Anda di halaman 1dari 26

KEPUTUSAN

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PASIRJAYA


NOMOR : 02 TAHUN 2019

TENTANG
PERATURAN TATA TERTIB
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PASIRJAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DESA PASIRJAYA

Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Bagian kelima Peraturan Daerah


Kabupaten Karawang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa, maka perlu
menetapkan Peraturan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa
PASIRJAYA
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan huruf a di atas perlu ditetapkan dengan
Keputusan Badan Permusyawaratan Desa PASIRJAYA
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (berita Negara tahun 1950);
2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4389);
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587);
6. Peraturan Bupati Karawang nomor 74 Tahun 2017 Tentang Petunjuk Tata
Cara Pengisian Anggota Badan Permusyawaratan Desa
7. Peraturan Daerah Kabupaten Karawang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)


DESA PASIRJAYA KECAMATAN CILAMAYA KULON KABUPATEN
KARAWANG.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Kabupaten Karawang.
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang.
c. Kepala Daerah adalah Bupati Karawang.
d. Camat adalah Camat Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang.
e. Desa adalah Desa PASIRJAYA Kabupaten Karawang.
f. Dusun adalah bagian wilayah dalam Desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan
Pemerintahan Desa PASIRJAYA.
g. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan
Permusyawaratan Desa PASIRJAYA.
h. Pemerintahan Desa adalah kegiatan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa
PASIRJAYA dan Badan Permusyawaratan Desa PASIRJAYA.
i. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa PASIRJAYA.
j. Alat kelengkapan BPD adalah Alat kelengkapan BPD Desa PASIRJAYA.
k. Panitia Musyawarah disingkat Panmus adalah Panitia Musyawarah BPD Desa PASIRJAYA.
l. Panitia adalah Panitia-panitia alat kelengkapan BPD Desa PASIRJAYA.
m. Panitia Khusus yang disingkat Pansus adalah Panitia Khusus BPD Desa PASIRJAYA.
n. Panitia Anggaran yang disingkat Pangar adalah Panitia Anggaran BPD Desa PASIRJAYA.
o. Rapat adalah rapat-rapat yang diselenggarakan oleh BPD Desa PASIRJAYA.
p. Kunjungan kerja adalah kunjungan kerja BPD Desa PASIRJAYA.
q. Peraturan Tata Tertib adalah Peraturan Tata Tertib BPD Desa PASIRJAYA.
r. Masa sidang adalah seluruh kegiatan yang diselenggarakan di dalam Kantor BPD Desa
PASIRJAYA.
s. Masa Reses adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar masa sidang dilakukan anggota
BPD dalam rangka pemantauan dan menampung aspirasi masyarakat
t. Protokoler adalah serangkaian peraturan dalam acara resmi yang meliputi aturan tata
tempat, tata upacara, dan tata penghormatan bagi seseorang sesuai dengan jabatan atau
kedudukannya dalam sistem kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.

2
BAB II
SUSUNAN DAN KEDUDUKAN
Bagian Pertama
Susunan

Pasal 2

Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang
merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan desa.

Pasal 3

(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah Dusun
yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat;
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku
Adat, Golongan Profesi, Pemuka Agama, dan Tokoh masyarakat lainnya;
(3) Anggota BPD berasal dari calon-calon yang memenuhi persyaratan kalangan adat, agama
profesi, dan unsur pemuka masyarakat lainnya diusulkan dan ditetapkan melalui
musyawarah Dusun.

Pasal 4

BPD Desa PASIRJAYA yang jumlah anggotanya 9 (sembilan) orang ditetapkan berdasarkan
Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku, terdiri dari wakil-wakil penduduk dari tiap-tiap
Dusun dalam wilayah Desa PASIRJAYA.

Pasal 5
Bagian Kedua
Pemberhentian dan Pengisian
Anggota BPD
(1) Anggota BPD yang berhenti karena meninggal dunia dan atas permintaan sendiri secara
tertulis kepada Ketua BPD, maka berhenti dengan hormat;
(2) Anggota BPD yang berhenti karena tidak lagi memenuhi syarat Peraturan dan Perundang-
undangan yang berlaku maka dinyatakan berhenti dengan tidak hormat;
(3) Anggota BPD yang berhenti sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) keanggotaannya diisi
dari Dusun daerah tempat tinggal anggota tersebut;
(4) Pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (3) dilakukan melalui rapat BPD
yang khusus diadakan untuk itu.

3
Bagian Ketiga
Kedudukan
Pasal 6

BPD sebagai Sumpah/Janji Anggota BPD

Bagian Keempat
Pasal 7

(1) memangku jabatan, anggota BPD mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama di


pandu oleh Bupati atau Pejabat lain yang ditunjuk dalam Pelantikan anggota BPD ;
(2) Dalam hal adanya anggota yang belum mengucapkan sumpah/janji sebagaimana dimaksud
ayat (1), Ketua BPD atau Pimpinan BPD yang lain memandu pengucapan sumpah/janji;
(3) Dalam pelaksanaan sumpah/janji, Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan dapat diminta
untuk bertindak sebagai saksi/rohaniawan;
(4) Bunyi sumpah/janji sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini sebagai berikut :

“Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya
sebagai Anggota BPD dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;
Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai
Dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-
undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta segala peraturan Perundang-
undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

4
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG
Bagian Pertama
Tugas
Pasal 8

BPD mempunyai tugas menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa dan menampung
serta menyalurkan aspirasi masyarakat.

Bagian Kedua
Wewenang

Pasal 9
(1) Badan Permusyawaratan Desa merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi
Pancasila;
(2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah Desa sebagai unsur
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Dalam menjalankan tugas BPD mempunyai wewenang :
a. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa;
b. Menetapkan Calon Kepala Desa yang berhak dipilih;
c. Menetapkan dan mengusulkan calon Kepala Desa terpilih kepada Bupati melalui Camat untuk
mendapat pengesahan;
d. Mengusulkan pemberhentian Kepala Desa dan pengangkatan Penjabat Kepala Desa kepada
Bupati melalui Camat;
1. Bersama Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa;
2. Melakukan pengawasan terhadap :
3. Pelaksanaan Peraturan Desa;
4. Pelaksanaan Keputusan Kepala Desa;
5. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah Desa;
6. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa;
7. Meminta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa;
9. Menyusun Tata Tertib BPD.

5
BAB IV
PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG

Bagian Pertama
Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa
Pasal 10

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa;
(2) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (1) bukan merupakan bagian dari Alat kelengkapan
BPD;
(3) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari Perangkat Desa, unsur
Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan tokoh/pemuka masyarakat lainnya;
(4) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan keterwakilan wilayah Desa;
(5) Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (3) sekurang-kurangnya berjumlah 9
(sembilan) orang dan sebanyak-banyaknya 11 (sebelas) orang;
(6) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (5) keanggotaannya terdiri dari : Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Anggota-anggota;
(7) Anggota-anggota sebagaimana dimaksud ayat (6) terdiri dari : Petugas Sensus,
Perlengkapan, Humas, Keamanan dan Petugas lain yang dianggap perlu.

Bagian Kedua
Menetapkan Calon Kepala Desa yang Berhak Dipilih

Pasal 11

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang menetapkan calon Kepala Desa yang berhak dipilih;
(2) Bakal Calon Kepala Desa yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana ayat (1)
ditetapkan menjadi calon kepala desa yang dituangkan dalam Keputusan BPD;
(3) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud ayat (2) disampaikan kepada Tim Monitoring dan
Pengendali Tingkat Kabupaten melalui Tim Monitoring dan Pengendali Tingkat Kecamatan
sebagai bahan penetapan tanda gambar.

