Anda di halaman 1dari 5

TABEL PROYEKSI ANGGARAN KOTA SURABAYA

Kelompok 7 (Mata Kuliah Administrasi Keuangan Publik Kelas 01)

1. Albir Lukmansyah (14020119130089)


2. Anaya Tahiyyah Salsabila (14020119140163)
3. Denia Yurisa (14020119140147)
4. Kamelia Fadila Wijaya (14020119130115)
5. Mutiara Nafisha Putri (14020119140169)
6. Safa Maharashtri (14020119130124)
7. Shofia Maulida (14020119130118)
8. Yussrul Hanna (14020119130092)

I. Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2014-2018 Kota


Surabaya
Pengukuran kinerja pelaksanaan APBD dilaksanakan dengan mengukur
perkembangan pendapatan dan belanja tidak langsung, proporsi sumber
pendapatan, pencapaian kinerja pendapatan dan gambaran realisasi belanja daerah
sebagaimana terlihat pada Tabel I di bawah ini.

Tabel I

Tahun
Rata-rata
No. Uraian
2014 2015 2016 2017 2018 Pertumbuhan

1. PENDAPATAN 6.052.441.118. 039 6,619,031,160,937 6,825,754,275,892 8.033.573.163.670


8.175.219.120.670 7,09%
1.1. Pendapatan Asli Daerah 3,307,323,863,978 4,035,649,478,398 4,090,206,769,388 5.161.844.571.172 4.973.031.004.728 11,48%
1.1.1. Pajak daerah 2,427,647,860,148 2,738,899,424,558 3,000,152,384,487 3.595.670.492.734 3.817.402.592.324 12,09%
1.1.2. Retribusi daerah 270,112,725,497 537,319,752,463 339,453,230,306 557.966.574.670 346.798.583.545 22,16%
Hasil pengelolaan
1.1.3. keuangan daerah yang 120,856,635,210 135,324,221,731 131,847,096,407
dipisahkan 134.668.941.612 140.036.260.033 3,88%
1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 488,706,643,123 624,106,079,645 618,754,058,188 873.538.562.156 668.793.568.826 11,15%
1.2. Dana Perimbangan 1,488,374,891,545 1,384,772,424,683 1,941,019,526,654 1.965.635.624.698 2.088.869.968.843 10,19%
1.2.1. Dana bagi hasil pajak 246,211,550,026 206,314,915,900 393,908,771,611 358.835.507.237 410.894.374.246 20,08%
1.2.2. Bagi hasil bukan pajak 21,419,313,519 23,946,332,783 18,880,139,043 16.587.434.797 67.464.332.495 71,30%
1.2.3. Dana alokasi umum 1,200,889,359,000 1,147,385,486,000 1,233,380,404,000 1.211.713.876.000 1.211.713.876.000 0,32%

1.2.4 Dana alokasi khusus 19,854,669,000 7,125,690,000 294,850,212,000


378.498.806.664 398.797.386.102 1001,87%
Lain-Lain Pendapatan
1.3 1,256,742,362,516 1,198,609,257,856 794,527,979,850
Daerah yang 906.092.967.800 1.113.318.147.099 -0,36%
1.3.1 Hibah - - - - 181.544.145.050 0,00%
Dana bagi hasil pajak dari
1.3.2 provinsi dan Pemerintah 779,576,048,153 707,673,658,856 786,702,579,850
Daerah lainnya ***) 853.167.802.800 880.120.602.049 3,39%
Dana penyesuaian dan
1.3.3 448,340,154,000 463,025,317,000 - - -
otonomi khusus****) -24,18%
Bantuan keuangan dari
1.3.4 provinsi atau Pemerintah 2,836,580 3,107,400,000 2,825,400,000
Daerah lainnya 2.903.400.000 2.903.400.000 0,81%
Dana Bagi Hasil Lainnya 2,360,319,363 - - - - 0,00%
1.3.5 Pemerintah
Lain-lain Pendapatan 23,629,261,000 24,802,882,000 5,000,000,000 50.021.765.000 205,75%
1.3.6 Daerah yang sah 48.750.000.000

