Anda di halaman 1dari 15

BERITA DAERAH KABUPATEN LEBAK

NOMOR 30 TAHUN 2009

PERATURAN BUPATI LEBAK

Nomor 30 Tahun 2009

Tentang :

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA RUKUN TETANGGA


DAN RUKUN WARGA
BUPATI LEBAK,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (5) Peraturan Daerah
Kabupaten Lebak Nomor 14 Tahun 2006 tentang Desa, perlu diatur tentang
Pedoman Pembentukan dan Tata Kerja Rukun Tetangga dan Rukun Warga;

b. bahwa untuk melaksanakan sebagaimana dimaksud pada huruf a di


atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Bupati Lebak ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi


Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010) ;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
3. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;
Peraturan
Desa Pemerintah
(Lembaran Republik
Negara Indonesia
Republik NomorTahun
Indonesia 72 Tahun
2005 2005 tentang
Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) ;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan kelembagaan Masyarakat ;
5. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 14 Tahun 2006 tentang Desa
(Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2006 Nomor 14) ;
6. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 15 Tahun 2007 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan serta Kelurahan di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Lebak (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Tahun
2007 Nomor 15) ;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI LEBAK TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA


KERJA RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BAB I KETENTUAN

UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Lebak.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lebak.
3. Bupati adalah Bupati Lebak.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Lebak.
5. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah.
6. Camat adalah Kepala Kecamatan yang merupakan perangkat Daerah Kabupaten Lebak.
7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Kelurahan adalah Wilayah Kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam Wilayah Kerja Kecamatan.
9. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
11. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
12. Kepala Desa adalah Kepala Desa setempat.
13. Lurah adalah Kepala Kelurahan.
14. Penduduk Desa adalah Warga Masyarakat Desa setempat atau pendatang yang telah bertempat tinggal dan
terdaftar sebagai warga masyarakat Desa setempat.
15. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama
Kepala Desa.
16. Peraturan Kepala Desa adalah semua keputusan tentang pelaksanaan peraturan desa (atas kuasa)
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang ditetapkan oleh Kepala Desa baik yang bersifat mengatur harus
mendapat
persetujuan BPD.
17. Keputusan Kepala Desa adalah semua keputusan tentang pelaksan aan peraturan desa (atas kuasa)
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat menetapkan
dalam rangka
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat.
18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disebut APBDes adalah Rencana Keuangan Tahunan
Pemerintahan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa dan disetujui oleh Camat atas nama Bupati serta ditetapkan dengan Peraturan Desa.
19. Rukun Warga, yang selanjutnya disingkat RW adalah bagian dari wilayah kerja Pemerintahan Desa atau Lurah
dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan
oleh Pemerintah Desa atau Lurah.
20. Rukun Tetangga, yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat
setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa atau
Lurah.
21. Penduduk setempat adalah setiap orang, baik Warga Negara Republik Indonesia maupun orang asing yang
bertempat tinggal tetap di dalam wilayah Rukun Tetangga dan Rukun Warga yang bersangkutan.
22. Kepala keluarga adalah penanggung jawab anggota keluarga yang secara kemasyarakatan terdaftar dalam Kartu
Keluarga.
23. Lingkungan adalah bagian wilayah dalam kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintah Desa .
24. Swadaya masyarakat adalah kemampuan dari suatu kelompok masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif
sendiri mengadakan ikhtiar kearah pemenuhan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang yang dirasakan
dalam kelompok masyarakat itu.
25. Gotong royong adalah bentuk kerjasama yang spontan dan sudah melembagakan serta mengandung unsur -
unsur timbal-balik yang bersifat suka-rela antara warga Desa/Kelurahan dan atau antara warga desa/kelurahan
dengan
pemerintah desa/pemerintah kelurahan untuk memenuhi kebutuhan desa/kelurahan yang insidentil
maupun berlangsungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama baik materil maupun spiritual.

BAB II

KEDUDUKAN, TUJUAN DAN PEMBENTUKAN

Pasal 2

Rukun Tetangga dan Rukun Warga adalah Lembaga Kemasyarakatan di Desa/Kelurahan yang diakui dan dibina
oleh pemerintah serta berperan sebagai mitra Pemerintah Desa / Kelurahan dalam memberdayakan masyarakat Desa.

