Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP

PERTUMBUUHAN EKONOMI DI KOTA TERNATE

PROPOSAL SKRIPSI

Konsentrasi
Perencanaan pembangunan

Diajukan oleh

Siti Nurainsa Hasan

NPM. 02031611016

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pertumbuhan Ekonomi adalah merupakan salah satu indikator untuk

mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi dalam suatu negara adalah

pertumbuhan ekonomi .Pembangunan ekonomi meliputi perubahan dalam singkat

pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendpatan dan pemberantasan

kemiskinan . Untuk mencapai sasaran yang diinginkan, maka pembangunan suatu

negara dapat diarahkan pada tiga hal pokok yaitu : meningkatkan ketersediaan dan

distribusi kebutuhan pokok bagi masyarakat, meningkatkan standar hidup

masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses baik

kegiatan ekonomi maupun kegiatan sosial dalam kehidupannya (Todaro, 2004).

Tingkat pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat.

Pertumbuhan ekonomi menunjukan sejauh mana aktifitas perekonomian

akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan

domestik bruto (PDB) yang mencermikan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh aktifitas produksi di dalam perekonomian (Susanti dkk, 2000:23)

Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

2
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menuntut pemerintah daerah untuk

melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi guna peningkatan

kesejahteraan masyarakat dimana tujuan penyelengggaraan otonomi daerah adalah

untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah.

Era otonomi daerah tidak lagi sekedar menjalankan intruksi dari pusat, tapi

benar-benar mempunyai kekuasaan untuk meningkatkan kreativitas dalam

mengembangkan potensi yang selama era otonomi bisa dikatakan terpasung.

Pemerintah daerah diharapkan semakin mandiri, mengurangi ketergantungan

terhadap pemerintah pusat, bukan hanya terkait dengan pembiayaan, tetapi juga

terkait dengan kemampuan daerah. Terkait dengan hal itu, pemerintah daerah

diharapkan semakin mendekatkan diri dalam berbagai kegiatan pelayanan publik

guna meningkatkan tingkat kepercayaan, diharapkan tingkat partisipasi publik

terhadap pemerintah daerah juga semakin tinggi.

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan terakumulasi

dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang menjabarkan

kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas

pembangunan, serta pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh

potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Salah satu ciri utama daerah

mampu dalam melaksanakan otonomi daerah adalah terletak pada kemampuan

keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya

dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai proporsi yang

semakin mengecil dan diharapkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus

3
menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah

daerah. (Yuliati, 2001)

Anggaran pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah

yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah,

yang bertujan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali

pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudkan asas

desentralisasi.

Menurut Saragih (2003 ; 15) peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses

dari pertumbuhan ekonomi daerah yang pertumbuhan ekonominya positif

mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Dari perspektif ini

seharusnya pemda lebih berkosentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal

untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi dari pada sekedar mengeluarkan produk

perundang terkait dengan pajak atau retribusi. PAD yang berlebihan justru akan

semakin membebani masyarakat, menjadi disinsentif bagi daerah dan mengancam

perekonomian secara makro (Mardiasmo, 2002).

Tabel 1.1.

Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Ternate Periode Tahun 2015

S/D 2020

Tahun APBD (%)


2015 100,20 %
2016 111,83 %
2017 106,24 %
2018 68,35 %
Sumber : BAPEDA. (2020)

4
Seperti yang terlihat pada tabel 1.1 diatas bahwa jumlah PAD di Kota

Ternate mengalami kenaikan pada tahun 2016 dengan jumlah PAD sebesar Rp.

111,83% dan mengalami penurunan hingga Tahun 2018 dengan jumlah PAD

Sebersar Rp. 68,35%

Kota Ternate merupakan daerah otonomi bagian dari provinsi Maluku

Utara,terdiri dari 5 (lima) pulau, yakni : pulau Ternate, pulau Moti, pulau Hiri, pulau

Tifure, dan pulau Mayau / Batang Dua, Kota Ternate mempunyai potensi strategis

sebagai kota perdagangan yang dikenal sejak zaman penjajahan Belanda.

Secara geografis Kota Ternate terletak pada posisi 0°-2° Lintang Utara dan

126°-128° Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata dari permukaan laut yang

beragam dan disederhanakan/dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu ; Rendah (0 -

499 M), sedang (500-699 M),Tinggi (lebih dari 700 M). Luas wilayah Kota Ternate

adalah 5.795,4 Km2 dan lebih didominasi oleh wilayah laut 5.633,34 Km 2 sedangkan

luas daratan 162,069 Km2. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Maluku, Sebelah

Selatan berbatasan dengan Laut Maluku, Sebelah Timur dengan Selat Halmahera,

Sebelah Barat dengan Laut Maluku

Kota Ternate mempunyai ciri daerah kepulauan dimana wilayah terdiri dari

tujuh buah pulau, lima diantaranya berukuran sedang merupakan pulau yang dihuni

penduduk sedangkan tiga lainnya berukuran kecil dan hingga saat ini belum

berpenghuni.

Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam

mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang

5
diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu (Mankiw, 2006). Dalam

konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang

menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah. Dengan

menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun

atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai

keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan laju

pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor

lapangan usaha yang ada (Saggaf, 1999).

Dalam konsep regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang

ditunjukkan oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto

suatu daerah yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi,

kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan

ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian,

pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih,

bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,

keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Berikut

merupakan data pertumbuhan PAD dan PDRB Kota Ternate :

6
Tabel 1.1

Data Pertumbuhan PAD dan PDRB Kota Ternate Tahun 2010 s/d 2019

Tahun PAD Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan


22,636,398,069.0
2010 0.00 3,540,197.80 0,00
0
32,462,462,152.0
2011 3,881,911.30
0 43.41 9.65
32,907,344,834.0
2012 4,232,645.00
0 1.37 9.04
40,572,363,457.0
2013 4,557,416.40
0 23.29 7.67
57,762,236,341.4
4,956,479.80
2014 7 42.37 8.76
56,866,465,306.1
5,357,318.20
2015 6 -1.55 8.09
66,061,665,814.0
5,785,434.40
2016 0 16.17 7.99
70,003,297,245.8
6,222,307.40
2017 0 5.97 7.55
73,645,538,915.9
6,735,006.00
2018 6 5.20 8.24
82,420,900,219.6
7,290,392.30
2019 8 11.92 8.25
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah dan BPS Kota Ternate

Dari table diatas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan PAD dan PDRB

terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya, namun pada pola pertumbuhan

PAD dan pola pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi yang tidak tetap. Oleh

karena itu penulis berkeinginan untuk meneliti pengaruh PAD terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Kota Ternate.

