Anda di halaman 1dari 9

ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN DAN

MATERIALITAS
AUDITING I
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
Acuan utama bab ini adalah ISA 315.
Asersi- Representasi oleh manajemen, baik secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun
implisit (tersirat), yang terkandung dalam laporan keuangan. Representasi ini digunakan oleh
auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan, yang mungkin terjadi.
[ISA 315 alinea 4(a)]

      Dengan menyerahkan laporan keuangannya kepada auditor atau pihak lain, manajemen
membuat representasi baik secara tersurat maupun tersirat.
Representasi oleh manajemen kepada auditor, yang paling umum dikenal, ialah: “laporan
keuangan secara keseluruhan-atau secara menyeeluruh-disajikan secra wajar sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku”.

      Asersi-asersi diatas berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengukuran


(measurement), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure) dari berbagai unsur
dalam laporan keuangan. Contoh-contoh asersi adalah berikut ini.
1.      Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada (exist).
2.      Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya.
3.      Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat.
4.      Utang merupakan kewajiban entitas.
5.      Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan.
6.      Semua jumlah (amounts) disajikan dengan tepat (properly presented) dan diungkapkan (dengan
penjelasan yang memadai) dalam laporan keuangan. 

7.1.Penjelasan mengenai Asersi


      ISA 315 alinea A111 menjelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk
mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. Kelompok asersi untuk jenis-
jenis transaksi (classes of transactions) dan peristiwa (events) untuk periode yang diaudit.

      Asersi untuk Jenis Transaksi


Asersi Penjelasan
Occurrence Transaksi dan peristiwa yang sudah dicatat, memang
terjadi dan merupakan transaksi dan peristiwa dari
entitas yang bersangkutan.
Completeness Semua transaksi dan peristiwa yang seharusya dicatat,
memang sudah dicatat.
Accuracy Angka-angka, jumlah-jumlah, dan data lain yang terkait
dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat, sudah
dicatat dengan akurat.
Cut-off Transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode akuntansi
yang benar.
Classification Transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar.

Kelompok asersi untuk saldo akun (account balances) pada akhir periode yang diaudit.
      Asersi untuk Saldo Akun
Asersi Penjelasan
Existence Aset,liabilitas, dan ekuitas benar ada.
Rights and Entitas memiliki dan menguasai asset, dan utang
Obligations merupakan kewajiban entitas.
Completeness Semua aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya
dicatat, sudah dicatat.
Aset, liabilitas, dan ekuitas dicantumkan pada laporan
Valuation and keuangan dalam jumlah yang benar (appropriate
Allocation amounts) dan semua penyesuaian atau adjustment untuk
penilaian (valuation) dan alokasi (allocation) telah
dicatat dengan benar.

Kelompok asersi yang berhubungan dengan penyajian (presentations) dan pengungkapan


(disclosures) dalam laporan keuangan.
      Asersi tentang Penyajian dan Pengungkapan
Asersi Penjelasan
Occurrence, Rights, Transaksi, peristiwa, dan hal-hal lain yang sudah
and Obligations diungkapkan dalam laporan keuangan, memang
terjadi dan berkaitan dengan entitas yang
bersangkutan.
Completeness Semua pengungkapan yang seharusnya
dicantumkan, memang sudah dicantumkan dalam
laporan keuangan.
Classification and Informasi keuangan disajikan dan dijelaskan
Understandability dengan tepat, dan pengungkapan dinyatakan
dengan jelas.
Accuracy and Informasi keuangan dan informasi lainnya
Valuation diungkapkan dengan wajar (fairly disclosed) dan
dalam jumlah yang benar (appropriate amounts).

      Penerapan asersi pada seluruh area laporan keuangan.


