Anda di halaman 1dari 40

Buku Saku

Penyelenggara
SLRT
Kabupaten/Kota
Buku Saku
Penyelenggara SLRT
Kabupaten/Kota

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

©2020 Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Dipersilakan untuk menyalin, menyebarkan dan mengirimkan


publikasi ini untuk tujuan non-komersial.

Direktorat Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga dan


Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM)

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial


Republik Indonesia Lantai 5,
Jalan Salemba Raya No.28 JakartaPusat, 10430.
Buku Saku
Penyelenggara
SLRT
Kabupaten/Kota
Panduan Penggunaan Buku Saku

Tujuan penyusunan Buku Saku Penyelenggara SLRT


Kabupaten/Kota untuk memberikan panduan tatalaksana
penyelenggaraan multi layanan program perlindungan sosial
dan penanggulangan kemiskinan, meningkatan kapasitas
pemerintah daerah, mendukung pelaksanaan verifikasi dan
validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), serta
meningkatkan jangkauan layanan dasar.

Buku ini dikembangkan sebagai petunjuk praktis dan


ringkas berdasarkan pedoman umum penyelenggaraan
Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) dan Pusat
Kesejahteraan Sosial (Puskesos) bagi SDM penyelenggara
SLRT Kabupaten/Kota.

Buku ini berisi panduan yang bersifat umum, sehingga


pengguna buku ini tetap perlu memperhatikan kondisi,
kebutuhan, dan sumberdaya lokal yang memperlukan
tatalaksana yang berbeda. Penguna buku ini juga diingatkan
untuk senantiasa memperhatikan Peraturan Menteri Sosial
Republik Indonesia No. 15 Tahun 2018 Tentang Sistem
Layanan dan Rujukan Terpadu untuk Penanganan Fakir
Miskin dan Orang Tidak Mampu

4
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

Bagian 1
PRINSIP UMUM
PENYELENGGARAAN
SISTEM LAYANAN DAN
RUJUKAN TERPADU

5
1.1 Pengertian SLRT

Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) adalah pusat


layanan yang membantu mengidentifikasi kebutuhan dan
keluhan fakir miskin dan orang tidak mampu termasuk
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) atau dulu
disebut PMKS serta melakukan rujukan kepada pengelola
program dan layanan di berbagai jenjang dari tingkat desa/
kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga ke
Pusat menggunakan sistem yang terintegrasi.

1.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan SLRT

Penyelenggaraan SLRT menggunakan berbagai peraturan


perundangan dan kebijakan sebagai landasan hukumnya,
diantaranya:
a. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4967);
b. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Neagar Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038);
c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang
Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5235);

6
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

d. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014, tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5657);
f. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 68
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5294);
g. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui
Pendekatan Wilayah;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Standar Pelayanan Minimal;
i. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang
Program Penanggulangan Kemiskinan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 341);
j. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial

7
Dasar di Pos Pelayanan Terpadu (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 288);
k. Peraturan Menteri Sosial Nomor 08 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 567);
l. Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu
Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu;
m. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018
tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Sosial di Daerah Provinsi
Dan di Daerah Kabupaten/Kota;
n. Keputusan Menteri Sosial Nomor 50/HUK/2013 tentang
Pedoman Pelayanan Terpadu dan Gerakan Masyarakat
Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera;
o. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2018 Tentang Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu
Untuk Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.

1.3 Tujuan Penyelenggaraan SLRT

Tujuan penyelenggaraan SLRT adalah meningkatkan


efektivitas dan efisiensi pelayanan dan rujukan bagi Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), khususnya untuk
mengurangi kemiskinan, kerentanan dan kesenjangan.
Secara khusus tujuan yang akan dicapai diantaranya:

8
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

a) Meningkatkan akses PPKS terhadap multi-program/layanan;


b) Meningkatkan integrasi berbagai layanan sosial di
daerah sehingga fungsi layanan tersebut menjadi lebih
responsif;
c) Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam
mendukung pelaksanaan verifikasi dan validasi Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) secara dinamis dan
berkala serta pemanfaatannya untuk program-program
perlindungan sosial di daerah;
d) Mendukung perluasan jangkauan pelayanan dasar;
e) Memberdayakan masyarakat untuk lebih memahami
hak-haknya terkait layanan dan program perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan;
f) Meningkatkan kapasitas Pemerintah di semua tingkatan
dalam mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
program perlindungan sosial dan penanggulangan
kemiskinan; dan
g) Memberikan masukan untuk proses perencanaan dan
penganggaran perlindungan sosial dan penanggulangan
kemiskinan agar lebih memihak kepada PPKS.

