Anda di halaman 1dari 14

MUSYAWARAH NASIONAL III

IKATAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT

ANGGARAN RUMAH TANGGA


IKATAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I
UMUM

Pasal 1
Landasan Penyusunan

1. Penyusunan Anggaran Rumah Tangga (ART) ini berlandaskan Anggaran Dasar


IPSM.
2. Penyusunan Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud ayat (1)
merupakan penjabaran dari butir-butir yang ada pada Anggaran Dasar IPSM
3. Anggaran Rumah Tangga (ART) ini merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari Anggaran Dasar (AD) IPSM.

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2
Anggota

1. Anggota Biasa IPSM adalah seluruh PSM yang menghimpun diri dalam wadah
IPSM.
2. Anggota Kehormatan IPSM adalah mereka yang dianggap berjasa dan disetujui
sebagai Anggota Kehormatan IPSM

Pasal 3
Penetapan dan Pengesahan Anggota

1. Penetapan, pengesahan dan terbitnya Kartu Tanda Anggota/KTA PSM


dilaksanakan oleh Pengurus IPSM Nasional.
2. Penetapan dan Pengesahan Anggota Kehormatan dilakukan oleh Pengurus
Nasional IPSM melaui Surat Keputusan yang dan berhak diberikan Kartu
Anggota PSM.
3. Sebagaimana ayat (2) diusulkan oleh orang perorang.
4. Sebelum diterbitkannya KTA PSM oleh pengurus Nasional IPSM, Pengurus IPSM
Kabupaten Kota dapat menerbitkan KTA Sementara.

1
Pasal 4
Hak dan Kewajiban Anggota Biasa

1. Setiap Anggota Biasa mempunyai hak :


a). Memperoleh perlakuan yang sama dari IPSM
b). Memilih dan dipilih sebagai pengurus dalam Musyawarah IPSM
c). Mengikuti kegiatan–kegiatan yang diselenggarakan oleh IPSM.
d). Memperoleh perlindungan dan pembelaan dari IPSM
e). Berbicara dan bersuara dalam setiap pertemuan IPSM
f). Menyampaikan pikiran tertulis maupun lisan kepada IPSM
2. Setiap Anggota Biasa mempunyai kewajiban ;
a). Mentaati dan Melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga
dan Pedoman Operasional IPSM lainnya.
b). Melaksanakan program dan tugas yang diberikan IPSM.
c). Mengikuti jenjang pendidikan/pelatihan untuk peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia PSM.
d). Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik IPSM.
e). Membayar iyuran yang telah disepakati.
f). Berpartisipasi aktif dalam kegiatan IPSM.

Pasal 5
Hak dan Kewajiban Anggota Kehormatan

1. Setiap Anggota Kehormatan IPSM mempunyai hak :


a). Memberikan pertimbangan dan saran kepada pengurus IPSM
b). Memberikan sumbangan baik moral maupun material sesuai dengan
kesanggupannya.
c). Mendapatkan penghargaan dan apresiasi secara tepat dari IPSM sesuai
dengan tingkatannya.
2. Setiap Anggota Kehormatan IPSM mempunyai kewajiban :
a). Mempelajari dan menelaah pengetahuan yang bermanfaat bagi
perjuangan IPSM dan Kesejahteraan Sosial.
b). Tunduk pada semua ketentuan IPSM serta memperhatikan dan
melaksanakan tujuan IPSM.

Pasal 6
Status Keanggotaan dan Pemberhentian Anggota

1. Anggota kehilangan status keanggotaannya karena :


a). Meninggal dunia;
b). Atas permintaan sendiri;
c). Diberhentikan oleh Pengurus bila yang bersangkutan melanggar AD/ART

2
d). Penetapan pemberhentian anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
butir (c) dilakukan oleh pengurus setelah anggota yang bersangkutan
diberikan kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri pada rapat pleno
pengurus.
2. Penetapan atau peninjauan keanggotaan dilaksanakan oleh :
a). Pengurus IPSM tingkat Nasional.
b). Pengurus IPSM tingkat Provinsi.
c). Pengurus IPSM tingkat Kabupaten/Kota.

