Anda di halaman 1dari 14

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA


NOMOR : 449 TAHUN 2002
TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN
RUKUN WARGA DI DESA

BUPATI BANJARNEGARA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah


Kabupaten Banjarnegara Nomor 26 Tahun 2000
tentang Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di
Desa yang diundangkan dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2000 Nomor 39
Seri D Nomor 20, dipandang perlu diatur Pedoman
Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga di
Desa;
c. bahwa untuk maksud tersebut di atas, perlu ditetap-
kan dengan Keputusan Bupati.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah (Berita Negara
RI Tahun 1950 Nomor 42);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun
1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3839);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950
tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-
undang Nomor 13 Tahun 1950 (Berita Negara RI
Tahun 1950 Nomor 59);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan
Mengenai Desa;
5. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001 tentang
Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
atau Sebutan Lainnya;
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun
1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Penyesuai-
an Peristilahan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah
Desa dan Kelurahan;
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
1999 tentang Pedoman Umum Pengaturan
Mengenai Desa;
8. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor
04 Tahun 2000 tentang Peraturan Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2000
Nomor 15 Seri D Nomor 6);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor
26 Tahun 2000 tentang Pembentukan Lembaga
Kemasyarakatan Di Desa ( Lembaran Daerah
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2000 Nomor 39
Seri D Nomor 20 ).

2
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA TEN-


TANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN
TETANGGA DAN RUKUN WARGA DI DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
a. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam
sistem pemerintahan nasional dan berada di Kabupaten Banjarnegara;
b. Kepala Desa adalah Pimpinan Pemerintah Desa di Kabupaten Banjar-
negara;
c. Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut Baperdes adalah
lembaga yang berfungsi mengayomi adat istiadat membuat peraturan
desa menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa
di Kabupaten Banjarnegara;
d. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa;
e. Dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan lingkungan
kerja pelaksanaan Pemerintahan Desa;
f. Lembaga Kemasyarakatan Desa adalah organisasi kemasyarakatan
yang ada di Desa yang dibentuk oleh Pemerintah Desa atas prakarsa
masyarakat dalam upaya memberdayakan masyarakat yang merupakan
mitra Pemerintah Desa dalam aspek perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat;

3
g. Pemuka masyarakat adalah Pemuka-pemuka masyarakat yang ada di
Desa yang bersangkutan, antara lain dari kalangan adat, agama,
organisasi sosial politik, golongan profesi dan unsur pemuka
masyarakat yang memenuhi persyaratan;
h. Masyarakat yang ada di Desa yang bersangkutan, antara lain dari
kalangan adat, agama, organisasi sosial politik, golongan profesi dan
unsur pemuka masyarakat yang memenuhi persyaratan;
i. Pemerintahan Desa adalah kegiatan Pemerintahan yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa;
j. Rukun Tetangga yang selanjutnya disebut RT adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka
pelayanan pemerintah dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa
dan Kelurahan;
k. Rukun Warga yang selanjutnya disebut RW adalah lembaga yang
dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang
ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan.

BAB II
KEDUDUKAN
Pasal 2
RT dan RW adalah lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan di desa.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 3
(1) Maksud dibentuknya RT dan RW di desa adalah :
a. Sebagai upaya pemeliharaan dan pelestarian nilai-nilai kehidupan
masyarakat yang berasaskan kegotong-royongan dan
kekeluargaan;

4
b. Sebagai upaya untuk membantu pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan;
c. Sebagai upaya untuk menggalakkan partisipasi seluruh potensi
swadaya masyarakat yang melibatkan seluruh komponen yang ada
dalam usaha mensejahterakan masyarakat;
d. Sebagai upaya dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian pembangunan yang bertumpu pada masyarakat.
(2) Tujuan dibentuknya RT dan RW di desa adalah :
a. Untuk tercapainya pemeliharaan dan pelestarian nilai-nilai
kehidupan masyarakat desa yang berasaskan kegotong royongan
dan kekeluargaan;
b. Untuk terwujudnya kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan di Desa yang berdayaguna dan
berhasilguna;
c. Untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat atas dasar dukungan
seluruh potensi swadaya dan partisipasi masyarakat;
d. Untuk terwujudnya keberhasilan pelaksanaan pembangunan desa
dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang bertumpu pada
masyarakat.

BAB IV
PEMBENTUKAN
Pasal 4
(1) Setiap RT terdiri dari sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) Kepala
Keluarga.
(2) Setiap RW terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) RT.
(3) Setiap Dusun dapat dibentuk RW.

5
Pasal 5
(1) Pembentukan RT dimusyawarahkan oleh warga masyarakat setempat.
(2) Pembentukan RW dimusyawarahkan oleh Kepala Dusun dengan
Pengurus RT setempat.
(3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) Pasal
ini, ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB V
KEANGGOTAAN, TUGAS POKOK, HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 6
(1) Anggota RT adalah penduduk setempat yang terdaftar pada Kartu
Keluarga.
(2) Anggota RW adalah penduduk RT-RT yang terdaftar pada Kartu
Keluarga di wilayah RW setempat.