Asersi- Jenis Transaksi, Saldo Akun, Penyajian dan Pengungkapan

Classes Of Account Presentations


Asersi Transactions Balances and Disclosures
(Jenis (Saldo (Penyajian dan
Transaksi) Akun) Pengungkapan)
Existence/Occurrence √ √ √
Completeness √ √ √
Rights and Obligations √ √
Accuracy/ √ √
Classification
Cutoff √
Classfication and √ √
Understandability
Valuation/Allocation √ √

7.2.Asersi Gabungan
      ISA 315 membolehkan auditor menggunakan asersi seperti dijelaskan di atas, atau dengan
cara yang berbeda, sepanjang semua aspek yang dibahas di atas telah tercakup. Untuk
memudahkan penggunaan asersi dalam entitas kecil, asersi-asersi ini dapat digabungkan. Dalam
kotak ini asersi gabungan disingkat sebagai berikut: C – Completeness; E – Existence; A –
Accuracy and Cutoff; dan V – Valuation. Penggabungan asersi dalam empat kombinasi,
memudahkan penerapan pada ketiga kategori (jenis transaksi, saldo akun, dan penyajian serta
pengungkapan).

      Penggabungan Asersi
Asersi Jenis Saldo Akun Penyajian dan
Gabungan Transaksi Pengungkapan       Penjelasan
C-Completeness Asersi
Completeness Completeness Completeness Gabungan
E – Existence Occurrence Existence Occurrence
A – Accuracy Accuracy Rights and Accuracy
and Cutoff Cutoff Obligations Rights and
Classification Obligations
Classification
Understandability
V – Valuation Valuation and Valuation
Allocation
Asersi Penjelasan
Gabungan
Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan
C– dalam laporan keuangan, telah dicakup.
Completeness Tidak ada aset, utang, dan liabilitas, transaksi yang
belum dicatat atau diungkapkan, tidak ada catatan
dalam laporan keuangan, yang hilang/dihilangkan atau
tidak lengkap.
Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan
dalam laporan keuangan, memang ada pada tanggal
E – Existence yang bersangkutan, dan memang harus dicakup.
Aset, utang, dan liabilitas, transaksi, dan hal-hal lain
dalam catatan laporan keuangan, memang ada, terjadi,
dan terkait dengan entitas.
Semua liabilitas, pendapatan, beban, dan hak atas aset
(yang dikuasai atau di bawah pengendalian) merupakan
A – Accuracy kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam
and Cutoff jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang
benar. Juga telah dilakukan pengklasifikasian dan
pengungkapan yang benar dalam laporan keuangan.
Aset, liabilitas, dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau
nilai (at the appropriate value) dalam laporan keuangan.
V – Valuation Penyesuaian (adjustments) untuk penilaian atau alokasi
yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat
sebagaimana mestinya.

7.3.Asersi dalam Auditing


Berikut ini kutipan ISA 315 alinea 25
Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji pada:
a)      Tingkat laporan keuangan; dan
b)      Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang dan
melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
Seperti disebutkan di atas, laporan keuangan mengandung berbagai asersi. Asersi ini dapat
digunakan auditor dalam menilai risiko di tingkat laporan keuangan dan di tingkat asersi.

      Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan


      Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat pervasif
(tersebar luas) dan karenanya mencakup semua asersi. Contoh, jika akuntan senior tidak cukup
kompeten, sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini
sering kali tidak terbatas pada satu saldo akun, atas satu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan
saja. Kekeliruan juga tidak terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya (completeness)
transaksi penjualan. Kekeliruan dengan mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy,
existence, dan valuation.

      Penilaian Risiko di Tingkat Asersi


      Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu (secara individu) pada
saat tertentu (misalnya akhir tahun), atau untuk transaksi tertentu untuk suatu periode tertentu
(misalnya dalam tahun buku bersangkutan), dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan
tertentu dalam laporan keuangan.
      Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis transaksi, atau penyajian dan
pengungkapan) tertentu, akan berbeda, tergantung pada ciri saldo akun itu dan potensi salah saji
yang material. Contoh, ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin menilai risiko
terjadinya kekeliruan sebagai rendah. Namun, untuk persediaan di mana keusangan
(obsolescence) merupakan faktor penting, auditor menilai valuation risk tinggi. Contoh lain,
karena kemungkinan hilangnya persediaan relatif kecil, auditor menilai risiko salah saji yang
material berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Tetapi kelemahan dalam menangani
transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai risiko salah saji karena tidak lengkapnya saldo
akun penjualan, sebagai tinggi.

