(BPD)
DESA PADALARANG KECAMATAN PADALARANG
KABUPATEN BANDUNG BARAT
PERATURAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG
KECAMATAN PADALARANG KABUPATEN BANDUNG BARAT
NOMOR : /BPD-KTJ/ 2018
TENTANG
TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PADALARANG
PERIODE 2018-2024
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
PADALARANG KECAMATAN PADALARANG
KABUPATEN BANDUNG BARAT TENTANG.TATA
TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
PADALARANG PERIODE 2018-2024.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
Maksud Tata Tertib ini untuk memberikan kepastian hukum terhadap BPD sebagai lembaga
di Desa dalam melaksanakan Tugas dan Fungsi sebagai BPD
Tujuan Pengaturan BPD dalam Tata Tertib ini untuk :
a. Mempertegas peran BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. Mendorong BPD agar mampu menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
Desa; dan
c. Mendorong BPD dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di Desa.
d. Pedoman BPD dalam mewujudkan disiplin keja BPD.
BAB III
KEANGGOTAAN BPD
Bagian Kesatu
Anggota BPD
Pasal 3
(1) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya dilakukan secara demokratis melalui
proses pemilihan secara langsung atau musyawarah perwakilan.
(2) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan jumlah
gasal, paling sedikit 5 (lima) orang, 7 (tujuh) orang, dan paling banyak 9 (sembilan)
orang.
(3) Penetapan Jumlah anggota BPD dan Tatacara pengisiannya diatur dengan Peraturan
Desa.
Bagian Kedua
Peresmian Anggota BPD
Pasal 4
(1) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan keputusan Bupati paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan anggota BPD dari Kepala Desa.
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak tanggal
pengucapan sumpah dan janji anggota BPD.
(3) Pengucapan sumpah janji anggota BPD dipandu oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya keputusan Bupati mengenai
peresmian anggota BPD.
(4) Pengambilan sumpah janji anggota BPD dapat dilaksanakan di desa, kecamatan atau
di pusat pemerintahan dalam wilayah Kabupaten di hadapan komponen atau unsur
masyarakat.
Pasal 5
(1) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji.
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk masa keanggotaan
paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.
Pasal 6
(1) Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2), didampingi oleh rohaniawan sesuai dengan agamanya masing-masing;
(2) Dalam pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota BPD
yang beragama:
a. Islam, diawali dengan frasa “Demi Allah saya bersumpah”;
b. Kristen Protestan dan Kristen Katolik, diawali dengan frasa “Demi Tuhan saya
berjanji” dan diakhiri dengan frasa “Semoga Tuhan menolong saya”;
c. Budha, diawali dengan frasa “Demi Hyang Adi Budha”; dan
d. Hindu, diawali dengan frasa “Om Atah Paramawisesa”.
(3) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilanjutkan
penandatanganan berita acara pengucapan sumpah/janji.
Pasal 8
Anggota BPD yang telah melaksanakan sumpah dan janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (3), mengikuti pelatihan awal masa tugas yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten .
Bagian Ketiga
Pemberhentian Anggota BPD
Pasal 9
(2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila:
a. berakhir masa keanggotaan;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan tanpa keterangan apapun;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD;
d. tidak melaksanakan kewajiban;
e. melanggar larangan sebagai anggota BPD;
f. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik BPD;
g.dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih;
h. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat BPD lainnya yang menjadi tugas dan
kewajibannya sebanyak 6 (enam) selama 1 (satu) tahun berjalan tanpa alasan yang sah;
i. Adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau
lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, pemekaran atau penghapusan Desa;
j. bertempat tinggal diluar wilayah asal pemilihan; dan/atau
k. ditetapkan sebagai calon Kepala Desa.
l. ditetapkan sebagai Perangkat Desa.
m. Ditetapkan sebagai Calon Anggota Legislatif.