Pasal 3

Rukun Tetangga dan Rukun Warga dibentuk dengan tujuan untuk :


a. Memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan
dan kekeluargaan ;
b. Meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan ;
c. Menghimpun seluruh potensi swadaya masyarakat dalam usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pasal 4

(1) Setiap Rukun Tetangga dibentuk terdiri dari sebanyak-banyaknya lima puluh Kepala Keluarga untuk Desa dan tujuh
puluh Kepala Keluarga untuk Kelurahan.

(2) Setiap Rukun Warga dibentuk terdiri dari sekurang-kurangnya dua Rukun Tetangga untuk Desa dan tiga Rukun
Tetangga untuk kelurahan.

Pasal 5

(1) Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga di desa ditetapkan dengan Peraturan Desa.
(2) Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga di kelurahan ditetapkan dengan Keputusan Lurah
berdasarkan usulan dari perwakilan masyarakat.

(3) Perwakilan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit 50 Kepala Keluarga yang bertempat
tinggal dalam satu wilayah pemukiman.

BAB III

KEANGGOTAAN, TUGAS, HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 6

(1) Anggota Rukun Tetangga adalah penduduk setempat yang terdaftar kepada Kartu Keluarga yang diwakili oleh
kepala keluarga.

(2) Anggota Rukun Warga adalah Rukun Tetangga-Rukun Tetangga yang diwakili oleh pengurus Rukun Tetangga.

Pasal 7

(1) Rukun Tetangga / Rukun Warga mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan Lurah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan.
(2) Rukun Tetangga / Rukun Warga dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mempunyai fungsi :
a. Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;
b. Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
c. Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya
murni masyarakat; dan
d. Penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya.

Pasal 8

(1) Anggota Rukun Tetangga dan Rukun Warga mempunyai hak sebagai berikut
a. Mengajukan usul pendapat dalam musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga;
b. Memilih dan dipilih sebagai pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga kecuali yang bersetatus Warga Negara
Asing.

(2) Anggota Rukun Tetangga dan Rukun Warga mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Turut serta secara aktif melaksanakan hal-hal yang menjadi tugas pokok organisasi Rukun Tetangga dan Rukun
Warga;
b. Turut serta secara aktif melaksanakan keputusan musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga.

BAB IV

KEPENGURUSAN

Pasal 9
(1) Pengurus Rukun Tetangga terdiri dari:
a. Ketua ;
b. Sekretaris ;
c. Bendahara ;
d. Beberapa orang pembantu sesuai dengan kebutuhan dan bila dipandang perlu.

(2) Pengurus Rukun Warga terdiri dari:


a. Ketua ;
b. Sekretaris ;
c. Bendahara ;
d. beberapa orang pembantu,sesuai dengan kebutuhan dan bila dipandang perlu.

Pasal 10

(1) Ketua Rukun Tetangga dan Ketua Rukun Warga dipilih secara langsung dari dan oleh anggota.

(2) Pengurus Rukun Tetangga dan Pengurus Rukun Warga sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat (1) huruf a,b dan
c,dan ayat (2) huruf a, b, c, dan d, diangkat dan diberhentikan oleh Ketua dari anggota.

Pasal 11

Dalam hal pengurus sebagai dimaksud Pasal 9 belum dibentuk,Kepala Desa/Lurah dapat menunjuk pengurus
sementara paling lama enam bulan dan segera dilaksanakan pemilihan pengurus.
Pasal 12

(1) Yang dapat dipilih menjadi Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagai dimaksud pasal 10 ayat (1) adalah
penduduk setempat Warga Negara Indonesia yang menjadi anggota Rukun Tetangga dan Rukun Warga yang
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ;
c. Setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah ;
d. Berkelakuan baik, jujur, adil cerdas dan berwibawa ;
e. Tidak pernah terlibat langsung atau tidak langsung dalam suatu kegiatan yang mengkhianati Nega ra
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, atau kegiatan-
kegiatan organisasi terlarang lainnya ;
f. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap
;
g. Sehat jasmani dan rohani ;
h. Dapat membaca dan menulis aksara latin; dan
i. Telah bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 6 bulan dengan tidak terputus-
putus

(2) Yang dapat ditunjuk menjadi pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagai dimaksud pasal 10 ayat (2) adalah
penduduk setempat Warga Negara Indonesia yang terdaftar pada Kartu Keluarga dan telah berusia 17 tahun ke atas
atau pernah kawin serta memenuhi syarat sebagai dimaksud ayat (1) huruf a sampai dengan huruf i.