MATERIALITAS
8.1.   Materialitas
Materialitas (materiality) adalah konsep auditing yang sangat penting, jika bukan yang
terpenting. Materialitas mengukur berapa besar dan pentingnya suatu salah saji (misstatements)
dalam laporan keuangan.
Fee Kurator Telkomsel
Fee kurator 0,5% dari aset Telkomsel, dibagi dua antara Telkomsel dan Pemohon Pailit.
Jumlah Aset Telkomsel Rp 58,7 triliun lebih. Jadi bagian Telkomsel menurut Penetapan Pailit
PN Niaga adalah 0,5% dikali Rp 58,7 triliun dibagi 2 =  lebih dari Rp 146,8 miliar. Mahkamah
Agung mengabulkan permohonan peninjauan kembali yang diajukan Telkomsel bebas dari
kewajiban membayar fee kurator senilai 146 miliar. Asumsikan audit ini dilakukan untuk
keperluan pasar modal ketentuan Bapepam yang relavan dapat dilihat dibawah ini.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada ukuran dan sifatnya
serta apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos-pos
laporan keuangan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan.
Materialitas untuk tujuan agregasi dalam peraturan ini adalah sebagai berikut:
A.    5% dari jumlah seluruh Aset untuk pos-pos Aset.
B.     5% dari jumlah seluruh Liabilitas untuk pos-pos Liabilitas.
C.     5% dari jumlah seluruh Ekuitas untuk pos-pos Ekuitas.
D.    10% dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi komprehensif;atau
E.     10% dari laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak, untuk pengaruh suatu peristiwa atau
transaksi.

Materialitas dan Rules-Based Standards


Jawaban untuk pertanyaan diatas, mengenai salah satu saji sebesar Rp147 miliar.
Berdasarkan naluri anda salah saji itu material atau bahkan, sangat immetarial dan berdasarkan
ketentuan Bapepam, salah saji itu immaterial atau bahkan, sangat immaterial.
Maksud dari ketentuan Bapepam adalah contoh standar berbasis aturan atau rules-based
standard. Jika auditor terpaku pada aturan, salah saji diatas sangat immaterial.
Oleh karena itu, auditor wajib menggunakan kewaspadaan profesionalnya (professional
judgment), Selanjutnya auditor menerapkan kearifan profesionalnya (professional judgment).
Dengan kearifan profesional, auditor menjelaskan inkonsistensi dalam dua jawaban yang
kontradiktif dan memberikan jawaban akhir atas pertanyaan.
ISA(International Standards on Auditing) adalah standar audit berbasis prinsip, atau
principles-based standards. Standar berbasis prinsip, diawali dengan kerangka berpikir atau
framework yang menjelaskan tujuan (apa yang harus dicapai) dan rambu-rambunya. Auditor
mencari jalan utuk mencapai tujuan tersebut, dengan memperhatikan kondisi (circumstances)
dilapangan.
Proses Penentuan Materialitas
Langkah-langkah proses penentuan Materialitas
1. Auditor mempelajari informasi-informasi berkenaan dengan laporan keuangan yang akan
diauditnya. Hal yang dilakukan Auditor mengidentifikasi risiko salah saji: pada akun mana atau
tentang pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana (laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi, dan seterusnya).
2. Auditor menggeser titik pandangnya kepada laporan keuangan. Pengguna laporan
keuangan atau Reasonable User menggunakan laporan keuangan untuk membuat bermacam-
macam keputusan ekonomi seperti menanam modal dalam perusahaan tersebut, seperti dalam
saham PT (Perseroan) Terbuka, berbisnis dengan entitas (misalnya hubungan dengan pemasok),
meminjamkan uang (dalam hal bank kepada debiturnya).