Mengusulkan Pengangkatan Kepala Desa

Pasal 12

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang menetapkan dan mengusulkan Calon Kepala Desa
terpilih Kepada Bupati melalui Camat;
(2) Calon Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah calon terpilih yang mendapat
suara terbanyak hasil pemilihan kepala desa yang diselenggarakan oleh Panitia Pemilihan
Kepala Desa;
(3) Selambat-lambatnya 5 (lima) hari setelah menerima laporan hasil pemilihan kepala desa
dari Panitia Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (2), Ketua BPD mengundang seluruh
anggotanya untuk mengadakan rapat;
(4) Rapat BPD untuk menetapkan Calon Kepala Desa sebagaimana ketentuan ayat (1)
dilaksanakan dalam rapat Paripurna BPD.

6
Pelantikan dan Pengangkatan Kepala Desa

Pasal 13

(1) Keputusan Bupati tentang Pengesahan dan Pengangkatan Kepala Desa paling lama 15
(lima belas) hari terhitung tanggal diterima penyampaian hasil pemilihan dari BPD;
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan kepada yang bersangkutan
pada saat pelantikan;
(3) Pelantikan Kepala Desa dapat dilaksanakan di Desa dihadapan masyarakat dalam rapat
Paripurna BPD;
(4) Pelantikan Kepala Desa yang baru dilaksanakan paling lama 15 (lima belas) hari terhitung
tanggal penerbitan Keputusan Bupati;
(5) Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud ayat (3) Kepala Desa diambil sumpah/janji
menurut agama yang dianutnya dengan sungguh-sungguh oleh Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk;
(6) Kata-kata sumpah/janji sebagaimana dimaksud ayat (5) pasal ini sebagai berikut :
“Demi Allah (Tuhan) Saya bersumpah/berjanji, bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya
selaku Kepala Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan seadil-adilnya; bahwa
saya akan selalu taat dalam memngamalkan dan mempertahankan Pancasila sebagai
dasar Negara; dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-
undang Dasar 1945 serta melaksanakan segala Peraturan Perundang-undangan dengan
selurus-lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
(7) Apabila pelantikan Kepala Desa jatuh pada hari libur, maka pelantikan dilaksanakan pada
hari kerja berikutnya atau sehari sebelum hari libur.

Mengusulkan Penjabat Sementara Kepala Desa

Pasal 14

(1) Apabila Kepala Desa berhalangan tetap sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan
kewajibannya, maka BPD menetapkan dan mengusulkan Penjabat Sementara Kepala Desa
kepada Bupati melaui Camat untuk disyahkan;
(2) Penjabat Sementara Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Sekretaris Desa
atau Perangkat Desa lainnya atau Pegawai Negeri Sipil yang pengangkatannya ditetapkan
oleh Bupati;
(3) Penetapan Penjabat Sementara Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilaksanakan dalam rapat Paripurna BPD;
(4) Penjabat Kepala Desa diambil sumpah/janji sebagaimana dimaksud Pasal 13 ayat (5) dan
(6);
(5) Masa Jabatan Penjabat Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1), untuk paling lama 6
(enam) bulan terhitung mulai tanggal pelantikan dan dapat diusulkan kembali hanya untuk
sekali masa jabatan dan atau berakhir terhitung mulai tanggal pencabutan keputusan
pemberhentian sementara atau dilantiknya Kepala Desa baru hasil pemilihan.

Mengusulkan Pemberhentian Kepala Desa


Pasal 15

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang mengusulkan pemberhentian Kepala Desa kepada
Bupati melalui Camat;
(2) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pemberhentian yang
sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku;
(3) Penetapan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana ketentuan ayat (2) dilaksanakan
dalam rapat Paripurna BPD

7
Bagian Ketiga
Membatalkan Pemilihan Kepala Desa

Pasal 16

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang membatalkan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
setelah mendapat laporan dari Panitia Pemilihan tentang terjadinya pelanggaran terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(2) Pembatalan pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam
rapat Paripurna BPD;
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud ayat (2) disampaikan kepada Bupati melalui Camat;
(4) Dalam hal BPD tidak dapat mempertanggungjawabkan keputusannya tentang penetapan
Calon terpilih sehingga mengakibatkan kevakuman penyelenggaran Pemerintahan Desa,
Bupati berdasarkan pertimbangan Tim Monitoring dan Pengendali Pemilihan Kepala Desa
baik tingkat Kecamatan maupun Kabupaten dapat membatalkan hasil Pemilihan Kepala
Desa.

Membentuk Peraturan Desa

Pasal 17

(1) Bersama Kepala Desa, BPD mempunyai tugas dan wewenang membentuk Peraturan Desa;
(2) Peraturan Desa dibentuk dalam rangka penyelenggaran Pemerintahan Desa;
(3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) berasal dari pengajuan Kepala Desa
dan/atau atas usul inisiatif BPD;
(4) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dalam rapat paripurna BPD.

Menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa

Pasal 18

(1) Bersama Kepala Desa, BPD mempunyai tugas dan wewenang menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa;
(2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dalam
rapat Paripurna BPD.

Pengawasan

Pasal 19

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang melakukan pengawasan terhadap :


a. Pelaksanaan Peraturan Desa;
b. Pelaksanaan Keputusan Kepala Desa;
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Memberikan Saran dan Pertimbangan

Pasal 20

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang memberikan saran dan pertimbangan kepada
Pemerintah Desa;
(2) Saran dan pertimbangan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan secara lisan
maupun tertulis kepada Pemerintah Desa, baik diminta maupun tidak diminta.

8
Menampung Aspirasi Masyarakat

Pasal 21

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
yang disampaikan secara lisan maupun tertulis;
(2) Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa laporan, pengaduan,
keluhan, unjuk rasa dan bentuk lainnya.

Keterangan Pertanggungjawaban
Kepala Desa

Pasal 22

(1) BPD mempunyai tugas dan wewenang meminta pertanggungjawaban Kepala Desa;
(2) Pertanggungjawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) mengenai
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan;
(3) Selain ketentuan ayat (2) BPD dapat meminta pertanggungjawaban Kepala Desa mengenai
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
(4) Pertanggungjawaban Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), baik yang
bersifat tahunan, akhir masa jabatan, dan pertanggungjawaban Kepala Desa lainnya karena
sebab-sebab yang sangat mendesak;
(5) BPD dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis atas laporan pertanggungjawaban
Kepala Desa sebagaimana dimaksud ayat (1), tetapi tidak dalam kapasitas menolak atau
menerima.

Menyusun Tata Tertib BPD

Pasal 23

(1) Bersama Pemerintah Desa BPD mempunyai tugas dan wewenang menyusun Tata Tertib
BPD;
(2) Tata Tertib BPD dibentuk dalam rangka penyelenggaran Pemerintahan Desa dan pengaturan
tata kerja BPD;
(3) Tata Tertib BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berasal dari pengajuan Pemerintah
Desa dan/atau atas usul inisiatif BPD;
(4) Tata Tertib BPD sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dalam rapat paripurna BPD.

BAB V
Bagian Pertama
FUNGSI BPD

Pasal 24

Untuk menyelenggarakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud Pasal 8 dan 9 Peraturan
Tata Tertib ini, BPD mempunyai fungsi :
a. Pengayom yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di Desa
sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan;
b. Penyelenggaraan legislasi yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama-
sama Kepala Desa;

9
c. Pengawasan yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
d. Penampung aspirasi masyarakat yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima
dari masyarakat kepada pejabat atau instansi yang berwenang.