Pasal 7
Tugas pokok RT dan RW adalah :
a. Membantu terwujudnya kehidupan masyarakat berdasarkan Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945 serta adat-istiadat setempat;
b. Menggerakkan gotong royong, swadaya dan partisipasi masyarakat;
c. Membantu terciptanya ketentraman dan ketertiban di lingkungannya;
d. Membantu menyebarluaskan dan mengamankan program Pemerintah;
e. Menjembatani hubungan antar anggota masyarakat, dan antara anggota
masyarakat dengan Pemerintah;
f. Membantu penyelenggaraan tugas pelayanan kepada masyarakat yang
menjadi tanggung jawab Pemerintah Desa;

6
g. Berperan aktif dalam membantu tugas pembinaan wilayah dan tugas
pengelolaan dalam rangka menciptakan kelestarian lingkungan hidup.

Pasal 8
(1) Anggota RT dan RW mempunyai hak :
a. Mengajukan usul dan pendapat dalam musyawarah RT dan RW;
b. Memilih dan dipilih sebagai pengurus RT dan RW, kecuali yang
berstatus Warga Negara Asing.
(2) Anggota RT dan RW mempunyai kewajiban :
a. Berperan aktif melaksanakan kegiatan yang menjadi tugas pokok
organisasi RT dan RW;
b. Berperan aktif melaksanakan keputusan musyawarah RT dan RW.

BAB VI
KEPENGURUSAN DAN TATA CARA PEMBENTUKAN
Pasal 9
(1) Pengurus RT terdiri dari :
a. Ketua;
b. Wakil Ketua;
c. Sekretaris;
d. Bendahara.
e. Seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan dan bila dipandang perlu.
(2) Pengurus RW terdiri dari :
a. Ketua;
b. Wakil Ketua;
c. Sekretaris;

7
d. Bendahara;
e. Seksi-seksi sesuai dengan kebutuhan dan bila dipandang perlu.

Pasal 10
(1) Pengurus RT sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1) Keputusan ini,
dipilih dari dan oleh anggota masyarakat setempat dengan
musyawarah dan atau pemilihan langsung.
(2) Pengurus RW sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2) Keputusan ini,
dipilih dari anggota masyarakat RW setempat dengan musyawarah
oleh pengurus RT dalam wilayah RW setempat.

Pasal 11
Dalam hal pengurus sebagaimana dimaksud Pasal 9 Keputusan ini, belum
dibentuk, Kepala Desa dapat menunjuk pengurus sementara paling lama
enam bulan dan segera dilaksanakan pemilihan pengurus.

Pasal 12
(1) Yang dapat dipilih menjadi pengurus RT dan RW sebagaimana
dimaksud Pasal 10 Keputusan ini adalah penduduk setempat Warga
Negara Indonesia yang menjadi anggota RT dan RW yang memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945;
c. setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah;
d. berkelakuan baik, adil, jujur dan berwibawa;
e. berumur sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun dan setinggi-
tingginya 60 (enam puluh) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;

8
g. telah bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya enam bulan
dengan tidak terputus-putus.
(2) Yang berhak memusyawarahkan dan atau memilih Pengurus RT
sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1) Keputusan ini adalah
penduduk setempat Warga Negara Indonesia yang terdaftar pada Kartu
Keluarga dan telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau pernah kawin.

Pasal 13
(1) Pemilihan pengurus RT dilaksanakan oleh Panitia yang terdiri dari :
a. Kepala Dusun sebagai Ketua;
b. Pemuka masyarakat sebagai Sekretaris;
c. Semua Anggota Baperdes Dusun setempat sebagai Anggota;
d. Beberapa orang petugas teknis yang ditentukan oleh Ketua bila
dipandang perlu.
(2) Pemilihan pengurus RW dilaksanakan oleh Panitia yang terdiri dari :
a. Kepala Dusun sebagai Ketua;
b. Pemuka masyarakat sebagai Sekretaris;
c. Semua Anggota Baperdes Dusun setempat sebagai Anggota.
(3) Hasil pemilihan pengurus RT dan RW sebagaimana dimaksud ayat (1)
dan (2) Pasal ini, diajukan oleh Panitia kepada Kepala Desa untuk
mendapatkan pengesahan.

Pasal 14
(1) Pengurus RT dan RW bertugas dan berkewajiban melaksanakan :
a. Tugas pokok RT dan RW sebagaimana dimaksud Pasal 7
Keputusan ini;

9
b. Keputusan musyawarah anggota;
c. Membina kerukunan hidup warga;
d. Membuat laporan tertulis kepada Kepala Desa mengenai kegiatan
organisasi paling sedikit enam bulan sekali;
e. Melaporkan kepada Kepala Desa hal-hal yang terjadi dalam
masyarakat yang dianggap perlu mendapatkan penyelesaian oleh
Pemerintah Desa.
(2) Pengurus RT berhak :
a. menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Pengurus RW
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kelancaran pe-
laksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
desa;
b. memilih pengurus RW.
(3) Pengurus RW berhak menyampaikan saran dan pertimbangan kepada
Kepala Dusun mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kelancaran
pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
(4) Pengurus RT dan RW melaporkan kegiatannya pada anggota dalam
musyawarah.