3. Extent of Misstatements (quantitative and qualitative) atau luasnya salah saji (baik secara
kuantitatif maupun kualitatif) bermakna:
a)      Auditor menetapkan materialitas dalam rangka “menakar” salah saji, apakah salah saji
immaterial dan bisa diabaikan, atau material dan harus menjadi perhatian auditor (istilahnya,
auditor harus waspada atau menerapkan professional skepticism).
b)      Kata “menakar” pada huruf a berrti menerapkan angka materiality pada temuan. Sedangkan
pada tahap perencanaan, angka materiality ini akan dijadikan patokan atau benchmark ketika
menemukan salah saji.
c)      Baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan prosedur audit selanjutnya, materiality berkaitan
dengan salah saji. Juga dalam tahap menyusun opini audit, berdasarkan bukti audit yang
diperoleh, auditor menginventarisasi materiality untuk masing-masing temuan, dan
menggabungkannya.
d)     Materiality bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Extent of Misstatements digambarkan sebagai mistar. Dibawah ini terdapat arti dari Extent of
Misstatement jika diilustrasikan dengan mistar yaitu:
  Bagian atas mistar-Ketika salah saji yang cukup signifikan untuk mengubah atau memengaruhi
keputusan seseorang yang memiliki informasi (informed person), salah saji yang material telah
terjadi. Salah saji ini akan mengubah putusan investor.
  Bagian bawah mistar menunjukan salah saji yang tidak material. Salah saji ini tidak mengubah
keputusan investor.
  Bagian tengah mistar ada bidang kecil berwarna putih dengan keterangan materiality threshold
atau “ambang batas materialitas”. Bidang putih ini bahwa materialitas secara kuantitatif
ditunjukkan dalam kisaran angka.
8.2.   Materialitas dalam Proses Audit
Tahap Auditor Melaksanakan
Risk Assessment   Menentukan dua macam materialitas, yakni
(Penilaian Resiko) materialitas untuk laporan keuangan secara
menyeluruh dan performance materiality
(materialitas pelaksanaan).
  Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang
harus dilaksanakan.
  Mengidenfikasi dan menilai risiko salah saji yang
material.
Risk Response   Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan
(Menanggapi Risiko) luasnya (extent)prosedur audit selanjutnya (futher
audit procedures).
  Merevisi angka materialitas karena adanya
perubahan situasi (change in circumstances)
selama audit berlangsung.
Reporting (Pelaporan)  Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi
oleh entitas itu.
  Merumuskan pendapat auditor.

8.3.Materialitas pada Dua Tingkat


Konsep Materialitas pada dua tingkat yaitu:
1. Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh.
2. Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan (account balances, class of
transactions, and disclosure level).
Pada tingkat pertama pelaksanaan auditnya, auditor harus turun ketingkat kedua untuk
memastikan apakah saldo akun, transaksi, dan pengungkapan sudah disajikan sesuai asersi yang
dibuat manajemen. Dalam melaksanakan auditnya, auditor menurunkan Overall Materiality dan
Specific Materialty.

Overall Materiality
Overall Materiality digunakan untuk merumuskan opini auditor. Jika sesudah melaksanakan
prosedur audit:
1)      Tidak ada salah saji, auditor benar dalam memberikan pendapat WTP (wajar tanpa
pengecualian).
2)      Beberapa salah saji yang jumlahnya immaterial, ditemukan auditor, dan auditor masih dapat
memberikan WTP.
3)      Salah saji melebihi angka materialitas: manajemen tidak bersedia mengoreksinya. Auditor keliru
jika memberikan WTP.
4)      Ada salah saji melampaui angka materialitas: auditor tidak menemukannya, dan akibatnya ia
memberikan WTP. Dalam hal ini auditor keliru.
Overall Materiality yang rendah:
  Memberikan ekspektasi bahwa salah saji yang kecil-kecil sekalipun, akan terdeteksi dalam audit
ini
  Membuat pekerjaan audit tambahan lebih banyak (padahal tidak perlu) untuk memastikan risiko
audit turun.