1.4 Azas Penyelenggaraan SLRT dan Puskesos

Penyelenggaraan Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT)


dan Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) mengandung asas
sebagai berikut:
a) Legal, berarti mengacu pada landasan perundangan
maupun kebijakan yang sah;

9
b) Responsif, berarti mampu memberikan informasi,
rujukan dan layanan perlindungan sosial maupun
penanggulangan kemiskinan secara cepat sesuai dengan
mekanisme yang telah ditetapkan;
c) Transparan, berarti informasi tentang kepesertaan
program, kebutuhan rumah tangga, dan tindakan yang
dilakukan oleh pemangku kepentingan terkait dapat
diakses semua pihak secara langsung dan seketika
(real time) serta sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan. Pengadu mendapatkan informasi tentang
proses dan hasil penanganan pengaduannya;
d) Partisipatif, berarti melibatkan semua pihak terkait
termasuk pemerintah pusat, daerah dan desa serta
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan SLRT
dan Puskesos;
e) Kesetaraan gender, berarti layanan sosial memberikan
manfaat secara berkeadilan kepada masyarakat miskin
dan rentan, baik laki-laki maupun perempuan;
f) Akuntabel, berarti proses pengelolaan informasi
dan pengaduan serta tindak lanjutnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada semua pihak dan
masyarakat;
g) Obyektif, berarti membantu memberikan dan
memvalidasi data kemiskinan sesuai dengan kondisi
rumah tangga/keluarga miskin/rentan miskin yang
sebenarnya; dan
h) Berkelanjutan, berarti dilaksanakan secara
berkesinambungan oleh pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya di pelbagai jenjang.
2.1 Sumberdaya Manusia Penyelenggara
10
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

Bagian 2
SUMBER DAYA MANUSIA
PENYELENGGARA SISTEM
LAYANAN DAN
RUJUKAN TERPADU
DI KABUPATEN/KOTA

11
Sumberdaya Manusia penyelenggara SLRT di tingkat
Kabupaten/Kota terdiri dari:
• Manajer;
• Pendamping Teknis Kabupaten/Kota;
• Petugas Sekretariat (Front Office dan Back Office);
• Supervisor;
• Fasilitator

2.1.1 Pendamping Teknis Daerah (Technical Assistant)


Pendamping Teknis Daerah adalah person yang direkrut oleh
Kementerian Sosial dan/atau Dinas Sosial Kabupaten/kota
dengan tugas dan tanggungjawab sebagai berikut:
a) Mendorong koordinasi antara SLRT dengan OPD dan
lembaga terkait di daerah (Bappeda, Dinas Kesehatan,
Dinas Pendidikan, Organisasi Masyarakat Sipil, dunia
usaha, dan lain-lain);
b) Membantu pelaksanaan sosialisasi dan advokasi
penyelenggaraan SLRT dan Puskesos kepada pihak-
pihak yang terkait;
c) Memastikan usulan pembaharuan data, pencatatatan
kepesertaan dan kebutuhan program, serta pencatatan
keluhan, rujukan dan penanganan keluhan warga
miskin dan rentan miskin melalui SLRT berjalan
dengan baik;
d) Memastikan kelembagaan SLRT di tingkat kabupaten/
kota dan kelembagaan Puskesos di tingkat desa/
kelurahan terbangun dan berjalan sesuai fungsinya;
e) Memastikan pelaksanaan SLRT masuk dalam dokumen

12
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

perencanaan tahunan (RKPD) dan perencanaan lima


tahunan (RPJMD) di daerah;
f) Memastikan adanya dukungan APBD dalam
penyelenggaraan SLRT dan Puskesos;
g) Mendorong lahirnya regulasi daerah untuk perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan terkait SLRT;
h) Melakukan pendampingan terhadap penyelenggaraan
SLRT;
i) Membantu koordinasi antara pemerintah kabupaten/
kota penyelenggara SLRT dengan pemerintah Provinsi;
dan
j) Melakukan kegiatan lain yang berhubungan dengan
pelaksanaan SLRT dari Kementerian Sosial dan Setnas SLRT.

2.1.2 Manajer
Manajer adalah person yang bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan SLRT dan Puskesos di Kabupaten/Kota
yang sekaligus sebagai kepala sekretariat SLRT.

