Anda di halaman 1dari 32

Buku Saku

PELAKSANA
PUSKESOS
Buku Saku
Penyelenggara SLRT
Puskesos

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

©2020 Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Dipersilakan untuk menyalin, menyebarkan dan mengirimkan


publikasi ini untuk tujuan non-komersial.

Direktorat Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan


Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM)

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial


Republik Indonesia Lantai 5,
Jalan Salemba Raya No.28 JakartaPusat, 10430.
Buku Saku

PELAKSANA
PUSKESOS
Panduan Penggunaan Buku Saku

Tujuan penyusunan Buku Saku Pelayanan Pusat


Kesejahteraan Sosial (Puskesos) di Desa/Kelurahan adalah
untuk memberikan panduan tatalaksana pelayanan keluhan
dan rujukan terkait program perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan baik yang dikelola oleh daerah
maupun pusat.

Buku ini ditujukan bagi Pelaksana Puskesos di Desa/Kelurahan.


Buku ini diterbitkan sebagai petunjuk praktis dan ringkas
dalam operasional penyelenggaraan Puskesos berdasarkan
pedoman umum penyelenggaraan Sistem Layanan dan
Rujukan Terpadu (SLRT) dan Pusat Kesejahteraan Sosial
(Puskesos). Karena itu, buku ini diharapkan dapat menjadi
pegangan dan acuan dalam praktik sehari-hari dalam
pelayanan Puskesos di tingkat desa/kelurahan.

Buku ini merupakan panduan yang bersifat umum sehingga


pengguna buku ini juga perlu memperhatikan kondisi,
kebutuhan, serta sumber daya lokal yang seringkali
memerlukan tatalaksana yang berbeda dari yang sudah
tertera di dalam buku ini. Pengguna buku ini juga diingatkan
untuk senantiasa memperhatikan peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia No 15 Tahun 2018 Tentang Sistem
Layanan dan Rujukan Terpadu Untuk Penanganan Fakir
Miskin dan Orang Tidak Mampu.

4
Buku Saku Pelaksana Puskesos

Bagian 1
Prinsip Umum
Pelayanan Puskesos

5
1.1 Dasar Hukum Penyelenggaraan Puskesos

SLRT dan Puskesos memiliki dasar hukum dalam hirarki


peraturan perundang-undangan di Indonesia, antara lain:
i. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4967)
ii. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Neagar Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038);
iii. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5235)
iv. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495)
v. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014, tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

6
Buku Saku Pelaksana Puskesos

Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5657)
vi. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5294)
vii. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui
Pendekatan Wilayah.
viii. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal;
ix. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal;
x. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang
Program Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 341);
xi. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011
tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial
Dasar di Pos Pelayanan Terpadu (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 288);
xii. Peraturan Menteri Sosial Nomor 08 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 567);
xiii. Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu
Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu;

7
xiv. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang
Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Sosial di Daerah Provinsi Dan di Daerah
Kabupaten/Kota
xv. Keputusan Menteri Sosial Nomor 50/HUK/2013 tentang
Pedoman Pelayanan Terpadu dan Gerakan Masyarakat
Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera;
xvi. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
15 Tahun 2018 Tentang Sistem Layanan dan Rujukan
Terpadu Untuk Penanganan Fakir Miskin dan Orang
Tidak Mampu.

1.2 Tujuan Pembentukan Kelembagaan


Puskesos

Puskesos didirikan dengan beberapa tujuan pokok yakni:


1. Menjadi Pusat Informasi program-program perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan, baik yang
dikelola oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/
kota, desa maupun swasta,
2. Menyediakan pelayanan perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan untuk warga miskin dan
rentan miskin serta Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS)/Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS) yang terpadu ditingkat desa/kelurahan,
3. Menyediakan pelayanan dan rujukan untuk program
perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan

8
Buku Saku Pelaksana Puskesos

yang terpadu untuk warga miskin dan rentan miskin di


tingkat desa/kelurahan,
4. Membantu mengidentifikasi keluhan warga miskin dan
rentan miskin dan memantau penanganan keluhan
tersebut,
5. Memastikan keluhan warga miskin dan rentan miskin
tertangani dengan baik oleh pengelola program
perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan,

1.3 Azas Penyelenggaraan Puskesos

Puskesos diselenggarakan dengan melandaskan diri kepada


azas kesetaraan, responsivitas, akuntabilitas, transparansi,
partisipatif, kesetiakawanan, keberlanjutan, dan kerahasiaan.

