Pancasila.
Bintang adalah menggambarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai implementasi dari
penghargaan terhadap jiwa dan Hak Asasi Manusia Penyandang Disabilitas.
Padi dan Kapas adalah menggambarkan tujuan PPDI yakni mewujudkan Kesejahteraan Sosial
bagi Penyandang Disabilitas.
Kursi Roda Tuna Daksa, Tongkat Tuna Netra, Alat Bantu Dengar Tuna Rungu dan Perlindungan
Keterbatasan Intelegensia Tuna Grahita adalah menggambarkan berbagai jenis kedisabilitasan
yang menjadi anggota PPDI.
Pita melambangkan kebersamaan dan segenap potensi penyandang disabilitas yang terikat erat
pada keutuhan organisasi PPDI.

Pasal 2
Bendera / Pataka

1) Bendera/Pataka PPDI adalah sebagaimana terlampir dalam Anggaran Rumah Tangga ini.
2) Ketentuan-ketentuan mengenai Bendera PPDI :
Warna dasar kain : biru tua
Warna dasar logo dan pita : putih
Warna logo dan tulisan pada pita : biru
Ukuran bendera/pataka : 90 cm X 120 cm

Pasal 3
Mars
Mars Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) adalah sebagaimana yang tercantum
didalam lampiran Anggaran Rumah Tangga ini.

BAB II
ANGGOTA
Pasal 4
Kewajiban Anggota

Anggota PPDI sesuai dengan tingkat dan kedudukannya berkewajiban untuk :


1) Menjunjung tinggi nama dan kehormatan PPDI dan anggotanya.
2) Menentang setiap usaha dan tindakan yang merugikan Organisasi PPDI.
3) Membina kemitraan dengan PPDI dan sesama anggota untuk kepentingan perjuangan
bersama.
4) Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan PPDI.
5) Memberikan informasi/laporan tentang kegiatan/program yang telah dan akan dilaksanakan
kepada PPDI sesuai dengan tingkat dan kedudukannya.
6) Membayar iuran anggota.

Pasal 5
Hak Anggota

Anggota PPDI sesuai dengan tingkat dan kedudukannya berhak untuk :


1) Menikmati/memanfaatkan aset PPDI.
2) Menyampaikan usul, saran, pendapat dan mengajukan pertanyaan.
3) Memilih dan dipilih.
4) Membela diri.
5) Memperoleh perlakuan yang sama dari PPDI.
6) Mendapatkan informasi, konsultasi dan pendampingan berkaitan dengan masalah
kedisabilitasan.
7) Diprioritaskan dalam program dan kerjasama tentang masalah kedisabilitasan dan
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Dana (SDD).
8) Mendapatkan/meminta rekomendasi untuk mendukung pelaksanaan program kegiatan.
9) Membela diri apabila diberhentikan dari keanggotaan PPDI.

Pasal 6
Berakhirnya Keanggotaan

1) Setiap organisasi anggota PPDI dapat kehilangan haknya dan berakhir keanggotaannya
karena :
Mengundurkan diri secara sukarela yang disampaikan secara tertulis.
Diberhentikan apabila melakukan pelanggaran/tindakan yang bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan yang berlaku dalam PPDI.
Organisasi Anggota membubarkan diri/dibubarkan berdasarkan Undang Undang.
Organisasi PPDI membubarkan diri/dibubarkan berdasarkan Undang - Undang.
2) Dalam hal diberhentikan, sebelum diberhentikan kepada Organisasi anggota yang
bersangkutan diberikan kesempatan membela diri dalam sebuah forum rapat Dewan Pengurus
yang disediakan untuk itu.

BAB III
DEWAN PENASEHAT DAN DEWAN PERTIMBANGAN
Pasal 7
Tugas dan Wewenang Dewan Penasehat

1) Memberikan nasihat baik diminta maupun tidak diminta oleh Dewan Pengurus.
2) Memberikan usul, saran, kritik yang membangun dan turut serta memperjuangkan kebijakan
organisasi.
3) Sedapat mungkin dapat menghadiri musyawarah dan rapat pengurus sesuai dengan tingkat
dan kedudukan PPDI.

Pasal 8
Syarat-Syarat Dewan Penasehat

1) Dimohonkan kesediaannya oleh Ketua (Umum) sebagai Dewan Penasehat.


2) Berwawasan luas dan mempunyai atau pernah mempunyai pengaruh di masyarakat/jabatan
pemerintahan.
3) Pendidikan minimal SMU atau yang sederajat.
4) Mempunyai perhatian yang besar kepada Penyandang Disabilitas.

Pasal 9
Tugas dan Wewenang Dewan Pertimbangan

1) Melakukan pemantauan dan evaluasi untuk mengukur sejauh mana kebijakan Rencana
Strategis dan Program Kerja Tahunan telah dilaksanakan oleh Dewan Pengurus sesuai tingkat dan
kedudukan PPDI.
2) Memberikan pertimbangan kepada Dewan Pengurus baik diminta maupun tidak diminta.
3) Memberikan pertimbangan kebijakan Program Kerja Tahunan kepada Dewan Pengurus.
4) Melakukan sidang secara periodik sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam satu tahun.
5) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugasnya kepada Musyawarah
Nasional/Daerah/Cabang/Kecamatan sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.

Pasal 10
Syarat-Syarat Dewan Pertimbangan

1) Khusus untuk Ketua Dewan Pertimbangan dipilih melalui Musyawarah


Nasional/Daerah/Cabang/Kecamatan sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
2) Sekretaris dan anggota Dewan Pertimbangan ditunjuk oleh Ketua Dewan Pertimbangan
Terpilih.
3) Seorang Penyandang Disabilitas atau Non Penyandang Disabilitas yang mengabdikan
dirinya atau pernah mengabdikan dirinya pada Organisasi PPDI, diutamakan mantan Ketua
(Umum) atau mantan Pengurus PPDI.
4) Pendidikan SMU atau yang sederajat.
5) Mempunyai perhatian yang besar kepada Penyandang Disabilitas.

BAB IV
PENGURUS
Pasal 11
Tata Cara Pemilihan Pengurus

1) Tata Cara Pemilihan Pengurus DPP-PPDI adalah :

a. Calon Ketua Umum DPP-PPDI di calonkan oleh minimal oleh 3 Organisasi Anggota dan
Dewan Pengurus Daerah yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Nasional.
b. Calon Ketua Umum setelah memenuhi persyaratan, selanjutnya memaparkan visi dan
misinya didepan peserta Musyawarah Nasional.
c. Bila Calon Ketua Umum lebih dari 2 orang, penjaringan dilakukan dengan cara bertahap
untuk mendapatkan 2 (dua) orang calon.
d. Apabila untuk memilih salah satu dari 2 orang calon Ketua Umum harus dilakukan dengan
cara voting, maka calon Ketua Umum yang terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak ½ +
1 dari jumlah pemilih yang sah.
e. Ketua Umum mengangkat dan menetapkan Personalia Dewan Penasehat Pusat serta
Komposisi dan Personalia Dewan Pengurus Pusat dengan Surat Keputusan Ketua Umum.
f. Ketua Umum DPP-PPDI mengangkat dan menetapkan komposisi dan personalia
Departemen dengan Surat Keputusan tersendiri Ketua Umum.

2) Tata Cara Pemilihan Pengurus DPD-PPDI adalah :

a. Calon Ketua DPD-PPDI di calonkan oleh minimal oleh 3 Organisasi Anggota dan Dewan
Pengurus Cabang yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Daerah.
b. Calon Ketua setelah memenuhi persyaratan, selanjutnya memaparkan visi dan misinya
didepan peserta Musyawarah Daerah.
c. Bila Calon Ketua lebih dari 2 orang, penjaringan dilakukan dengan cara bertahap untuk
mendapatkan 2 (dua) orang calon.
d. Apabila untuk memilih salah satu dari 2 orang calon Ketua harus dilakukan dengan cara
voting, maka calon Ketua yang terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak ½ + 1 dari
jumlah pemilih yang sah.
e. Ketua mengangkat Personalia Dewan Penasehat Daerah serta Komposisi dan Personalia
Dewan Pengurus Daerah dan mengusulkan kepada DPP-PPDI untuk ditetapkan dengan Surat
Keputusan Ketua Umum.
f. Ketua DPD-PPDI mengangkat dan menetapkan komposisi dan personalia Biro-Biro dengan
Surat Keputusan tersendiri Ketua DPDPPDI.
3) Tata Cara Pemilihan Pengurus DPC-PPDI adalah :