Tugas dan Tanggung Jawab Manajer SLRT adalah sebagai


berikut:
a) Mengkoordinasikan proses perencanaan dan
penyelenggaraan SLRT dan Puskesos;
b) Menyosialisasikan SLRT di daerah;
c) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Sekretariat
Teknis termasuk:
• Pengelolaan supervisor, front office dan back office;
dan

13
• Analisis hasil pengumpulan data SLRT. Melakukan
koordinasi dengan pihak terkait termasuk
pemerintah provinsi dan pengelola program di
daerah;
d) Memberikan rujukan keluhan yang bersifat kebutuhan
program dan kepesertaan kepada pengelola program
terkait baik di pusat maupun daerah dalam kapasitasnya
sebagai manajer Sekretariat Teknis.
e) Membangun dan menindaklanjuti kemitraan dengan
Lembaga Non-Pemerintah seperti dunia usaha dalam
upaya penanggulangan kemiskinan dan perlindungan
sosial;
f) Melakukan pemantauan internal terhadap layanan yang
diberikan secara berkala; dan
g) Menyusun laporan kegiatan SLRT kabupaten/kota
untuk disampaikan kepada Kementerian Sosial melalui
Tim Koordinasi provinsi dan pihak terkait lainnya di
daerah. Laporan kegiatan sebagaimana di atur dalam
Permensos no 15 tahun 2018, yaitu Laporan Triwulanan
dan Laporan Tahunan.

Kriteria Manajer:
• Tingkat pendidikan minimal S1 sederajat;
• Merupakan ASN Dinas/Instansi Sosial, diutamakan
eselon 3 yang membidangi pemberdayaan sosial atau
kesekretariatan;
• Pemahaman tentang program-program Perlindungan
Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan di tingkat Desa/
KeKelurahanan dan Kabupaten/Kota;

14
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

• Memiliki kemampuan dasar dalam menggunakan


komputer/alat pengolah data lainnya;
• Kemampuan koordinasi yang baik;
• Memiliki pengalaman bekerjasama dengan pemerintah
daerah dan pemerintah desa/keKelurahanan;

2.1.3 Supervisor
Tugas supervisor adalah mengawasi dan membantu
pendamping sosial di tingkat masyarakat. Secara khusus,
supervisor bertanggung jawab untuk:
a) membina, mengawasi, dan membantu pendamping
sosial di tingkat masyarakat;
a) menelaah usulan penambahan data fakir miskin dan
orang tidak mampu;
b) menelaah data kepesertaan dan kebutuhan program
penanganan fakir miskin dan orang tidak mampu; dan
c) Menelaah pendataan keluhan.

Kriteria Supervisor:
• Tingkat pendidikan minimal SMA sederajat;
• Diutamakan berasal dari unsur TKSK atau aparatur sipil
negara tingkat kecamatan
• Diutamakan yang berdomisili dan/atau memiliki Kartu
Tanda Penduduk di wilayah kecamatan setempat;
• Tidak rangkap jabatan sebagai pendamping program
yang memiliki persyaratan tidak boleh rangkap jabatan;
• Pemahaman tentang program-program Perlindungan
Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Nasional
maupun Daerah;

15
• Memiliki kemampuan dasar menggunakan komputer/
pengolah data lainnya;
• Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik;
• Bersedia melakukan kegiatan pendampingan sosial
kepada masyarakat sekitar; dan
• Rekrutmen tidak didasari oleh unsur nepotisme.

2.1.4 Petugas Sekretariat SLRT (Front Office dan Back


Office)
Tugas dan Fungsi bagian Informasi dan Registrasi (Front
Office) adalah sebagai berikut:
a) Menerima keluhan warga terkait layanan sosial di daerah
dan melakukan registrasi laporan yang diterima;
b) Memberikan informasi layanan yang tersedia di SLRT
serta menyampaikan mekanisme penanganan keluhan;
c) Memberikan informasi tentang program-program
perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan
baik yang berasal dari pusat, provinsi dan kabupaten/
kota serta layanan dan program yang dikelola oleh pihak
non pemerintah; dan
d) Memeriksa apakah warga yang melapor ada atau tidak
dalam DTKS:
• Apabila ada di dalam DTKS, kemudian memeriksa
dan menganalisis serta meneruskan ke bagian
rujukan (back office) sesuai dengan jenis keluhannya.
• Apabila tidak ada dalam DTKS, bagian layanan front
office mencatat profil dasar warga yang melapor.

16
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

Kriteria Bagian Informasi dan Registrasi (Front Office)


Sekretariat SLRT adalah sebagai berikut:
• Tingkat pendidikan minimal SLTA/sederajat;
• Pemahaman tentang program-program Perlindungan
Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Nasional
maupun Daerah;
• Memiliki kemampuan dasar menggunakan komputer/
pengolah data lainnya;
• Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik;
• Kemampuan observasi, menganalisis kebutuhan
program perlindungan Sosial dan Penanggulangan
Kemiskinan dari warga masyarakat yang mengadu; dan
• berdomisili dan/atau memiliki Kartu Tanda Penduduk di
wilayah Kabupaten/Kota setempat.