Kesetaraan
Puskesos memberikan akses dan kesempatan yang sama
kepada warga untuk mendapatkan pelayanan kesejahteraan
sosial tanpa membeda-bedakan latar belakang suku,
golongan agama, dan ras.

Responsivitas
Puskesos memberikan pelayanan perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan dengan cepat, tanggap dan akurat.

Akuntabilitas
Puskesos dapat mempertanggungjawabkan setiap kegiatan
yang dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.

9
Transparansi
Puskesos memberikan kesempatan dan akses seluas-
luasnya kepada warga untuk mendapatkan informasi
yang dibutuhkan serta mengawasi kegiatan pelayanan
kesejahteraan sosial.

Partisipatif
Puskesos melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam
kegiatan penyelenggaraan pelayanan perlindungan sosial
dan penanggulangan kemiskinan.

Kesetiakawanan
Puskesos kegiatan yang dilakukan harus berlandaskan
kepedulian sosial dan rasa empati untuk membantu
orang lain.

Keberlanjutan
Puskesos penyelenggaraan kegiatan pelayanan perlndungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan secara
berkesinambungan untuk mencapai kemandirian.

Kerahasiaan
Puskesos penyelenggaraan kegiatan pelayanan perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan dilaksanakan dengan
memperhatikan kerahasiaan klien atau warga.

10
Buku Saku Pelaksana Puskesos

Bagian 2
Pembentukan
Kelembagaan Sekretariat
Puskesos

11
2.1 Sekretariat Puskesos

Pusat Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut Puskesos


adalah tempat yang berfungsi untuk melakukan kegiatan
pelayanan sosial bersama secara sinergis dan terpadu antara
kelompok masyarakat dalam komunitas yang ada di desa/
kelurahan dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Dengan demikian keberadaan Puskesos akan berfungsi sebagai:


1. Lembaga yang dibentuk oleh desa/kelurahan untuk
memudahkan warga miskin dan rentan miskin
menjangkau layanan perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan, baik yang dikelola
pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota pemerintah
desa/kelurahan dan swasta.
2. Miniatur dan perpanjangan tangan Sistem Layanan
dan Rujukan Terpadu (SLRT) di tingkat desa/kelurahan
diharapkan menyediakan kontribusi yang baik untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan puskesos.

Sekretariat Puskesos adalah ruang untuk melayani


masyarakat di tingkat Desa/Kelurahan yang dilengkapi:
a. Papan Nama
1) Bertuliskan nama Puskesos.
2) Ukuran papan nama minimal 1m x 1,5m, warna
dasar putih, tulisan warna hitam dan huruf kapital.
3) Logo terdiri: Logo Kementerian Sosial, logo
Puskesos, dan logo desa/kelurahan.
4) Alamat dan nomor telepon sekretariat Puskesos

12
Buku Saku Pelaksana Puskesos

b. Papan Informasi
Ukuran Papan Informasi disesuaikan dengan ruang yang
tersedia. Informasi yang disajikan mencakup:
1) Struktur Puskesos
2) Alur layanan
3) SOP penanganan keluhan
4) Program-program terkait dan informasi lainnya
yang relevan

c. Front Office dapat menyatu dengan Back Office dengan


ukuran minimal 6m2, terdiri dari:
1) Ruang tunggu dilengkapi dengan kursi, nomor
antrian, alat pemanggil, media informasi
2) ruang penerima keluhan sekaligus berfungsi sebagai
ruang layanan, dilengkapi dengan meja, kursi, buku
tamu, form keluhan, Komputer/Laptop dan Printer
3) Meja dan kursi untuk sebanyak jumlah petugas.
4) Lemari berkas.
5) Media informasi.
6) Jaringan internet.

d. Ruang Penunjang
Ruang penunjang lainnya, antara lain: ruang ramah
anak/ruang laktasi, ruang ibadah, kamar mandi/toilet.

e. Kelengkapan lain pada ruangan


1) Alat penerangan ruangan.
2) Kipas angin/exhaust/Air Conditioner.
3) Kotak kritik dan saran.