Bagian Kedua
Pelaksanaan Fungsi BPD

Pasal 25

(1) Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pasal 24 huruf a Peraturan Tata Tertib
ini, BPD dapat menetapkan Peraturan Desa yang bersifat menjaga dan memelihara norma-
norma adat-istiadat yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat Desa yang menunjang
kelangsungan pembangunan;
(2) Untuk melaksanakan fungsi legislasi sebagaimana dimaksud pasal 24 huruf b Peraturan Tata
Tertib ini, BPD melakukan tugas kemitraan sejajar dengan Pemerintah Desa;
(3) Untuk melaksankan fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pasal 24 huruf c Peraturan
Tata Tertib ini, BPD bertindak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(4) Untuk melaksanakan menampung aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pasal 25
huruf d Peraturan Tata Tertib ini, BPD bersifat terbuka dalam menerima laporan, pengaduan
dan keluhan masyarakat serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya.

10
BAB VI
HAK-HAK BPD
Bagian Pertama

Pasal 26

Untuk melaksanakan tugas, wewenang serta fungsi sebagaimana dimaksud Pasal 8, 9 dan 24
Peraturan Tata Tertib ini, BPD mempunyai hak-hak sebagai berikut :
a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
b. Menyatakan pendapat;
c. Mengajukan rancangan Peraturan Desa;
d. Mengajukan pertanyaan;
e. Memilih dan dipilih dan
f. Memperoleh tunjangan.

Pasal 27

Selain hak-hak sebagaimana dimaksud pasal 26 Peraturan Tata Tertib ini, Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris dan Anggota BPD juga memperoleh hak kedudukan protokoler dalam acara resmi,
seperti :
a. Rapat-rapat BPD;
b. Peringatan Hari-hari Nasional;
c. Upacara-upacara resmi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa;
d. Peringatan Hari-hari besar islam/acara keagamaan

Bagian Kedua
Tata Cara Penggunaan Hak

Pasal 28

(1) Ketentuan hak-hak sebagaimana dimaksud pasal 27, hanya dapat diajukan oleh sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang anggota BPD;
(2) Usul sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada pimpinan BPD secara tertulis,
singkat, dan jelas serta ditandatangani pengusul;
(3) Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah menerima usul sebagaimana dimaksud ayat
(2), Pimpinan BPD mengadakan rapat Panmus;(panitia perumus)
(4) Rapat Panmus dapat menerima atau menolak usul yang diajukan pengusul dengan
ketentuan, apabila usulan ditolak maka usulan tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam masa
persidangan tahun itu;
(5) Usul yang diterima Panmus ditindak lanjuti oleh Pimpinan BPD sesuai dengan
kepentingannya.

Hak Meminta Keterangan


Pemerintah Desa

Pasal 29

(1) Hak meminta keterangan kepada Pemerintah Desa dilaksanakan menurut ketentuan ayat (1)
dan (2) pasal 28 Peraturan Tata Tertib ini;
(2) Dalam rapat pleno BPD, pengusul diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan lebih
lanjut mengenai usul yang diajukannya;
(3) Selama usul meminta keterangan kepada Pemerintah Desa belum mendapat keputusan
BPD, pengusul dapat memperbaiki atau menarik kembali usul tersebut;
(4) Apabila rapat pleno BPD menerima usul yang diajukan, maka pimpinan BPD meneruskan
usul tersebut kepada Pemerintah Desa;
(5) Pemerintah Desa memberikan keterangan terhadap usul sebagaimana dimaksud ayat (2)
dalam rapat Paripurna BPD;
(6) Pemerintah Desa memberikan kesempatan kepada pengusul atau anggota BPD lainnya
untuk memberikan pandangannya dan atas pandangan anggota BPD tersebut Pemerintah
Desa memberikan jawabannya;
11
(7) Apabila terhadap keterangan atau jawaban Pemerintah Desa tidak diajukan usul pernyataan
pendapat maka pembicaraan mengenai keterangan Pemerintah Desa dianggap selesai.

Hak Menyatakan Pendapat

Pasal 30

(1) Hak menyatakan pendapat dilaksanakan menurut ketentuan ayat (1) dan (2) pasal 28
Peraturan Tata Tertib ini;
(2) Dalam rapat pleno BPD, pengusul diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan lebih
lanjut mengenai usul yang diajukannya;
(3) Apabila rapat pleno menerima usul yang diajukan, maka pimpinan BPD meneruskan usul
tersebut kepada Pemerintah Desa;
(4) Selama usul tersebut belum mendapat keputusan BPD, pengusul dapat memperbaiki atau
menarik kembali usul tersebut;
(5) Dalam rapat paripurna BPD, dilakukan pembicaraan :
a. Anggota BPD lainnya diberikan kesempatan untuk memberikan pandangannya;
b. Kepala Desa memberikan pendapatnya;
c. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota BPD dan pendapat Kepala
Desa
(6) Pembicaraan diakhiri dengan menerima atau menolak usul pernyatan pendapat yang
diajukan para pengusul.

Hak Mengajukan
Rancangan Peraturan Desa

Pasal 31

(1) Hak mengajukan rancangan peraturan desa dilaksanakan menurut ketentuan ayat (1) dan
(2) pasal 28 Peraturan Tata Tertib ini;
(2) Usul mengajukan rancangan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada pimpinan
BPD dalam bentuk rancangan Peraturan Desa, disertai dengan penjelasan secara tertulis;
(3) Usul sebagaimana dimaksud ayat (2) diberi nomor pokok oleh Sekretaris BPD;
(4) Dalam rapat pleno BPD, pengusul diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan lebih
lanjut mengenai usul yang diajukannya;
(5) Selama usul tersebut belum mendapat keputusan BPD, pengusul dapat memperbaiki atau
menarik kembali usul tersebut;
(6) Dalam rapat paripurna BPD, dilakukan pembicaraan :
a. Anggota BPD lainnya diberikan kesempatan untuk memberikan pandangannya;
b. Kepala Desa memberikan pendapatnya;
c. Para pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota BPD dan pendapat Kepala
Desa
(7) Pembicaraan diakhiri dengan menerima atau menolak Rancangan Peraturan Desa yang
diajukan para pengusul.
Hak Mengajukan
Pertanyaan

Pasal 32

(1) Hak mengajukan pertanyaan dilaksanakan menurut ketentuan ayat (1) dan (2) pasal 28
Peraturan Tata Tertib ini;
(2) Pertanyaan sebagaimana dimaksud ayat (1) tentang pelaksanaan tugas Kepala Desa dalam
menyelenggarakan Pemerintahan, Pembangunan dan kemasyarakatan;
(3) Pimpinan BPD meneruskan usul tersebut kepada Kepala Desa;
(4) Jawaban atas pertanyaan dimaksud ayat (2) pasal ini, oleh Kepala Desa dilakukan secara
tertulis;
(5) Penanya dapat meminta Kepala Desa agar dapat memberikan jawaban secara lisan dalam
rapat paripurna BPD, atau rapat Panmus, atau rapat Panitia, atau rapat gabungan panitia;
(6) Jawaban yang diberikan oleh Kepala Desa menjadi bahan penilaian BPD.

12
Hak Memilih dan Dipilih

Pasal 33

(1) Setiap anggota BPD berhak untuk memilih dan dipilih;


(2) Pimpinan BPD memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota BPD dalam
hal pemilihan pengurus/pimpinan BPD, alat kelengkapan BPD, dan Pemilihan Kepala Desa;
(3) Pemilihan sebagaimana dimaksud ayat (2) dilaksanakan dalam rapat BPD yang
dilaksanakan khusus untuk itu.

Hak Memperoleh Tunjangan

Pasal 34

(1) Dalam rangka penyelenggaraan kegiatan BPD, maka atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa disediakan dana pembiayaan;
(2) Dana pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa uang atau barang terdiri dari :
a. Penghasilan tetap anggota BPD;
b. Dana penunjang kegiatan BPD.
(3) Jenis-jenis dana pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah :
a. Uang Rapat-rapat;
b. Tunjangan Kehormatan;
c. Pakaian Dinas
(4) Jenis dan besarnya keuangan sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini ditetapkan dalam
Keputusan BPD untuk dimasukkan ke dalam APBDesa dan disesuaikan dengan kemampuan
keuangan Pemerintah Desa;
(5) Pengelolaan dana pembiayaan sebagaimana dimaksud ayat (2) dikelola oleh Sekretaris
BPD.

Hak Protokoler

Pasal 35

(1) Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan anggota BPD memperoleh kedudukan protokoler dalam
acara-acara resmi;
(2) Acara resmi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini sebagai berikut :
a. Rapat-rapat BPD;
b. Peringatan Hari-hari Nasional;
c. Penerimaan tamu resmi pejabat negara/pejabat pemerintah;
d. Pelantikan dan serah terima jabatan Pemerintah Desa;
e. Upacara pengibaran/penurunan bendera Merah Putih;
f. Peringatan Hari-hari Besar Islam/Agama;
g. Upacara-upacara lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa.

Tata Tempat

Pasal 36

Tata tempat ditentukan sebagai berikut :


a. Ketua BPD setelah Kepala Desa;
b. Wakil Ketua BPD;
c. Sekretaris BPD;
d. Anggota BPD setelah Sekretaris BPD;

13
Tata Upacara

Pasal 37

(1) Upacara dalam acara resmi dapat berupa upacara bendera atau bukan upacara bendera;
(2) Untuk keseragaman, kelancaran, ketertiban, dan kekhidmatan jalannya upacara dalam acara
resmi diselenggarakan tata upacara berdasarkan pedoman Tata Upacara dan Pelaksanaan
Upacara.

Tata Penghormatan

Pasal 38

(1) Dalam acara resmi, Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan anggota BPD mendapat
penghormatan sesuai dengan kedudukan protokolernya;
(2) Pengaturan Tata Tempat dalam rapat Paripurna BPD sebagai berikut :
a. Ketua BPD didampingi Wakil Ketua, dan Sekretaris BPD;
b. Kepala Desa ditempatkan sejajar dan berada disebelah kanan Ketua BPD;
c. Anggota BPD menduduki tempat khusus yang sudah disediakan;
d. Undangan dan peninjau diatur sesuai dengan kondisi ruangan rapat.

(3) Pengaturan Tata Tempat dalam rapat Paripurna Istimewa BPD dengan acara pengambilan
sumpah/janji anggota BPD sebagai berikut :
a. Pimpinan BPD di sebelah kiri Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
b. Kepala Kantor Urusan Agama atau Pejabat yang ditunjuk berada di sebelah kiri Pimpinan
BPD;
c. Kepala Desa ditempatkan sejajar dan berada di sebelah kanan Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk;
d. Anggota BPD yang akan diambil sumpah/janji menduduki tempat khusus yang sudah
disediakan;
e. Undangan dan peninjau diatur sesuai dengan kondisi ruangan rapat.
(4) Pengaturan Tata Tempat dalam Rapat Paripurna Istimewa BPD dengan acara pengambilan
sumpah/janji Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris BPD sebagai berikut :
a. Kepala Desa ditempatkan sejajar dan berada di sebelah kanan Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk;
b. Anggota BPD yang akan diambil sumpah/janji menduduki tempat khusus yang sudah
disediakan;
c. Undangan dan peninjau diatur sesuai dengan kondisi ruangan rapat.

Tata Pakaian

Pasal 39

(1) Setiap anggota BPD selama melaksanakan tugas sebagai anggota BPD agar menggunakan
pakaian dinas BPD;
(2) Pakaian dinas BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, adalah :
a. Pakaian Sipil Harian (PSH), digunakan untuk menghadiri rapat Pleno dan Rapat Paripurna
BPD dengan memakai lencana BPD di sebelah kiri atas;
b. Pakaian Sipil Resmi (PSR), digunakan untuk menghadiri rapat Paripurna Khusus dan
Paripurna Istimewa BPD dengan memakai lencana BPD di sebelah kiri atas.

14
BAB VII
RAPAT-RAPAT BPD

Bagian Pertama
Kewajiban

Pasal 40

(1) BPD mengadakan rapat secara berkala sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali dalam setahun;
(2) Kecuali yang dimaksud ayat (1), atas permintaan sedikitnya 2 (dua) orang anggota BPD atau
atas permintaan Kepala Desa, Ketua BPD mengundang anggotanya untuk mengadakan
rapat selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah permintaan itu diterima;
(3) BPD mengadakan rapat atas undangan Ketua atau Wakil Ketua atau Sekretaris BPD;
(4) Pimpinan dan anggota BPD wajib mentaati Tata Tertib dengan baik dan seksama;
(5) Memenuhi undangan rapat dan menandatangani daftar hadir;
(6) Memberitahukan ketidak hadirannya kepada pimpinan BPD;
(7) Memelihara ketertiban dan kelancaran jalannya rapat;
(8) Mengikuti semua kegiatan BPD;
(9) Dengan cara diatur jadwal setiap rapat rapat yang mewakili unsur Panitia Pemerintahan,
Pembangunan, dan Kemasyarakatan;
Bagi Pimpinan dan anggota BPD yang tidak mentaati kewajiban sebagaimana ketentuan ayat
(4), (5), (6), (7), (8), dan (9) pasal ini, maka pimpinan BPD dapat memberikan sanksi
administratif berupa :
a. teguran lisan;
b. Peringatan secara tertulis
Sanksi sebagaimana dimaksud ayat (10) ditetapkan dalam rapat Paripurna BPD.

Bagian Kedua
Jenis Rapat BPD

Pasal 41

(1) Rapat-rapat BPD terdiri dari :


a. Rapat Paripurna;
b. Rapat Paripurna Khusus;
c. Rapat Paripurna Istimewa;
d. Rapat Pimpinan BPD;
e. Rapat Pleno;
f. Rapat Panitia Musyawarah;
g. Rapat Panitia;
h. Rapat Panitia Khusus;
i. Rapat Panitia Anggaran;
j. Rapat Gabungan Panitia;
k. Rapat Kerja;
l. Rapat Dengar Pendapat;
m.Rapat-rapat lain.
(2) Rapat Paripurna adalah rapat anggota BPD yang dipimpin oleh Pimpinan BPD yang
merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan tugas dan wewenang menetapkan
Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa dan menetapkan Keputusan BPD;
(3) Rapat Paripurna Khusus adalah rapat anggota BPD yang dipimpin oleh Pimpinan BPD untuk
melaksanakan suatu acara khusus dan membahas hal-hal khusus;
(4) Rapat Paripurna Istimewa adalah rapat anggota BPD yang dipimpin oleh Pimpinan BPD
untuk melaksanakan suatu acara tertentu dengan tidak mengambil keputusan;
(5) Rapat Pleno adalah rapat anggota BPD yang dipimpin oleh Pimpinan BPD untuk
melaksanakan pembahasan atau pembicaraan agenda tertentu sebelum diajukan ke dalam
rapat Paripurna;
(6) Rapat Pimpinan BPD adalah rapat unsur Pimpinan BPD yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil
Ketua, atau Sekretaris BPD;
(7) Rapat Panitia Musyawarah adalah rapat anggota Panitia Musyawarah yang dipimpin oleh
Ketua Panitia Musyawarah;
(8) Rapat Panitia adalah rapat anggota Panitia yang dipimpin oleh Ketua Panitia;