1.2. Rumusan masalah

1. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kota Ternate ?

7
1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Apakah pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Kota Ternate?

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah daerah,penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

pentingnya mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki daerah untuk kualitas

pelayanan publik demi kemajuan Daerah.

2. Bagi pembangunan ilmu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi

mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi

8
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai perkembangan

kegiatan perekonomian yang menyebabkan bertambahnya produksi barang dan jasa

dan kemakmuran masyarakat yang meningkat. Proses kenaikan output per kapita

diproksi dengan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita (PDRB) yang

didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha

dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth) adalah perkembangan kegiatan

dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan

dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas

produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan

nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas

9
jasa rill terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar

dari pada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah

spada standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat .

Pertumbuhan Ekonomi dapat di artikan peningkatan output agregat atau

pendapatan rill.kedua peningkatan tersebut biasanya dihitung perkapita atau selama

jangka waktu yang cukup panjang sebagai akibat peningkatan penggunaan input.

Pertumbuhan Ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian

suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama

periode tertentu. Dari aspek dinamis melihat bagaimana suatu perekonomian

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan Ekonomi merupakan indikator yang umumnya digunakan untuk

mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di dalam suatu

daerah dengan ditunjukkan oleh perubahan output. Menurut Susanti (2000)

Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan

menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indikator yang digunakan untuk mengukur Pertumbuhan Ekonomi di tingkat

nasional adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang

mencerminkan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di

dalam perekonomian, sedangkan menurut Djoyohadikusumo (1994: 1)

meningkatnya produksi barang dan jasa dari suatu daerah, secara makro dapat

dilihat dari peningkatan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap

tahunnya dan secara mikro dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto per

kapitanya. Indikator lain yang digunakan untuk menghitung Produk Domestik

10
Regional Bruto (PDRB) adalah perubahan pendapatan riil dalam jangka waktu

panjang, nilai kesejahteraan penduduk, tenaga kerja dan pengangguran.

Menurut Todano dan Smith, (2006) Pertumbuhan Ekonomi merupakan suatu proses

peningkatan kapatisas produktif dalam suatu perekonomian secara terus menerus

atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat

pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar.

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu keadaan dimana terdapat

peningkatan Produk Domestik Regional Bruto dari suatu daerah.Pertumbuhan

ekonomi daerah dikatakan meningkat jika ada kenaikan PDRB dari tahun

sebelumnya.Ekonomi daerah diproduksikan dengan menggunakan PDRB.PDRB

yaitu totalitas keseluruhan nilai barang dan jasa yang diperoleh dari seluruh kegiatan

perekonomian yang dilakukan di daerah.Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu

daerah dihitung dengan PDRB atas dasar harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi selalu digunakan sebagai ungkapan umum yang

menggambarkan tingkat perkembangan suatu negara yang diukur melalui

penambahan pendapatan nasional rill.Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu

idikator yang digunakan untuk mengukur prestasi ekonomi suatu negara.Dalam

kegiatan ekonomi sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan

ekonomi fisik.

Menurut Rostow (1971) suatu masyarakat yang telah mencapai taraf proses

pertumbuhan demikian sifatnya, yaitu pertumbuhan ekonomi sudah lebih sering

11
terjadi, sudah bolehlah dianggap sebagai berada pada tahap prasayarat untuk lepas

landas.

Menurut Jhingan (2013) mendefenisikan pertumbuhan ekonomi sebagai

kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan

semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya

Menurut Anggraeni (2012) pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan

kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada

tiga hal yaitu, proses, output perkapita, dan jangka panjang. Proses

menggambarkan perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu yang lebih

bersifat dinamis, output perkapita mengaitkan aspek output total (GDP) dan aspek

jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang menunjukkan kecenderungan

perubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang didorong oleh proses intern

peekonomian (self generating).

Menurut Gustiana (2014) Penyajian angka-angka dalam PDRB dibedakan

menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga

konstan.PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah dari barang

dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada tahun

berjalan setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang berlaku pada

satu tahun tertentu sebagai tahun dasar.

Menurut Boediono (1985) Pertumbuhan Ekonomi adalah proses kenaikan

output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian ini terdapat tiga aspek yang

ditekankan yaitu pertama, Pertumbuhan Ekonomi adalah suatu proses dan bukan

12
suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa ada

aspek dinamis dari suatu perekonomian, yang artinya yaitu suatu perekonomian

berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Kedua, yaitu Pertumbuhan Ekonomi

berkaitan dengan kenaikan output perkapita, disini jelas ada dua sisi yang perlu

diperhatikan yaitu sisi output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya.

Kemudian aspek ketiga adalah perspektif jangka panjang. Suatu perekonomian

tumbuh dalam kurun waktu yang cukup lama, misalnya sepuluh, dua puluh, lima

puluh tahun atau bahkan lebih lama lagi. Pertumbuhan Ekonomi akan terjadi apabila

ada kecenderungan dari proses internal perekonomian itu atau kekuatan yang

berasal dari perekonomian itu sendiri. Sedangkan menurut Boediono ,(1999)

mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output

perkapita olahan jangka panjang,penelitian disini adalah pada proses mengandung

unsur perubahan indikator pertumbuhan ekonomi dilihat dalam kurun waktu yang

cukup lama. Angka yang digunakan untuk perubahan output adalah nilai moneternya

(uang) yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sejalan

dengan Boediono (1985), Sadono Sukirno (2014) menyebutkan Pertumbuhan

Ekonomi sebagai suatu ukuran yang menggambarkan perkembangan suatu

perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

Menurut Todaro (2004) Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan kapasitas

dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai barang

ekonomi kepada penduduknya.Kenaikan kapasitas itu sendiri terjadi oleh adanya

13
kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, kelembagaan dan ideologis

terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Menurut wahyuni (2013) memberikan pengertian pertumbuhan ekonomi sebagai

peningkatan dalam kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa.

Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang

bersifat kuantitatif dan biasanya diukur dengan menggunakan data Gross National

Product (GNP).

2.1.2. Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi

Keberhasilan Pertumbuhan Ekonomi tidak akan terlihat tanpa adanya hasil

riil berupa pertumbuhan dari sesuatu yang dibangun oleh pemerintah di bidang

ekonomi, begitu juga tanpa Pertumbuhan Ekonomi maka pembangunan suatu

negara tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Dibawah ini terdapat beberapa

penjelasan mengenai Pertumbuhan Ekonomi:

1) Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dapat dikatakan

semakin sejahtera jika setidaktidaknya output perkapita meningkat. Tingkat

kesejahteraan tersebut diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita.

Makin tinggi PDB perkapita maka perekonomianpun terus bertumbuh dan

peningkatan PDB perkapita tersebut harus lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan

penduduk. Jika pertambahan penduduk suatu negara adalah 2%, maka

pertumbuhan PDB harus lebih tinggi dari 2%.

2) Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Mengingat manusia adalah salah

satu faktor terpenting dalam proses produksi maka dapat dikatakan bahwa

14
kesempatan kerja akan meningkat bila output meningkat. Untuk meningkatkan

kapasitas produksi suatu pabrik, pihak pabrik tentu harus menambah jumlah

tenaga kerjanya sehingga apabila jumlah output meningkat, itu mengindikasikan

adanya peningkatan kesempatan kerja.

3) Pertumbuhan Ekonomi dan Perbaikan Distribusi Pendapatan Distribusi

pendapatan yang baik adalah yang makin merata.Tanpa adanya Pertumbuhan

Ekonomi maka yang terjadi bukanlah pemerataan pendapatan tetapi justru

pemerataan kemiskinan. Pertumbuhan Ekonomi akan menghasilkan perbaikan

distribusi pendapatan bila memenuhi setidaknya dua syarat, yaitu memperluas

kesempatan kerja dan meningkatkan produktifitas. Semakin luasnya

kesempatan kerja dan meningkatnya produktifitas maka akses rakyat untuk

memperoleh penghasilan makin besar.

4) Persiapan bagi Tahapan Kemajuan Berikutnya Suatu perekonomian dalam

sebuah negara dapat diibaratkan sebagai seorang manusia. Manusia tidak

dapat menjadi besar dan dewasa dalam tempo yang sebentar, begitu pula

dengan perekonomian suatu negara, bahkan waktu yang dibutuhkan utnuk

mendewasakan sebuah perekonomian jauh lebih lama bila dibandingkan

dengan waktu yang dibutuhkan manusia utnuk menjadi dewasa. Pengalaman

negara-negara maju menunjukkan mereka membutuhkan waktu sekitar tiga

sampai lima abad untuk memodernisasi perekonomiannya. Kenyataan di atas

mengisaratkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi merupakan tangga untuk

mencapai tahapan kemajuan ekonomi selanjutnya. Sebab sebuah

perekonomian yang mampu terus-menerus tumbuh dalam jangka panjang,

15
umumnya telah memiliki kemampuan untuk menjadi modern. Untuk menunjang

Pertumbuhan Ekonomi jangka panjang yang dibutuhkan bukan saja tenaga

kerja, bahan baku dan teknologi melainkan juga terdapat kelembagaan-

kelembagaan ekonomi sosial modern.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

Menurut E. Kwan Choi dan Hamid Beladi dalam Todaro (2004), secara umum

sumber-sumber utama bagi Pertumbuhan Ekonomi adalah adanya investasi-

investasi yang mampu memperbaiki kualitas modal atau sumber daya manusia dan

fisik, yang selanjutnya berhasil meningkatkan kuantitas sumber daya produktif dan

yang bisa menaikkan produktivitas seluruh sumber daya melalui

penemuanpenemuan baru, inovasi dan kemajuan teknologi. Menurut Sadono

Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus

meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan

nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber

dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni :

1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga

kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan

nasional serta kesempatan kerja.

2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas

produksi

16
3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi Faktor lain yang dapat

mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi adalah pengeluaran pemerintah.

Menurut Sadono Sukirno (2000) pengeluaran pemerintah adalah suatu

tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian dengan cara

menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah tiap tahunnya

yang tercermin dalam dokumen APBN atau APBD. Dalam mengambil keputusan,

pemerintah memiliki banyak pertimbangan untuk mengatur pengeluaran.

Pemerintah tidak hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan

pengeluarannya, tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan

menikmati atau terkena kebijaksanaan tersebut.

2.1.4. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-

sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian PAD

adalah pendapatan yang berasal dari dalam daerah yang bersangkutan guna

membiayai kegiatan-kegiatan daerah tersebut.

PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD sebagai

sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar menanggung

sebagaian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan

kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi

daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan.

17
Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berdasarkan Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

bersumber dari: 1) Pajak Daerah Menurut Mardiasmo (2007: 32) “pajak daerah

adalah pajak yang dipungut oleh daerah seperti provinsi, kabupaten maupun

kotamadya berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil

pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya”.

Berdasrkan referensi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak daerah

merupakan iuran wajib yang ditujukan kepada orang pribadi atau badan tanpa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-

Undang yang berlaku, hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Jenis pajak daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang 1.

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah:

a) Jenis Pajak Provinsi:

1) Pajak Kendaraan Bermotor;

2) Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor;

3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

4) Pajak Air Permukaan;

5) Pajak Rokok

b) Jenis Pajak Kabupaten:

1) Pajak Hotel

18
2) Pajak Restoran;

3) Pajak Hiburan;

4) Pajak Reklame;

5) Pajak Penerangan Jalan;

6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

7) Pajak Parkir

8) Pajak Air Tanah;

9) Pajak Sarang Burung Walet

10) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pedesaan dan Perkotaan

11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Mardiasmo (2007) mengungkapkan bahwa “untuk mengurangi

ketergantungan terhadap pembiayaan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah

perlu diberikan otonomi dan keleluasaan daerah”.Langkah penting yang harus

dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah adalah dengan menghitung

potensi penerimaan pajak daerah yang sebenarnya dimiliki oleh daerah tersebut,

sehingga dapat diketahui peningkatan kapasitas pajak (tax capacity)

daerah.Peningkatan kapasitas pajak pada dasarnya adalah optimalisasi sumber-

sumber pendapatan daerah.