Tugas dan Fungsi bagian Layanan dan Rujukan (Back Office)


adalah sebagai berikut:
a) Menerima keluhan warga yang telah di periksa oleh
bagian Informasi dan Registrasi (front office);
b) Memberikan jawaban/kepastian atas aduan yang
diterima;
c) Melakukan penanganan keluhan warga yang dapat
ditangani di Sekretariat SLRT;
d) dan Atas persetujuan manajer, memberi rujukan
keluhan warga yang tidak dapat ditangani di Sekretariat
SLRT kepada pengelola program terkait (OPD) di
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Kementerian/Lembaga
Pusat serta program yang dikelola oleh pihak Non-
Pemerintah.

17
Kriteria bagian Layanan dan Rujukan (Back Office) Sekretariat
SLRT
• Tingkat pendidikan minimal SLTA/sederajat;
• Pemahaman tentang program-program Perlindungan
Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Nasional
maupun Daerah;
• Memiliki kemampuan dasar menggunakan komputer/
pengolah data lainnya;
• Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik;
• Memiliki pengalaman bekerjasama dengan pemerintah
daerah dan pemerintah desa/keKelurahanan;
• Berdomisili dan/atau memiliki Kartu Tanda Penduduk di
wilayah Kabupaten/Kota setempat;
• Rekrutmen tidak didasari oleh unsur nepotisme.

2.1.5 Fasilitator
Tugas utama Fasilitator adalah melakukan penjangkauan
dan pendampingan terhadap masyarakat. Secara khusus,
Fasilitator bertanggung jawab melakukan:
a) penjangkauan dan pendampingan terhadap
masyarakat;
b) pencatatan kepesertaan program;
c) pencatatan kebutuhan program;
d) pencatatan keluhan; dan
e) sinergi dengan pendamping program kesejahteraan
sosial lainnya.

18
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

Kriteria Fasilitator adalah sebagai berikut:


• Tingkat pendidikan minimal SLTP/sederajat;
• Memiliki jiwa kerelawanan sosial;
• Pengalaman aktif dalam kegiatan kemasyarakatan;
• Tidak rangkap jabatan sebagai pendamping program
yang memiliki persyaratan tidak boleh rangkap jabatan;
• Pemahaman tentang konsep penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial maupun Program Daerah;
• Memiliki kemampuan dasar menggunakan komputer/
pengolah data lainnya;
• Kemampuan komunikasi interpersonal yang baik;
• Kemampuan observasi, menganalisis kebutuhan
program perlindungan Sosial dan Penanggulangan
Kemiskinan dari warga masyarakat yang dijangkau;
• Bersedia melakukan kegiatan pendampingan sosial
kepada masyarakat sekitar;
• Diutamakan yang berdomisili dan/atau memiliki Kartu
Tanda Penduduk di wilayah Desa/KeKelurahanan
setempat; dan
• Rekrutmen tidak didasari oleh unsur nepotisme.

19
2.2 Mekanisme Pergantian SDM
Penyelenggara SLRT dan Puskesos

Penunjukan SDM Penyelenggara SLRT dan Puskesos


pengganti, ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Kepala
Dinas/Instansi Sosial dan/atau Kepala Daerah Kabupaten/
Kota dan/atau Kepala Desa/Kelurahanan, dengan proses
penggantian sebagai berikut:
a. Rekrutmen SDM baru SLRT dan Puskesos paling lama 1
(satu) bulan setelah pengunduran diri;
b. Revisi Surat Keputusan (SK) tentang penunjukan SDM SLRT
dan Puskesos sesuai dengan kebutuhan perubahannya;
c. Mengajukan dan membuka rekening baru atas nama
SDM SLRT dan Puskesos sesuai dengan perubahan
Surat Keputusan (SK) yang baru dan untuk penyaluran
tali asih pembukaan rekeningnya pada Bank Negara
Indonesia (BNI) atau pada bank lain yang sesuai dengan
sumber pembiayaan;
d. Pelaksana yang telah ditetapkan wajib melampirkan surat
pernyataan dan memberikan informasi yang memuat
antara lain: Nama, NIK, NIP (PNS), wilayah tugas (Desa,
Kecamatan, dan Kabupaten/Kota), Jabatan, No.HP, No IMEI,
dan E-Mail.

Perubahan tersebut segera disampaikan secara tertulis


kepada Direktorat Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga
dan Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM) Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia
lantai 5, Jalan Salemba Raya No.28 Jakarta Pusat, 10430.