Pasal 13

(1) Pemilihan Ketua Rukun Tetangga dilaksanakan oleh suatu panitia yang terdiri dari :
a. Kepala Rukun Warga sebagai ketua;
b. Pemuka masyarakat sebagai sekretaris;
c. Beberapa orang anggota yang ditentukan oleh Ketua,bila dipandang
perlu.

(2) Pemilihan Ketua Rukun Warga dilaksanakan oleh suatu panitia yang terdiri dari:
a. Kepala Desa/Kepala Kelurahan sebagai ketua ;
b. Pemuka masyarakat sebagai sekretaris;
c. Beberapa orang anggota yang ditentukan oleh Ketua,bila dipandang
perlu.

(3) Hasil pemilihan Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagai dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diajukan oleh
Panitia kepada Kepala Desa/Lurah untuk disahkan.

Pasal 14

(1) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya keputusan Kepala Desa/lurah,pengurus Rukun
Tetangga dan Rukun Warga dilantik oleh Kepala Desa/Lurah atau penjabat yang
ditunjuk.
(2) Pada saat pelantikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga bersumpah
menurut agamanya dan menyatakan dengan sesungguh-sungguh dihadapan Kepala Desa/Lurah atau penjabat yang
ditunjuk.
(3) Susunan kata-kata sumpah/janji pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga dimaksud dalam ayat (2) pasal
ini adalah sebagai berikut:
“ Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/janji bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku Ketua RW/RT
dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya, bahwa saya akan selalu taat dalam
mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai dasar Negara, dan bahwa saya akan menegakan kehidupan demokrasi dan
Undang-undang Dasar 1945 serta melaksanakan perundang-undangan dengan seluas-luasnya yang berlaku bagi
lingkungan RT/RW, Desa/Kelurahan, Daerah dan Negara Kesatuan Negara Republik Indonesia ”.

Pasal 15

(1) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga bertugas dan berkewajiban untuk melaksanakan:
a. Tugas dan fungsi Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagaimana dimaksud Pada Pasal
7;
b. Keputusan musyawarah anggota ;
c. Membuat laporan tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit 6 bulan
sekali;
d. Melaporkan hal-hal yang terjadi dalam masyarakat yang dianggap perlu mendapatkan penyelesaian
oleh
Pemerintah kepada Kepala Desa dan Kepala Kelurahan.

(2) Pengurus Rukun Tetangga berhak :


a. Menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada pengurus Rukun Warga mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan membantu kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan
dan
kemasyarakatan ;
b. Memilih dan dipilih sebagai Pengurus Rukun Warga.
Pasal 12
(3) Pengurus Rukun Warga berhak menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada Kepala Dusun/ Kepala
Lingkungan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan membantu kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan.

(4) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga melaporkan segala kegiatan kepada anggota melalui musyawarah
anggota.
Pasal 16

Masa bakti pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga adalah 6 ( enam ) tahun terhitung tanggal pengesahan Kepala
Desa/Kepala Kelurahan dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti berikutnya.

Pasal 17

Anggota Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga dapat diganti atau berhenti sebelum habis masa baktinya dalam hal :
a. Meninggal dunia;
b. Atas permintaan sendiri;
c. Melakukan tindakan yang menghilangkan kepercayaan penduduk Desa atau Kelurahan terhadap
kepemimpinannya sebagai pengurus Rukun Tetangga atau Rukun Warga ;
d. Tidak lagi memenuhi salah satu syarat yang ditentukan dalam Pasal 12;
e. Pindah tempat tinggal dari lingkungan Rukun Tetangga atau Rukun Warga yang bersangkutan;
f. Sebab-sebab lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau norma-
norma kehidupan masyarakat Desa.