Pasal 15
Masa bakti pengurus RT dan RW adalah 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal pengesahan Kepala Desa dan dapat dipilih kembali.

Pasal 16
Anggota pengurus RT dan RW dapat diganti atau diberhentikan sebelum
habis masa bhaktinya dalam hal :
a. Meninggal dunia;

10
b. Atas permintaan sendiri dengan alasan yang dapat dipertanggung-
jawabkan;
c. Melakukan tindakan yang menghilangkan kepercayaan penduduk
setempat terhadap kepemimpinannya sebagai pengurus RT atau RW;
d. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud Pasal 12
Keputusan ini;
e. Pindah tempat tinggal dari lingkungan RT atau RW setempat;

Pasal 17
(1) Setiap berakhirnya masa bakti pengurus RT atau pemberhentian/
penggantian sebelum habis masa baktinya, Kepala Dusun ber-
kewajiban memberitahukan kepada anggota pengurus dimaksud
tentang pemberhentian atau penggantian pengurus dan melaporkannya
kepada Kepala Desa.
(2) Setiap berakhirnya masa bakti pengurus RW atau pemberhentian/
penggantian sebelum habis masa baktinya, Kepala Dusun
berkewajiban memberitahukan kepada anggota pengurus dimaksud
tentang pemberhentian atau penggantian pengurus dan melaporkannya
kepada Kepala Desa.

BAB VI
MUSYAWARAH ANGGOTA
Pasal 18
(1) Musyawarah RT dan RW merupakan wadah permusyawaratan dan
permufakatan anggota dalam lingkungan RT dan RW setempat.
(2) Musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini berfungsi :
a. Memilih Pengurus;

11
b. Menentukan dan merumuskan program kerja;
c. Menerima dan mensahkan pertanggungjawaban Pengurus.
(3) Musyawarah RT dan RW untuk menentukan dan merumuskan
program diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 1 tahun.
(4) Musyawarah RT dan RW sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini,
dinyatakan sah dan dapat menetapkan suatu keputusan apabila
dihadiri oleh 2/3 dari jumlah anggota.
(5) Apabila tidak tercapai jumlah anggota sebagaimana dimaksud ayat (4)
Pasal ini selama dua kali berturut- turut, maka musyawarah berikutnya
dianggap sah dan dapat menetapkan suatu Keputusan setelah
mendengar pertimbangan Kepala Desa.

BAB VII
KEUANGAN DAN KEKAYAAN
Pasal 19
(1) Keuangan RT dan RW dapat diperoleh dari sumbangan yang tidak
mengikat serta usaha-usaha lain yang sah.
(2) Pengelolaan keuangan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini
diadministrasikan secara tertib dan teratur serta dilaporkan kepada
Kepala Desa lewat Kepala Dusun secara tertulis sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun.
(3) Kekayaan RT dan RW diadministrasikan secara tertib dan teratur serta
dilaporkan kepada Kepala Desa lewat Kepala Dusun secara tertulis
sekurang-kurangnya satu kali dalam 1tahun.

12
BAB VIII
PEMBINAAN
Pasal 20
Kepala Desa melaksanakan pembinaan terhadap RT dan RW termasuk
pembinaan administrasinya guna mencapai daya guna dan hasil guna.

BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
RT dan RW yang sudah ada pada saat mulai berlakunya Keputusan ini,
tetap dinyatakan sebagai RT dan RW.

Pasal 22
Pengurus RT dan RW yang sudah ada pada saat mulai berlakunya
Keputusan ini, diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugasnya sampai
berakhir masa bhaktinya menurut peraturan yang berlaku pada saat
pengangkatannya.

Pasal 23
Dengan berlakunya Keputusan ini, maka semua ketentuan yang mengatur
mengenai RT dan RW dan ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan
dengan Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan diatur lebih lanjut
oleh Bupati.

13
Pasal 25
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Keputusan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Banjarnegara.

Ditetapkan di Banjarnegara
Pada tanggal 4 Juli 2002
BUPATI BANJARNEGARA,
Cap ttd,
DJASRI
Diundangkan di Banjarnegara
Pada tanggal 8 Juli 2002
SEKRETARIS DAERAH
Cap ttd,
SUTEDJO SLAMET UTOMO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D
Diumumkan di Banjarnegara
Pada tanggal 8 Juli 2002
KEPALA BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI
Cap ttd,
WAWANG A. WAKHYUDI, S.H., M.Si.
Pembina
NIP. 010 216 500

14

Anda mungkin juga menyukai