20
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

Bagian 3
KELEMBAGAAN
SISTEM LAYANAN DAN
RUJUKAN TERPADU
DI KABUPATEN/KOTA

21
3.1 Kelembagaan Koordinasi

Kelembagaan koordinasi SLRT tingkat kabupaten/kota


memanfaatkan keberadaan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (TKPK) Kabupaten/Kota yang ketuanya adalah
Wakil Bupati/Walikota, sekretaris Ketua Bappeda dan
anggotanya seluruh Kepala OPD terkait penanggulangan
kemiskinan di kabupaten/kota.

3.2 Kelembagaan Layanan

Sedangkan kelembagaan layanan di tingkat kabupaten/kota


diselenggarakan oleh Sekretariat Teknis SLRT. Sekretariat
teknis SLRT merupakan pusat layanan kesejahteraan social
yang ada di tingkat kabupaten/kota. Sekretariat SLRT
dapat menggunakan salah satu ruangan di Dinas Sosial
Kabupaten/Kota atau memanfaatkan Gedung atau ruangan
di luar Dinas Sosial Kabupaten/Kota.

Sebagai pusat layanan, keberadaan Sekretariat SLRT ini ada


beberapa hal yang harus diperhatikan:
• Sekretariat SLRT harus mudah dijangkau oleh masyarakat
• Memiliki papan nama, sehingga mudah dikenali
• Memiliki ruang tunggu, masyarakat yang antri mendapatkan
layanan dapat menunggu antrian dengan tertib
• Memiliki ruang/tempat untuk registrasi dan informasi
(front office) serta ruang/tempat untuk pelayanan dan
rujukan (back office)

22
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

• Jika dimungkinkan ada ruang/tempat pelayanan


kedaruratan

Secara umum kelembagaan SLRT adalah sebagai berikut:

Tim Pengarah

Sekretariat
Tim Koordinasi K/L Pusat
Nasional

Koordinasi
Sekretariat
melalui TKPK dan Dinas Teknis Prov
Koordinasi Provinsi
Tim Teknis

Sekretariat Koordinasi Dinas Teknis


Teknis melalui TKPK Kab/Kota

Koordinasi
Kecamatan melalui
Kasi Kesra

Lembaga Teknis
Puskesos
Desa/Kelurahan

23
24
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

Bagian 4
PENYELENGGARAAN
SISTEM LAYANAN
DAN RUJUKAN TERPADU
DI KABUPATEN/KOTA

25
4.1. Layanan SLRT

Layanan SLRT terdiri atas: 1) sebagai pusat informasi dan


data program perlindungan sosial dan penanggulangan
kemiskinan baik yang ada di daerah hingga ke pusat, 2)
melakukan penjangkauan untuk memberikan layanan
dan kebutuhan akan program perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan, dan 3) sebagai pusat
penanganan keluhan dan rujukan program perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan.

4.1.1. Pusat Informasi dan Data Program Perlindun-


gan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan
SLRT dan Puskesos sebagai frontline dalam memberikan
informasi dan data program perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan kepada masyarakat. Informasi
dan data ini bisa diakses oleh masyarakat melalui Sekretariat
SLRT di Kabupaten/Kota dan Puskesos di desa/kelurahan atau
melalui fasilitator yang bertugas di tingkat desa/kelurahan.
Informasi dan data yang dapat diakses oleh masyarakat
meliputi seluruh data dan informasi program perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan baik yang dikelola
oleh kabupaten/kota, provinsi hingga pusat.

4.1.2. Penjangkauan
Penjangkauan dilaksanakan oleh SLRT dan Puskesos melalui
keberadaan fasilitator yang ada di tingkat desa/kelurahan
untuk memastikan seluruh masyarakat yang membutuhkan
layanan dapat terjangkau sesuai dengan hak-haknya.

26
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

4.1.3. Pusat Penanganan Keluhan dan Rujukan


SLRT akan menjadi pusat penanganan keluhan (pengaduan)
dan rujukan bagi masyarakat miskin dan rentan termasuk
PPKS melalui Sekretariat SLRT di tingkat kabupaten/kota dan
Puskesos di tingkat desa/kelurahan. SLRT menerapkan layanan
sosial satu pintu (one stop services) sehingga masyarakat yang
membutuhkan layanan sosial cukup datang ke sekretariat
SLRT dan/atau Puskesos untuk mendapatkan multi layanan.

Keluhan masyarakat yang disampaikan ke SLRT dan Puskesos


dibagi menjadi dua katagori, yaitu: 1) keluhan kepesertaan
program, dan 2) keluhan kebutuhan program.