Performance Materiality
Performance Materiality memungkinkan auditor menengani risiko salah saji dalam jenis
transaksi, saldo akun atau disclosures tanpa harus mengubah overall materiality. Performance
materiality memungkinkan auditor menerapkan angka materialitas berdasarkan overall
materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality untuk mencerminkan risiko yang
diidentifikasi dan dinilai (identified and assessed risks) dan detection risk (risiko tidak
terdeteksinya salah saji oleh auditor).
Angka yang lebih rendah berfungsi sebagai penyangga (buffer) antara performance
materiality  (yang digunakan untuk menentukan sifat dan luasnya prosedur audit yang harus
dilaksanakan) dengan overall materiality (materialitas menyeluruh).
Menetapkan performance materiality memerlukan kearifan profesional (professional judgment),
dan bukan sekedar hitung-hitungan sederhana atau penerapan tabel-tabel. Kearifan profesional
memperhitungkan :
1)      Pemahaman auditor mengenai entitas dan industrinay.
2)      Hasil pelaksanaan prosedur risk assessment.
3)      Sifat dan luasnya salah saji yang terungkap dalam audit terdahulu. Misalnya fraud (sifat salah
saji) yang dilakukan pimpinan dalam waktu yang lama (luasnya salah saji berkecamuk).
4)      Ekspektasi mengenai salah saji dalam tahun berjalan. Contoh, penggunaan untuk pertama
kalinya suatu perangkat lunak, menimbulkan ekspektasi salah saji tambahan.
Istilah performance materiality sama dengan tolerable misstatements yang biasanya digunakan
dalam audit sampling.

8.4.Specific Materiality
Ada situasi dimana salah saji yang lebih kecil dari overall materiality dapat memengaruhi
pengguna laporan keuangan. Lihat contoh-contoh dibawah ini :
Sumber yang memengaruhi Contoh-contoh
Keputusan
  Disclosures yang sensitif, seperti
remunerasi manajemen dan TCWG.
  Related party transactions (transaksi
Ketentuan perundang-undangan
dan kerangka pelaporan istimewa.
keuangan   Ketidakpatuhan terhadap perjanjian
pinjaman, perikatan lainnya, ketentuan
perundang-undangan,dan kewajiban
pelaporan statuter atau yang ditetapkan
regulator.

  Pengeluaran tertentu seperti illegal


payments (suap, gratifikasi) atau biaya
eksekutif.
  Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi
Pengungkapan utama dalam dalam perusahaan tambang.
industri yang bersangkutan
  Besarnya biaya penelitian dan
pengembangan dalam perusahaan
farmasi.
  Bisnis yang baru diakuisisi atau perluasan
Pengungkapan peristiwa usaha.
penting, perubahan penting
dalam operasi   Kegiatan usaha yang dihentikan.
  Peristiwa luar biasa atau contingencies
(seperti tuntutan hukum).
  Perkenalan produk atau jasa baru.

8.5.Specific Performance Materiality


Ini serupa dengan performance materiality yang dibahas diatas, kecuali dalam hal ini
performance materiality-nya berhubungan dengan penetapan angka materialitas yang spesifik.
Specific performance materiality ditetapkan lebih rendah dari angka specific materiality,
untuk memastikan pekerjaan audit yang cukup, dilaksanakan untuk mengurangi ketingkat rendah
yang tepat, probabilitas salah saji yang tidak terdeteksi melebihi specific materality.

Anda mungkin juga menyukai