13
4) Alat tulis Kantor.
5) Papan nama ruangan.
6) Air minum.

a. Tugas dan Tanggungjawab Sekretariat Puskesos


Sekretariat Puskesos bertanggungjawab atas pelayanan
perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan di
tingkat desa/kelurahan dengan tugas – tugas sebagai berikut:
1. Menyusun rencana kegiatan dan anggaran kegiatan
Puskesos melalui Alokasi Dana Desa (ADD) atau Dana
Desa (DD),
2. Mendukung dan memfasilitasi pemutakhiran Data
Penerima Manfaat di tingkat desa/kelurahan melalui
Musyawarah Desa/Kelurahan yang dilakukan minimal
setahun dua kali dengan memaksimalkan Fasilitator
SLRT,
3. Mencatat keluhan penduduk miskin dan rentan miskin
ke dalam sistem aplikasi puskesos yang terhubung
dengan SLRT di tingkat Kabupaten/Kota,
4. Melayani, menangani, dan menyelesaikan keluhan
penduduk miskin dan rentan miskin sesuai kapasitas
desa/kelurahan,
5. Memberikan rujukan keluhan penduduk miskin dan
rentan miskin kepada pengelola program/layanan sosial
di desa/kelurahan atau kabupaten/kota melalui SLRT,
6. Membangun dan menindaklanjuti kemitraan dengan
lembaga non pemerintah termasuk pihak swasta melalui
CSR di desa/kelurahan (bila memungkinkan), dan

14
Buku Saku Pelaksana Puskesos

7. Menyusun laporan kegiatan puskesos untuk disampaikan


kepada sekretariat SLRT Kabupaten/Kota dan OPD
terkait lainnya.

b. Kelompok Sasaran dan Penerima Manfaat


Sekretariat Puskesos
Sekretariat Puskesos desa/kelurahan didirikan dengan tujuan
melayani kelompok sasaran, antara lain:
1. Warga miskin dan rentan miskin yang terdapat atau
tidak terdapat dalam Basis Data Terpadu Kesejahteraan
Sosial (DTKS) yang tinggal di desa/kelurahan setempat,
2. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang
ada di desa/kelurahan setempat,
3. Warga desa/kelurahan setempat lainnya yang
memerlukan pelayanan perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan.

2.2 Tata Cara dan Proses Pembentukan


Sekretariat Puskesos

Tahapan proses yang ditempuh untuk membentuk dan


mendirikan Sekretariat Puskesos adalah:
1. Setelah melakukan/mengikuti Bimhbingan Teknis bagi
penyelenggara SLRT dan Puskesos di tingkat Kabupaten/
Kota, Dinas Sosial Kabupaten/Kota dan OPD terkait
bersama pemerintah desa/kelurahan melakukan
penjajakan pembentukan Puskesos di masing – masing
desa/kelurahan.

