TUGAS
Keuangan daerah
OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
tahun 1999 dan diperbaharui melalui Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah serta Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Kedua Undang-undang ini merupakan
perwujudan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional diwujudkan dalam bentuk
pembagian dan pemanfaatan sumber daya Nasional serta adanya perimbangan keuangan antara
Pusat dan Daerah. Paradigma pemerintah Daerah yang dikembangkan menurut kedua Undang-
undang tersebut adalah bertumpu pada nilai-nilai demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan,
keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Di samping itu, juga
kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat dan pengembangan peran dan fungsi Dewan
desentralisasi fiscal sebagai tindak lanjut dari kebijakan otonomi memberikan kewenangan
kepada daerah untuk menggali sumber-sumber pendapatan yang berasal darindaerah sendiri
disamping transfer dana pusat ( DAK, DAU dan Bagi Hasil ) dalam membiayai urusan
Wujud dari kewenangan daerah untuk menggali dana dari sumber sendiri adalah
kewenangan untuk melakukan pungutan pajak dan retribusi sesuai dengan jenis-jenis yang
tercantum dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan aturan pelaksanaannya. Selain itu, guna menggali potensi sumber-sumber keuangan,
dengan peraturan daerah pemerintah Kabupaten/ Kota diberi peluang untuk mendapatkan jenis
pajak dan retribusi selain yang telah ditetapkan dalam perundang-undangan dengan memenuhi
Dalam menjamin terselenggaranya otonomi daerah yang semakin mantap maka diperlukan
usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan keuangan sendiri, yakni dengan upaya eningkatkan
penerimaan Pendapatan Asli Daerah ( selanjutnya disebut PAD ), yang merupakan yang
dikemukakan oleh Kaho ( 1995 : 20 ) yang mengatakan bahwa urusan otonomi daerah tidak statis
tetapi berkembang didalam masyarakatitu sendiri. Peninmgkatan PAD tersebut dapat berupa
meningkatkan yang sudah ada ( intensifikasi ) maupun menggali sumber PAD yang baru
( ekstensifikasi ) sesuai dengan ketentuan yang ada serta memperhatikan kondisi dan potensi
ekonomi masyarakat.
Menurut Lewis (2001), dalam desentralisasi fiscal saat ini, pemerintah daerah harus kreatif
dalam menggali potrensi daerahnya terutama dalam mengelola pajak dan retribusi. Namun
banyak kritik bahwa pemerintah daerah terlalu berlebihan dalam memungut pajak dan retribusi
daerah. Banyak aturan dalam pemungutan pajak dan retribusi yang bertentangan dengan aturan
diatasnya sehingga banyak peraturan daerah yang dibatalkan oleh pemerintah diatasnya. Oleh
karena itu perlu adanya pengawasan dari pemerintah yang lebih tinggi agar pungutan yang
dilakukan oleh pemerintah Daerah tidak mengganggu ekonomi dan tidak membebani masyarakat.
Sejalan dengan tuntutan pembangunan Daerah, Kabupaten Sekadau adalah salah satu Kabupaten
baru di Kalimantan Barat terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Sanggau. Sebagai Kabupaten
yang prospektif di masa mendatang, Kabupaten sekadau mulai berbenah untuk membangun
Pada saat ini Kabupaten Sekadau masih termasuk daerah di Indonesia yang menghadapi
permasalahan keuangan yang cukup serius karena PAD yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang besar sebagai sumber pendanaan pembangunan ternyata hanya mampu
memberikan kontribusi yang kecil terhadap penerimaan daerah.Yaitu berkisar 2,22 % s/d 15,33 %
Berikut ini table yang menggambarkan rasio PAD terhadap Penerimaan Daerah.
Tabel.I
KABUPATEN SEKADAU
yang Sah
Adanya dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, maka Daerah memerlukan strategi
yang baik dan menggunakan prinsip hati-hati dalam upaya peningkatan PAD khususnya yang
berasal dari pajak daerah yang dikenakan terhadap masyarakat. Dalam merencanakan
peningkatan PAD khususnya pajak daerah harus betul-betul dilandasasi pengamatan yang matang
terhadap struktur dan kondisi yang berkembang dari wajib pajak. Namun yang tidak kalah
penting adalah Pemerintah harus mengetahui potensi dari pajak daerah yang akan dipungut
sehingga dalam menetapkan target pajak dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonomi mampu berotonomi terletak pada
dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai peoporsi yang semakin kecil
dan diharapkan bahwa Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) harus menjadi bagian terbesar dalam
memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu sudah sewajarnya bila
PAD dijadikan salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah. Sumber-sumber PAD
yang menjadi andalan Kabupaten Sekadau adalah Pajak Daerah. Namun hal tersebut belum
banyak membantu membiayai jalannya kegiatan pemerintahan. Maka upaya untuk meningkatkan,
mencari serta mengetahui potensi pajak daerah harus tetap dan terus dilaksanakan.