Pasal 18

(1) Setiap berakhirnya masa bakti pengurus Rukun Tetangga atau pemberhentian/penggantian sebelum habis masa
baktinya,Kepala Dusun/Kepala Lingkungan berkewajiban memberitahukan kepada anggota tentang
pemberhentian/penggantian pengurus dan melaporkannya kepada Kepala Desa/Kepala kelurahan.

(2) Setiap berakhirnya masa bakti pengurus Rukun Warga atau pemberhentian/penggantian pengurus sebel um
habis masa baktinya, Kepala Desa berkewajiban memberitahukan kepada anggota tentang pemberhentian/pergantian
pengurus dan melaporkannya kepada Camat.

BAB V MUSYAWARAH

ANGGOTA Pasal 19

(1) Musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga merupakan wadah permusyarawatan dan permufakatan anggota
dalam lingkungan Rukun Tetangga dan Rukun Warga.

(2) Musyawarah sebagai dimaksud ayat (1) berfungsi untuk :


a. Menentukan dan merumuskan program kerja;
b. Menerima dan mengesahkan pertanggungjawaban pengurus.

(3) Musyawarah Rukun Tetangga dan Rukun Warga untuk menentukan dan merumuskan program diadakan sekurang-
kurangnya dua kali dalam 1 tahun.

(4) Musyawarah Rukun Warga sebagai dimaksud ayat (1) dinyatakan sah dan dapat menetapkan suatu keputusan apabila
dihadiri 2/3 anggota Rukun Tetangga dan Rukun Tetangga oleh lebih dari separuh jumlah kepala keluarga/perwakilan
keluarga.

(5) Apabila tidak tercapai jumlah anggota sebagai dimaksud ayat (4) selama dua kali berturut -turut, maka
musyawarah berikutnya dianggap sah dan dapat menetapkan suatu keputusan setelah mendengar pertimbangan
Kepala Desa/Lurah.

(6) Keputusan musyawarah sebagai dimaksud ayat (1) ditetapkan berdasarkan musyawarah/mufakat.

BAB VI KEUANGAN DAN

KEKAYAAN Pasal 20

(1) Keuangan Rukun Tetangga dan Rukun Warga dapat diperoleh dari sumbangan yang tidak mengingat dan usaha-
usaha lain dan sah.

(2) Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dari APBDesa.

(3) Pengelolaan keuangan yang diperoleh dari sumber sebagai dimaksud ayat (1) dan (2) diadministrasikan secara tertib
dan teratur sarta membuat laporan tertulis sebagai dimaksud Pasal 15 ayat (1) huruf c.
Pasal 21

Kekayaan Rukun Tetangga dan Rukun Warga diadministrasikan secara tertib dan teratur serta dilaporkan secara te
rtulis sebagai dimaksud pasal 15 ayat (1) huruf c.

BAB VII

PENOMORAN, ADMINISTRASI DAN ATRIBUT PENGURUS

Pasal 22

(1) Penomoran Rukun Tetangga diurutkan dalam wilayah Rukun Warga;

(2) Penomoran Rukun Warga diurutkan dalam wilayah desa.

Pasal 23

(1) Kelengkapan administrasi Rukun Tetangga dan Rukun Warga terdiri dari :
a. Buku Data Penduduk ;
b. Buku Data Kegiatan ;
c. Buku Agenda ;
d. Buku Ekspedisi ;
e. Buku Inventaris ;
f. Lain-lain sesuai kebutuhan.

(2) Model dan bentuk buku administrasi, cap RT/RW, Kop Surat, Amplop Surat RT/RW adalah sebagaimana
tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 24

Pakaian Seragam Pengurus RT dan RW disesuaikan dengan kebutuhan Desa masing masing.

BAB VIII

TATA KERJA RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
DESA/KELURAHAN

Pasal 25

(1) Dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa/Kelurahan Kepala Desa/Lurah menugaskan pengurus Rukun
Warga selanjutnya Rukun Warga menugaskan Rukun Tetangga.

(2) Kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa/Kelurahan di tingkat Rukun Tetangga dilaporkan secara berjenjang.

