Anda di halaman 1dari 5

DRAFT TATA TERTIB

PELAKSANAAN PEMILIHAN KETUA RT


KELURAHAN SEMPER BARAT KECAMATAN CILINCING
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA

DASAR HUKUM :
1. Peraturan Pemerintah No.73 tahun 2005 tentang Kelurahan;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.5 tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga
Kemasyarakatan;
3. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.171 tahun 2016 tentang Pedoman Rukun Warga
dan Rukun Tetangga;
4. Hasil Musyawarah RT. ........ RW. ......... Kelurahan Semper Barat pada tanggal .......................:
tentang Tata Tertib Pemilihan Ketua RT.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu ditetapkan Tata Tertib Pemilihan RT. ........
RW. ......... Kelurahan Semper Barat Kecamatan Cilincing Periode Tahun 2021 s/d 2024 dalam
sebagai berikut :

BAB I
KETENTUAN UMUM

1. Kota Administrasi adalah Kota Administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Utara
dalam hal ini adalah Kota Administrasi Jakarta Utara.

2. Walikota adalah Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta, dalam hal ini adalah Walikota
Administrasi Jakarta Utara.

3. Kecamatan adalah Kecamatan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dalam hal ini adalah
Kecamatan Cilincing.

4. Camat adalah Kepala Kecamatan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dalam hal ini
adalah Camat Cilincing.

5. Kelurahan adalah Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dalam hal ini adalah
Kelurahan Semper Barat.

6. Lurah adalah Kepala Kelurahan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dalam hal ini adalah Lurah
Semper Barat.

7. Lembaga Musyawarah Kelurahan yang selanjutnya disebut LMK adalah Lembaga Musyawarah
Kelurahan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dalam hal ini adalah LMK Kelurahan
Semper Barat.

8. Lembaga Kemasyarakatan atau sebutan lain adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Lurah dalam meemberdayakan masyarakat.

9. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga kemasyarakatan yang


dibentuk melalui Musyawarah RT setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Lurah.
10. Pengurus Rukun Tetangga yang selanjutnya disebut Pengurus RT adalah Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan Bidang yang ada di kepengurusan RT yang ditetapkan oleh Lurah.

11. Musyawarah adalah pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan yang terbaik
untuk mencapai mufakat.

12. Musyawarah Rukun Tetangga yang selanjutnya disebut Musyawarah RT adalah kegiatan
musyawarah mufakat yang terdiri dari kepala keluarga warga RT yang tercantum dalam setiap
Kartu Keluarga RT setempat.

13. Tokoh Masyarakat adalah orang yang dituakan, ditauladani dan mempunyai pengaruh yang
diakui oleh masyarakat setempat.

14. Keluarga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai hubungan darah dan
atau orang lain yang tinggal dalam 1 (satu) rumah/bangunan dan terdaftar dalam Kartu
Keluarga.

15. Kepala Keluarga adalah penanggung jawab anggota keluarga yang terdaftar dalam Kartu
Keluarga.

16. Kartu Keluarga yang selanjutnya disingkat KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat
data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas anggota keluarga
yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.

17. Warga Rukun Tetangga yang selanjutnya disebut Warga RT adalah penduduk setempat yang
bertempat tinggal menetap dan terdaftar dalam KK pada RT setempat.

18. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di
Provinsi DKI Jakarta.

19. Penduduk Rukun Tetangga yang selanjutnya disebut Penduduk RT adalah warga RT dan
penduduk yang bertempat tinggal namun tidak tercatat dalam KK pada RT setempat.