Dari data diatas terlilat jelas bahwa rasio PAD terhadap penerimaan daerah masih dirasakan
sangat kecil dimana dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Untuk tahun 2008 rasionya hanya
2,2 % saja. Hal ini sangat jauh menurunnya dibandingkan tahun 2007 yang menghasilkan rasio
sebesar 12,78 %.
Pajak daerah yang diteliti dalam tulisan ini adalah pajak Restoran. Pajak Restoran
menurut Perda Nomor 09 Kabupaten Sekadau adalah pungutan Daerah atas pelayanan Restoran.
Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan dipungut
bayaran.
Berikut adalah tabel yang menggambarkan kontribusi dan pertumbuhan dari setiap jenis
Tabel 2
KONTRIBUSI PERTUMBUHAN
JENIS PAJAK
Pajak Penerangan Jalan 14,50 10,92 5,34 13,01 - 26,36 18,02 73,44
Pajak Pengambilan Gal.Gol C 16,47 23,33 6,46 8,51 - 60,82 -44,65 50,86
Dilihat dari data kontribusi masing-masing pajak daerah yang ada, untuk tahun 2005
kontribusi terbesar adalah pajak reklame yaitu sebesar 20,29 %, tahun 2006 yaitu pajak
pengambilan galian golongan C sebesar 23,33 % , tahun 2007 yaitu pajak reklame sebesar 7,66
%, tahun 2008 yaitu pajak restoran sebesar 18,48 %. Kontribusi masing-masing pajak daerah
yang selalu berubah-ubah disebabkan oleh penetapan target tidak berdasarkan obyek pajak yang
Dilihat dari pertumbuhan dimana dari tahun 2005-2006 yang paling significant adalah
pertumbuhan pajak hiburan sebesar 78,89 %, tahun 2006-2007 pertumbuhan tertinggi adalah
pajak reklame sebesar 33,28 % dan untuk tahun 2007-2008 pertumbuhan tertinggi 88,29 %.
Peningkatan pertumbuhan pajak daerah dari tahun ketahun tidak dapat dipastikan hanya pada satu
jenis pajak daerah saja tetapi bergantung momen-momen tertentu saja, sebagai contoh tahun
2007-2008, pajak rentoran mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini disebabkan semakin
banyaknya pertumbuhan jumlah restoran yang ada akibat dari semakin banyak kunjungan orang
Tabel 3
Restoran
2005 12.519.610
Dari tabel 2 diatas terlihat bahwa pertumbuhan pajak restoran dari tahun ke tahun mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat yaitu dari 71,81 % sampai dengan 753,99 %, angka yang sangat
pantanstis dan bagaimana dengan kontribusi pajak restoran terhadap PAD. Untuk mengetahuinya
Pajak Restoran
terhadap PAD
Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa kontribusi pajak restoran terhadap PAD sangat kecil bekisar
0,84 % s/d 7,21 %. Hal ini tidak sebanding dengan rasio pertumbuhannya
tentang upaya peningkatan pajak restoran dan hotel dengan menggunakan alat
evisiensi pajak hotel dan restoran di kota Yogyakarta dengan melihat laju
tersebut,evisiensidan evektivitasnya.
sumber-sumber pendapatan.
Dalam kaitannya dengan penelitian-penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini bersifat
komplementer dalam artian penelitian ini saling melengkapi dengan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya.
1.3. PERMASALAHAN
Pada kenyataannya, Pemerintah Kabupaten Sekadau membutuhkan dana yang relatif besar
untuk pembangunan dan penyediaan inprastruktur, baik dalam jangka pendek maupun dalam
jangka panjang. Pada sisi lain, Pemerintah Kabupaten Sekadau dihadapkan pada terbatasnya
Berdasarkan identifikasi masalah demikian, ruang lingkup permasalahan dan pengkajian ini
adalah :
2. Mengapa dengan pertumbuhan yang pesat tidak memberikan kontribusi yang signifikan
1. Menghitung dan mengetahui potensi pajak restoran yang ada di Kabupaten Sekadau
sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah.
Kabupaten Sekadau.
3. Untuk menguji apakah ada perbedaan dari 2 (dua) variasi restoran dalam ketaatannya
membayar pajak, yaitu anatara restoran yang menjual makanan dan minuman dengan
Sekadau dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran sebagai salah satu sumber PAD
1. Setelah mengetahui potensi pajak restoran yang ada, maka, maka Pemerintah Kabupaten
Sekadau dapat menetapkan target penerimaan pajak restoran tersebut mendekati potensi
yang sebenarnya.
2. Setelah mengetahui potensi pajak restoran tersebut, maka diharapkan dapat membantu
. Sistematika penulisan ini disusun sebagai berikut. Bab.I Pengantar, mencakup latar
Tinjauan Pustaka, mencakup tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesa, alat analisis yang
digunakan dalam penelitian serta cara dan sistematika penulisan. Bab. III Analisa Data ,
menguraikan tentang cara penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. Bab, IV
Kesimpulan dan Saran, mencakup kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.