a. Calon Ketua DPC-PPDI di calonkan oleh minimal oleh 3 Organisasi Anggota dan Pengurus
Kecamatan yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Cabang.
b. Calon Ketua setelah memenuhi persyaratan, selanjutnya memaparkan visi dan misinya
didepan peserta Musyawarah Cabang.
c. Bila Calon Ketua lebih dari 2 orang, penjaringan dilakukan dengan cara bertahap untuk
mendapatkan 2 (dua) orang calon.
d. Apabila untuk memilih salah satu dari 2 orang calon Ketua harus dilakukan dengan cara
voting, maka calon Ketua yang terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak ½ + 1 dari
jumlah pemilih yang sah.
e. Ketua mengangkat Personalia Dewan Penasehat Cabang serta Komposisi dan Personalia
Dewan Pengurus Cabang dan mengusulkan kepada DPD-PPDI untuk ditetapkan dengan Surat
Keputusan Ketua DPD-PPDI atas nama Ketua Umum.
f. Ketua DPC-PPDI mengangkat dan menetapkan Komposisi dan Personalia Bidang-Bidang
dengan Surat Keputusan tersendiri Ketua DPC-PPDI.

4) Tata Cara Pemilihan Pengurus Kecamatan PPDI adalah :

a. Calon Ketua PK-PPDI di calonkan oleh minimal oleh 3 Organisasi Anggota yang memiliki
hak suara dalam Musyawarah Kecamatan.
b. Calon Ketua setelah memenuhi persyaratan, selanjutnya memaparkan visi dan misinya
didepan peserta Musyawarah Kecamatan.
c. Bila Calon Ketua lebih dari 2 orang, penjaringan dilakukan dengan cara bertahap untuk
mendapatkan 2 (dua) orang calon.
d. Apabila untuk memilih salah satu dari 2 orang calon Ketua harus dilakukan dengan cara
voting, maka calon Ketua yang terpilih adalah yang memperoleh suara terbanyak ½ + 1 dari
jumlah pemilih yang sah.
e. Ketua mengangkat Personalia Penasehat Kecamatan serta Komposisi dan Personalia
Pengurus Kecamatan dan mengusulkan kepada DPCPPDI untuk ditetapkan dengan Surat
Keputusan Ketua DPC-PPDI atas nama Ketua Umum.
f. Ketua DPC-PPDI mengangkat dan menetapkan komposisi dan personalia Seksi-Seksi
dengan Surat Keputusan tersendiri Ketua Pengurus Kecamatan PPDI.

Pasal 12
Tugas Pokok Ketua (Umum)

Tugas pokok Ketua Umum DPP atau Ketua DPD/DPC/PK PPDI, meliputi :
1) Memimpin Organisasi PPDI secara keseluruhan sesuai tingkat dan kedudukan PPDI.
2) Bertanggung jawab atas keseluruhan Pelaksanaan Tugas Organisasi PPDI.
3) Bertindak kedalam dan keluar atas nama PPDI termasuk mewakili Organisasi dalam proses
hukum.
4) Melimpahkan tugas kewenangan kepada Sekretaris dan atau bersama seorang Ketua untuk
mewakili Ketua Umum apabila berhalangan.
5) Mengambil keputusan/kebijakan tentang jalannya organisasi baik kedalam maupun keluar.
6) Mengambil keputusan/kebijakan tentang tata laksana keuangan dan aset organisasi.
7) Menetapkan pembagian tugas kepada masing-masing Wakil Ketua sebagai Koordinator
Departemen/Biro/Bidang/Seksi sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
8) Mengkoordinir, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja PPDI sesuai
dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
9) Memberikan saran, pendapat, dan konsultasi kepada Dewan Pengurus PPDI dibawahnya dan
Organisasi Anggota PPDI atas pelaksanaan program kerja.
10) Menerbitkan Sertifikat Keanggotaan Mitra PPDI untuk Organisasi Anggota PPDI sesuai
dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
11) Menerbitkan rekomendasi untuk membantu mempermudah Organisasi Anggota PPDI dan
Dewan Pengurus PPDI dibawahnya untuk akses kepada pemerintah atau stakeholder.
12) Memberikan pendapat, saran, konsultasi kepada Organisasi Anggota PPDI yang bersengketa
atau mengeluarkan keputusan yang bersifat final kepada Dewan Pengurus PPDI dibawahnya yang
bersengketa.