Pasal 10
(1) Pemberhentian anggota BPD diusulkan oleh pimpinan BPD berdasarkan hasil
musyawarah BPD kepada Bupati melalui Kepala Desa.
(2) Kepala Desa menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada Bupati melalui
Camat paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian.
(3) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada Bupati paling lambat
7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian.
(4) Bupati meresmikan pemberhentian anggota BPD paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya usul pemberhentian anggota BPD.
(5) Peresmian pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
dengan keputusan Bupati.
Bagian Keempat
Pemberhentian Sementara
Pasal 11
(1) Anggota BPD diberhentikan sementara oleh Bupati setelah ditetapkan sebagai tersangka
dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, Operasi Tangkap Tangan dan/atau tindak
pidana terhadap keamanan negara.
(2) Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan sementara berkedudukan sebagai pimpinan
BPD, diikuti dengan pemberhentian sebagai pimpinan BPD.
(3) Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan
BPD lainnya memimpin rapat pemilihan pimpinan BPD pengganti antarwaktu.
Bagian Kelima
Pengisian Anggota BPD Antarwaktu
Pasal 12
(1) Anggota BPD yang berhenti antar waktu digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut
berikutnya berdasarkan hasil pemilihan anggota BPD di wilayah pemilihan.
(2) Dalam hal calon anggota BPD nomor urut berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon
anggota BPD, digantikan oleh calon anggota BPD nomor urut berikutnya sesuai
keterwakilan wilayah.
Pasal 13
(1) Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak anggota BPD yang diberhentikan antar waktu ditetapkan
dengan keputusan BPD, Kepala Desa menyampaikan usulan nama calon pengganti
anggota BPD yang diberhentikan oleh Camat atas nama Bupati.
(2) Camat meresmikan calon pengganti anggota BPD menjadi anggota BPD dengan
keputusan Camat paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak disampaikannya usul
penggantian anggota BPD dari Kepala Desa.
(3) Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (2) mulai berlaku sejak pengambilan
sumpah/janji dan dipandu oleh Camat atau pejabat yang ditunjuk.
(4) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilanjutkan
penandatanganan berita acara pengucapan sumpah/janji.
Pasal 14
(1) Masa jabatan anggota BPD antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota BPD yang
digantikannya.
(2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung 1 (satu) periode.
Pasal 15
(1) Penggantian antar waktu anggota BPD tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan
anggota BPD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.
(2) Keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kosong sampai berakhirnya masa
jabatan anggota BPD.
Bagian Keenam
Larangan Anggota BPD
Pasal 16
BAB IV
KELEMBAGAAN BPD
Pasal 17
Pasal 18
(1) Pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dipilih
dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara
khusus;
(2) Rapat pemilihan pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda;
(3) Selama pimpinan BPD belum terbentuk, segala kegiatan rapat untuk sementara dipimpin
oleh anggota tertua dan termuda yang disebut dengan pimpinan sementara;
(4) Dalam hal anggota tertua dan/atau termuda sebagaimana dimaksud ayat (3) berhalangan,
maka sebagai penggantinya adalah anggota yang tertua dan/atau termuda yang berikutnya
yang hadir;
(5) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lambat 3 (tiga)
hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji;
(6) Rapat pemilihan pimpinan dan/ atau ketua bidang berikutnya karena pimpinan dan/atau
ketua bidang berhenti, dipimpin oleh ketua atau pimpinan BPD lainnya berdasarkan
kesepakatan pimpinan BPD.
Pasal 19
(1) Pemilihan pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (1) dilaksanakan
dalam Rapat Paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah
angota BPD;
(2) Apabila anggota BPD belum mencapai quorum sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1),
Pimpinan Rapat dapat menunda rapat paling lambat 1(satu) jam;
(3) Apabila penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), belum juga tercapai quorum,
maka Rapat paripurna ditunda paling lambat 1 (satu) jam lagi;
(4) Apabila penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) masih belum mencapai quorum,
maka rapat paripurna pemilihan pimpinan BPD ditunda paling lambat 3 (tiga) hari.