BAB III
PENGURUS IPSM

Pasal 7
Pengurus

1. Masa jabatan pengurus adalah 5 (lima) tahun, dan selanjutnya dapat dipilih
kembali.
2. Pengurus Pengurus IPSM disemua tingkatan bertindak secara kolektif kolegial,
demokratis dan penuh rasa persaudaraan
3. Pengurus IPSM berhak untuk :
a). Meminta laporan secara berkala kepada komite eksekutif
b). Mengingatkan anggota yang dianggap telah menyimpang dari Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, maupun ketetapan-ketetapan
Musyawarah Nasional.
c). Memberhentikan Anggota yang melanggar setelah diberikan peringatan.
4. Pengurus IPSM berkewajiban untuk :
a). Menjalankan dengan penuh tanggung jawab segala ketentuan yang telah
ada dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan Ketetapan
Musyawarah Nasional, Musyawarah Provinsi, Musyawarah
Kabupaten/Kota, Musyawarah Kecamatan dan Musyawarah
Kelurahan/Desa IPSM.
b). Menyusun dan menjalankan program kerja sesuai tujuan, tugas dan
fungsi IPSM, yang disusun melalui Rapat Pengurus IPSM dan atau Rapat
Pleno
c). Menyusun anggaran berdasarkan program kerja Pengurus.
d). Menyampaikan laporan secara berkala kepada Pembina IPSM dan Tim
Motivator dan Dinamisator PSM.
e). Melaksanakan Musyawarah Nasional secara tepat waktu
f). Melaksanakan Munaslub bila dianggap perlu.

3
Pasal 8
Komposisi Kepengurusan IPSM

Komposisi Pengurus IPSM adalah ;


1. Pengurus IPSM membentuk struktur Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, Ketua-
Ketua Bidang, wakil-wakil ketua bidang, sekretris-sekretaris bidang, Sekretaris
Jenderal, Wakil Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Wakil Bendahara
umum
2. Pengurus IPSM dapat menunjuk Komite Eksekutif dan fungsionaris lainnya
yang terdiri dari divisi-divisi yang dibutuhkan organisasi.
3. Pengurus IPSM dapat menunjuk Komite Eksekutif dan fungsionaris lainnya
yang terdiri dari divisi-divisi, biro-biro yang dibutuhkan organisasi.
4. Pengurus IPSM dapat membentuk Kelompok Kerja, Badan Otonom dan
berbagai perangkat yang diperlukan.
5. Pengurus IPSM dapat mengangkat Pembina sesuai dengan kebutuhan.
6. Pengurus IPSM dapat membentuk lembaga sayap, seperti koperasi,
perusahaan, ormas, yayasan, LSM dan lembaga professional lainnya.
7. Tata aturan pembentukan komponen kelembagaan IPSM akan diatur secara
khusus dalam Peraturan Operasional/Petunjuk Pelaksanaan IPSM.

Pasal 9
Komposisi Kepengurusan IPSM Tingkat Provinsi

Komposisi Pengurus IPSM Provinsi adalah ;


1. Pengurus IPSM dapat membentuk struktur Ketua, Wakil-Wakil, Sekretaris,
Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
2. Pengurus IPSM Provinsi dapat menunjuk Komite Eksekutif.
3. Pengurus IPSM Provinsi dapat membentuk Kelompok Kerja
4. Pengurus IPSM Provinsi dapat mengangkat Pembina sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 10
Komposisi Kepengurusan IPSM Tingkat Kabupaten/ Kota

Komposisi Pengurus IPSM Kabupaten/Kota adalah:


1. Pengurus IPSM dapat membentuk struktur Ketua, Wakil-wakil, Sekretaris, Wakil
Sekretaris, Bendahara dan Wakil Bendahara.
2. Pengurus IPSM Kabupaten/Kota dapat menunjuk Komite
3. Tata aturan pembentukan komponen kelembagaan IPSM akan diatur secara
khusus dalam Peraturan Operasional/Petunjuk Pelaksanaan IPSM.

4
Pasal 11
Komposisisi Kepengurusan IPSM tingkat Kecamatan

Komposisi Pengurus Kecamatan adalah Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan


Bendahara.

Pasal 12
Komposisi Kepengurusan IPSM tingkat Desa/Kelurahan

Komposisi Pengurus kulurahan/ desa adalah Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.

Pasal 13
Persyaratan Pengurus IPSM

Setiap PSM berhak untuk menjadi Fungsionaris IPSM dengan persyaratan tambahan
sebagai berikut :
1. Memahami AD/ART IPSM.
2. Memiliki kemampuan dan kesungguhan dalam mengendalikan IPSM.
3. Memiliki kecakapan kepemimpinan dan tatalaksana kelembagaan.
4. Bersedia menjadi Pengurus .
5. Mampu dan mau melaksanakan tugas kepengurusan IPSM dengan segala
konsekuensinya.
6. Dapat mengembangkan dan memobilisasi potensi-potensi yang ada untuk
pemberdayaan PMKS.