2. Retribusi Daerah

Di samping pajak daerah, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

cukup besar peranannya adalah retribusi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran

atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan

19
oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”. Dengan kata

lain yang lebih sederhana, retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada

seseorang karena menikmati jasa secara langsung atas fasilitas yang disediakan

oleh pemerintah daerah. Dari definisi di atas dapat dilihat ciri-ciri mendasar dari

retribusi daerah adalah:

a) Retribusi dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan daerah.

b) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang atau jasa

yang disediakan oleh daerah. Retribusi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2009 “mencakup tiga objek yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan

tertentu”.Retribusi yang dikanakan atas jasa umum digolongkan sebagai retribusi

jasa umum.Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai reribusi

jasa usaha, sedangkan retribusi yang dikenakan atas perizinan tertentu digolongkan

sebagai retribusi perizinan tertentu :

a) Retribusi Jasa Umum Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang

disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis

retribusi jasa umum berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 antara

lain:

1) Retribusi Pelayanan Kesehatan

2) Retribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan

3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan

4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Penguburan Mayat

5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

20
6) Retribusi Pelayanan Pasar

7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

10) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair

11) Retribusi Pelayanan Pendidikan

12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

13) Retribusi Penyediaan dan Penyedotan Kakus

14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

b) Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang

disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena

pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta. Jenis retribusi jasa usaha

berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 antara lain:

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

2) Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan

3) Retribusi Tempat Pelelangan

4) Retribusi Terminal

5) Retribusi Tempat Khusus Parkir

6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa

7) Retribusi Rumah Potong Hewan

8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhan

9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

10) Retribusi Penyeberangan Air

21
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daer

c) Retribusi Perizinan Tertentu Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan

perizinan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk mengatur dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan

ruang, penggunaan SDA, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis

retribusi perizinan tertentu berdasarkan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009

antara lain:

1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

3) Retribusi Izin Gangguan

4) Retribusi Izin Trayek

5) Retribusi Izin Usaha Perikanan

Tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan besarnya

biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing untuk melaksanakan

atau mengelola jenis pelayanan publik. Semakin efisien pengelolaan pelayanan

publik disuatu daerah, maka semakin kecil tarif retribusi yang dikenakan.

Menurut Halim Abdul (2004:94), PAD adalah penerimaan yang diperoleh

daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku .Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting,

karena melalui sector ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai

kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah.

22
Secara teoris pengukuran kemandirian daerah diukur dari PAD. Sumber PAD

berasal dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil peruhaan milik daerah,dan

hasil pengolahan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah.

Pajak daerah

Menurut UU No 28 tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak

Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Rochmat Sumirno, 1997 Pajak Daerah adalah iuran rakyat pad akas negara

berdasarkan undang-undangan (yang dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal balik (kontraprestasi) langsung yang dapat ditunjukan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Retribusi Daerah

Pemerintah pusat kembali mengeluarkan regulasi tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah,melalui Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009. Dengan UU ini

dicabut UU Nomor 18 Tahun 1997,sebagaimana sudah diubah dengan UU Nomor

34 Tahun 2000 Berlakunya UU pajak dan retribusi daerah yang baru , namun disisi

lain beberapa sumber pendapatan asli daerah yang harus dihapus karena tidak

boleh lagi dipungut oleh daerah,terutama berasal dari retribusi daerah.

23
2.1.5. Hasil Perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan

Undang-undang No 33 Tahun 2004 mengaklasifikasikan jenis hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dirinci menurut objek pendapatan

yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

negara/BUMN dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta atau kelompok masyarakat.

2.1.6. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

Menurut UU No 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Pendapatan asli Daerah

yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak

termasuk dalam jenis pajak daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, hasil

pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan,jasa

giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi, keuntungan selisih nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing, dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai

akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah.

Sebagai salah satu unsur PAD yang utama ,Pajak Daerah memegang

peranan penting yang berasal dari pendapatan asli daerah sendiri, Hal ini

dikarenakan semakin tinggi pencapaian penerimaan Pajak Daerah, maka semakin

tinggi pula pencapaian penerimaan PAD dalam struktur keuangan daerah, begitu

24
pula sebaliknya. PAD merupakan salah satu komponen sumber penerimaan

keuangan Negara disamping penerimaan lainnya berupa dana perimbangan,

pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah juga sisa anggaran tahun

sebelumnya yang dapat ditambahkan sebagai sumber pendanaan penyelenggaran

pemerintahan di daerah. Keseluruhan bagian penerimaan tersebut setiap tahun

tercermin dalam APBD, meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai APBD.

2.1.7. Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan

Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan PDRB Atas Dasar

Harga Konstan. Menurut Brata (2004) yang menyatakan bahwa PAD berpengaruh

positif dengan pertumbuhan ekonomi di daerah, dan penelitian oleh Tambunan

(2006) yang menyatakan Pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan

menyebabkan peningkatan tingkat Pertumbuhan ekonomi daerah.

Peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses dari pertumbuhan ekonomi.

Daerah yang pertumbuhan positif mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan

PAD. Perspektif lain menyarankan bahwa seharusnya pemerintah daerah lebih

berkonsentrasi pada pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal untuk menciptakan

pertumbuhan ekonomi dari pada sekedar mengeluarkan produk perundangan terkait

dengan pajak dan retribusi.

Harianto (2007) dimana PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan

daerah, jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan

lebih tinggi dan tingkat kemandirian daerah akan meningkat pula, sehingga

25
pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Pertumbuhan PAD secara berkelanjutan akan

menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri, (Tambunan,

2006)

Peningkatan PAD harus berdampak pada perekonomian daerah (Saragih,

2003). Oleh karena itu, daerah tidak akan berhasil bila daerah tidak mengalami

pertumbuhan ekonomi yang berarti meskipun terjadi peningkatan penerimaan PAD.