(3) Tata kerja Rukun Tetangga dan Rukun Warga dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa/Kelurahan adalah
sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB IX

PEMBINAAN

Pasal 26

Camat atas nama Bupati dan Kepala Desa/Lurah melaksanakan pembinaan terhadap organisasi Rukun Tetangga dan Rukun
Warga untuk mencapai dayaguna dan hasil guna yang sebesar-besarnya.

BAB X KETENTUAN

PENUTUP Pasal 27

Rukun Tetangga dan Rukun Warga atau yang disebut dengan nama lainnya yang sudah ada pada saat mulai berlakunya
Peraturan ini,dinyatakan sebagai Rukun Tetangga dan Rukun Warga menurut Peraturan ini.

Pasal 28

Pengurus Rukun Tetangga dan Pengurus Rukun Warga atau yang disebut dengan nama lainnya yang ada pada saat
mulai berlakunya Peraturan ini,tetap menjalankan tugasnya kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan ini.
Pasal 29

Dengan berlakunya Peraturan ini,maka semua ketentuan yang mengatur mengenai Rukun Tetangga dan Rukun Warga
dan ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dangan Peraturan ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 30

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Badan Pemberdayaan
Perempuan, Keluarga Berencana, Masyarakat dan Pemerintahan Desa.

Pasal 31

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dan penempatannya dalam Berita Daerah
Kabupaten Lebak.

Ditetapkan di Rangkasbitung
Pada tanggal 11 Juni 2009

BUPATI LEBAK,

Cap/Ttd

H. MULYADI JAYABAYA
Diundangkan di Rangkasbitung
pada tanggal 11 Juni 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,

H. RUSWAN EFFENDI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2009 NOMOR 30


Lampiran I Peraturan Bupati Lebak
Nomor : 30 Tahun 2009
Tanggal : 11 Juni 2009
Perihal : Pedoman Pembentukan dan Tata Kerja Rukun Tetangga dan
Rukun Warga

BENTUK STEMPEL RUKUN TETANGGA


DAN RUKUN WARGA

PENGURUS RUKUN WARGA

XX

DESA…….KECAMATAN………

PENGURUS RUKUN TETANGGA

XX

DESA…….KECAMATAN………

Keterangan :
XX : Nomor Rukun Tetangga atau Warga
Ukuran Stempel :2:3

BUPATI LEBAK,

Cap/Ttd

H. MULYADI JAYABAYA
Diundangkan di Rangkasbitung
pada tanggal 11 Juni 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,

H. RUSWAN EFFENDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2009 NOMOR 30
Lampiran II Peraturan Bupati Lebak
Nomor : 30 Tahun 2009
Tanggal : 11 Juni 2009
Perihal : Pedoman Pembentukan dan Tata Kerja Rukun Tetangga dan Rukun
Warga

MODEL, UKURAN PAPAN NAMA


SEKRETARIAT PENGURUS RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

SEKRETARIAT PENGURUS
RUKUN WARGA..... RUKUN TETANGGA.....
DESA………….KECAMATAN…………

Jalan Raya ……………. No, …….. Telp. ……….

KODE POS

Papan Nama Sekretariat Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga berbentuk empat persegi panjang ditempel
pada tembok rumah. Ukuran 37,5 cm x 75 cm.

BUPATI LEBAK,

Cap/Ttd

H. MULYADI JAYABAYA
Diundangkan di Rangkasbitung
pada tanggal 11 Juni 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,

H. RUSWAN EFFENDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2009 NOMOR 30
Lampiran IIIIIIIII Peraturan Bupati
Lebak
Nomor : 30 Tahun 2009
Tanggal : 11 Juni 2009
Perihal : Pedoman Pembentukan dan Tata Kerja Rukun Tetangga dan Rukun
Warga

BENTUK KOP SURAT


RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PENGURUS RUKUN WARGA XXX


(RW) DESA………
KECAMATAN………
JL………………………………………………………………

PENGURUS RUKUN TETANGGA XXX


(RW) DESA………KECAMATAN……….
JL………………………………………………………………

BUPATI LEBAK,

Cap/Ttd

H. MULYADI JAYABAYA
Diundangkan di Rangkasbitung
pada tanggal 11 Juni 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,

H. RUSWAN EFFENDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2009 NOMOR 30
Lampiran IV Peraturan Bupati Lebak
Nomor : 30 Tahun 2009
Tanggal : 11 Juni 2009
Perihal : Pedoman Pembentukan dan Tata Kerja Rukun Tetangga dan
Rukun Warga

BENTUK AMPLOP
RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PENGURUS RUKUN TETANGGA XX RUKUN WARGA XX


DESA………KECAMATAN………..
JL…………………………………………………

Nomor :
Yth..................................
........................................
Di
.......................................