Pasal 20
(1) Pimpinan BPD dipilih secara langsung dari dan oleh anggota BPD;
(2) Ketua Bidang dipilih secara langsung dari dan oleh anggota BPD.
Pasal 21
(1) Pemilihan pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (1) dapat
dilaksanakan dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat;
(2) Apabila musyawarah untuk mencapai mufakat sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak
tercapai, maka pemilihan Pimpinan BPD dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia,
jujur dan adil;
(3) Untuk melaksanakan pemilihan calon pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan (2), dipimpin langsung oleh Pimpinan Sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan (3) Pasal 18.
Pasal 22
a. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja ketua, Wakil ketua, Sekretaris
dan Bidang-bidang serta mengumumkan dalam Rapat Paripurna;
b. memimpin rapat panitia musyawarah dalam menetapkan acara rapat BPD dan menetapkan
kebijaksanaan mengenai urusan rumah tangga BPD serta pelaksanaannya;
c. memimpin rapat BPD dengan menjaga agar peraturan tata tertib dilaksanakan dengan
seksama, memberi izin, berbicara,dan menjaga agar pembicara dapat menyampaikan
pandangannya dan tidak terganggu;
d. menyimpulkan hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya;
e. melaksanakan keputusan-keputusan rapat;
f. menyampaikan keputusan-keputusan rapat;
g. menyampaikan keputusan rapat kepada pihak-pihak yang bersangkutan;
h. mengadakan konsultasi dengan kepala desa;
i. menindaklanjuti laporan bidang yang dipandang perlu terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan desa;
j. memberikan pertimbangan dan persetujuan.
Pasal 23
(1) Ketua dan wakil ketua memegang Pimpinan sehari-hari dan bertugas di kantor BPD;
(2) Wakil ketua membantu Ketua dalam memimpin BPD;
(3) Apabila ketua berhalangan, maka tugas kewajibannya dilakukan oleh wakil ketua yang
ditunjuk oleh Ketua;
(4) Apabila wakil ketua meletakkan jabatannya, berhalangan sementara atau berhalangan
tetap, maka rapat BPD dipimpin oleh sekretaris;
(5) Apabila sekretaris meletakkan jabatannya, berhalangan sementara atau berhalangan tetap,
maka rapat BPD dipimpin oleh ketua-ketua bidang;
(6) Apabila ketua-ketua bidang berhalangan sementara atau berhalangan tetap, maka rapat
BPD dipimpin oleh anggota yang tertua usianya dibantu oleh anggota yang termuda
usianya.
Pasal 24
(1) Setiap anggota BPD, kecuali pimpinan BPD, harus menjadi anggota salah satu Bidang
BPD;
(2) Penempatan anggota BPD dalam bidang-bidang didasarkan atas musyawarah mufakat
dalam rapat khusus untuk tercapainya optimalisasi tugas-tugas BPD;
(3) Penempatan masa keanggotaan dalam bidang lain ditetapkan oleh BPD atas usul anggota
BPD dalam Rapat Paripurna BPD;
(4) Jumlah anggota tiap-tiap bidang sedapat-dapatnya seimbang;
(5) Anggota BPD antar waktu menduduki tempat anggota bidang yang digantikannya;
(6) Setiap anggota dapat menghindari rapat bidang tertutup yang bukan bidangnya, dengan
terlebih dahulu memberitahukan kepada Ketua Rapat.
Pasal 25
(1) Pimpinan BPD merupakan satu kesatuan Pimpinan yang bersifat kolektif;
(2) Bidang-bidang dalam melaksanakan tugasnya dipimpin ketua Bidang, dan dibantu oleh
anggota
(3) Masa tugas Pimpinan BPD, Ketua Bidang selama 6 (enam) tahun;
(4) Apabila Pimpinan BPD, Ketua Bidang sebagaimana dimaksud ayat (3) Tidak dapat
menjalankan tugasnya karena sesuatu hal yang syah menurut peraturan maka penggantian
unsur Pimpinan dan Bidang dapat dilakukan dengan mekanisme sebagaimana diatur
dalam pasal 19, 20 dan 21.