20. Penduduk dewasa adalah yang telah berusia 18 tahun atau telah/pernah menikah.

21. Careteker adalah orang yang ditunjuk untuk menempati jabatan untuk waktu sementara
waktu.

22. Pegawai Negeri Sipil yang untuk selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

23. Keputusan Musyawarah RT tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan

BAB II
PERSYARATAN KETUA RT
Untuk dapat menjadi Ketua RT harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. warga Negara Republik Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. setia dan taat kepada Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah
Republik Indonesia;
3. berusia paling kurang 18 (delapan belas) atau kurang tetapi sudah/pernah menikah;
4. berbadan sehat yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Sehat yang dikeluarkan oleh
Puskesmas Kelurahan/Kecamatan yang terbaru;
5. penduduk setempat yang telah dan bertempat tinggal serta memiliki Kartu Tanda Penduduk
(KTP) RT setempat paling sedikit 3 (tiga) tahun terakhir;
6. mempunyai kemauan, kemampuan, kepedulian, dan bersedia mendukung serta membantu
terlaksananya program/kebijakan pemerintah dengan menjunjung tinggi kepentingan
Negara/Bangsa, umum/masyarakat diatas kepetingan pribadi/golongan;
7. dapat menjadi panutan, jujur adil bertanggung jawab, berwibawa dan bersikap netral dalam
berpolitik serta berkelakuan baik yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK) yang terbaru;
8. cakap berbicara, membaca dan menulis dalam Bahasa Indonesia;
9. bukan PNS Pemerintah Daerah;
10. membuat Surat Pernyataan tidak merangkap jabatan sebagai anggota/pengurus LMK, FKDM,
RT, RW, Dewan Kota/Kabupaten, KJK-PEMK, atau anggota kemasyarakatan lainnya serta
bukan merupakan anggota salah satu Partai Politik;
11. membuat Surat Pernyataan kesanggupan melaksanakan tugas, tanggung jawaab,
memberikan informasi yang benar dan mendukung serta membantu program pemerintah
Daerah;
12. khusus untuk Perumahan/Komplek TNI/Polri, Selain memenuhi persyaratan sebagaimana
ketentuan point (1) sampai dengan point (11), harus merupakan personel/anggota TNI/Polri
aktif atau Purnawirawan TNI/Polri yang telah bertempat tinggal paling sedikit 3 (tiga) tahun
terkhir yang dibuktikan dengan Surat Izin Penghunian (SIP) atas namanya sendiri;
13. bagi Calon Ketua RT hanya dipilih untuk 2 (dua) kali Masa Bakti dalam jabatan yang sama
secara terus menerus terhitung sejak pemilihan yang berdasarkan Peraturan Gubernur
Nomor 171 Tahun 2016, tentang Pedoman Rukun Tetangga dan Rukun Warga.

BAB III
TATA CARA PEMILIH CALON KETUA RT
Pasal 1
Panitia Pemilihan Ketua RT

1. Pemilihan Ketua RT dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Ketua RT (PPK-RT) yang disahkan
oleh Lurah Semper Barat, sesuai tercantum dalam Format 3 lampiran Peraturan Gubernur
Nomor 171 Tahun 2016, tentang Pedoman Rukun Tetangga dan Rukun Warga.
2. Panitia Pemilihan berjumlah 5 (lima) orang terdiri :
a. Ketua :
Dijabat oleh Kepala Seksi Pemerintahan atau PNS Kelurahan yang ditunjuk oleh Lurah;
b. Sekretaris :
Ketua atau Pengurus RW setempat sebagai Sekretaris; dan
c. Anggota :
Ketua atau Pengurus RT setempat ditambah 2 (dua) orang tokoh masyarakat setempat
sebagai anggota.
3. Panitia Pemilihan Ketua RT sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) menetapkan tata tertib
pemilihan dalam Musyawarah RT.
4. Tata Tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi :
a) tahapan/tata cara pemilihan;
b) hak suara pemilih;
c) waktu dan tempat pelaksanaan pemilihan.
Pasal 2
Tahapan / Tata Cara Pemilihan