Pasal 14
Pemberhentian Fungsionaris

Pengurus dinyatakan berhenti, apabila :


1. Berhalangan Tetap.
2. Mengundurkan diri.
3. Dinyatakan melanggar kode etik IPSM.
4. Tidak lagi berdomisili di wilayah tertentu yang menjadi ruang lingkup
kepengurusannya.

5
BAB IV
TIM MOTIVATOR DAN DINAMISATOR PSM

Pasal 15
Pembentukan Tim Motivator dan Dinamisator PSM

Dalam upaya meningkatkan peran PSM dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial


Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
bersama dengan Pengurus IPSM dapat membentuk Tim Motivator Dan Dinamisator
PSM.

Pasal 16
Anggota Tim Motivator dan Dinamisator PSM

Keanggotaan tim motivator dan dinamisator sebagaimana dimaksud pada pasal 11


terdiri dari unsur :
1. Instansi sosial;
2. IPSM;
3. Dunia usaha;
4. Tokoh masyarakat;
5. Para profesional; dan
6. Instansi terkait.

Pasal 17
Hubungan

1. Ketua Umum Pengurus Nasional IPSM, ketua IPSM Provinsi, Ketua IPSM
Kabupaten/Kota merangkap sebagai anggota tim Motivator dan Dinamisator
PSM pada setiap tingkatan kepemimpinan.
2. Pengurus IPSM mempunyai hubungan konsultatif dan saling mendukung
dengan Tim Motivator dan Dinamisator PSM pada semua tingkatan.

BAB V
PEMBINA

Pasal 18
Pembina IPSM Tingkat Nasional

Pembina IPSM Tingkat Nasional ;


1. Pembina Utama IPSM adalah Menteri Sosial Republik Indonesia
2. Pembina lainnya adalah Menteri-Menteri yang mempunyai keterkaitan dengan
Program Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

6
3. Tokoh-tokoh Masyarakat yang peduli terhadap Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial

Pasal 19
Pembina IPSM tingkat Provinsi

1. Pembina Umum adalah Gubernur


2. Pembina teknis adalah Dinas yang bertanggung-jawab terhadap
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Provinsi.
3. Pembina lainnya adalah dinas yang mempunyai keterkaitan dengan Program
Penyelenggaraan Kesejahteraan sosial.
4. Tokoh masyarakat yang peduli terhadap Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Pasal 20
Pembina IPSM tingkat Kabupaten/Kota

1. Pembina Umum adalah Bupati/Wali Kota


2. Pembina teknis adalah Dinas yang bertanggung-jawab terhadap
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial Kabupaten/Kota
3. Pembina adalah dinas yang mempunyai keterkaitan dengan Program
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.
4. Tokoh masyarakat yang peduli terhadap Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial.

Pasal 21
Pembina IPSM tingkat Kecamatan

Pembina IPSM tingkat Kecamatan adalah Camat dan instansi terkait di tingkat
kecamatan serta tokoh masyarakat yang peduli terhadap Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial

Pasal 22
Pembina IPSM tingkat Kelurahan/Desa

Pembina IPSM tingkat Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah dan aparat


Desa/Kelurahan serta tokoh-tokoh Masyarakat yang peduli terhadap
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