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
(1) Sekretariat BPD dipimpin oleh seorang sekretaris BPD yang diangkat oleh Pimpinan
BPD;
(2) Sekretaris BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) mempunyai tugas :
a. Melayani segala kebutuhan BPD agar BPD dapat melaksanakan wewenang dan
tugasnya dengan sebaik-baiknya;
b. Mengikuti kegiatan rapat-rapat BPD dan membuat risalah rapat dan catatan rapat;
c. Memberikan pertimbangan teknis kepada Pimpinan BPD.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimasud ayat (2) Sekretaris BPD dapat dibantu
oleh Staf administrasi BPD yang diangkat oleh Kepala Desa dan bukan berasal dari
Perangkat Desa, lembaga kemasyarakatan desa dan lembaga swadaya masyarakat.
Pasal 29
(1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) yang terpilih,
ditetapkan dengan keputusan BPD;
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku setelah mendapatkan
pengesahan Camat atas nama Bupati.
Pasal 30
Pasal 31
Persyaratan yang dapat diangkat menjadi staf administrasi BPD sebagaimana dimaksud pada
Pasal 30 ayat (3) sebagai berikut :
a. Surat pernyataan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Penduduk Desa setempat, yang dibuktikan dengan foto copy KTP, KK yang dilegalisir;
c. Surat pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
d. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling tinggi 42 (empat puluh dua) tahun;
e. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas atau sederajat, copy ijazah
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
f. Bisa mengoperasionalkan computer
g. Surat pernyataan bukan sebagai Perangkat Pemerintah Desa;
h. Surat pernyataan bukan sebagai pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa;
i. Surat pernyataan bukan sebagai pengurus Lembaga Swadaya Masyarakat;
j. Surat pernyataan bersedia menjadi staf administrasi BPD;
k. Akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir dilegalisir oleh pejabat berwenang;
l. Surat pernyataan mengenal karaktristik sosial, budaya, lingkungan desa;
m. Surat pernyataan tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara;
n. Surat pernyataan tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5 (lima)
tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan secara jujur dan
terbuka kepada publik bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai
pelaku kejahatan berulang-ulang;
o. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan Surat Keterangan Dokter;
p. Berkelakuan baik dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan Kepolisian setempat;
q. Surat keterangan berbadan sehat dan bebas narkoba dari dokter puskesmas;
r. Pas foto ukuran 4 x 6 sebanyak 4 lembar.
Pasal 32
Mekanisme Pengangkatan staf administrasi BPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat
(3) diserahkan kepada Pemerintah Desa.
Pasal 33
(1) Staf administrasi BPD diberhentikan oleh Kepala Desa setelah ditetapkan sebagai
tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar, Operasi Tangkap Tangan
dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
(2) Dalam hal staf administrasi BPD yang diberhentikan sebagai staf administrasi BPD, maka
Kepala Desa mengangkat staf administrasi pengganti yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud Pasal 31;
(3) Masa bhakti staf administrasi pengganti adalah sisa waktu yang telah dijalani oleh staf
administrasi yang diberhentikan. dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
BAB V
PANITIA-PANITIA
Bagian Kesatu
Panitia musyawarah
Pasal 34
Bagian Kedua
Panitia anggaran
Pasal 36
Panitia anggaran merupakan alat kelengkapan BPD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh
BPD pada permulaan masa keanggotaan, yang ditetapkan dengan keputusan ketua BPD.
Pasal 37
Pasal 38
Bagian Ketiga
Panitia Khusus
Pasal 39
(1) BPD dapat membentuk Panitia Khusus setelah mendengar pertimbangan Panitia
Musyawarah.