Berdasarkan pada Tabel I rata-rata pertumbuhan realisasi Pendapatan Asli


Daerah Kota Surabaya pada Tahun 2014-2018 sebesar 11,48%, sementara ratarata
pertumbuhan realisasi Dana Perimbangan sebesar 10,19% dan rata-rata
pertumbuhan realisasi Lain – lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar (-0,36%).
Secara umum, realisasi Pendapatan Daerah Kota Surabaya menunjukkan tren
pertumbuhan yang positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,09%.

II. Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat
serta Prioritas Utama Kota Surabaya
Belanja Daerah adalah peruwujudan dari adanya kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang berbentuk kuantitatif. Belanja
daerah diarahkan untuk dapat mendukung pencapaian visi dan misi pembangunan
5 tahun ke depan. Sesuai dengan visi pembangunan yang telah ditetapkan, belanja
daerah dapat digunakan sebagai instrumen pencapaian visi tersebut. Pengelolaan
belanja sejak proses perencanaan, pelaksanaan hingga pertanggungjawaban harus
memperhatikan aspek efektifitas, efisiensi, transparan dan akuntabel. Belanja harus
diarahkan untuk mendukung kebijakan yang telah ditetapkan dengan
memperhatikan perbandingan antara masukan dan keluaran (efisiensi), dimana
keluaran dari belanja dimaksud seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat (hasil).
Selanjutnya alokasi anggaran perlu dilaksanakan secara terbuka berdasarkan skala
prioritas dan kebutuhan. Selain itu pengelolaan belanja harus diadministrasikan
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Belanja daerah sebagai komponen keuangan daerah dalam kerangka


ekonomi makro diharapkan dapat memberikan dorongan atau stimulan terhadap
perkembangan ekonomi daerah secara makro ke dalam kerangka pengembangan
yang lebih memberikan efek multiplier yang lebih besar bagi peningkatan
kesejahteraan rakyat yang lebih merata. Belanja daerah disusun dengan pendekatan
kinerja yang ingin dicapai (performance-based budgeting). Dalam perencanaan
lima tahun ke depan, Belanja Daerah diproyeksikan berdasarkan kebutuhan daerah
untuk membiayai antara lain:

1. Belanja tidak langsung yang dipergunakan untuk membiayai gaji pegawai,


belanja hibah, bantuan sosial, dan sejenisnya
2. Belanja langsung yang dipergunakan menjalankan program dan kegiatan dalam
mewujudkan visi dan misi kota berupa belanja modal, belanja barang jasa dan
belanja operasional lainnya

Rata-rata proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total


Pengeluaran di Kota Surabaya adalah sebesar 25,07%. Hal ini menunjukkan bahwa
APBD kota Surabaya relatif baik dari sisi Belanja, karena proporsi penggunaan
anggaran untuk Belanja Aparatur tidak mendominasi terhadap total pengeluaran
dalam APBD dan pengeluaran dalam APBD lebih banyak digunakan untuk belanja
program pelayanan untuk masyarakat. Dari data Tabel T-B.10 menunjukkan bahwa
selama 5 tahun terakhir (2014- 2018) proporsi belanja langsung meningkat terus,
dan di dalam belanja langsung tersebut proporsi belanja pegawai dan belanja modal
berfluktuasi. Namun porsi terbesar tetap pada belanja barang dan jasa yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