7
BAB VI
BIMBINGAN DAN PELATIHAN PSM

Pasal 23
Bimbingan Teknis PSM

1. Setiap calon PSM wajib mengikuti Bimbingan Teknis PSM


2. Bimbingan Teknis PSM diselenggarakan oleh Pengurus IPSM tingkat
Kabupaten/Kota dan/atau Kecamatan.

Pasal 24
Pelatihan PSM

1. Setiap PSM berhak mendapatkan Pelatihan Pekerjaan Sosial.


2. Pelatihan Pekerjaan Sosial bagi PSM diselenggarakan dalam bentuk Pelatihan
Kepemimpinan Sosial PSM dan Pelatihan PSM Lanjutan.
3. Pelatihan Kepemimpinan Sosial PSM merupakan pelatihan formal pekerjaan
sosial bagi PSM selaku Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) secara
berjenjang.
4. Jenjang Pelatihan Kepemimpinan Sosial PSM sebagai berikut :
a). Pelatihan Kepemimpinan Sosial PSM Pratama yaitu Pelatihan PSM yang
mengajarkan engetahuan pekerjaan sosial tingkat dasar, Pelatihan
Kepemimpinan Sosial PSM Pratama diselenggarakan oleh Pengurus IPSM
tingkat Provinsi dan atau Pengurus IPSM tingkat Kabupaten/Kota
b). Pelatihan Kepemimpinan Sosial PSM Madya yaitu Pelatihan PSM yang
mengajarkan pengetahuan pekerjaan sosial tingkat menengah, Pelatihan
Kepemimpinan Sosial PSM Madya diselenggarakan oleh Pengurus IPSM
tingkat Nasional dan atau Pengurus IPSM tingkat Provinsi
c). Pelatihan Kepemimpinan Sosial PSM Utama yaitu Pelatihan PSM yang
mengajarkan pengetahuan pekerjaan sosial tingkat atas, Pelatihan
Kepemimpinan Sosial PSM Utama diselenggarakan oleh Pengurus IPSM
tingkat Nasional
5. Pelatihan PSM Lanjutan merupakan pelatihan nonformal bagi PSM selaku TKSM
yang menitik-beratkan pada peningkatan kemampuan dibidang pekerjaan
sosial tertentu.
6. Setiap PSM berhak mendapatkan Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif, Advokasi
Non Litigasi dan Pendampingan PMKS.

8
Pasal 25
Sertifikat IPSM

1. Pengurus IPSM berhak menerbitkan sertifikat, rekomendasi, surat keterangan


dan berbagai dokumen lain yang berhubungan dengan kesanggupan /
profesionalitas PSM.
2. Untuk kepentingan penerbitan sertifikat, rekomendasi, surat keterangan dan
berbagai dokumen yang termaktub dalam pasal 1, dibentuk Tim yang khusus
untuk itu.
3. Segala hal yang menyangkut hal yang termaktub pada pasal 1 diatas, menjadi
bagian yang terpisahkan dari system integritas PSM secara keseluruhan.
4. Nilai dan dayaguna dari sertifikat, rekomendasi dan surat keterangan dan
berbagai dokumen lain akan disepadan dan didaftarkan sebagai bagian dari
sertifikasi yang sah dan legal di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Pengurus IPSM berhak memberikan penghargaan dan tanda jasa kepada
individu maupun lembaga yang berjuang, berjasa, peduli dan berkontribusi
kegiatan penanganan PMKS dalam bentuk IPSM Awards

BAB VII
KODE ETIK PSM

Pasal 26
Pelanggaran PSM

1. Setiap Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dalam melaksanakan tugas wajib


mematuhi AD/ART.
2. Kode Etik PSM sebagaimana dimaksud ayat 1) sebagai berikut :
a). Setiap PSM harus menghargai setiap klien sebagai insan yang
bermartabat, setiap PSM haruslah menjunjung tinggi bahwa setiap orang
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh palayanan.
b). Setiap PSM haruslah menghargai bahwa setiap orang punya hak untuk
membuat keputusan yang berkaitan dengan dirinya.
c). Setiap PSM haruslah menerima klien tanpa membedakan agama, status,
kedudukan, jenis kelamin, usia, suku dan golongan.
d). Setiap PSM haruslah memberikan peluang yang besar bagi klien untuk
secara aktif berperan dalam kegiatan pertolongan terhadap dirinya.
e). Setiap PSM haruslah menghargai bahwa setiap klien diperlakukan sebagai
individu yang unik dan berbeda satu dengan yang lainnya.
f). Setiap PSM haruslah membantu klien mengambil keputusan dan
menghargai keputusan tersebut.

9
g). Setiap PSM haruslah ikut berperan dalam terjadinya perubahan
kebijaksanaan, pemberian pelayanan, kondisi sosial bagi taraf
kesejahteraan masyarakat yang memerlukan pelayanan sosial.
h). Setiap PSM haruslah menjaga kerahasiaan informasi yang diberikan klien
hanya digunakan untuk kepentingan penanganan masalah.
i). Setiap PSM haruslah dapat menempatkan sesuai dengan pikiran, sikap
dan perasaaan klien.
j). Setiap PSM haruslah mengenal dirinya dan menyadari keterbatasan diri
dan profesinya sehingga memerlukan rujukan kepada pihak / profesional
lainnya.
k). Pelanggaran terhadap kode etik PSM akan dikenakan sanksi yang
ditetapkan oleh Pengurus IPSM Kabupaten/ Kota, IPSM Propinsi atau
Pengurus IPSM IPSM