PENGURUS RUKUN WARGA XXXX


DESA………KECAMATAN………..
JL…………………………………………………

Nomor :
Yth..................................
........................................
Di
.......................................

BUPATI LEBAK,

Cap/Ttd

Diundangkan di Rangkasbitung H. MULYADI JAYABAYA


pada tanggal 11 Juni 2009
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,

H. RUSWAN EFFENDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2009 NOMOR 30
Lampiran V Peraturan Bupati
Lebak
Nomor : 30 Tahun 2009
Tanggal : 11 Juni 2009
Perihal : Pedoman Pembentukan dan Tata Kerja Rukun Tetangga dan
Rukun Warga

BENTUK BUKU DATA PENDUDUK RT DAN RW

BUKU DATA PENDUDUK RW….RT…..


DESA………….KACAMATAN………….
TAHUN……..

Jenis Tempat & tanggal Keterangan


No Nama Agama Pekerjaan
kelamin lahir
1 2 3 4 5 6 7

BUKU DATA REAKAPITULASI PENDUDUK RW…RT….


DESA………….KACAMATAN………….
TAHUN……..

Jumlah Jumlah Penduduk beragama Mata Pencaharian


No RT K B TANI DAGANG PNS Lainnya
L P Is H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Ket : Kolom 5 sd/ 8 Islam, Kristen, Hindu, Budha


Kolom 5 s/d 12 dapat ditambah sesuai kebutuhan

BENTUK BUKU DATA KEGIATAN RT/RW

BUKU DATA KEGIATAN RW/RT……/……


DESA………….KACAMATAN………….
TAHUN……….

No Tentang Pelaksanaan Pokok-pokok kegiatan Hasil kegiatan Keterangan


1 2 3 4 5 6
BENTUK BUKU DATA AGENDA RT/RW

BUKU DATA AGENDA SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR RW/RT……/….


DESA………….KACAMATAN………….
TAHUN………….

Surat Masuk Surat Keluar


Surat Tanggal
No Tanggal Pengi Isi Isi Ket.
Pengiri- Tujuan
No. Tgl -rim Singkat Singkat
man
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

BENTUK BUKU EKSPEDISI RT/RW

BUKU EKSPEDISI RW/RT


RW/RT………….
DESA………….KACAMATAN………….
TAHUN……………..

No Nomor dan Tgl Surat Perihal Ditujukan Tandatangan


1 2 3 4 5

BENTUK BUKU INVENTARIS RT/RW

BUKU INVENTARIS RW/RT


RW/RT………
DESA………….KACAMATAN………….
TAHUN……………

Bukti
No Jenis Barang Volume Asal Barang Kondisi Ket.
Kepemilikan
1 2 3 4 5 6 7

BUPATI LEBAK,

Cap/Ttd

Diundangkan di Rangkasbitung H. MULYADI JAYABAYA


pada tanggal 11 Juni 2009
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,

H. RUSWAN EFFENDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2009 NOMOR 30
Lampiran VI Peraturan Bupati Lebak
Nomor : 30 Tahun 2009
Tanggal : 11 Juni 2009
Perihal : Pedoman Pembentukan dan Tata Kerja Rukun Tetangga dan Rukun Warga

TATA KERJA RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

KEPALA DESA

DUSUN

RUKUN WARGA

RUKUN TETANGGA

Keterangan : Garis Koordinasi

BUPATI LEBAK,

Cap/Ttd

H. MULYADI JAYABAYA

Diundangkan di Rangkasbitung
pada tanggal 11 Juni 2009
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LEBAK,

H. RUSWAN EFFENDI
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK TAHUN 2009 NOMOR 30

Anda mungkin juga menyukai