Bila yang terjadi sebaliknya, maka bisa diindikasikan adanya eksploitasi PAD

terhadap masyarakat secara berlebihan tanpa memperhatikan peningkatan

prosuktifitas masyarakat itu sendiri.

Dengan adanya penerimaan dari PAD dapat meningkatkan Pertumbuhan

Ekonomi daerah dan akan berdampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi

nasional .Peningkatan PAD dapat meningkatkan investasi pemerintah daerah

sehingga kualitas pelayanan public semakin baik.

Sidik (2002) menegaskan bahwa keberhasilan peningkatan PAD hendaknya

tidak hanya diukur yang diterima , tetapi juga diukur dengan perannya untuk

mengatur perekonomian masyarakat agar dapat lebih berkembang, yang pada

gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat didaerah.

Peningkatan PAD akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Adanya

kenaikan PAD akan memicu dan memacu pertumbuhan ekonomi daerah menjadi

lebih dari pada pertumbuhan ekonomi daerah sebelumnya. Kenaikan PAD juga

dapat mengoptimalkan dan meningkatkan aktivitas pada sektor-sektor yang terkait

dengan pertumbuhan ekonomi, seperti sektor industri dan perdagangan,sektor jasa

26
dan sektor-sektor lainnya. Salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiscal adalah

terciptanya kemandirian daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu menggali

sumber sumber keuangan lokal, khususnya melalui PAD jika PAD meningkat maka

dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan lebih tinggi.

Peningkatan PAD menunjukan adanya partisipasi masyarakat terhadap

jalannya pemerintahan di daerahnya. Semakin tinggi PAD maka akan menambah

dana pemerintah daerah yang kemudian akan digunakan untuk membangun sarana

dan prasana di daerah tersebut. Pemerintah daerah yang salah satu tugasnya

adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat memerlukan PAD sebagai bentuk

kemandirian di era otonomi daerah sebagai tolak ukur pertumbuhan ekonomi yang

dilihat dari pertumbuhan PDRB nya dari tahun ke tahun.

Menurut Brata (2004), mencakup periode setelah otonomi daerah sehingga

hubungan PAD dan pertumbuhan ekonomi dapat saja mengarah kehubungan

negatif jika daerah terlalu otensif dalam upaya peningkatan penerimaan daerahnya.

Pendapatan Asli Daerah PAD yang berlebihan justru akan semakin membebani

masyarakat, menjadi disinsentif bagi daerah dan mengancam perekonomian secara

makro (Mardiasmo, 2002).

27
2.2. Penelitian Terdahulu

No Nama, Tahun, dan Jenis dan Teknik


Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Judul Penelitian Riset

Rori,dkk(2016)
Hasil penelitian
Pengaruh PAD
menunjukan bahwa
terhadap Pertumbuhan
variabel bebas atau
pertumbuhan Ekonomi, Analisis Regresi
1. Pendapatan Asli
ekonomi daerah Di Pendapatan Asli Sederhana
Daerah pengaruh
Provinsi Sulawesi Daerah
variabel terikat atau
Utara Tahun 2001-
Pertumbuhan Ekonomi
2013

Prakarsa (2014)
Pertumbuhan
Pengaruh Hasil Penelitian
Ekonomi
DAU,DAK,PAD menunjukan bahwa
(PDRB),Kemiskinan,
terhadap secara parsial Dana
Dana Alokasi Umum, Analisis Regresi
2. pertumbuhan Alokasi Umum
(DAU),Dana Alokasi Linier Berganda
ekonomi dan berpengaruh signifikan
Khusus
kemiskinan (Kota terhadap Pertumbuhan
(DAK),Pendapatan
manado Tahun Ekonomi (PDRB)
Asli Daerah (PAD)
2001-2013)

3. Tahar,dkk (2011) Kemandirian Analisis Regresi Dari hasil penelitian

Pengaruh Daerah,Pertumbuhan Linier Berganda menunjukan bahnwa

Pendapatan Asli Ekonomi,Belanja Pendapatan Asli

Daerah dan Dana Modal,Pendapatan Daerah (PAD)

Alokasi Umum Asli Daerah,Belanja berpengaruh positif

28
dan signifikan

terhadap regional

Independent,Dana

Alokasi Umum s(DAU)

berdampak negatif

terhadap regional

Independent.

Terhadap Sementara,

Kemandirian Pendapatan Asli


Modal
Daerah dan Daerah (PAD) tidak

Pertumbuhan berpengaruh positif

Ekonomi Daerah terhadap pertumbuhan

ekonomi dan Dana

Alokasi umum (DAU)

yang didukung oleh

daerah independen

berpengaruhi positif

terhadap pertumbuhan

ekonomi

29
2.3. Kerangka Pikir

Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah Pertumbuhan Ekonomi
(+/-)
(

2.4. Hipotesis

1. Diduga pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh Signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kota Ternate

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota ternate waktu penelitian ini dilakukan pada

tanggal 16 agustus 2020 sampai 16 september 2020.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk angka mengenai PDRB atas dasar harga konstan dan pendapatan Asli

Daerah diambil Data Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Ternate Priode Tahun

2010 - 2019

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dari

sumber data sekunder dengan mengumpulkan, mencatat, dan mengolah data yang

berkaitan dengan penelitian.

3.4 Teknis Analisis Data

Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linear

sederhana. Menurut Tniredja (2011) regresi linear sederhana adalah metode statistik

31
yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel

faktor penyebab (x) terhadap variabel akibatnya. Faktor penyebab pada umumnya

dilambangkan dengan x atau disebut juga dengan prediktor sedangkan variabel

akibat dilambangkan dengan ya atau disebut juga dengan response. Regresi linear

sederhana atau disering disingkat dengan sir (Simple linear regression) juga

merupakan salah satu metode statistik yang dipergunakan dalam produksi untuk

melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun

kuantitas. Model persamaan regresi linear sederhana adalah seperti berikut ini :

Y=a+ bX

Dimana :

Y = Pertumbuhan Ekonomi.