Pasal 27
Pembelaan

Sebagaimana pasal 26 ayat (3) PSM yang dinyatakan bersalah melanggar kode etik
dapat melakukan pembelaan di Munas IPSM atau Musyawarah Kerja Nasional IPSM

BAB VIII
INSTITUSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 28
Kedaulatan IPSM

Kedaulatan IPSM berada ditangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya dalam


permusyawaratandan rapat IPSM
1. Permusyawaratan IPSM terdiri dari :
a). Musyawarah Nasional IPSM
b). Musyawarah Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan/Desa/ Kelurahan IPSM
c). Musyawarah Kerja Nasional/ Propinsi/ Kabupaten/ Kota/Kecamatan/Desa
/Kelurahan
2. Rapat-rapat IPSM terdiri-dari :
a). Rapat Pleno Pengurus IPSM Nasional/Provinsi/ Kabupaten/ Kota/
Kecamatan.
b). Rapat Pengurus IPSM Nasional/ Provinsi/ kabupaten/ Kota/ Kecamatan.
c). Rapat Bidang Pengurus IPSM Nasional/Propinsi/Kabupaten/
Kota/Kecamatan
d). Rapat Pengurus IPSM tingkat Desa/Kelurahan

10
Pasal 29
Musyawarah dan Rapat

1. Kepemimpinan IPSM dilaksanakan secara kolektif kolegial dengan institusi


pengambilan keputusan sebagai berikut :
a). Musyawarah Nasional IPSM adalah institusi pengambilan keputusan IPSM
yang berwenang untuk merubah Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga dan Pedoman operasional IPSM, memilih dan menetapkan
Pengurus Nasional IPSM, menetapkan Rencana Strategis, Program Kerja
dan kebijakan umum lainnya.
b). Musyawarah Provinsi, Musyawarah Kabupaten, Musyawarah Kota,
Musyawarah Kecamatan, Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan IPSM
adalah institusi pengambilan keputusan IPSM yang berwenang untuk
memilih Pengurus IPSM, menetapkan Kebijakan Umum ditingkat
kepengurusan masing–masing.
c). Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Kerja Provinsi, Musyawarah
Kerja Kabupaten, Musyawarah Kerja Kota, Musyawarah Kerja Kecamatan
IPSM adalah institusi untuk merumuskan, merencanakan dan
mengevaluasi pelaksanaan program Kerja di semua tingkatan.
d). Rapat Pengurus IPSM Desa/Kelurahan adalah rapat untuk merumuskan,
merencanakan dan mengevaluasi pelaksanaan program kerja IPSM
tingkat Desa/Kelurahan.
e). Rapat-rapat lainnya adalah rapat teknis yang diselenggarakan oleh
pengurus pada semua tingkatan kepengurusan untuk mensukseskan
program kerja IPSM.
2. Ketentuan lebih lanjut tentang instansi pengambilan keputusan IPSM diatur
dalam Pedoman Kepengurusan dan Kepemimpinan IPSM.

BAB IX
PENGESAHAN DAN PENGUKUHAN PENGURUS IPSM

Pasal 30
Pengesahan

Pengesahan Pengurus IPSM dilakukan oleh :


a). Pengurus IPSM Tingkat Nasional disahkan melalui Surat Keputusan Ketua
Umum/Ketua Tim Formateur
b). Pengurus IPSM tingkat Provinsi disahkan melalui surat keputusan Pengurus
IPSM tingkat Nasional.
c). Pengurus IPSM tingkat Kabupaten/Kota disahkan melalui surat keputusan
Pengurus IPSM tingkat Provinsi.
d). Pengurus IPSM tingkat Kecamatan disahkan melalui surat keputusan Pengurus
IPSM tingkat Kabupaten/Kota.

11
e). Pengurus IPSM tingkat Desa/Kelurahan disahkan melalui Surat Keputusan
Pengurus IPSM tingkat Kecamatan.