15
(9) Rapat Panitia Khusus adalah rapat anggota Panitia Khusus yang dipimpin oleh Ketua Panitia
Khusus;
(10) Rapat Panitia Anggaran adalah rapat anggota panitia anggaran yang dipimpin oleh ketua
Panitia Anggaran;
(11) Rapat Gabungan Panitia adalah rapat anggota beberapa panitia BPD dipimpin oleh Ketua
atau Wakil Ketua atau Sekretaris BPD;
(12) Rapat Kerja adalah rapat panitia, atau rapat panitia khusus, atau rapat panitia anggaran,
atau rapat gabungan panitia dengan Kepala Desa atau Perangkat Desa atau Pejabat
Pemerintah lainnya;
(13) Rapat Dengar Pendapat adalah rapat panitia, atau rapat panitia khusus, atau rapat
gabungan panitia dengan Lembaga Kemasyarakatan, atau tokoh-tokoh masyarakat;
(14) Rapat-rapat lain adalah rapat yang perlu diadakan dan dipimpin oleh Ketua atau Wakil
Ketua atau Sekretaris BPD.

Bagian Ketiga
Sifat Rapat

Pasal 42

(1) Rapat-rapat BPD bersifat terbuka untuk umum kecuali yang dinyatakan tertutup berdasarkan
Peraturan Tata Tertib ini dan atas kesepakatan Pimpinan rapat;
(2) Rapat terbuka adalah rapat anggota BPD yang dapat dihadiri oleh umum;
(3) Rapat tertutup adalah rapat anggota BPD yang tidak boleh dihadiri oleh umum;
(4) Pembicaraan dalam rapat tertutup bersifat rahasia dan tidak boleh diumumkan;
(5) Sifat rahasia sebagaimana dimaksud ayat (4) harus dipegang teguh oleh yang mengetahui
pembicaraan dalam rapat tersebut.
Pasal 43

(1) Rapat tertutup dapat mengambil keputusan, kecuali dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Pemilihan Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris BPD;
b. Penetapan Calon Kepala Desa;
c. Penetapan Peraturan Desa;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa serta Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
e. Penetapan Perubahan, penghapusan pajak dan retribusi Desa;
f. Badan Usaha Milik Desa;
g. Penghapusan tagihan sebagian atau seluruhnya;
h. Persetujuan penyelesaian perkara perdata secara damai.
(2) Setiap rapat tertutup dibuat laporan tentang pembicaraan yang dilakukan dan dicantumkan
dengan jelas pernyataan sifat rapat yaitu, Rahasia.

Bagian Keempat
Pengambilan Keputusan

Pasal 44

(1) Rapat-rapat BPD hanya dapat mengambil keputusan apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD dan keputusan ditetapkan berdasarkan
suara terbanyak;
(2) Kecuali dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD yang hadir.

16
Pasal 45

(1) Keputusan yang diambil dalam rapat dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mencapai
mufakat berlandaskan atas prinsip kejujuran, keadilan, dan kebenaran;
(2) Apabila musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1), setelah diupayakan sedapat-dapatnya
ternyata tidak juga mencapai mufakat, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan
persetujuan suara terbanyak melalui pemungutan suara;
(3) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud ayat (2) dianggap syah apabila memperoleh
sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) jumlah suara ditambah 1 (satu) suara anggota BPD
peserta rapat.

Bagian Kelima
Tata Cara Pembicaraan

Pasal 46

(1) Untuk kelancaran jalannya rapat pimpinan rapat dapat menetapkan babak pembicaraan
setelah mendapat persetujuan dari peserta rapat;
(2) Setiap anggota yang akan berbicara mencatatkan namanya kepada pimpinan rapat sebelum
sesuatu hal pembicaraan dimulai;
(3) Giliran berbicara diatur menurut urutan permintaan, kecuali terdapat hal-hal tertentu yang
menurut pertimbangan ketua rapat memungkinkan giliran berbicara tidak menurut urutan
permintaan;
(4) Anggota berbicara di tempat yang telah disediakan setelah mendapat ijin dari pimpinan rapat,
dan selama anggota tersebut berbicara tidak boleh diganggu;
(5) Ketua rapat hanya dapat berbicara selaku pinpinan rapat untuk menyelesaikan masalah yang
menjadi pokok pembicaraan;
(6) Apabila ketua rapat hendak berbicara selaku anggota rapat, maka untuk sementara
pimpinan rapat diserahkan kepada anggota pimpinan rapat yang lain.

Pasal 47

(1) Ketua rapat mengingatkan pembicara apabila pembicaraan yang disampaikan menyimpang
dari Peraturan Tata Tertib;
(2) Apabila seorang pembicara dalam rapat mengeluarkan kata-kata yang tidak layak atau
melakukan perbuatan yang mengganggu jalannya rapat, pimpinan rapat memberikan
peringatan supaya pembicara tertib kembali;
(3) Ketua rapat memberi kesempatan kepada pembicara untuk menarik kembali kata-kata yang
tidak layak diucapkan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini;
(4) Apabila seorang pembicara tidak memenuhi peringatan pimpinan rapat sebagaimana
dimaksud ayat (1), (2) dan (3) pasal ini atau mengulang hal-hal yang sama, maka ketua rapat
melarang meneruskan pembicaraannya, atau meminta kepada yang bersangkutan untuk
meninggalkan rapat, atau yang bersangkutan dilarang hadir dalam rapat yang membicarakan
hal yang sama;
(5) Apabila terjadi hal sebagaimana dimaksud ayat (4) dan rapat dimungkinkan tidak dapat
diteruskan, maka ketua rapat dapat menunda rapat sampai dengan batas waktu tidak lebih
dari 1 x 24 jam, kecuali rapat menentukan lain.

17
Bagian Keenam
Tahapan Pembicaraan

Pasal 48

(1) Pembahasan Peraturan Desa melalui Tahap I (kesatu), Tahap II (kedua), dan Tahap III
(ketiga);
(2) Tahap I, dalam rapat Paripurna BPD :
a. Penjelasan Kepala Desa terhadap Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari
Pemerintah Desa;
b. Penjelasan pengusul terhadap Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari prakarsa
BPD;
c. Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Kepala Desa, dilakukan pemandangan
umum oleh para anggota BPD, kemudian Kepala Desa memberikan jawabannya;
d. Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari prakarsa BPD, disampaikan pendapat
Kepala Desa, kemudian pengusul memberikan jawabannya.
(3) Tahap II, dalam rapat panitia BPD, atau gabungan panitia BPD bersama Kepala Desa atau
pejabat yang ditunjuk melakukan pembahasan lanjutan atas rancangan peraturan Desa, baik
yang berasal dari Kepala Desa, maupun yang berasal dari prakarsa BPD;
(4) Apabila dalam pembahasan tahap II antara BPD dan Pemerintah Desa tidak terdapat
kesepakatan, maka permasalahannya disampaikan kepada Ketua BPD untuk ditelaah lebih
lanjut;
(5) Setelah mendengar pertimbangan Panitia Musyawarah, Ketua BPD dapat mengambil
keputusan untuk diajukan kedalam pembahasan tahap III;
(6) Tahap III, dalam rapat paripurna BPD disampaikan kata akhir :
a. Kata akhir dari Kepala Desa terhadap Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari
Pemerintah Desa;
b. Kata akhir dari pengusul terhadap Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari prakarsa
BPD;
c. Setelah penyampaian sebagaimana dimaksud huruf a dan b ayat ini, maka BPD
menyetujui Rancangan Peraturan Desa untuk ditetapkan menjadi Peraturan Desa.

Pasal 49

(1) Persetujuan BPD sebagaimana dimaksud pasal 48 ayat (6) huruf c, ditetapkan dengan
Keputusan BPD;
(2) Peraturan Desa yang telah memperoleh persetujuan BPD ditandatangani oleh Kepala Desa
dan Sekretaris Desa;
(3) Peraturan Desa sebagaiman dimaksud ayat (2) ditempatkan kedalam Lembaran Desa oleh
Sekretaris Desa dengan diberi nomor urut dan tanggal penempatan.
Bagian Ketujuh
Risalah Rapat dan Laporan

Pasal 50

(1) Untuk setiap rapat paripurna, rapat paripurna khusus, rapat paripurna istimewa BPD, dibuat
risalah resmi yang ditandatangani Sekretaris BPD dan diketahui Ketua rapat;
(2) Risalah sebagaimana dimaksud ayat (1) memuat secara lengkap jalannya pembicaraan rapat
disertai catatan mengenai :
a. Jenis dan sifat rapat;
b. Hari dan tanggal rapat;
c. Tempat rapat;
d. Acara rapat;
e. Waktu pembukaan dan penutupan rapat;
f. Pimpinan rapat;
g. Daftar hadir anggota BPD peserta rapat, dan keterangan anggota yang tidak hadir;
h. Kepala Desa atau pejabat yang mewakilinya, atau pejabat pemerintah lainnya;
i. Undangan yang hadir;
j. Proses tentang pengambilan keputusan.
(3) Setelah rapat selesai, maka Sekretaris BPD segera menyusun rancangan risalah rapat atau
risalah rapat sementara untuk dibacakan atau dibagikan kepada anggota BPD peserta rapat
atau pihak yang bersangkutan;
18
(4) Setiap anggota BPD peserta rapat dapat mengoreksi risalah rapat sebagaimana dimaksud
ayat (3) untuk perbaikan atau penyempurnaan sesuai dengan pokok pembicaraan dalam
rapat.

Pasal 51

(1) Untuk setiap rapat pimpinan, rapat panitia, rapat panitia khusus, rapat panitia anggaran, rapat
gabungan panitia, rapat kerja, rapat dengar pendapat, dibuatkan catatan rapat yang
ditandatangani pimpinan rapat yang bersangkutan;
(2) Catatan rapat sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah catatan mengenai pokok-pokok
pembicaraan, kesimpulan atau keputusan yang diambil dengan dilengkapi keterangan
sebagaimana disebutkan dalam pasal 50 ayat (2);
(3) Untuk setiap rapat panitia, rapat panitia khusus, rapat panitia anggaran, rapat gabungan
panitia, rapat kerja, rapat dengar pendapat, dibuatkan laporan tertulis dan disampaikan
kepada pimpinan BPD.

Pasal 52

(1) Selain anggota, rapat BPD dapat dihadiri oleh :


a. Undangan, ialah mereka yang bukan anggota BPD yang hadir dalam rapat atas undangan
pimpinan BPD;
b. Peninjau, ialah mereka yang bukan anggota BPD yang hadir dalam rapat tanpa undangan
Pimpinan BPD.
(2) Undangan rapat dapat meminta hak bicara dalam rapat atas persetujuan pimpinan BPD,
tetapi tidak mempunyai hak suara;
(3) Peninjau tidak boleh menyatakan sesuatu, dan tidak punya hak bicara maupun hak suara.

BAB VIII
ALAT KELENGKAPAN BPD
Bagian Pertama

Pasal 53

(1) Alat kelengkapan BPD terdiri dari :


a. Pimpinan BPD;
b. Panitia-Panitia.
(2) Panitia-Panitia sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :
a. Panitia Bidang Pemerintahan;
b. Panitia Bidang Pembangunan;
c. Panitia Bidang Kemasyarakatan
(3) Selain Panitia-Panitia sebagaimana dimaksud ayat (2) BPD juga dapat membentuk :
a. Panitia Anggaran;
b. Panitia Musyawarah;
c. Panitia Khusus.

Bagian Kedua
Pimpinan Sementara

Pasal 54

(1) Sebelum pimpinan BPD depinitif terbentuk, maka untuk sementara rapat-rapat BPD dipimpin
oleh pimpinan sementara yang terdiri dari 2 (dua) orang anggota BPD yang tertua dan dibantu
anggota termuda usianya;
(2) Apabila anggota BPD yang tertua dan termuda usianya sebagaimana dimaksud ayat (1)
berhalangan, maka sebagai penggantinya adalah anggota BPD yang tertua dan termuda
usianya menurut urutan usia berikutnya.

19
Pimpinan BPD

Pasal 55

(1) Pimpinan BPD adalah alat kelengkapan BPD yang merupakan kesatuan pimpinan yang
bersifat kolektif, terdiri dari seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, dan seorang Sekretaris;
(2) Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat paripurna BPD dan ditetapkan
dengan Keputusan BPD;
(3) Pemilihan pimpinan BPD dilaksanakan dengan asas langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil;
(4) Masa jabatan pimpinan sama dengan masa jabatan keanggotaan BPD;
(5) Hasil pemilihan Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diresmikan oleh
Bupati dan pelantikannya dilakukan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Tugas dan Kewajiban


Pimpinan BPD

Pasal 56

(1) Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja diantara Ketua, Wakil Ketua,
dan Sekretaris BPD dan mengumumkannya dalam rapat paripurna BPD pada awal tahun
persidangan;
(2) Memimpin rapat paripurna, rapat pleno dan rapat-rapat lainnya dengan menjaga agar
Peraturan Tata Tertib dilaksanakan dengan seksama;
(3) Menyimpulkan persoalan yang dibicarakan dalam rapat yang dipimpinnya;
(4) Melaksanakan keputusan-keputusan rapat;
(5) Mengadakan koordinasi dengan Kepala Desa atau pihak-pihak lain yang dianggap perlu;
(6) Menentukan kebijakan Anggaran Belanja BPD berdasarkan pertimbangan Panitia Anggaran;
(7) Menerima dan menindaklanjuti laporan panitia-panitia dan anggota BPD;
(8) Sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali mengadakan rapat pimpinan untuk mengadakan
evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh panitia-panitia dan
para anggota BPD.