X = Pendapatan Asli Daerah (PAD)

a = Konstanta

b = Koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang ditimbulkan oleh

Predictor.

3.5. Defenisi Operasional Variabel

Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman terhadap variabel-

variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan defenisi

operasional sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diterima oleh

pemerintah daerah wilayah tertentu dari proses kegiatan masyarakat baik

personal maupun intitusional. Data berbentuk nominal dalam satuan ukur

rupiah dan ditrasnsformasikan dalam bentuk interval dalam satuan ukur

32
indeks yang menyatakan tingkatan pada jangka waktu tertentu dalam

perbandingan dengan suatu nilai pada periode dasar tertentu.

2. Pertumbuhan Ekonomi merupakan peningkatan dalam kemampuan dari

sektor perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Data

berbentuk interval dalam satuan ukur indeks yang menyatakan tingkatan

pada jangka waktu tertentu dalam perbandingan dengan suatu nilai pada

periode dasar tertentu.

33
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Ternate adalah sebuah kota yang berada di bawah kaki gunung api

Gamalama pada sebuah Pulau Ternate di Provinsi Maluku Utara, Indonesia. Ternate

merupakan Ibukota sementara Provinsi Maluku Utara secara de facto dari tahun

1999 hingga 2010. Pada tanggal 4 Agustus 2010, Sofifi diresmikan menjadi ibu kota

pengganti Ternate.

Kota Ternate terletak antara 3 derajat Lintang Utara dan 3 derajat Lintang

Selatan serta 124 - 129 derajat Bujur Timur. Wilayak Kota Ternate di sebelah Utara,

selatan dan Barat berbatasan dengan Laut Maluku, dan di sebelah Timur

berbatasan dengan Selat Halmahera.

Sebagai Kota Kepulauan, Kota Ternate terdiri atas 8 (delapan) pulau, yakni:

Pulau Ternate sebagai pulau yang utama, Pulau Hiri, Pulau Moti, Pulau Mayau, dan

Pulau Tifure merupakan lima pulau yang berpenduduk, sedangkan terdapat tiga

pulau lain seperti Pulau Maka, Pulau Mano dan Pulau Gurida merupakan pulau

berukuran kecil yang tidak berpenghuni.

Luas wilayah Kota Ternate 5.795, 4 km², terdiri dari luas perairan

5.544,55 km² dan luas daratan 250,85 km². Secara Administrasi Pemerintahan Kota

Ternate terbagi atas 7 (tujuh) kecamatan dan 77 (tujuh puluh tujuh) kelurahan.

34
4.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian

4.1.2.1. Pendapatan Asli Daerah Kota Ternate

Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Ternate pada periode Tahun

Anggaran 2010 – 2019 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.1
Jumlah Realisasi PAD Kota Ternate

HASIL
LAIN-LAIN PAD Pertumbuha
PAJAK RETRIBUSI KEKAYAAN YG PAD
YANG SAH n PAD
DIPISAHKAN

2009 8,157,823,800.00 2,359,082,899.00 128,865,301.00 5,473,971,202.00 16,119,743,202.00


2010 8,187,014,248.00 9,877,897,760.00 304,761,759.00 4,266,724,302.00 22,636,398,069.00 40.43
15,902,137,330.0 10,981,935,038.0
2011 263,772,207.00 5,314,617,577.00 32,462,462,152.00 43.41
0 0
17,989,070,701.0 10,066,416,034.0
2012 292,560,386.00 4,559,297,713.00 32,907,344,834.00 1.37
0 0
21,586,741,654.0 12,765,797,677.0
2013 365,392,583.00 5,854,431,543.00 40,572,363,457.00 23.29
0 0
31,160,603,565.0 14,785,987,140.5 11,050,512,907.9
765,132,728.00 57,762,236,341.47 42.37
2014 0 0 7
34,574,257,082.0 15,080,921,886.0
100,231,200.00 7,111,055,138.16 56,866,465,306.16 -1.55
2015 0 0
40,371,417,894.0 16,197,456,472.0 1,459,718,476.0
8,033,072,972.00 66,061,665,814.00 16.17
2016 0 0 0
45,566,937,067.0 17,002,784,438.0
573,704,420.00 6,859,871,320.80 70,003,297,245.80 5.97
2017 0 0
52,091,259,186.1 17,138,646,837.0
928,651,667.53 3,486,981,225.31 73,645,538,915.96 5.20
2018 2 0
57,986,091,584.0 18,037,860,060.7 1,206,784,356.0
5,190,164,218.93 82,420,900,219.68 11.92
2019 0 5 0
Sumber : Dispenda Kota Ternate

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 10 tahun

Pendapatan Asli Daerah mengalami kenaikan pada tiap periodenya. Namun

pertumbuhan penerimaan PAD masih berfluktuasi, pernerimaan PAD tertinggi

terdapat pada periode 2011 dan sempat mengalami minus pada periode 2015 yang

artinya pendapatan asli daerah lebih kecil 1,55 dari penerimaan PAD pada tahun

sebelumnya yakni pada tahun 2014.

35
4.1.2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi yang dikalkulasikan dari PDRB Atas Dasar Harga

Konstan menurut lapangan usaha Kota Ternate pada periode Tahun Anggaran 2010

– 2019 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.2
Pertumbuhan Ekonomi Kota Ternate