Pasal 31
Pengukuhan

Pengukuhan Pengurus IPSM dilakukan oleh :


a). Pengukuhan Pengurus IPSM tingkat nasional dilakukan dengan Surat
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia berdasarkan hasil Musyawarah
Nasional.
b). Pengukuhan Pengurus IPSM tingkat Provinsi dilakukan dengan Surat Keputusan
Pemerintah Provinsi berdasarkan hasil Musyawarah Provinsi IPSM dan Surat
Keputusan Pengurus IPSM Tingkat Nasional tentang Kepengurusan IPSM
Provinsi.
c). Pengukuhan Pengurus IPSM Kabupaten/Kota dilakukan dengan Surat
Keputusan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan hasil Musyawarah
Kabupaten/Kota IPSM dan Surat Keputusan Pengurus IPSM Tingkat Provinsi
tentang Kepengurusan IPSM Kabupaten/Kota.
d). Pengukuhan Pengurus IPSM Kecamatan dilakukan dengan Surat Keputusan
Camat berdasarkan hasil Musyawarah Kecamatan IPSM dan Surat Keputusan
Pengurus IPSM Tingkat Kabupaten/Kota tentang Kepengurusan IPSM
Kecamatan.
e). Pengukuhan Pengurus IPSM Desa/Kelurahan dilakukan dengan Surat
Keputusan Kepala Desa/Lurah berdasarkan hasil Musyawarah Desa/Kelurahan
IPSM dan Surat Keputusan Pengurus IPSM Tingkat Kabupaten/Kota tentang
Kepengurusan IPSM Desa/kelurahan.

BAB X
TANDA PENGENAL

Pasal 32
Atribut IPSM

Tanda Pengenal IPSM terdiri dari Lambang, Bendera, Pataka, Kartu Tanda Anggota,
Jas dan Atribut lainnya yang ditentukan dalam Pedoman Tanda Pengenal IPSM.

12
BAB XI
QOURUM

Pasal 33
Qourum

1. Musyawarah dan Rapat-rapat IPSM sah apabila dihadiri oleh lebih ⅟₂ (setengah)
jumlah peserta.
2. Pengambilan Keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin secara
musyawarah untuk mencapai mufakat, dan apabila ini tidak tercapai keputusan
diambil berdasarkan suara terbanyak.
3. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a). Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah
Nasional yang dihadiri sekurang-kurangnya ⅔ (dua pertiga) dari jumlah
utusan.
b). Untuk Hal ini, keputusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya
2/3 (dua pertiga) dari jumlah utusan yang hadir.

BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 34
Perubahan Anggaran Rumah Tangga

1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan pada Musyawarah


Nasional IPSM
2. Perubahan tersebut akan dilakukan dan disahkan apabila dihadiri oleh 2/3
Peserta Munas dan disetujui oleh minimal 50% + 1 dan/atau Forum Munas
sudah dinyatakan quorum

BAB XIII
PERATURAN TAMBAHAN

Pasal 35
Penutup

1. Pedoman – Pedoman Pelaksanaan IPSM ditetapkan dan disahkan oleh


Musyawarah Nasional IPSM, Musyawarah Kerja Nasional, atau Rapat Pengurus
Nasional IPSM
2. Peraturan-Peraturan Operasional IPSM dan Petunjuk Pelaksanaan IPSM
dirumuskan dan ditetapkan oleh Pengurus Nasional IPSM.

13
3. Untuk kepentingan dan kondisi khusus, Pengurus IPSM tingkat Provinsi dan
Pengurus IPSM tingkat Kabupaten/Kota dapat menerbitkan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis IPSM sepanjang tidak bertentangan dengan
aturan diatasnya.
4. Semua Badan atau Lembaga yang menggunakan nama atau tanda pengenal
IPSM diatur dalam Pedoman pelaksanaan IPSM dan ditetapkan dalam
Musyawarah Nasional

BAB XV
PENUTUP

Pasal 36

Hal-hal yang belum diatur di dalam Anggaran Rumah Tangga akan diatur kemudian
dalam Pedoman-Pedoman pelaksanaan IPSM, Peraturan-Peraturan Operasional IPSM
dan Petunjuk Pelaksanaan IPSM sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran
Rumah Tangga.

Diputuskan di Yogyakarta
Pada tanggal 24 Agustus 2017

PIMPINAN SIDANG
MUSYAWARAH NASIONAL III
IKATAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT

Ttd ttd ttd ttd ttd

(Darius E Satali,S.Pd) (Willem Gesper) (Sukino, SE,SH,MH) (Sulasmono Dirjo,SE) (Edy Siswanto)

14

Anda mungkin juga menyukai