(2) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan alat kelengkapan BPD
yang bersifat sementara.
(3) Panitia Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan BPD.
Pasal 40
(1) Panitia khusus terdiri sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota BPD, termasuk
seorang Ketua dan Wakil Ketua.
(2) Sekretaris BPD karena jabatannya dapat ditunjuk menjadi sekretaris bukan anggota
Panitia Khusus.
Pasal 41
(1) Panitia khusus melaksanakan tugas tertentu yang memerlukan penanganan secara khusus
dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh BPD.
(2) Panitia khusus sebagaimana pada ayat (1), bertanggung jawab kepada ketua BPD.
(3) Rapat Paripurna dapat memperpanjang atau memperpendek jangka waktu Panitia
Khusus.
(4) Panitia khusus dibubarkan oleh BPD setelah jangka waktu penugasannya berakhir atau
karena tugasnya dinyatakan selesai.
(5) Tindak lanjut hasil Rapat Panitia Khusus dilaporkan dalam Rapat Paripurna BPD.
BAB VI
FUNGSI DAN TUGAS BPD
Bagian Kesatu
Fungsi BPD
Pasal 42
Bagian Kedua
Tugas BPD
Pasal 43
Pasal 44
Paragraf 2
Menampung Aspirasi Masyarakat
Pasal 45
Paragraf 3
Pengelolaan Aspirasi Masyarakat
Pasal 46
(1) BPD mengelola aspirasi masyarakat Desa melalui pengadministrasian dan perumusan
aspirasi;
(2) Pengadministrasian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan
pembidangan yang meliputi bidang pemerintahan, pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(3) Perumusan aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara
menganalisa dan merumuskan aspirasi masyarakat Desa untuk disampaikan kepada
Kepala Desa dalam rangka mewujudkan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan
yang baik dan kesejahteraan masyarakat Desa.
Paragraf 4
Penyaluran Aspirasi Masyarakat
Pasal 47
(1) BPD menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bentuk lisan dan/atau tulisan.
(2) Penyaluran aspirasi masyarakat dalam bentuk lisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
seperti penyampaian aspirasi masyarakat oleh BPD dalam musyawarah BPD yang
dihadiri Kepala Desa.
(3) Penyaluran aspirasi masyarakat dalam bentuk tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
seperti penyampaian aspirasi melalui surat dalam rangka penyampaian masukan bagi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, permintaan keterangan kepada Kepala Desa, atau
penyampaian rancangan Peraturan Desa yang berasal dari usulan BPD.
Paragraf 5
Penyelenggaraan Musyawarah BPD
Pasal 48
(1) Musyawarah BPD dilaksanakan dalam rangka menghasilkan keputusan BPD terhadap
hal-hal yang bersifat strategis.
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti musyawarah
pembahasan dan penyepakatan rancangan Peraturan Desa, evaluasi laporan keterangan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, menetapkan peraturan tata tertib BPD, dan usulan
pemberhentian anggota BPD.
(3) BPD menyelenggarakan musyawarah BPD dengan mekanisme, sebagai berikut:
a. musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD;
b. musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota BPD;
c. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat;
d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara pemungutan suara;
e. pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d dinyatakan sah apabila
disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota
BPD yang hadir; dan
f. hasil musyawarah BPD ditetapkan dengan keputusan BPD dan dilampiri notulen
musyawarah yang dibuat oleh sekretaris BPD.
Paragraf 6
Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Pasal 49
(1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.
(2) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(3) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. penataan Desa;
b. perencanaan Desa;
c. kerja sama Desa;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. pembentukan BUM Desa;
f. penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan
g. kejadian luar biasa.
(4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan pelindungan anak; dan
j. perwakilan kelompok masyarakat tidak mapan.
(5) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), musyawarah Desa dapat
melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(6) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
(7) Musyawarah Desa diselenggarakan paling sedikit satu kali dalam 1 (satu) tahun atau
sesuai kebutuhan.