Lapangan Usaha
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 3.46 3.81 3.32 1.72 1.39 2.89 3.30 3.60 5.11
10.1 15.7 10.5 10.2
Pertambangan dan Penggalian
8.28 7 5.60 7.30 8 8.06 1 2 9.91
Industi Pengolahan 4.69 4.07 5.51 9.26 9.97 6.65 1.73 4.05 2.05
30.1 14.7 17.0
Pengadaan Listrik dan Gas
8.45 5.24 4.00 4 1 2 4.38 1.78 7.33
Pengadaan Air, Pengelolaan 10.7
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.70 6.05 6.53 9.89 4 6.31 7.99 5.11 5.38
10.3 14.1
Konstruksi
0 7 4.31 5.12 8.66 6.29 8.36 9.64 9.49
Perdagangan Besar dan Eceran; 10.7 10.2 10.0 10.4
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.97 0 6 5 8.33 8.36 7.70 5 9.71
10.5
Transportasi dan Pergudangan
5.81 6.54 6.51 8.80 7.88 9.25 6 7.59 6.60
Penyediaan Akomodasi dan 12.7 10.2
Makan Minum 8.12 4.91 6.08 8.66 3.63 2 4 5.86 7.88
11.2 14.3 10.7 10.3
Informasi dan Komunikasi
8.90 8.39 8 0 9 5 8.15 8.16 9.35
47.5 16.2 13.0 15.4
Jasa Keuangan dan Asuransi
5 8 6.83 3.82 3 4 5.74 5.97 5.27
10.4
Real Estate
8.30 7.50 4.60 6.70 7.94 9.60 8 8.54 6.87
Jasa Perusahaan 6.80 6.80 8.08 7.14 5.23 9.23 9.16 7.16 6.74
Administrasi Pemerintahan, 10.8 10.4
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib 4 9.30 7.50 9.50 6.46 4.30 6.25 8.35 5
Jasa Pendidikan 7.80 6.20 4.80 7.26 7.42 7.41 7.25 4.75 4.58

36
Jasa Kesehatan dan Kegiatan 10.0
Sosial 7.60 6.80 3 9.84 6.11 5.39 9.79 8.96 8.31
12.1
Jasa lainnya
3.80 6.00 5.00 7.00 8.97 9.63 7.31 0 9.60
Total 9.65 9.04 7.67 8.76 8.09 7.99 7.55 8.24 8.25

Dari table diatas dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 9 tahun Pertumbuhan

Ekonomi masih berfluktuasi dan pada tahun 2019 sudah dalam kondisi lebih baik

dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018. Pada tahu 2019

sektor yang paling berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di kota

Ternate adalah sector Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Wajib.

4.1.3. Hasil Pengujian dan Intepretasi Data Regresi Sederhana

Dalam pengujian regresi sederhana, data variable PAD masih berbentuk

nominal dalam satuan ukur rupiah dan kemudian ditrasnsformasikan dalam bentuk

interval dalam satuan ukur indeks agar dapat dilakukan regresi untuk menghindari

pebiasan dan ketidaknormalan data yang diuji. Namun, dengan data tahunan

mengalami permasalahan data masih tidak terdistribusi normal dan tidak linier

disebabkan sedikitnya data yang diestimasi, sehingga data diinterpolasi dalam

bentuk kuartal. Hasil perhitungan Regresi Sederhana dengan bantuan interpolasi

kuartal sebagai pembuktian hipotesis dengan dapat ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.3
Hasil Pengujian Regresi Sederhana
Dependent Variable: PE
Method: Least Squares

37
Sample: 2010Q2 2019Q4
Included observations: 39
t-
Variable Coefficient Std. Error Prob.
Statistic
C 6.513529
-17.69738 -2.71702 0.01
PAD 3.201628
10.51014 3.282749 0.0022

R-squared 0.22556 Mean dependent var 3.625906

Adjusted R-squared 0.204629 S.D. dependent var 3.385896

S.E. of regression 3.019663 Akaike info criterion 5.098088

Sum squared resid 337.3796 Schwarz criterion 5.183399

Log likelihood -97.41272 Hannan-Quinn criter. 5.128697

F-statistic 10.77644 Durbin-Watson stat 0.653933

Prob(F-statistic) 0.00225

Dari tabel regresi sederhana diatas maka dapat dijelaskan beberapa hasil

pengujian sebagai berikut :

a. Uji t Satistik koefisien parsial

Nilai t tabel dengan jumlah sampel = 40 dengan taraf signifikasi

probabilitas 0,05 didapat nilai t tabel sebesar 2,021. Sedangkan dalam

pengujian regresi sederhanan mendapati nilai t stasistik 3,2827 > 2,021

dengan probabilitas sebesar 0,0022 < 0,05 taraf signifikasi sehingga

disimpilkan bahwa variable PAD berkorelasi positif dan berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

b. Uji F Statistik kelayakan model

38
Nilai F Statistik didapat sebesar 10,776 dengan nilai probabilitas sebesar

0,002225 < 0,05 taraf signifikansi sehingga disimpulkan model regresi

sederhana dapat digeneralisasi dalam memprediksi pengaruh

pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi.

c. Uji Normalitas distribusi data

Metode yang digunakan untuk mendeteksi masalah Normalitas adalah

dengan melihat pola pada diagram batangan serta nilai Probabilitas JB

(Jarque-Bera), jika nilai probabilitas JB lebih besar dari 0,05 maka

disimpukan bahwa nilai residu terdistribusi normal. Hasil pengujian

normalitas distribusi data dapat dilihat pada gambar grafik berikut :

Gambar 4.1

Grafik Uji Normalitas Data

39
Dari gambar 4.1. diatas dapat dilihat bahwa nilai Jarque-Bera diperoleh

sebesar 1,486830 dengan probabilitas sebesar 0,787001 lebih besar dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residu terdistribusi normal.

d. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan hubungan dari model yang

dipakai. Nilai R-Square pada tabel 4.3 di atas besarnya 0,22556 menunjukkan

bahwa proporsi pengaruh variabel Pendapatan Asli Daerah terhadap variabel

Pertumbuhan Ekonomi sebesar 22,56%. Artinya, Variabel Pertumbuhan Ekonomi

dapat dijelaskan dipengaruhi variabel Pendapatan Asli Daerah hanya sebesar

22,56%, Sedangkan 77,24% lainnya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Persamaan Regresi Sederhana pada penelitian ini diperoleh sebagai berikut :

PE = -17.6973768026 + 10.5101404913*PAD

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh PAD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Ternate

Hasil pembuktian hipotesis membuktikan bahwa variabel Pendapatan Asli

Daerah (PAD) berkorelasi positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Kota Ternate. Sedangkan koefisien regresi variabel Pendapatan Asli

Daerah (PAD) juga bernilai positif artinya pada saat pertumbuhan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) naik maka persentase Pertumbuhan Ekonomi juga akan mengalami

kenaikan. Begitu pula pada saat persentase Pendapatan Asli Daerah (PAD) turun

40
maka persentase Pertumbuhan Ekonomi juga turun. Tiap perubahan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) sebesar 1 persen maka Pertumbuhan Ekonomi akan merubah

10.51014 nilai Pertumbuhan Ekonomi.