Pasal 13
Tugas Pokok Wakil Ketua

Tugas pokok Wakil Ketua DPP/DPD/DPC/PK PPDI, meliputi :


1) Mengkoordinasikan kegiatan Departemen/Biro/Bidang/Seksi yang berada dibawah
koordinasinya sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
2) Memimpin rapat koordinasi dengan/antar Departemen/Biro/Bidang/Seksi dibawah
koordinasinya sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
3) Membantu Ketua (Umum) mengkoordinasi, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan
Program Kerja Tahunan PPDI sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI.
4) Mewakili Ketua (Umum) apabila Ketua (Umum) berhalangan.
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan Ketua (Umum).

Pasal 14
Tugas Pokok Sekretaris (Umum)

Tugas Pokok Sekretaris Umum DPP atau Sekretaris DPD/DPC/PK PPDI,


meliputi:

1) Memimpin sekretariat secara keseluruhan.


2) Mengatur dan bertanggungn jawab atas ketatausahaan organisasi.
3) Mengatur tata laksana surat-menyurat dan administrasi.
4) Memelihara aset dan dokumen organisasi.
5) Menyimpan dan menjaga kerahasiaan organisasi dan dokumen-dokumen penting.
6) Bersama Bendahara (Umum) membuat laporan tentang keadaan aset organisasi.
7) Mewakili Ketua (Umum) apabila Ketua (Umum) berhalangan.
8) Membagi tugas bersama-sama dengan Wakil Sekretaris.
9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua (Umum).
Pasal 15
Tugas Pokok Bendahara (Umum)

Tugas Pokok Bendahara Umum DPP atau DPD/DPC/PK PPDI, meliputi:


1) Menyimpan dan mengatur penggunaan keuangan organisasi.
2) Meyelenggarakan pembukuan dan administrasi keuangan dengan tertib dan akurat.
3) Membuat dan menyampaikan laporan keuangan dan aset organisasi dalam setiap kali rapat
pengurus dan pada setiap akhir tahun.
4) Membuat laporan keuangan yang akan dipertanggung jawabkan kepada pihak lain berkaitan
atas kerjasama pelaksanaan program.
5) Membuat laporan keuangan yang akan dipertanggung jawabkan bersama-sama dengan
Ketua (Umum) pada akhir masa bakti kepengurusan.
6) Membagi tugas bersama-sama Wakil Bendahara.
7) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua (Umum).

Pasal 16
Tugas Pokok Kepala Departemen/Biro/Bidang/Seksi

Tugas Pokok Kepala Departemen/Biro/Bidang/Seksi sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI,
meliputi:
1) Bertanggung jawab atas Departemen/Biro/Bidang/Seksi yang dipimpinnya.
2) Memimpin segala urusan dan pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan
Departemen/Biro/Bidang/Seksi yang dipimpinnya.
3) Menyampaikan usulan Rencana Program Kerja dan Rencana Anggaran Biaya melalui Wakil
Ketua sebagai koordinatornya kepada Ketua (Umum) untuk mendapatkan pertimbangan.
4) Melaksanakan kegiatan sesuai Rencana Program Kerja dan Rencana Anggaran Biaya yang
telah disetujui oleh Ketua (Umum).
5) Menyampaikan Laporan Pertanggung Jawaban atas pelaksanaan Program Kerja kepada
Ketua (Umum).

BAB V
JABATAN LOWONG ANTAR WAKTU
Pasal 17
Penyebab Jabatan Lowong Antar Waktu

Jabatan Lowong Antar Waktu personalia pengurus terjadi karena :


1) Meninggal dunia.
2) Berhenti atas permintaan sendiri.
3) Diberhentikan karena :
Melanggar AD/ART dan Peraturan PPDI.
Tidak aktif sekurang-kurangnya selama 1 tahun secara terus menerus.