Keluhan kepesertaan program, adalah keluhan yang


disampaikan oleh masyarakat yang telah menjadi salah satu
peserta program perlindungan sosial dan penanggulangan
kemiskinan. Keluhan kepesertaan program ini dibagi menjadi
3 (tiga) jenis, yaitu:
a) Pertanyaan
b) Saran
c) Pengaduan

Sedangkan keluhan kebutuhan program, adalah keluhan


masyarakat yang ingin/perlu mendapatkan program (exclusion
error). Untuk mendapatkan suatu program, masyarakat
harus terdaftar dahulu di dalam Data Terpadu kesejahteraan
Sosial (DTKS), yang dikelola oleh kementerian Sosial dan
setiap 6 (enam) bulan sekali dilakukan pemutakhiran oleh
kabupaten/kota.

27
Agar keluhan dan aduan yang disampaikan melalui SLRT
dan Puskesos dapat ditangani dengan baik, maka SLRT perlu
mengembangkan Kerjasama dengan berbagai pengelola
program terkait yang ada di kabupaten/kota. Kerjasama ini
dapat diwujudkan dalam bentuk Perjanjian Kerjasama (PKS)
atau Memorandum of Understanding (MoU) antara SLRT
dengan berbagai OPD dan atau institusi yeng mengelola
berbagai program yang ada.
Resi
Pendaftaran Surat
Keluhan Rekomendasi

Mengurus NIK

Rujuk ke Pengelola
Membawa KTP/ Dapat NIK
Program Adminduk
KK/Identitas Diri/
Kartu Bansos Cetak Surat
dan Persyaratan Rekomendasi
yang diperlukan
terkait bantuan Update Data
program sosial (Mengisi NIK)
Warga Tidak
Memiliki NIK/KK
Petugas
Front Office
Tidak ada
di DTKS

Isi Form
WARGA Pendaftaran

Resi Ada di
Pendaftaran
Keluhan
DTKS

Cetak Resi Form Pendaftaran


Pendaftaran dan
Keluhan Form Keluhan

28
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

4.2 Mekanisme Penanganan Keluhan


Melalui Sekretariat SLRT

Masuk Prelist Masuk


Awal DTKS

Cetak Resi
Pendaftaran
Keluhan
Alur Penanganan
Keluhan Warga Non DTKS

Draft Pendaftaran
dan
Draft Keluhan

Review Review Ditangani


Isi Form Supervisor Manajer Program Daerah
Keluhan

Alur Penanganan
Keluhan Warga terdaftar di DTKS

Review Review Ditangani


Supervisor Manajer Pengelola Program
Keluhan Warga
Diselesaikan
Program Nasional atau Program
Daerah (Provinsi dan Kab/Kota)

29
Keterangan:
1) Warga mendatangi Sekretariat atau puskesos untuk
dilakukan pencatatan kepesertaan program dan
pencatatan keluhan terhadap program bantuan sosial di
pusat dan daerah yang dilakukan oleh petugas Front Office;
• Jika warga tidak ada di dalam Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) maka FO di tingkat desa/
kelurahan mengumpulkan profil/data dasar warga
tersebut sebagai prelist awal untuk dimasukkan
kedalam DTKS yang nantinya akan di verifikasi dan
validasi melalui mekanisme SIKS-NG.
• Jika ada di dalam DTKS maka keluhan atau
permasalahannya dikaji dan dipetakan, untuk
diteruskan ke supervisor ditingkat kecamatan yang
ditelaah dan diteruskan ke Manajer (MJ) SLRT di
tingkat Kabupaten/Kota.
2) Data yang dikirimkan dari FO dapat terbaca juga oleh
Fasilitator (FS) sehingga tidak terjadi kerangkapan
pencatatan data. Selain itu, jika saat pencatatan data
warga tidak memiliki NIK ataupun KK maka perlu
dilakukan pengurusan kependudukan terlebih dahulu
yang mana petugas FO akan mencetak surat rekomendasi
untuk warga mengurus NIK ataupun KK.
3) Setiap warga yang mengeluh akan diberikan surat resi
keluhan oleh Front Office.
4) Berdasarkan rujukan yang diterima dari SLRT, Pengelola
Program di tingkat pusat maupun daerah menyetujui,
menolak, atau menelaah lebih lanjut terkait kebutuhan
program dan keluhan implementasi program tersebut.

30
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

5) Front Office sekretariat ataupun puskesos dan dibantu


oleh Fasilitator SLRT menginformasikan kepada warga
tentang status keluhannya.
6) Sekretariat Teknis SLRT di Kabupaten/Kota bersama
Sekretariat Nasional SLRT memantau tindak lanjut dari
informasi yang diteruskan kepada pengelola program
dan pengelola Data Terpadu Program Penanganan
Fakir Miskin.