Menurut Saragih (2003; 15) peningkatan PAD sebenarnya merupakan akses

dari pertumbuhan ekonomi daerah yang pertumbuhan ekonominya positif

mempunyai kemungkinan mendapatkan kenaikan PAD. Peningkatan PAD akan

mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Adanya kenaikan PAD akan memicu dan

memacu pertumbuhan ekonomi daerah menjadi lebih dari pada pertumbuhan

ekonomi daerah sebelumnya. Kenaikan PAD juga dapat mengoptimalkan dan

meningkatkan aktivitas pada sektor-sektor yang terkait dengan pertumbuhan

ekonomi, seperti sektor industri dan perdagangan,sektor jasa dan sektor-sektor

lainnya. Salah satu tujuan utama dari desentralisasi fiscal adalah terciptanya

kemandirian daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu menggali sumber

sumber keuangan lokal, khususnya melalui PAD jika PAD meningkat maka dana

yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan lebih tinggi.

Peningkatan PAD menunjukan adanya partisipasi masyarakat terhadap

jalannya pemerintahan di daerahnya. Semakin tinggi PAD maka akan menambah

dana pemerintah daerah yang kemudian akan digunakan untuk membangun sarana

dan prasana di daerah tersebut. Pemerintah daerah yang salah satu tugasnya

adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat memerlukan PAD sebagai bentuk

kemandirian di era otonomi daerah sebagai tolak ukur pertumbuhan ekonomi yang

dilihat dari pertumbuhan PDRB nya dari tahun ke tahun.

41
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa peran pajak daerah serta retribusi daerah

mendominasi kontribusi dalam penerimaan pendapatan daerah di Kota Ternate

Hasil penelitian mendukung penelitian Rori, dkk (2016) yang menyatakan

bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) signifikan mempengaruhi Pertumbuhan

Ekonomi dengan trend positif.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pendapatan asli daerah terhadap

pertumbuhan ekonomi di Kota Ternate pada tahun 2010 sampai 2019, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah berkorelasi positif dan berpengaruh

signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Ternate.

2. Peran pajak daerah serta retribusi daerah mendominasi kontribusi dalam

penerimaan pendapatan daerah di Kota Ternate

5.2. Saran

42
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan didasarkan pada kesimpulan diatas,

maka saran yang bisa disampaikan diantaranya :

1. Pemerintah daerah Kota Ternate diharapkan lebih meningkatkan pendapatan

asli daerah terutama dari pos pendapatan pajak dan retribusi daerah.

2. Untuk pos pendapatan Hasil Kekayaan Yang Dipisahkan serta pos

pendapatan Lain-lain Yang Sah hendaknya pemerintah daerah lebih

menggiatkan penerimaan dari sector-sektor ekonomi

Daftar pustaka

Abdul Halim. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Afrizal Tahar & Maulida Zakhiya.2011.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana

Alokasi Umum Terhadap Kemandirian Daerah Dan Pertumbuhan Ekonomi

Daerah.Jurnal Akuntansi dan Investasi.Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

Anggraeni, 2012. terhadap Pengaruh Dana Transfer Pusat terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Kabupaten /Kota di Sulawesi Selatan, Skripsi Universitas

Hasanuddin(tidak dipublikasikan)

Anonim.1997 Undang- Undang Republik Indonsia nomor 18 tahun 1997 tentang

pajak dan retribusi Daerah

Anonim. 2000. Undang- Undang Nomor 34 tahun 2000 Tentang pajak daerah dan

retribusi daerah

43
Anonim.2004. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan

Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Boediono, 1985, Teori Pertumbuhan Ekonomi. Penerbit BPFE: Yogyakarta

Boediono.1999.”Teori Pertumbuhan Ekonomi”. Yogyakarta: BPFE

Brata, Aloysius Gunadi. 2004. Komposisi Penerimaan Sektor Publik Dan

Pertumbuhan Ekonomi Regional. Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi : dasar teori

ekonomi pertumbuhan dan ekonomi pembangunan . Edisi pertama, Jakarta :

Pustaka LP3ES`

Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan antara Dana alokasi Umum,

Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan pendapatan perkapita. SNA X,

Makasar.

Jhingan, M.L. 2013. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi 15, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen keuangan Daerah. ANDI: Yogyakarta

Melita Lukitasari Anwar,Sutomo Wim Palar,Jacline I. Sumual.2016.Pengaruh

DAU,DAK,PAD Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan.Jurnal

Berkala Ilmiah Efisiensi.Universitas Sam ratulangi Manado.

Rostow,W,W.,Politicsand The Stages of Growth, London: Cambridge university

Press, 1971

Saragih, Juli Panglima 2003. Desentralisasi Fiskal dan keuangan Daerah dalam

otonomi. Penerbit Ghalia Indonesia

44
Suandi Irmal,2016.Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi.Di Provinsi Sulawesi Selatan. Fakultas

Ekonomi.Universitas Negeri Makasar.

Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualititatif dan R&D.Bandung:

Alfabeta.CV

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Teori Pengantar . Jakarta: Raja Grafindo

Perkasa

Susanti,Hera, Moh. Ikhsan,dan Widyanti, 2000. Indikator-Indikator Makroekonomied.

2. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI.

Sidik, Macfud & Robert Simanjutak.2002. Dana Alokasi Umum-Konsep, Hambatan

dan Prospek di era Otonomi Daerah . Penerbit Buku Kompas: Jakarta

Taniredja et., al. 2011. “Model-Model Pembelajaran Inovasi” (Bandung: Alfabeta).

Tambunan, Tulus, 2006. Upaya-Upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah.

Todaro. Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga

Edisi Kedelapan, 2004.

Todaro MP, Smith SC. 2006. Ekonomi Pembangunan, Jakarta (ID): Erlangga

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

pemerintah Pusat dan Daerah

45

Anda mungkin juga menyukai