Pasal 18
Wewenang Pemberhentian Pengurus
dan Pengisisan Jabatan Lowong Antar Waktu

1) Wewenang khusus pemberhentian dan Pengisisan Jabatan Lowong Antar Waktu Ketua
Umum DPP-PPDI :
Dilakukan melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa yang diselenggarakan khusus untuk itu
berdasarkan usul Dewan Pertimbangan Pusat sebagaimana Pasal 25 ayat (11b) dan ayat (12a)
Anggaran Dasar PPDI.
Sebelum diberhentikan, yang bersangkutan diberikan kesempatan membela diri dihadapan
Musyawarah Nasional Luar Biasa dimaksud.
Setelah Ketua Umum resmi diberhentikan Musyawarah Nasional Luar Biasa menetapkan Ketua
Umum baru sebagai pengganti Jabatan Lowong Antar Waktu sampai sisa masa jabatannya
berakhir.
Dalam hal terjadi jabatan Ketua Umum lowong, jabatan Ketua Umum sebelum diselenggarakan
Musyawarah Nasional Luar Biasa dijabat sementara oleh salah seorang Wakil Ketua yang
ditetapkan berdasarkan Rapat Pleno Pengurus.

2) Wewenang khusus pemberhentian Ketua DPD/DPC/PK-PPDI :


Dilakukan melalui Musyawarah Daerah/Cabang/Kecamatan Luar Biasa sesuai tingkat dan
kedudukan PPDI yang diselenggarakan khusus untuk itu berdasarkan usul Dewan Pertimbangan
sebagaimana Pasal 26, 27 dan 28 ayat (11b) dan ayat (12) Anggaran Dasar PPDI.
Usul dimaksud ayat (2a) pasal ini harus atas persetujuan :
1. Ketua Umum DPP-PPDI untuk jabatan Ketua DPD-PPDI.
2. Ketua DPD-PPDI untuk jabatan Ketua DPC-PPDI.
3. Ketua DPC-PPDI untuk jabatan Ketua PK-PPDI.
Sebelum diberhentikan, yang bersangkutan diberikan kesempatan membela diri dihadapan
Musyawarah Luar Biasa dimaksud.
Setelah Ketua resmi diberhentikan, Musyawarah Luar Biasa menetapkan Ketua baru sebagai
pengganti Jabatan Lowong Antar Waktu sampai sisa masa jabatannya berakhir.
Dalam hal terjadi jabatan Ketua lowong, jabatan Ketua sebelum diselenggarakan Musyawarah
Luar Biasa dijabat sementara oleh salah seorang Wakil Ketua yang ditetapkan berdasarkan Rapat
Pleno Pengurus.

3) Wewenang pemberhentian dan atau pengisisan personalia pengurus sebagaimana dimaksud


pasal 18 untuk jabatan Pengurus Harian dibawah Ketua Umum/Ketua DPD/Ketua DPC/Ketua PK,
sebagai berikut :
Tingkat DPP-PPDI dilakukan melalui Rapat Pleno DPP dan bila keadaan mendesak dapat
dilakukan oleh Ketua Umum atas persetujuan Dewan Pertimbangan.
Tingkat DPD-PPDI dilakukan oleh DPP-PPDI berdasarkan usulan Ketua DPD-PPDI.
Tingkat DPC-PPDI dilakukan oleh DPD-PPDI berdasarkan usulan Ketua DPC-PPDI.
Tingkat PK-PPDI dilakukan oleh DPC-PPDI berdasarkan usulan Ketua Pengurus Kecamatan
PPDI.
Dalam hal diberhentikan untuk jabatan Pengurus Harian dibawah Ketua Umum/Ketua DPD/Ketua
DPC/Ketua PK yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri dihadapan Rapat Pleno
Pengurus sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI yang diselenggarakan khusus untuk itu.