Pasal 50
Pasal 51
Dalam rangka penyelenggaraan Musyawarah Desa, masyarakat desa, Pemerintah Desa dan
Badan Permusyawaraan Desa didampingi oleh Pemerintah Kabupaten yang secara tehnis
dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, tenaga pendamping profresional, kader
pemerberdayaan masyarakat desa, dan/atau pihak ketiga.
Paragraf 7
Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa
Pasal 52
(1) BPD membentuk pantia pemilihan Kepala Desa serentak dan panitia pemilihan Kepala
Desa antar waktu.
(2) Pembentukan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan
BPD.
Pasal 53
(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) terdiri dari perangkat Desa dan
unsur masyarakat.
(2) Jumlah anggota panitia disesuaikan dengan beban tugas dan kemampuan pembiayaan dan
keuangan desa.
(3) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada BPD.
(4) Dalam hal anggota panitia tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dapat diberhentikan
dengan keputusan BPD.
Pasal 54
Tugas dan Kewajiban Panitia sebagaimana dimaksud pasal 52 diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Desa tentang Pemilihan Kepala Desa serentak dan Pemilihan Kepala Desa Antar
Waktu.
Paragraf 8
(1)BPD menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antar
waktu.
(2)Penyelenggaraan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk mengesahkan calon Kepala Desa yang diajukan panitia serta memilih dan
pengesahan calon Kepala Desa terpilih.
(3)Forum musyawarah Desa menyampaikan calon Kepala Desa terpilih sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kepada panitia untuk disampaikan kepada BPD.
(4)Tata cara Musyawarah Desa Khusus untuk Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Desa.
Pasal 56
BPD menyampaikan calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat
(3) kepada Bupati paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan
Kepala Desa dari panitia pemilihan.
Paragraf 9
Pembahasan dan Penyepakatan
Rancangan Peraturan Desa
Pasal 57
(1) BPD dan Kepala Desa membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa yang
diajukan BPD dan atau Kepala Desa.
(2) Pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh BPD dalam musyawarah BPD.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang diusulkan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibahas terlebih dahulu dalam musyawarah internal BPD paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja terhitung sejak rancangan Peraturan Desa diterima oleh BPD.
(4) Pelaksanaan pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
antara BPD dan Kepala Desa untuk pertama kali dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sejak pelaksanaan musyawarah internal BPD.
(5) Apabila pembahasan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak mencapai kata
sepakat, maka diadakan pembahasan kembali antara BPD dan Kepala Desa untuk yang
kedua paling lambat 3 (tiga) hari sejak pembahasan pertama.
(6) Apabila pembahasan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak mencapai kata
sepakat, maka diadakan pembahasan kembali antara BPD dan Kepala Desa untuk yang
ketiga paling lambat 2 (dua) hari sejak pembahasan kedua,
(7) Dalam pembahasan antara BPD dan Kepala Desa sebagaimana dimaksud apada ayat (6)
tidak mencapai kata sepakat, maka pengambilan keputusan dilakukan votting dengan
suara terbanyak.
(8) Setiap pembahasan rancangan Peraturan Desa dilakukan pencatatan proses yang
dituangkan dalam notulen dan berita acara musyawarah.
Pasal 58
(1) Dalam hal pembahasan rancangan Peraturan Desa antara BPD dan Kepala Desa tidak
mencapai kata sepakat, musyawarah bersama tetap mengambil keputusan dengan disertai
catatan permasalahan yang tidak disepakati.
(2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan oleh
Kepala Desa kepada Camat disertai catatan permasalahan yang tidak disepakati paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak musyawarah pembahasan terakhir untuk mendapatkan evaluasi
dan pembinaan.
(3) Tindaklanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berbentuk :
a. penghentian pembahasan; atau
b. pembinaan untuk tindak lanjut pembahasan dan kesepakatan rancangan Peraturan
Desa.