4.3 Sarana Prasarana Untuk Mendukung


Layanan SLRT

Sarana dan Prasarana merupakan aspek pendukung utama


kelancaran kegiatan SLRT, yang mencakup:
• Tablet/Smartphone untuk Fasilitator
Perangkat ini digunakan untuk melaksanakan
pencatatan kepesertaan dan kebutuhan program serta
keluhan di tingkat rumah tangga/keluarga menggunakan
aplikasi SLRT yang berbasis android. Aplikasi ini juga
menyediakan informasi detail program pusat maupun
daerah yang ada di wilayah tersebut.
• Laptop untuk Supervisor dan Manajer
Perangkat ini berfungsi untuk memeriksa dan merujuk
informasi/data kepesertaan dan kebutuhan program
serta keluhan menggunakan aplikasi yang berbasis web.
Dengan adanya aplikasi berbasis web, supervisor dan
manajer dapat melakukan pengawasan atas kualitas
informasi/data secara real-time.

31
• Personal Komputer untuk Sekretariat SLRT dan Puskesos
Perangkat ini menggunakan aplikasi berbasis web.
Perangkat ini juga memiliki instrumen analisis
(berupa dashboard) bagi manajer SLRT yang berisi (i)
ringkasan usulan pemutakhiran dan penambahan
data penerima manfaat; (ii) akses program; (iii)
komplementaritas dan irisan program; (iv) “kesenjangan”
pelayanan. Dashboard tersebut berguna untuk
perencanaan dan penganggaran perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan di daerah.
• Papan Visual (Dashboard) berbasis Web)
Papan visual (dashboard) berisi tampilan: (i) ringkasan
informasi hasil pencatatan kepesertaan dan kebutuhan
program serta keluhan; (ii) akses program pusat dan
daerah; (iii) komplementaritas dan irisan program; (iv)
“kesenjangan” pelayanan di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota.

Dashboard juga berguna untuk membantu perencanaan


dan penganggaran perlindungan sosial dan
penanggulangan kemiskinan di pelbagai tingkatan.

32
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

Bagian 5
PENGEMBANGAN
DAN KEBERLANJUTAN
SISTEM LAYANAN DAN
RUJUKAN TERPADU

33
5.1 Pendanaan Penyelenggaraan SLRT

Pendanaan penyelenggaraan SLRT bersumber dari:


1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
3) Anggaran Dana Desa/Keluarahan; atau
4) Sumber biaya lain yang sah dan tidak mengikat.

Pendanaan penyelenggaraan tersebut untuk keperluan


berbagai komponen pembiayaan, diantaranya:
1. Biaya Operasional sekretariat baik Sekretariat SLRT
maupun Puskesos, terdiri dari:
• ATK;
• Internet;
• Listrik; dan
• Biaya habis pakai lainnya.
2. Honor dan Tali Asih yang diperuntukan bagi:
• Manajer;
• Supervisor;
• Fasilitator; dan
• Petugas Puskesos.
3. Pengadaan Sarana dan prasarana Sekretariat SLRT,
seperti PC Komputer, Laptop, Tablet, Printer, Modem dll;
4. Biaya kegiatan, diantaranya untuk kegiatan supervisi,
monitoring dan evaluasi, sosialisasi, peningkatan
kapasitas dll; dan
5. Pembiayaan lainnya.

34
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

Pendanaan penyelenggaraan SLRT dan Puskesos yang


difasilitasi melalui anggaran APBN Kementerian Sosial
diberikan maksimal selama 3 (tiga) tahun. Selanjutnya
penyelenggaraan SLRT dan Puskesos harus didukung dengan
penganggaran secara mandiri melalui APBD baik APBD
kabupaten/kota maupun provinsi.

5.2 Menyiapkan Kerangka Regulasi


Penyelenggaraan SLRT dan Puskesos

Untuk menjamin keberlanjutan penyelenggaraan SLRT dan


Puskesos, maka perlu didorong terbitnya kerangka regulasi
sebagai payung penyelenggaraan SLRT dan Puskesos yang
memadai.

Beberapa regulasi yang dapat didorong oleh kabupaten/


kota untuk menjamin keberlanjutan penyelenggaraan SLRT
berdasarkan tingkatannya adalah sebagai berikut:
• Peraturan Daerah. Peraturan ini ditetapkan oleh
DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Bila
penyelenggaraan SLRT dan Puskesos di daerah telah
didukung oleh Peraturan Daerah (Perda), maka kepastian
keberlanjutan penyelenggaraannya tidak terpengaruh
oleh pergantian Kepala Daerah dan batasan waktu
(selama Perda tersebut tidak dicabut oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD).
• Peraturan Kepala Daerah. Peraturan ini ditetapkan
oleh Kepala Daerah berdasarkan usulan dari Organisasi

35
Perangkat Daerah (OPD) pemrakarsa setelah
mendapatkan pengharmonisan, pembulatan, dan
pemantapan konsepsi oleh bagian hukum kabupaten/
kota. Masa berlaku regulasi ini sesuai masa jabatan dari
Kepala Daerah tersebut.