BAB VI
SYARAT-SYARAT KETUA (UMUM)
Pasal 19
Syarat Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat

Syarat-syarat menjadi Ketua Umum DPP-PPDI adalah :


1) Penyandang Disabilitas laki-laki atau perempuan.
2) Pendidikan minimal SLTA atau sederajat.
3) Berusia sekurang-kurangnya 40 Tahun.
4) Mampu berbahasa Inggris dengan pasif maupun aktif.
5) Bersedia meluangkan waktu dan pikiran.
6) Mempunyai wawasan yang komprehensip tentang keDisabilitasan.
7) Menyuarakan aspirasi seluruh jenis keDisabilitasan.
8) Berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi yang dibuktikan dengan Kartu
Tanda Penduduk (KTP).
9) Dicalonkan secara resmi oleh minimal 3 Organisasi Anggota dan DPD-PPDI.
10) Sudah memiliki pengalaman berorganisasi di bidang keDisabilitasan minimal 10 (sepuluh)
tahun.
11) Pernah menjabat sebagai pengurus PPDI dan atau Organisasi Penyandang Disabilitas anggota
PPDI.
12) Bersedia mempresentasekan visi dan misinya didepan peserta Musyawarah Nasional.
13) Bersedia tidak merangkap Jabatan sebagai Ketua Dewan Pengurus PPDI yang berada
dibawahnya atau Ketua Umum/Ketua Organisasi Anggota PPDI.

Pasal 20
Syarat Ketua Dewan Pengurus Daerah
Syarat-syarat menjadi Ketua Dewan Pengurus Daerah-PPDI adalah :

1) Penyandang Disabilitas laki-laki atau perempuan.


2) Pendidikan minimal SLTA atau sederajat.
3) Berusia sekurang-kurangnya 35 Tahun.
4) Mampu berbahasa Inggris dengan pasif maupun aktif.
5) Bersedia meluangkan waktu dan pikiran.
6) Mempunyai wawasan yang komprehensip tentang keDisabilitasan.
7) Harus dapat mewakili seluruh aspirasi jenis keDisabilitasan.
8) Berdomisili di Ibukota Provinsi yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
9) Dicalonkan secara resmi oleh minimal 3 Organisasi Anggota dan DPCPPDI.
10) Sudah memiliki pengalaman berorganisasi di bidang keDisabilitasan minimal 10 (sepuluh)
tahun.
11) Pernah menjabat sebagai pengurus PPDI dan atau Organisasi Penyandang Disabilitas anggota
PPDI.
12) Bersedia mempresentasekan visi dan misinya didepan peserta Musyawarah Daerah.
13) Bersedia tidak merangkap Jabatan sebagai Ketua (Umum) Dewan Pengurus PPDI yang
berada diatas atau dibawahnya atau Ketua Umum/Ketua Organisasi Anggota PPDI.

Pasal 21
Syarat Ketua Dewan Pengurus Cabang

Syarat-syarat menjadi Ketua Dewan Pengurus Cabang-PPDI adalah :


1) Penyandang Disabilitas laki-laki atau perempuan.
2) Pendidikan minimal SLTA atau sederajat.
3) Berusia sekurang-kurangnya 30 Tahun.
4) Bersedia meluangkan waktu dan pikiran.
5) Mempunyai wawasan yang komprehensip tentang keDisabilitasan.
6) Harus dapat mewakili seluruh aspirasi jenis keDisabilitasan.
7) Berdomisili di Ibukota Kabupaten/Kota yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk
(KTP).
8) Dicalonkan secara resmi oleh minimal 3 Organisasi Anggota dan PK-PPDI.
9) Sudah memiliki pengalaman berorganisasi di bidang kedisabilitasan minimal 5 (lima) tahun.
10) Pernah menjabat sebagai pengurus PPDI dan atau Organisasi Penyandang Disabilitas anggota
PPDI.
11) Bersedia mempresentasekan visi dan misinya didepan peserta Musyawarah Cabang.
12) Bersedia tidak merangkap Jabatan sebagai Ketua (Umum) Dewan Pengurus PPDI yang
berada diatas atau dibawahnya atau Ketua Umum/Ketua Organisasi Anggota PPDI.

Pasal 22
Syarat Ketua Pengurus Kecamatan

Syarat-syarat menjadi Ketua Pengurus Kecamatan-PPDI adalah :


1) Penyandang Disabilitas laki-laki atau perempuan.
2) Pendidikan minimal SLTP atau sederajat.
3) Berusia sekurang-kurangnya 25 Tahun.
4) Bersedia meluangkan waktu dan pikiran.
5) Mempunyai wawasan yang komprehensip tentang keDisabilitasan.
6) Harus dapat mewakili seluruh aspirasi jenis keDisabilitasan.
7) Berdomisili di Kecamatan yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
8) Dicalonkan secara resmi oleh minimal 3 Organisasi Anggota.
9) Sudah memiliki pengalaman berorganisasi di bidang keDisabilitasan minimal 5 (lima) tahun.
10) Pernah menjabat sebagai pengurus PPDI dan atau Organisasi Penyandang Disabilitas anggota
PPDI.
11) Bersedia mempresentasekan visi dan misinya didepan peserta Musyawarah Kecamatan.
12) Bersedia tidak merangkap Jabatan sebagai Ketua (Umum) Dewan Pengurus PPDI yang
berada diatas atau dibawahnya atau Ketua Umum/Ketua Organisasi Anggota PPDI.

BAB VII
PENGUKUHAN / PELANTIKAN
Pasal 23
Pengukuhan / Pelantikan Pengurus

1) Pengukuhan/pelantikan Ketua Umum DPP-PPDI dan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat


terpilih dilakukan oleh Musyawarah Nasional, sedangkan Anggota Pengurus Harian lainnya
dilakukan oleh Ketua Umum terpilih.
2) Pengukuhan/pelantikan DPD-PPDI dan Dewan Pertimbangan Daerah dilakukan oleh Ketua
Umum PPDI.
3) Pengukuhan/pelantikan DPC-PPDI dan Dewan Pertimbangan Cabang dilakukan oleh Ketua
DPD-PPDI atas nama Ketua Umum PPDI.
4) Pengukuhan/pelantikan Pengurus Kecamatan dan Dewan Pertimbangan Kecamatan
dilakukan DPC-PPDI atas nama Ketua Umum PPDI.
5) Pengangkatan, pengukuhan dan pelantikan personalia Departemen/biro/Bidang/Seksi
dilakukan tersendiri oleh Ketua Umum DPP/Ketua DPD/DPC/PK sesuai dengan tingkat dan
kedudukan PPDI.

BAB VIII
PENYELENGGARAAN MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 24
Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional

Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional (Munas dan Rakernas) :

1) Dilaksanakan secara bergantian dimasing-masing wilayah DPD-PPDI berkoordinasi dengan


Pemerintah Provinsi setempat yang ditunjuk melalui Rapat Kerja Nasional.
2) Penyediaan sarana/prasarana dan akomodasi bagi peserta dan peninjau menjadi tanggung
jawab DPD-PPDI yang ditunjuk.
3) DPP-PPDI bertanggung jawab atas biaya.biaya transportasi Panitia DPP-PPDI yang
diperbantukan ke Provinsi yang ditunjuk.
4) Peserta dan Peninjau mengupayakan sendiri biaya transportasi dari tempat asal ke tempat
penyelenggaraan.
5) DPP-PPDI berkewajiban menerbitkan rekomendasi kepada Pemerintah setempat/swasta
untuk mempermudah pembiayaan penyelenggaraan dan pemberangkatan peserta.

Pasal 25
Musyawarah Daerah dan Rapat Kerja Daerah

Musyawarah Daerah dan Rapat Kerja Daerah (Musda dan Rakerda) :


1) Dilaksanakan secara bergantian dimasing-masing wilayah DPC-PPDI berkoordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota setempat yang ditunjuk melalui Rapat Kerja Daerah.
2) Penyediaan sarana/prasarana dan akomodasi bagi peserta dan peninjau menjadi tanggung
jawab DPC-PPDI yang ditunjuk.
3) DPD-PPDI bertanggung jawab atas biaya.biaya transportasi Panitia DPD-PPDI yang
diperbantukan di Kabupaten/Kota yang ditunjuk.
4) Peserta dan Peninjau mengupayakan sendiri biaya transportasi dari tempat asal ke tempat
penyelenggaraan.
5) DPD-PPDI berkewajiban menerbitkan rekomendasi kepada Pemerintah setempat/swasta
untuk mempermudah pembiayaan penyelenggaraan dan pemberangkatan peserta.