(4) Tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
dapat dihadiri Camat atau pejabat lain yang ditunjuk.
Paragraf 10
Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Kepala Desa
Pasal 59
Pasal 60
Hasil pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 59
ayat (1) menjadi bagian dari laporan kinerja BPD.
Paragraf 11
Evaluasi Laporan Keterangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pasal 61
Pasal 62
(1) BPD melakukan evaluasi LKPPD paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak LKPPD
diterima.
(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD dapat:
a. membuat catatan tentang kinerja Kepala Desa;
b. meminta keterangan atau informasi;
c. menyatakan pendapat; dan
d. memberi masukan untuk penyiapan bahan musyawarah Desa.
(3) Dalam hal Kepala Desa tidak memenuhi permintaan BPD sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b, BPD tetap melanjutkan proses penyelesaian evaluasi LKPPD
dengan memberikan catatan kinerja Kepala Desa.
(4) Evaluasi LKPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bagian dari laporan
kinerja BPD.
BAB VII
RAPAT BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
Bagian Kasatu
Rapat
Pasal 63
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 68
(1) Pengambilan keputusan dalam Rapat BPD dilakukan dengan cara musyawarah untuk
mencapai mufakat.
(2) Dalam hal musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai maka
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Pasal 69
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN WEWENANG BPD
Bagian Kesatu
Hak BPD
Pasal 70
BPD berhak:
a. Mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada
Pemerintah Desa;
b. Menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat
Desa; dan
c. Mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa;
d. Mendapatkan tunjangan BPD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 1
Pengawasan
Pasal 71
(1) BPD melakukan pengawasan melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas Kepala
Desa.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Paragraf 2
Pernyataan Pendapat
Pasal 72
Paragraf 3
Biaya Operasional
Pasal 73
Bagian Kedua
Hak Anggota BPD
Pasal 74
(2) Hak anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf d
digunakan dalam musyawarah BPD.
(3) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD berhak:
a. memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan, sosialisasi,
pembimbingan teknis, dan kunjungan lapangan yang dilakukan di dalam negeri.
b. penghargaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten bagi pimpinan dan anggota BPD yang berprestasi.
Pasal 75
(1) Pimpinan dan anggota BPD mempunyai hak untuk memperoleh tunjangan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 74 ayat (1) huruf e.
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan pelaksanaan
tugas dan fungsi, dan tunjangan lainnya.
(3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
tunjangan kedudukan.
(4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tunjangan kinerja.
(5) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam rangka
menunjang kegiatan dan kepentingan dinas anggota BPD
Pasal 76
(1) Tunjangan kedudukan anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (3)
diberikan berdasarkan kedudukan anggota dalam kelembagaan BPD.
(2) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (4), dapat diberikan dalam
hal terdapat penambahan beban kerja.
(3) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari Pendapatan Asli
Desa.
(4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (5) diberikan dalam
rangka menunjang kegiatan dan kepentingan tugas dan fungsi anggota BPD
(5) Tunjangan lainnya anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat terdiri atas:
a. biaya perjalanan dinas dalam daerah :
b. biaya perjalanan dinas luar daerah.
(6) Besaran biaya perjalanan Dinas dimaksud pada ayat (5) huruf a dan b diatur lebih lanjut
dalam Peraturan Kepala Desa.
Pasal 77
Besaran tunjangan kedudukan anggota BPD sebagaimana dimaksud pasal 74 ayat (1)
diberikan setiap bulan dan atau disesuaikan dengan kemampuan keuangan desa.
Bagian Ketiga
Kewajiban Anggota BPD
Pasal 78
Pasal 79
(1) Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD dalam 1 (satu)
tahun anggaran.
(2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan sistematika :
a. dasar hukum;
b. pelaksanaan tugas; dan;
c. penutup.
(3) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan secara tertulis
kepada Camat serta disampaikan kepada Kepala Desa dan forum musyawarah Desa
secara tertulis dan atau lisan.