15
2. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota berkoordinasi
dengan OPD terkait Pemerintah Desa/Kelurahan
melakukan sosialisasi dan memprakarsai pembentukan
Puskesos. Proses sosialisasi hendaknya mengundang
seluruh kepala desa/kelurahan dan aparat kecamatan.
3. Kepala desa/lurah dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), tokoh agama dan tokoh masyarakat berkoordinasi
untuk membahas pembentukan puskesos di desa/
kelurahan setempat,
4. Kepala desa/lurah bersama kasi layanan atau kesra
memetakan potensi sumber daya yang ada di desa/
kelurahan untuk mendukung pembentukan dan
memaksimalkan keberadaan Puskesos. Misalnya
Program-program pemberdayaan warga yang dikelola
oleh desa, Karang Taruna, PSKS, PSM, dan Perusahaan
Swasta yang ada di desa/kelurahan, dll.
5. Kepala desa/lurah bersama kasie (kepala seksi) layanan
atau kesra, mendiskusikan struktur kelembagaan
puskesos terkait siapa yang akan berperan sebagai
koordinator Puskesos, Front Office dan Back Office. Kepala
desa/kelurahan wajib menjadi penanggungjawab dalam
pelaksanaan Puskesos.
6. Pengurus harian atau struktur kelembagaan Puskesos
(Koordinator Puskesos, Front Office dan Back Office)
ditetapkan melalui Surat Keptutusan Kepala Desa/Lurah
setempat.
7. Kepala desa/lurah wajib mensosialisasikan keberadaan
dan fungsi puskesos ke semua warga yang tinggal di
desa/kelurahan setempat.

16
Buku Saku Pelaksana Puskesos

Bagian 3
Tata Kelola Kelembagaan
Sekretariat Puskesos

17
3.1 Tugas dan Fungsi Pelaksana Sekretariat
Puskesos

Sekretariat Puskesos desa/kelurahan sekurang-kurangnya


dikelola oleh empat unsur pelaksana utama dengan tugas-
tugas masing-masing sebagai berikut:
1. Penanggungjawab Puskesos yang dijabat oleh kepala
Desa/Lurah, yang bertanggungjawab atas keberadaan
dan keberfungsian sekretariat Puskesos serta
berkewajiban menghubungkan semua program desa/
kelurahan yang berkaitan dengan pemberdayaan warga
ke sekretariat Puskesos agar bisa diakses warga miskin
dan rentan miskin di desa/kelurahan setempat,
2. Koordinator Puskesos yang dijabat oleh Kasi Layanan
atau Kesra yang bertugas; (i) Mengoordinasikan
proses perencanaan dan sosialisasi Puskesos di desa/
kelurahan, (i) Mengoordinasikan pelaksanaan tugas
Puskesos, (iii) Melakukan koordinasi dengan Sekretariat
SLRT Kabupaten/Kota,
3. Front Office yang bertugas; (i) Menerima keluhan
warga terkait layanan sosial dan melakukan regristrasi
terkait laporan yang diterima, (ii) Memberikan informasi
terkait layanan yang tersedia di Puskesos/SLRT serta
menyampaikan mekanisme penanganan keluhan,
(iii) Memberikan informasi tentang program-program
perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan,
baik yang dikelola oleh pemerintah atau program
nasional, provinsi, Kabupaten/kota, maupun swasta (iv)
Memeriksa apakah warga yang melapor ada atau tidak

18
Buku Saku Pelaksana Puskesos

dalam Basis Data Puskesos/SLRT; apabila ada dalam


Basis Data, kemudian memeriksa, menganalisis serta
meneruskan ke bagian back office sesuai dengan jenis
keluhan; apabila tidak ada dalam Basis Data, bagian front
office mencatat profil dasar warga dan mengusulkan
yang bersangkutan apakah layak atau tidak dimasukkan
kedalam Basis Data sebagai calon penerima layanan
program melalui Fasilitator.
4. Back Office bertugas; (i) Menerima keluhan warga yang
telah diperiksa oleh front office, (ii) Memberikan jawaban
atau kepastian atas aduan yang diterima, (iii) Menagani
keluhan warga yang dapat ditangani di Puskesos, (iv)
Memberi rujukan keluhan warga yang tidak dapat ditangani
di Puskesos kepada Supervisor SLRT di kecamatan.

3.2 Kerjasama Kemitraan dan Jejaring


Puskesos

Di desa/kelurahan terdapat banyak lembaga, pemerintah


dan nonpemerintah, maupun individu yang terlibat dalam
program penanggulangan kemiskinan. Sebagai pusat
informasi, Puskesos wajib membangun kerjasama dan
jejaring dengan pelbagai pihak terkait. Beberapa lembaga
yang bisa dijadikan mitra kerja Puskesos adalah:
1. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Desa/
Kelurahan. Tim ini adalah forum lintas pelaku di
tingkat desa/kelurahan sebagai wadah koordinasi
penanggulangan kemiskinan.

19
2. Organisasi keagamaan yang mengelola program
perlindungan sosial tertentu, seperti Badan Amil Zakat
Daerah dan lain-lain. Organisasi ini biasanya bekerja
hingga di level desa.
3. Perusahaan swasta yang memiliki program corporate
social responsibility (CSR). Program CSR adalah program-
program perlindungan sosial dan penanggulangan
kemiskinan tertentu di tingkat desa yang dikelola
perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
4. Pendamping Program Kesejahteraan Sosial. Mereka
adalah pekerja sosial atau tenaga kesejahteraan sosial
atau relawan sosial yang ditunjuk untuk mendampingi
Program-Program Kesejahteraan Sosial seperti Program
Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Program Keluarga
Harapan, Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Asistensi
Sosial Lanjut Usia Terlantar (ASLUT), Orang Dengan
Kecacatan Berat (ODKB), dan lain-lain.
5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah organisasi
yang dibentuk oleh anggota masyarakat secara sukarela
atas dasar kesamaan kegiatan, profesi dan fungsi, untuk
berperan serta dalam pembangunan. Banyak dari
lembaga swadaya masyarakat yang mengembangkan
program perlindungan sosial dan penanggulangan
kemiskinan tertentu.
6. Organisasi Perempuan atau organisasi kemanusiaan
lainnya. Terdapatbanyak organisasi, baik berbadan
hukum maupun tidak yang secara khusus memberikan
pelayanan perlindungan sosial dan penanggulangan

20
Buku Saku Pelaksana Puskesos

kemiskinan, utamanya bagi perempuan dan anak-


anak perempuan.
7. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK). Mereka
adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara
profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan
dan penanganan masalah sosial. Sebagian dari mereka
bekerja di bidang kesejahteraan sosial dengan wilayah
kerja tingkat kecamatan.
8. Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS).
Mereka adalah perseorangan, keluarga, kelompok
atau masyarakat yang dapat berperan serta untuk
menjaga, menciptakan, mendukung dan memperkuat
penyelenggaraan kesejahteraan sosial,
9. Karang Taruna adalah organisasi sosial kemasyarakatan
yang dibentuk sebagai wadah pengembangan para
pemuda di desa
10. Kader Posyandu. Mereka adalah warga masyarakat
setempat yang bekerja secara sukarela untuk mengelola
osyandu. Kader Posyandu merupakan pilar pengerak
pembangunan kesehatan di tingkat desa/kelurahan.

21
3.3 Mekanisme dan Prosedur Pengelolaan
Keluhan di Sekretariat Puskesos

Puskesos mengatur mekanisme dan prosedur pengelolaan


keluhan dan pengaduan warga dengan alur sebagai berikut:
1. Individu atau keluarga miskin dan rentan miskin
mendatangi Puskesos menyampaikan keluhan dan
permasalahannya,
2. Individu atau keluarga miskin dan rentan menunggu
layanan dari front office sesuai urutan kedatangan,
3. Keluhan dan permasalahan diterima oleh front office,
kemudian individu atau keluarga miskin dan rentan
miskin diperiksa statusnya dalam Daftar Penerima
Manfaat. (i) Jika tidak ada dalam Daftar Penerima
Manfaat maka diusulkan untuk dimasukkan ke dalam
Daftar Penerima Manfaat setelah melalui verifikasi dan
validasi oleh Tim Survei Lapangan Sekretariat SLRT, dan
(ii) Jika ada di dalam Daftar Penerima Manfaat maka
keluhan atau permasalahannya dikaji dan diteruskan ke
bagian back office untuk ditindaklanjuti sesuai dengan
keluhan dan kebutuhannya.
4. Bagian back office memberikan informasi lebih detail
tentang keluhan atau program yang dibutuhkan,
dan memproses lebih lanjut sesuai keluhan atau
kebutuhannya. Semaksimal mungkin keluhan atau
kebutuhan tersebut ditangani oleh program desa.
5. Jika keluhan dan program yang dibutuhkan individu/
keluarga/rumah tangga tidak bisa ditangani langsung