Pasal 26
Musyawarah Cabang dan Rapat Kerja Cabang

Musyawarah Cabang dan Rapat Kerja Cabang (Muscab dan Rakercab) :


1) Dilaksanakan secara bergantian dimasing-masing wilayah PK-PPDI berkoordinasi dengan
Pemerintah Kecamatan setempat yang ditunjuk melalui Rapat Kerja Cabang.
2) Penyediaan sarana/prasarana dan akomodasi bagi peserta dan peninjau menjadi tanggung
jawab PK-PPDI yang ditunjuk.
3) DPC-PPDI bertanggung jawab atas biaya.biaya transportasi Panitia DPC-PPDI yang
diperbantukan di Kecamatan yang ditunjuk.
4) Peserta dan Peninjau mengupayakan sendiri biaya transportasi dari tempat asal ke tempat
penyelenggaraan.
5) DPC-PPDI berkewajiban menerbitkan rekomendasi kepada Pemerintah setempat/swasta
untuk mempermudah pembiayaan penyelenggaraan dan pemberangkatan peserta.
Pasal 27
Musyawarah Kecamatan dan Rapat Kerja Kecamatan

Musyawarah Kecamatan dan Rapat Kerja Kecamatan (Muscam dan Rakercam) :


1) Dilaksanakan secara bergantian dimasing-masing Organisasi Anggota PPDI Kecamatan
yang ditunjuk melalui Rapat Kerja Kecamatan.
2) Penyediaan sarana/prasarana dan akomodasi bagi peserta dan peninjau menjadi tanggung
jawab Organisasi Anggota PPDI Kecamatan yang ditunjuk.
3) PK-PPDI bertanggung jawab atas biaya.biaya transportasi Panitia dari PK-PPDI yang
diperbantukan di Organisasi Anggota PPDI yang ditunjuk.
4) Peserta dan Peninjau mengupayakan sendiri biaya transportasi dari tempat asal ke tempat
penyelenggaraan.
5) PK-PPDI berkewajiban menerbitkan rekomendasi kepada Donatur/swasta untuk
mempermudah pembiayaan penyelenggaraan dan pemberangkatan peserta.

Pasal 28
Rapat Pengurus

Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang tehnis Rapat Pengurus diatur


kemudian oleh masing-masing Dewan Pengurus sesuai dengan tingkat dan
kedudukan PPDI.

BAB IX
KEUANGAN DAN ASET ORGANISASI
Pasal 29
Tanggung Jawab Keuangan/Aset Organisasi

Bilamana masing-masing Pengurus PPDI sesuai dengan tingkat dan kedudukan PPDI secara
kolektif atau individu sebagai pengurus tidak dapat
mempertanggung jawabkan keuangan organisasi dalam forum yang disediakan untuk itu, maka
pengurus yang sah dapat merekomendasikan
untuk diproses secara hukum.

Pasal 30
Hutang Organisasi

Apabila Organisasi secara sah memiliki hutang pada pihak ketiga dan seterusnya pada masa
kepengurusan sebelum terjadinya pergantian kepengurusan, maka pengurus penggantinya harus
bersedia mengambil alih
tanggung jawab atas hutang dimaksud.

Pasal 31
Hutang Pengurus

Apabila Pengurus secara kolektif atau secara Individu memiliki hutang untuk kepentingan pribadi
pada organisasi PPDI atau pada pihak ketiga yang
mengatasnamakan organisasi PPDI, maka akan menjadi tanggung jawab pengurus sebelum
terjadinya pergantian kepengurusan untuk menyelesaikannya.

Pasal 32
Pengalihan Hak/Penjualan Aset Organisasi

Setiap pengalihan atau penjualan atas aset organisasi sesuai tingkat dan kedudukan PPDI harus
diketahui dan disepakati oleh seluruh Pengurus Harian dan atas persetujuan Dewan Pertimbangan.

BAB X
PENUTUP
Pasal 33
Perubahan dan Penjabaran Anggaran Rumah Tangga

1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga ini dilaksanakan oleh Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Nasional Luar Biasa.
2) Hal- hal yang belum diatur dan atau belum cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini
serta penjabaran dan pelaksanaannya akan ditetapkan kemudian dalam peraturan dan ketentuan
yang dikeluarkan oleh Dewan Pengurus Pusat PPDI.

Anda mungkin juga menyukai