1. Tahapan Pemilihan meliputi :


a) sosialisasi dan pengumuman tentang pemilihan Ketua RT setempat beserta
persyaratan untuk menjadi Ketua RT;
b) proses pendaftaran dan kelengkapan persyaratan administrasi calon Ketua RT;
c) hal lain yang dianggap perlu.
2. Tata Cara Pemilihan :
a) pemilihan Ketua RT dilakukan dengan mekanisme musyawarah untuk mencapai
mufakat;
b) apabila musyawarah untuk mencapai mufakat tidak tercapai, maka pemilihan Ketua
RT dilakukan dengan cara pemungutan suara untuk memilih calon Ketua RT yang
mendapat suara terbanyak manjadi Ketua RT;
c) apabila terdapat 2 (dua) atau lebih calon Ketua RT yang mendapat jumlah suara
terbanyak yang sama, maka panitia pemilihan dapat melakukan pemungutan suara
kembali terhadap calon yang memperoleh suara terbanyak sama;
d) apabila dalam pemungutan suara kembali sebagaimana dimaksud point (c) tetap
menghasilkan pemilih suara terbanyak sama maka penetapannya dapat dilakukan
dengan cara pemilihan oleh panitia tetapi tidak termasuk Ketua panitia pemilihan dan
atau dengan cara pengundian;
e) hasil pemilihan Ketua RT dituangkan dalam berita acara pemilihan sebagaimana
tercantum dalam format 5 Lampiran Peraturan Gubernur Nomor 171 Tahun 2016,
tentang Pedoman Rukun Tetangga dan Rukun Warga dan disampaikan oleh panitia
pemilihan kepada Lurah untuk ditetapkan dengan Keputusan Lurah.
3. Pemilih dan Hak Suara Pemilih :
a) penetapan calon pemilih ditetapkan oleh panitia pemilihan dalam Musyawarah RT;
b) pemilih adalah orang yang berdomisili dan ber KTP di wilayah RT setempat;
c) seluruh pemilih yang memiliki hak suara dari masing-masing warga wajib melakukan
registrasi kepada panitia dengan membawa KTP dan undangan. Lebih dari waktu yang
ditentukan tidak hadir, maka hak suara dinyatakan gugur;
d) penggunaan hak suara untuk pemilih menerapkan azas satu orang satu suara.
4. Bagi Calon Ketua RT harus hadir tepat waktu.
5. Apabila Calon Ketua RT tidak Hadir 15 Menit setelah acara dibuka, maka dinyatakan gugur.

Pasal 3
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pemilihan Ketua RT

Sesuai jadwal yang telah ditentukan, dengan susunan acara sebagai berikut :
a) Pembukaan;
b) Sambutan – sambutan;
c) Laporan Pertanggung-jawaban Ketua RT sebelumnya;
d) Pengesahan Laporan Pertanggung-jawaban;
e) Serah terima berkas administrasi dan inventaris dari Ketua RT sebelumnya kepada PPK-RT;
f) Pendemisoneran Pengurus RT;
g) Proses pemilihan Ketua RT termasuk pengumuman/penetapan nama calon Ketua RT serta
penyampaian visi dan misi calon Ketua RT;
h) Penetapan Ketua RT terpilih;
i) Penyerahan berkas administrasi dan inventaris dari PPK-RT kepada Ketua RT terpilih;
j) Sambutan Ketua RT terpilih;
k) Do’a penutup;
l) Ramah tamah.
Pasal 4
Pelaksanaan Penghitungan Suara

1. Pelaksanaan Pemilihan :
a. Pemilih mendaftarkan diri kepada panitia dengan menyerahkan undangan pemilih dan
KTP;
b. Pemilih akan diberikan surat suara setelah mendaftar;
c. Pemilih membuka surat suara agar diketahui bahwa surat suara dalam kondisi baik;
d. Pemilih dilakukan dengan pencoblosan didalam bilik suara dan memasukkannya
kedalam kotak suara.
2. Penghitungan suara dilakukan dengan cara terbuka dan disaksikan oleh saksi-saksi yang
telah ditunjuk oleh masing-masing Calon Ketua RT.
3. Penetapan sah atau tidak sah nya surat suara ditetapkan oleh PPK-RT.

Pasal 5
Pengambilan Keputusan Calon Terpilih

1. Apabila Calon Ketua RT hanya 1 (satu) orang, maka ditetapkan secara Aklamasi
2. Apabila Calon Lebih dari 1 (satu), maka calon Ketua RT terpilih yang memperoleh suara
terbanyak akan ditetapkan sebagai Ketua RT;

BAB IV
PENUTUP

1. Tata Tertib dibuat dan ditandatangani oleh Panitia Pemilihan RT dalam Musyawarah RT.
2. Tata Tertib berlaku sejak tanggal ditetapkan,
3. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini ditetapkan kemudian berdasarkan hasil
musyawarah sepanjang tidak bertentangan dengan tata tertib yang teklah ada

Ditetapkan di : Jakarta Utara


Pada Tanggal :

Anda mungkin juga menyukai