22
Buku Saku Pelaksana Puskesos

oleh Puskesos, maka diteruskan ke Supervisor SLRT


di Kecamatan untuk direview dan diteruskan ke
Manajer Daerah SLRT. Setelah dikoordinasikan dengan
Koordinator Puskesos.
6. Setelah semua keluhan dan Layanan selesai, individu
atau keluarga miskin dan rentan miskin tersebut
meninggalkan Puskesos.

23
24
Buku Saku Pelaksana Puskesos

Bagian 4
Pelayanan Puskesos
Dalam Kondisi Kedaruratan

25
4.1 Pelayanan Puskesos Dalam Kondisi
Kedaruratan

Indonesia merupakan negara dengan kondisi geografis dan


kondisi sosial budaya yang beragam. Dengan keberagaman
kondisi geografis dan sosial budaya tersebut, kemungkinan
terjadinya bencana alam, bencana non-alam, dan kondisi
kedaruratan lainnya sangat tinggi. Dengan potensi bencana/
kedaruratan yang tinggi, sebagai kelembagaan pemberi
layanan kesejahteraan sosial, SLRT dan Puskesos dapat
berkontribusi dalam situasi dan kondisi tersebut.

Sekretariat SLRT dan Sekretariat Puskesos sebagaimana


fungsinya dapat berkontribusi sebagai portal informasi,
tempat pengaduan keluhan, posko darurat untuk petugas,
dan posko darurat pelayanan kepada masyarakat terkena
dampak bencana. Sebagai portal informasi, sekretariat dapat
berkontribusi dalam pemberian informasi dengan metode
sosialisasi melalui media tulisan informasi (leaflet, brosur,
infosheet, xbanner, spanduk) dan metode lainnya terkait
pencegahan, mitigasi, intervensi, dan informasi terkait upaya
pemulihan kedaruratan.

Dalam situasi kedaruratan, untuk melaksanakan tugasnya


petugas SLRT dan Puskesos dapat terus memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang terkena dampak
kedaruratan tersebut. Namun perlu diperhatikan kembali
untuk mempersiapkan diri dengan perlengkapan tambahan

26
Buku Saku Pelaksana Puskesos

seperti alat pelindung diri (APD) yang sesuai dengan standar


K3 (Kesehatan, Keselamatan, dan Kesejahteraan Manusia) dan
juga sesuai dengan kebutuhan dan situasi kedaruratannya.

Pemerintah Desa menjadi penanggungjawab dalam


penyelenggaraan pelayanan sosial di Desa/kelurahan,
Pemerintah Desa/Kelurahan mempunyai tugas untuk
menjamin pemenuhan hak dasar masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan sosial serta berhak mendapatkan
program Perlindungan Sosial dan Penanggulangan
Kemiskinan dalam kondisi kedaruratan. Unsur pelaksana
utama pelayanan Puskesos di tingkat Desa/Kelurahan
diantaranya adalah Koordinator Puskesos serta petugas
Front Office dan Back Office. Disamping masing-masing
mengemban tugas yang utama dalam melakukan pelayanan
kepada masyarakat, unsur pelaksana tersebut juga harus
mampu melakukan sosialiasi terkait kondisi kedaruratan.
Prinsip dalam penyelanggaraan layanan Puskesos dalam
kondisi kedaruratan yaitu:
1. Cepat dan Tepat;
2. Prioritas;
3. Koordinasi dan Keterpaduan;
4. Transparansi dan Akuntabiitas;
5. Kemitraan;
6. Pemberdayaan;
7. Nondiskriminatif;
8. Kerelawanan;
9. Kearifan Lokal;