Bagian Kedua
Pemilihan Pimpinan BPD
Persyaratan Pimpinan

Pasal 57

(1) Calon pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD berdasarkan usulan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang anggota BPD;
(2) Calon yang diajukan adalah orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang
Maha Esa dan berakhlaq mulia;
(3) Calon yang dipilih mempunyai kualitas kepemimpinan yang bijaksana, jujur dan adil;
(4) Calon yang dipilih mempunyai pengalaman dibidang kemasyarakatan dan pemerintahan;
(5) Calon yang dipilih diyakini tidak pernah terlibat kasus-kasus korupsi, kolusi dan nepotisme
atau perbuatan lainnya yang melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

Pelantikan dan Pengambilan


Sumpah/Janji

Pasal 58

(1) Sebelum memangku jabatannya pimpinan BPD mengucapkan sumpah/janji menurut agama
yang dianutnya disaksikan oleh Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan dalam rapat
Paripurna Istimewa BPD;
(2) Rapat paripurna istimewa BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) dipimpin oleh pimpinan
sementara BPD;

20
(3) Bunyi sumpah/janji sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini sebagai berikut :
“Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji bahwa saya akan memenuhi kewajiban
saya sebagai Ketua/Wakil Ketua/Sekretaris Badan Permusyawaratan Desa dengan
sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;
Bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan mengamankan Pancasila
sebagai Dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan
Undang-undang Dasar 1945 sebagai konstitusi negara serta segala peraturan
Perundang-undangan yang berlaku bagi Desa, Daerah dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
(4) Setelah pimpinan BPD mengucapkan sumpah/janji, maka pimpinan sementara menyerahkan
jabatan pimpinan kepada pimpinan BPD.

Bagian Ketiga
Penggantian Pimpinan BPD

Pasal 59

(1) Pimpinan BPD dapat diganti apabila melanggar ketentuan sebagaimana tersebut di bawah
ini :
a. Melanggar ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
b. Melanggar ketentuan Peraturan Tata Tertib BPD;
c. Tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana mestinya;
d. Melanggar norma-norma agama, dan atau norma-norma susila dan atau norma-norma
adat istiadat Desa yang berlaku
(2) Apabila terjadi lowongan jabatan Pimpinan BPD maka selambat-lambatnya 30 (tiga puluh
hari) diadakan pengisian;
(3) Pengisian sebagaimana dimaksud ketentuan ayat (1) tetap berpedoman kepada pasal 57
Peraturan Tata Tertib ini.

Pasal 60

(1) Usul penggantian pimpinan BPD dilakukan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota
BPD;
(2) Usul penggantian sebagaimana dimaksud ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Panitia
Musyawarah;
(3) Setelah melalui pembahasan dan keputusan Panitia Musyawarah, usulan penggantian
Pimpinan BPD diajukan ke dalam rapat pleno BPD;
(4) Penggantian Pimpinan BPD dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan rapat pleno BPD;
(5) Penggantian Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud ayat (4) ditetapkan dalam rapat
Paripurna BPD.

Bagian Keempat
Panitia-Panitia BPD

Pasal 61

(1) Panitia adalah merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh BPD
pada masa awal keanggotaan;
(2) Setiap anggota BPD kecuali pimpinan, harus menjadi anggota salah satu Panitia BPD;
(3) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Panitia BPD yang membidangi tugas-tugas
tertentu terdiri dari :
a. Panitia Bidang Pemerintahan
b. Panitia Bidang Pembangunan
c. Panitia Bidang Kemasyarakatan
(4) Panitia sebagaimana dimaksud ayat (3) dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
dipimpin oleh seorang Ketua Panitia yang dipilih dari anggotanya;
(5) Ketua Panitia dan susunan keanggotaan panitia diadakan pergiliran selambat-lambatnya 2
(dua) tahun sekali;

21
(6) Ketua dan susunan keanggotaan panitia BPD sebagaimana dimaksud ayat (3) jumlah
anggotanya diupayakan sama banyak.

Pasal 62

Panitia-panitia BPD sebagaimana dimaksud pasal 61 ayat (3) tugas dan kewajibannya adalah :
a. Menyusun rencana kerja Panitia setiap awal tahun sidang dan melaporkan hasil kerjanya
pada akhir tahun sidang kepada Pimpinan BPD;
b. Melakukan pembahasan terhadap Rancangan Peraturan Desa dan Rancangan Keputusan
BPD yang menjadi bidang tugasnya;
c. Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan yang dilaksanakan Pemerintah Desa, sesuai dengan bidang tugasnya;
d. Mengadakan kunjungan kerja atau peninjauan yang dianggap perlu atas persetujuan BPD;
e. Mengadakan rapat-rapat untuk membahas sesuatu hal yang berada dalam ruang lingkup
bidang tugasnya masing-masing;
f. Menerima dan menyalurkan aspirasi masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya dan
memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya;
g. Mengajukan usul, saran, dan pernyataan pendapat kepada Pimpinan BPD mengani hal yang
termasuk dalam ruang lingkup bidang tugasnya masing-masing;
h. Mengajukan pendapat dan pernyataan tertulis kepada Kepala Desa melalui pimpinan BPD
mengenai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan yang
dilaksanakan Pemerintah Desa sesuai dengan bidang tugas dan kewajibannya;
i. Membahas nota pimpinan BPD, surat-surat masuk, dan pengaduan langsung dari
masyarakat;
j. Melaporkan hasil kerja panitia kepada Pimpinan BPD.

Pasal 63

(1) Selain ketentuan ayat (3) pasal 62, BPD juga dapat membentuk Panitia-panitia sebagai
berikut :
a. Panitia Musyawarah;
b. Panitia Anggaran;
c. Panitia Khusus;
(2) Panitia Musyawarah adalah alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh BPD
pada awal masa keanggotaan;
(3) Panitia Anggaran adalah merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dan dibentuk
oleh BPD pada awal masa keanggotaan;
(4) Panitia Khusus adalah merupakan alat kelengkapan BPD bersifat sementara, dibentuk oleh
BPD untuk melaksanakan tugas khusus.

Panitia Musyawarah

Pasal 64

(1) Panitia musyawarah adalah alat kelengkapan BPD yang terdiri dari Pimpinan BPD dan Ketua-
Ketua Panitia;
(2) Karena jabatannya, Ketua, dan Wakil Ketua BPD adalah Ketua dan Wakil Ketua Panitia
Musyawarah;
(3) Susunan dan kenaggotaan Panitia musyawarah terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris
BPD, dan Ketua-ketua Panitia BPD, ditetapkan dalam rapat paripurna BPD;
(4) Panitia Musyawarah mempunyai tugas dan kewajiban :
a. Menerima pengajuan usul, saran, dan pernyataan pendapat dari anggota dan atau Panitia
BPD;
b. Memberi saran dan pertimbangan kepada Pimpinan BPD tentang rencana kerja BPD;
c. Memberi saran dan pertimbangan kepada Pimpinan BPD dalam menetapkan jadwal acara
rapat-rapat BPD;
d. Memberi saran dan pertimbangan kepada Pimpinan BPD untuk memperlancar
pembahasan dan pembicaraan dalam pelaksanaan rapat-rapat;
e. Merumuskan maetri untuk bahan penyusunan Keputusan Pimpinan BPD.

22
Panitia Bidang Pemerintahan

Pasal 65

(1) Panitia Pemerintahan melaksanakan tugas dan kewajiban dalam bidang pemerintahan,
dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari anggotanya;
(2) Susunan dan keanggotaan Panitia Pemerintahan ditetapkan dalam rapat Paripurna BPD;
(3) Bidang Tugas Panitia Pemerintahan antara lain :
a. Pemerintahan;
b. Perangkat Desa;
c. Peraturan Desa dan adat istiadat;
d. Ketentraman dan ketertiban masyarakat;
e. Perijinan;
f. Pertanahan;
g. Organisasi sosial politik dan Ormas;
h. Badan Usaha Desa;
i. Perusahaan Patungan;
j. Penanaman Modal;

Panitia Bidang Pembangunan

Pasal 66

(1) Panitia Pembangunan melaksanakan tugas dan kewajiban dalam bidang Pembangunan,
dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari anggotanya;
(2) Susunan dan keanggotaan Panitia Pembangunan ditetapkan dalam rapat Paripurna BPD;
(3) Bidang Tugas Panitia Pembangunan antara lain :
a. Pembangunan umum;
b. Perdagangan dan perhubungan;
c. Industri rumah tangga;
d. Pekerjaan Umum;
e. Pertanian, Perikanan dan Peternakan;
f. Perkebunan dan kehutanan;
g. Pengairan Desa;
h. Keuangan Desa;
i. Perpajakan dan retribusi;
j. Perbankan.