(4) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 3
(tiga) bulan setelah selesai tahun anggaran.
Pasal 80
(1) Laporan kinerja BPD yang disampaikan kepada camat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 79 ayat (3) digunakan camat untuk evaluasi kinerja BPD serta pelaksanaan
pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(2) Laporan kinerja BPD yang disampaikan pada forum musyawarah Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 79 ayat (3) merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas BPD kepada masyarakat Desa.
Bagian Kelima
Kewenangan BPD
Pasal 81
BPD berwenang:
a. mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendapatkan aspirasi;
b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara lisan dan tertulis;
c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa;
e. meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah
Desa;
f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa;
g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan;
h. penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan Pemerintahan
Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik;
i. menyusun peraturan tata tertib BPD;
j. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil kepada Bupati melalui
Camat;
k. Menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD secara tertulis kepada
Kepala Desa untuk dialokasikan dalam RAPB Desa;
l. mengelola biaya operasional BPD;
m.mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan Desa kepada Kepala
Desa; dan
n. Melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
BAB X
KODE ETIK BPD
Pasal 82
(1) Dalam melaksanakan wewenang, tugas dan kewajibannya anggota BPD wajib
mentaati Kode Etik.
(2) Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi norma-norma atau aturan-
aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan Peraturan Sikap,
Perilaku, Ucapan, Tata Kerja, Tata Hubungan antar Lembaga Pemerintah Desa dan
antar anggota serta antar Anggota BPD dengan pihak lain mengenai hal-hal yang
diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh anggota BPD.
Pasal 83
Kode Etik bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas anggota
BPD serta membantu anggota BPD dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban
serta tanggung jawabnya kepada masyarakat dan Negara.
Pasal 84
Anggota BPD wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat
kepada Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dan
peraturan perundang-undangan, berintegritas tinggi, jujur dengan senantiasa menegakkan
kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia,
mengemban amanat penderitaan rakyat, memenuhi Peraturan Tata Tertib BPD,
menunjukkan profesionalisme sebagai anggota BPD dan selalu berupaya meningkatkan
kualitas dan kinerjanya.
Pasal 85
(1) Anggota BPD bertanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat, melaksanakan
tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan BPD dalam
melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan
kesejahteraan rakyat, serta mempertahankan keutuhan bangsa dan kedaulatan Negara.
(2) Anggota BPD bertanggung jawab menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi
masyarakat desa secara adil tanpa memandang suku, Agama, Ras, Golongan, dan
Gender.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 86
(1) Anggota BPD yang melanggar larangan, kewajiban BPD dan tidak menghadiri rapat 6
(enam) kali dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa:
a. Teguran lisan;
b. Teguran tertulis;
c. Pemberhentian sementara;
d. Pemberhentian tetap.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijatuhkan secara bertahap :
a. Anggota BPD yang melanggar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) diberikan
teguran oleh Pimpinan BPD;
b. Sanksi administratif anggota Badan Permusyawaratan Desa yang melanggar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif dari Camat atas
usulan Pimpinan BPD.
c. Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b, dilakukan paling banyak 3
(tiga) kali dengan tenggang waktu antara teguran satu dengan teguran berikutnya 7
(tujuh) hari .
d. Apabila setelah teguran ke 3 (tiga) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, dan
yang bersangkutan tidak mengindahkan teguran, maka camat dapat memberhentikan
sementara anggota Badan Permusyawaratan yang bersangkutan paling lambat 7 (tujuh)
hari sejak teguran ke 3 (tiga) diberikan;
e. Apabila pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c,
anggota BPD tidak mengindahkan, maka paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
pemberhentian sementara, Bupati atas usul Camat dapat memberhentikan tetap sebagai
anggota Badan Permusyawaratan Desa.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 87
Ditetapkan di : Padalarang
Pada Tanggal : …………..
Badan Permusyawaratan Desa
(BPD)
Desa Padalarang
KETUA
T. TRISNANTA