27
Contoh Pelayanan Puskesos dalam masa kedaruratan salah
satunya adalah menghadapi wabah COVID-19. COVID-19
adalah Jenis virus corona baru yang menimbulkan penyakit
yang bernama COVID-19. Sebelum dikenal sebagai COVID-19,
penyakitnya dikenal sebagai virus Corona baru 2019 atau
2019-nCov. Virus Corona baru adalah virus baru, tapi mirip
dengan keluarga virus yang menyebabkan SARS (Severe Acute
Respiratory Syndrome) dan sejumlah influensa biasa. Karena itu,
salah satu protokol dalam pencegahan penyebaran Covid19
sebagaimana yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) sebelumnya menyebut pemberian jarak ini
sebagai social distancing. Namun sejak Jumat (20/3/2020)
lalu, WHO mengganti frasa social distancing menjadi physical
distancing yang artinya menjaga jarak. untuk meminimalisir
penyebaran Covid-19 tersebut. WHO menekankan bahwa
menjaga jarak dari orang-orang sangatlah penting dan itu
tidak berarti membuat orang harus memutuskan hubungan
sosial, atau melakukan jarak sosial (social distancing) dengan
orang yang dicintai, seperti keluarga dan kerabat.

Sebagai petugas di lini depan (front line), petugas Front Office


(FO) dan Back Office (BO) di Sekretariat Puskesos yang harus
berhadapan dengan warga ketika melakukan pelayanan
harus mengikuti protokol penyebaran dan pencegahan
Covid-19, diantaranya:
1. Petugas FO/BO di Sekretariat Puskesos yang sedang
mengalami gejala batuk/pilek dan demam, sebaiknya
tidak melakukan pelayanan dan istirahat di rumah;
2. Petugas FO/BO di Sekretariat Puskesos menyediakan

28
Buku Saku Pelaksana Puskesos

tempat cuci tangan dan sabun/hand sanitizer bagi


masyarakat yang datang dan membutuhkan pelayanan;
3. Petugas FO/BO harus selalu menjaga kebersihan
Sekretariat Puskesos dengan menyemprot disinfektan
sesuai kebutuhan (dapat menggunakan campuran
cairan pemutih pakaian atau karbol dengan air);
4. Petugas FO/BO di Sekretariat Puskesos menghindari
berjabat tangan dan kontak langsung dengan warga
yang dilayani;
5. Petugas FO/BO di Sekretariat Puskesos yang bertugas
memberikan pelayanan harus selalu menggunakan Alat
Pelindung Diri (ADP) seperti masker;
6. Petugas FO/BO di Sekretaria Puskesos yang bertugas
harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan/minum;
7. Petugas FO/BO mengatur jarak masyarakat yang
menunggu antrian untuk memenuhi prosedur social/
physical distancing; dan Petugas FO/BO di Sekretariat
Puskesos dalam melakukan pelayanan harus sedang
dilayani.

Dalam rangka pengurangan resiko becana (kedaruratan),


Penyelenggara Puskesos dan Pemeritahan Desa/Kelurahan
harus berperan dalam:
1. Melakukan kampanye kesadaran, kesiapsiagaan, dan
kemandirian kepada masyarakat dalam menghadapi
risiko bencana (kedaruratan);
2. Melakukan pemantauan dan memberikan saran

29
terhadap aktifitas pengelolaan dan/atau pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan lingkungan oleh masyarakat
desa yang berpotensi menimbulkan bencana;
3. Melakukan pengarusutamaan pengurangan resiko
bencana bagi semua anggota masyarakat desa
menuju komunitas yang peka, tanggap dan tangguh
terhadap bencana.

30
Buku Saku Pelaksana Puskesos

31
Direktorat Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga,
dan Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM)
Kementerian Sosial Republik Indonesia
Gedung Kementerian Sosial RI Lantai 5
Jalan Salemba Raya No.28 Jakarta Pusat, 10430.
Email: slrt@kemsos.go.id

Anda mungkin juga menyukai