Berdasarkan jenis kerangka regulasi di atas, kabupaten/


kota sebaiknya mendorong untuk menerbitkan
Peraturan Daerah terkait penyelenggaraan SLRT
sehingga dapat menjamin keberlangsungannya. Namun
demikian, penerbitan suatu Perda jauh lebih kompleks
dibandingkan Peraturan Kepala Daerah. Perda harus
didahului dengan naskah akademis. Pengajuan
penerbitan Perda juga bisa diinisiasi oleh Dewan maupun
Pemkab/Pemkot.

Ditingkat desa/kelurahan regulasi dapat juga dibuat


dalam bentuk: (1) Peraturan Desa/Kelurahan, dan (2)
Peraturan Kepala Desa/Lurah.

5.3 Kemitraan dalam Penyelenggaraan SLRT

Sebagai pusat informasi, Layanan dan Rujukan, SLRT dan


Puskesos dapat membangun kerjasama dengan pelbagai
pihak terkait, antara lain:
a. Organisasi keagamaan yang bergerak dalam bidang
sosial-ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, seperti
Badan Amil Zakat Daerah dan lain-lain;

36
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

b. Dunia usaha atau perusahaan swasta melalui program


Corporate Social Responsibility (CSR);
c. Relawan sosial yang berasal dari berbagai komunitas,
organisasi kemasyarakatan, dunia pendidikan, maupun
pemerintah daerah;
d. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baik yang bergerak
di level advokasi maupun kegiatan langsung terkait
peningkatan keberdayaan sosial-ekonomi masyarakat;
e. Organisasi perempuan dan organisasi kemanusiaan
lainnya yang secara khusus memberikan pelayanan
sosial, utamanya bagi perempuan dan anak-anak
perempuan; dan
f. Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) termasuk
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Pekerja
Sosial Masyarakat (PSM), Karang Taruna, dan lain-lain
yang secara profesional melaksanakan tugas pelayanan
dan penanganan masalah sosial.

5.4 Strategi Keberlanjutan Penyelenggaraan


SLRT

Strategi Perluasan dan Keberlanjutan dan Perluasan SLRT


antara lain:
• Advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan
di berbagai tingkatan tentang pentingnya penguatan
koordinasi dan integrasi program perlindungan sosial
dan penanggulangan kemiskinan;

37
• Membangun komitmen pemangku kepentingan
pusat dan daerah terkait pelaksanaan SLRT, yang
dapat dituangkan dalam bentuk Nota Kesepakatan
(Memorandum of Agreement, MoA) atau Perjanjian
Kerjasama;
• Mengumpulkan pembelajaran dan hasil pelaksanaan
proyek percontohan (pilot project) untuk disebarluaskan
kepada pihak-pihak terkait, baik di wilayah proyek
percontohan maupun wilayah lain. Upaya ini
dimaksudkan untuk menunjukkan kepada berbagai
pihak tentang nilai tambah SLRT terhadap peningkatan
efektivitas dan efisiensi program perlindungan sosial
dan penanggulangan kemiskinan;
• Menyusun Rencana Aksi yang akan menjadi pedoman
bagi pengembangan, pelaksanaan, dan perluasan SLRT;
• Memastikan terjadinya integrasi SLRT ke dalam proses
dan mekanisme perencanaan-penganggaran di berbagai
tingkatan;
• Memastikan hasil kerja SLRT (misalnya: rujukan keluhan
kepesertaan program dan pelaksanaan program,
pemutakhiran Data Terpadu Kesejahteraan Sosial,
masukan untuk perencanaan dan penganggaran)
dimanfaatkan dan ditindaklanjuti oleh pengelola
program/penyedia layanan di pusat maupun daerah;
dan
• Membangun partisipasi sektor non-pemerintah (media,
perguruan tinggi, Organisasi Masyarakat Sipil, pihak
swasta) dalam pelaksanaan dan pemanfaatan hasil
kerja SLRT.

38
Buku Saku Penyelenggara SLRT Kabupaten/Kota

39
Direktorat Pemberdayaan Sosial Perorangan, Keluarga,
dan Kelembagaan Masyarakat (PSPKKM)
Kementerian Sosial Republik Indonesia
Gedung Kementerian Sosial RI Lantai 5
Jalan Salemba Raya No.28 Jakarta Pusat, 10430.
Email: slrt@kemsos.go.id

Anda mungkin juga menyukai