Panitia Bidang Kemasyarakatan

Pasal 67

(1) Panitia Kemasyarakatan melaksanakan tugas dan kewajiban dalam bidang Kemasyarakatan,
dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari anggotanya;
(2) Susunan dan keanggotaan Panitia Kemasyarakatan ditetapkan dalam rapat Paripurna BPD;
(3) Bidang Tugas Panitia Kermasyarakatan antara lain :
a. Agama dan sarana peribadatan;
b. Pendidikan dan ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. Sosial budaya;
d. Koperasi dan pengadaan pangan;
e. Kependudukan dan lingkungan hidup;
f. Kesehatan dan keluarga berencana;
g. Pemuda dan olah raga;
h. Transmigrasi dan ketenagakerjaan;
i. Peranan wanita;
j. Pariwisata.

23
Panitia Anggaran BPD

Pasal 68

(1) Panitia Anggaran BPD anggotanya terdiri dari seorang Wakil Ketua BPD dan seorang yang
mewakili Panitia Pemerintahan, Panitia Pembangunan, dan Panitia Kemasyarakatan;
(2) Karena jabatannya Wakil Ketua BPD adalah Ketua Panitia Anggaran;
(3) Susunan dan keanggotaan Panitia Anggaran ditetapkan dalam rapat Paripurna BPD;
(4) Tugas Panitia Anggaran ialah :
a. Mengumpulkan data dan informasi dalam rangka membahas dan menyusun Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
b. Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Desa mengenai Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, Rancangan Perubahan dan Rancangan Perhitungannya;
c. Menyusun anggaran belaja BPD;
d. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa yang telah disyahkan BPD.

Panitia Khusus BPD

Pasal 69

(1) Panitia Khusus adalah merupakan alat kelengkapan BPD bersifat sementara, dipimpin oleh
seorang Ketua yang dipilih dari anggotanya;
(2) Susunan dan keanggotaan Panitia Khusus ditetapkan dalam rapat paripurna BPD;
(3) Tugas Panitia Khusus adalah melaksanakan pembahasan dan perumusan sesuatu hal yang
bersifat khusus yang ditugaskan oleh BPD;
(4) Panitia Khusus bersifat sementara dan dibubarkan setelah selesai melaksanakan tugasnya.

BAB IX
SEKRETARIS BPD

Pasal 70

(1) Sekretaris BPD merupakan unsur Pimpinan BPD yang bersifat kolektif;
(2) Sekretaris BPD mengelola penyelenggaraan administrasi dan keuangan BPD;
(3) Dalam mengelola penyelenggaraan sebagaimana dimaksud ayat (2) Sekretaris BPD
mempunyai tugas
a. Membuat risalah rapat sesuai dengan ketentuan pasal 48 Peraturan Tata Tertib ini;
b. Risalah rapat sebagaimana dimaksud huruf a ditandatangani Sekretaris BPD dan
diketahui Ketua Rapat;
c. Risalah rapat sebagaimana dimaksud huruf a adalah dokumentasi BPD;
d. Mencatat surat masuk dan surat keluar;
e. Mengelola keuangan BPD;
(4) Tata cara penanganan dan pengelolaan sebagaimana dimaksud huruf d dan e ayat ini
dilaksanakan dengan berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.

BAB X
KEWAJIBAN BPD

Pasal 71

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, fungsi, serta hak-hak, BPD mempunyai kewajiban
sebagai berikut :
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-undang dasar 1945 Negara Kesatuan
Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati segala Peraturan Perundang-undangan;
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
24
d. Menyerap, manampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
e. Memproses Pemilihan Kepala Desa;
f. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat setempat dan;
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.

LARANGAN BPD

Pasal 72

dalam Lembaran Desa.


(1) Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa
dan Perangkat Desa;
(2) Pimpinan dan anggota BPD dilarang :
a. Sebagai pelaksana proyek Desa;
b. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain;
c. Melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak
lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
d. Menyalahgunakan wewenang;
e. Melanggar sumpah/janji jabatan;
f. Bertempat tinggal di luar dusun yang bersangkutan dimana ia diusulkan menjadi anggota
BPD.

TINDAKAN PENYIDIKAN

Pasal 73

(1) Tindakan penyidikan terhadap anggota BPD dilaksanakan setelah adanya persetujuan
tertulis dari Bupati;
(2) Hal-hal yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu :
a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana 5
(lima) tahun penjara atau lebih;
b. Disangka melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan hukuman mati.
(3) Hasil penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan secara tertulis kepada
Bupati selambat-lambatnya 3 (tiga) hari dan dilaporkan oleh atasan langsung penyidik.

Pasal 74

Bupati dapat memberhentikan anggota BPD apabila terbukti :


a. Melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pasal 73 setelah dilakukan pemeriksaan
oleh pejabat yang berwenang;
b. Melakukan tindak pidana kejahatan sebagaimana dimaksud pasal 73 ayat (2) Tata Tertib ini.

BAB XI
MASA RESES BPD

Pasal 75

(1) Masa reses bagi anggota BPD dilaksanakan 4 (empat) kali dalam satu tahun masa
persidangan;
(2) Satu kali masa reses bagi anggota BPD adalah satu minggu;
(3) Selama reses berlangsung alat kelengkapan BPD tidak melakukan rapat, kecuali terdapat
hal yang sangat mendesak;
(4) Masa reses dapat dipergunakan anggota BPD untuk melakukan pemantauan dan
menampung aspirasi masyarakat;

25
BAB XII
PERUBAHAN PERATURAN
TATA TERTIB BPD

Pasal 76

(1) Perubahan Tata Tertib ini hanya bisa dilakukan atas usul yang diajukan sekurang-kurangnya
½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD;
(2) Perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksnakan berdasarkan keputusan rapat
paripurna BPD yang khusus diadakan untuk itu;
(3) Rapat paripurna sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini berpedoman kepada ketentuan
pasal 45 dan pasal 46 Peraturan Tata Tertib.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 77

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Tata Tertib ini diatur lebih lanjut dan ditetapkan
melalui Keputusan Pimpinan BPD setelah mendengar pertimbangan Panitia Musyawarah.

Pasal 78

Dengan berlakunya Peraturan Tata Tertib ini, maka Peraturan Tata Tertib sebelumnya
dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 79

Peraturan Tata Tertib ini mulai berlaku sejak diumumkan

Pasal 80

Agar setiap orang mengetahui Peraturan Tata Tertib ini memerintahkan untuk dimuat kedalam
Lembaran Desa PASIRJAYA.

Ditetapkan di : PASIRJAYA
Pada Tanggal : 07 April 2019
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
DESA PASIRJAYA
Sekretaris Ketua,

SUDI ADANG SUDRAJAT ABDUL GANI, S.Pd.I

26

Anda mungkin juga menyukai