Tabel II

Proyeksi
Data Tingkat
No Uraian pertum Tahun Tahun Tahun Tahun 2017 Tahun
Tahun 2014
Dasar buhan 2015 2016 (Rp) 2018
(Rp» (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
A Belanja Tidak Langsung 2,115,708,274, 2,202,272,34 2,326,910,015,5 2,073,170,416, 1,956,460,835,
320 7,768 20 960 709
1,842,969,821, 1,949,428,53 2,092,288,193,7 1,960,289,143, 1,857,794,385,
Belanja Gaji dan Tunjangan 699 0,122 28 905 641
1
Belanja Penerimaan Anggota dan 271,860,862,6 252,111,246, 214,488,143,79 111,504,410,0 81,167,517,43
21 646 2 55 4
2 Pimpinan DPRD serta
Operasional KDH/WKDH
3 Belanja Bunga - - - - -
4 Belanja bagi hasil - - - - 9,254,742,990

B Pengeluaran Pembiayaan 3,591,670,191, 4,288,087,41 4,824,751,533,9 5,839,238,735, 6,220,468,660,


734 1,764 10 298 590

Pembentukan Dana Cadangan - - - - 6,085,899,644


1
Pembayaran pokok utang 787,920,000 732,571,000 1,128,270,000 1,376,863,000 2,158,290,000
2
TOTAL BELANJA WAJIB DAN 7,822,997,070, 8,692,632,10 9,459,566,156,9 9,985,579,569, 10,133,390,33
374 7,300 50 218 2,008
PENGELUARAN YANG WAJIB
MENGIKAT SERTA PRIORITAS
UTAMA

Dari data Tabel II menunjukkan bahwa selama 5 tahun terakhir (2014- 2018)
proporsi belanja langsung meningkat terus, dan di dalam belanja langsung tersebut
proporsi belanja pegawai dan belanja modal berfluktuasi. Namun porsi terbesar tetap
pada belanja barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

III. Proyeksi Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Kota Surabaya


Pembiayaan disebut sebagai transaksi keuangan daerah yang ditujukan
untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan anggaran belanja daerah,
Ketika terjadi desfisit anggaran. Sumber pembiayaan terkait biasanya didapat dari
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun sebelumnya, pendapatan pinjama obligasi,
transfer dari dana cadangan, serta dari hasil penjualan asset daerah yang telah
dialokasikan. Sedangkan pengeluaran pada pembiayaan itu sendiri adalah anggaran
hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan. Adanya anggaran kinerja ini
dapat mengindikasi dalam penyusunan APBD terdapat deficit maupun surplus.

Defisit terjadi saat pendapatan yang dihasilkan berjumlah lebih sedikit


dibandingkan dengan anggaran belanjanya, sedangkan surplus terjadi saat
pendapatan lebih besar dibandingkan dengan belanjanya. Berdasarkan data yang
diperoleh pada tahun 2014 sampai 2018 menunjukkan bahwa realisasi belanja Kota
Surabaya masih lebih kecil daripada realisasi pendapatan sehingga dapat
disimpulkan pada periode tersebut Kota Surabaya mengalami surplus anggaran,
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel III
Proyeksi

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


No Uraian Tingkat 2014 2015 2017 2018
Data tuhun pertum 2016
dasar (Rp) buhan (%)

1. Saldo kas neraca daerah - -2.21% 1,238,263,1 1,257,542,9 994,779,415 1,106,448,7 1l098,456,4
50,105 43,377 ,850 57,810 35,065.80
Dikurangi: - - - - - - -

Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan - 0,61% - - 16.395.434. 5.702.053.7 196.658.424
1. 260 47 ,76
akhir tahun belum tcrselesaikan
Kegiatan lanjutan - - - - - - -
2.
Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan anggaran - - 345.062.95 128.671.401 (325.907.27 121.164.01 (1.710.375.6
1.988 .405 3.538) 1.413 30)

Berdasarkan data yang disajikan pada table di atas, dapat diambil


kesimpulan bahwa pada tahun 2014 sampai 2015 Kota Surabaya mengalami surplus
anggaran. Sedangkan pada periode tahun 2016 – 2019 Kota Surabaya mengalami
defisit anggaran. Jumlah surplus yang didapat pada periode 2014 – 2016 digunakan
untuk pembiayaan tahun 2016, sedangkan surplus anggaran pada tahun 2017
dialokasikan untuk pembiayaan tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai