ISA 315 alinea A111 menjelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk
mempertimbangkan berbagai salah saji dalam laporan keuangan. Kelompok asersi untuk
jenis-jenis transaksi (classes of transactions) dan peristiwa (events) untuk periode yang
diaudit.
Completeness Semua aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya dicatat, sudah
dicatat.
Aset, liabilitas, dan ekuitas dicantumkan pada laporan keuangan
Valuation and dalam jumlah yang benar (appropriate amounts) dan semua
Allocation penyesuaian atau adjustment untuk penilaian (valuation) dan
alokasi (allocation) telah dicatat dengan benar.
Kelompok asersi yang berhubungan dengan penyajian (presentations) dan pengungkapan
(disclosures) dalam laporan keuangan.
Existence/Occurrence √ √ √
Completeness √ √ √
Rights and Obligations √ √
Accuracy/Classification √ √
Cutoff √
Classfication and √ √
Understandability
Valuation/Allocation √ √
Asersi Gabungan
ISA 315 membolehkan auditor menggunakan asersi seperti dijelaskan di atas, atau dengan
cara yang berbeda, sepanjang semua aspek yang dibahas di atas telah tercakup. Untuk
memudahkan penggunaan asersi dalam entitas kecil, asersi-asersi ini dapat digabungkan.
Dalam kotak ini asersi gabungan disingkat sebagai berikut: C – Completeness; E – Existence;
A – Accuracy and Cutoff; dan V – Valuation. Penggabungan asersi dalam empat kombinasi,
memudahkan penerapan pada ketiga kategori (jenis transaksi, saldo akun, dan penyajian serta
pengungkapan).
Penggabungan Asersi
Asersi Gabungan Jenis Transaksi Saldo Akun Penyajian dan
Pengungkapan
Laporan keuangan mengandung berbagai asersi. Asersi ini dapat digunakan auditor
dalam menilai risiko di tingkat laporan keuangan dan di tingkat asersi.
PERISTIWA KEMUDIAN
ISA 560 alinea 4 merinci tujuan auditor dalam mengaudit peristiwa kemudian, yakni untuk:
a. Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai apakah peristiwa antara
tanggal laporan keuangan (date of the financial statements) dan tanggal laporan
auditor (date of the auditor’s report) yang memerlukan penyesuaian atau
pengungkapan telah ditunjukkan dengan benar dalam laporan keuangan, sesuai
dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku;
b. Menanggapi dengan tepat, fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal laporan
auditor yang jika diketahui sebelumnya dapat menyebabkan auditor mengubah
laporan auditornya
a) Date of the financial statements (tanggal laporan keuangan) - tanggal terakhir dalam
periode yang dicakup dalam laporan keuangan
b) Date of approval of the financial statements (tanggal persetujuan atas laporan
keuangan) - tanggal pada waktu seluruh laporan keuangan, termasuk catatan atas
laporan keuangan, selesai dibuat dan mereka yang bertanggung jawab atas laporan
keuangan tersebut memberikan persetujuannya
c) Date of the auditor’s report (tanggal laporan auditor) - tanggal yang dibutuhkan
auditor pada laporannya atas laporan keuangan sesuai dengan ISA 700
d) Date the financial statements are issued (tanggal diterbitkannya laporan keuangan) -
tanggal pada waktu laporan auditor dan laporan keuangan yang diaudit tersedia untuk
pihak ketiga
e) Subsequent events (peristiwa kemudian) - peristiwa antara tanggal laporan keuangan
dan tanggal laporan auditor dan fakta yang diketahui auditor sesudah tanggal laporan
auditor
Dibawah ini disajikan beberapa contoh peristiwa kemudian yang terjadi antara tanggal
laporan keuangan dan tanggal laporan auditor:
Peristiwa kemudian yang diketahui sesudah tanggal laporan auditor sering kali
menyebabkan pekerjaan audit tambahan yang diperlukan karena peristiwa kemudian itu
berdampak terhadap saldo akun, estimasi akuntansi, penyisihan, dan berbagai pengungkapan
dalam laporan keuangan. Dalam situasi seperti itu, laporan auditor yang baru akan
diterbitkan. Laporan baru ini tidak diberi tanggal lebih awal dari tanggal persetujuan laporan
keuangan
Namun, untuk peristiwa kemudian tertentu, pekerjaan audit tambahan dapat dibatasi
hanya pada pada perubahan laporan keuangan seperti dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan terkait. Dalam situasi ini (jika ketentuan perundang-undangan
memperbolehkannya), tanggal laporan auditor semula. Tetapi suatu tanggal baru
ditambahkan, sehingga ada dua tanggal laporan auditor. Pemberian dua tanggal (dual dating)
menginformasikan kepada pembaca bahwa prosedur audit sesudah tanggal laporan auditor
semula terbatas pada perubahan yang dibuat kemudian.
Contoh situasi yang menggunakan dual dating. Tanggal laporan auditor semula adalah
24 Maret 2015. Pada tanggal 17 Mei 2015, perusahaan mengumumkan penjualan aset
utamanya. Suatu catatan (baru) atas laporan keuangan dibuat (misalnya Catatan Nomor 21)
yang menjelaskan peristiwa tersebut. Pekerjaan audit atas hal-hal yang dijelaskan dalam
Catatan Nomor 21, rampung pada tanggal 31 Mei 2015. Kalimat yang menjelaskan
pemberian dua tanggal pada laporan auditor (dual dating) adalah sebagai berikut: “24 Maret
2015 kecuali mengenai Catatan Nomor 21, yang bertanggal 31 Maret 2015”
Berdasarkan ISA 700. ISA 700.6, Tujuan auditor adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan opini atas laporan keuangan yang didasarkannya atas evaluasi terhadap
kesimpulan yang ditariknya dari bukti audit yang dikumpulkannya
b) Memberikan dengan jelas opininya melalui laporan tertulis juga menjelaskan dasar
dari opini tersebut.
Berdasarkan ISA 700.7:
a) Laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) laporan
keuangan yang dibuat sesuai dengan kerangka tujuan umum (general purpose
framework)
b) Kerangka tujuan umum – kerangka pelaporan keuangan yang dirancang untuk memenuhi
keperluan informasi keuangan umum untuk beraneka ragam pemakai laporan.
Kerangka pelaporan keuangan bisa merupakan suatu kerangka penyajian yang wajar (fair
presentation framework) atau kerangka kepatuhan (compliance framework). Istilah
kerangka fair presentation framework digunakan dalam kerangka laporan keuanganyang
mengharuskan kepatuhan terhadap syarat-syarat dalam kerangka tersebut)
ISA 700.10
Sesuai Kerangka Pelaporan, auditor wajib merumuskan opini apakah laporan keuangan sudah
sesuai dengan kerangka pelaporan yang berlaku.
ISA 700.11
Kesimpulan untuk merumuskan opini, auditor wajib menyimpulkan apakah auditor telah
mendapatkan asurans yang memadai/wajar tenang laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari salah saji, apakah kerena kecurangan/ kesalahan.
a) Kesimpulan auditor ISA 330, Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh.
b) Kesimpulan auditor ISA 450, Apakah salah saji yang belum dikoreksi, secara terpisah
atau tergabung adalah material
c) Evaluasi yang diwajibkan.
ISA 700.12
Evaluasi atas laporan keuangan, auditor wajib mengevaluasi laporan keuangan, sesuai dengan
ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Evaluasi ini meliputi aspek kualitatif
dari praktek akuntansi entitas itu sendiri.
ISA 700.13
Pertimbangan syarat dalam kerangka pelaporan keuangan.
a) Laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang signifikan yang
dipilih dan diterapkan.
b) Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan harus konsisten dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dan tepat.
c) Estimasi yang dibuat manajemen adalah wajar.
d) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus relevan, andal, dapat
dibandingkan dan dipahami.
e) Laporan keuangan memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa
material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan.
f) Terminology dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan keuangan sudah
tepat.
ISA 700.14
Apakah laporan keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar. Ketika laporan keuangan
dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang wajar, evaluasinya meliputi pertimbangan:
a) Presentasi, struktur, dan isi secara keselurhuan dari laporan keuangan.
b) Apakah laporan keuangan termasuk CALK, mencerminkan transaksi dan peristwa yang
mendasarinya, dengan cara mencapai penyajian yang wajar.
ISA 700.15
Merujuk kerangka pelaporan yang berlaku, auditor wajib mengevaluasi apakah laporan
keuangan menjelaskan dengan cukup, kerangka laporan keuangan yang berlaku.
ISA 700.16
WTP, auditor wajib memberikan opini WTP jika auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan dibuat dalam segala material dan penyajian yang sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
ISA 700.17
Bukan WTP, jika auditor:
a) Menyimpulkan berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak bebas dari salah saji dan material.
b) Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan laporan
keuangan bebas dari salah saji dan material.
c) Auditor wajib memodifikasi opini ( Bukan WTP) dalam laporan auditor sesuai dengan
dengan ISA 705.
ISA 700.18
Perlu modifikasi opini sesuai ISA 705?
Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang wajar, tapi tidak
mencapai penyajian yang wajar, auditor wajib membahas hal ini dengan manajemen dan
auditor wajib menentukan apakah perlu memodifikasi opini dalam laporan auditor sesuai
dengan ISA 705.
ISA 700.19
Laporan keuangan menyesatkan. Ketika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka
kepatuhan, auditor tidak harus mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapai penyajian
yang wajar. Namun, jika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan menyesatkan,
auditor wajib membahas hal tersebut dengan manajemen. bagaimana masalah itu diselesaikan
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan dan mengkomunikasikannya kedalam
laporan audit.
Ketika merumuskan opini auditor perlu memastikan apakah laporan keuangan dibuat sesuai
dengan kerangka pelaporan yang berlaku. Berdasarkan hasil penilaian tersebut
auditor menentukan bentuk laporan audit apakah WTP atau Bukan WTP, sesuai dengan
situasi yang dihadapi.
Jika laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang material, sesuai dengan keraangka
pelaporan keuangan yang berlaku, maka pemberian opini yang tidak dimodifikasi (WTP)
adalah tepat. Auditor wajib memodifikasi (Bukan WTP) jika:
a) Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas
dari salah saji.
b) Bukti audit yang cukup dan tepat tidak diperoleh.
Ketentuan, kewajiban, dan pertimbangan dalam merumuskan opini atas laporan keuangan
dan dalam menyusun laporan auditor dengan redaksi yang tepat. ISA 700.6 :.
Laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan kerangka tujuan umum yang memenuhi
keperluan informasi keuangan umum untukberaneka ragam pemakai laporan.
Merumuskan opini atas suatu perangkat lengkap laporan keuangan.Ini didasarkan atas
evaluasi mengenai kesimpulan yang ditarik daribukti audit yang diperoleh.
Memberikan dengan jelas opininya melalui laporan tertulis yang juga menjelaskan
dasar dari opini tersebut.Konsistensi dalam laporan auditor membantu:
Meningkatkan kredibilitas di pasar global dengan menyediakan lebih banyak audit
yang sudah dikenal yang dilaksanakan sesuai standar-standar yang dikenal secara
global; dan
Meningkatkan pemahaman pemakai dan membantu mengenali situasi luar biasa,
misalnya ketika pemakai melihat laporan auditor yang dimodifikasi.
Tujuan auditor adalah sbb:
a) Merumuskan opini atas laporan keuangan yang didasarkannya atas evaluasi
terhadap kesimpulan yang ditariknya dari bukti audit yang dikumpulkannya
b) Memberikan dengan jelas opininya melalui laporan tertulis yang juga
menjelaskan dasar dari opini tersebut.
AUDIT REPORT
1. Judul laporan. Standar auditing mensyaratkan bahwa laporan harus diberi judul yang
mengandung kata independen.
2. Alamat laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan pemegang
saham, atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telah menjadi
hal yang biasa mengalamatkan laporan ini kepada dewan direksi dan para pemegang
saham untuk menunjukkan bahwa auditor independen terhadap perusahaan
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan bahwa kantor akuntan
publik bersangkutan telah melaksanakan audit, yang membedakan laporan audit dari
laporan kompilasi atau laporan review
4. Tanggung jawab manajemen. judul dan paragraf ini menyatakan bahwa laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Tanggung jawab ini meliputi
pemilihan prinsip – prinsip akuntansi yang tepat dan penyelenggaraan internal atas
pelaporan keuangan yang mencakupi untuk penyajian laporan keuangan yang bebas
dari salah saji yang material akibat kecurangan atau kesalahan
5. Tanggung jawab auditor. Bagian pada tanggung jawab auditor berisi tiga paragraf.
Paragraf pertama menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing yang berlaku di A.S. Paragraf kedua menguraikan ruang lingkup audit dan
bukti audit yang dikumpulkan. Paragraf ketiga menunjukkan auditor yakin bahwa
bukti audit yang tepat dan penyajian laporan keuangan secara keseluruhan
6. Paragraf Pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit standar menyatakan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit.
7. Nama dan Alamat KAP. Nama mengindentifikasikan kantor akuntan publik (KAP)
atau praktisi yang melaksanakan audit.
8. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan audit
adalah ketika auditor menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan.
Menentukan Apakah Ada Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan dari Laporan Wajar
Tanpa Pengecualian Standar. Hal yang paling penting dari kondisi-kondisi tersebut
diidentifikasi dalam Tabel 3-2. Para auditor mengidentifikasi kondisi-kondisi tersebut ketika
mereka melaksanakan audit dan mencantumkan informasi tentang kondisi itu dalam file audit
sebagai bahan diskusi guna pelaporan audit jika kondisi-kondisi tersebut tidak ada, yang
terjadi pada sebagian besar penugasan audit, auditor akan menerbitkan laporan audit wajar
tanpa pengecualian standar.
Memutuskan Materialitas untuk Setiap Kondisi Apabila ada kondisi yang memerlukan
penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian standar auditor mengevaluasi
potensialnya terhadap laporan keuangan. Untuk penyimpangan dari GAAP atau pembatasan
ruang lingkup audit, auditor harus memutuskan antara tidak material, material, atau sangat
material. Semua kondisi lainnya, kecuali tidak adanya independensi auditor, hanya
memerlukan pembedaan antara tidak material atau material. Memutuskan materialitas
merupakan hal yang sulit, yang membutuhkan pertimbangan yang matang. Sebagai contoh,
asumsikan bahwa ada pembatasan ruang lingkup audit dalam mengaudit persediaan. Jadi,
sulit untuk menilai salah saji yang potensial dari akun yang belum diaudit oleh auditor.
Memutuskan Jenis Laporan Audit yang Tepat untuk Kondisi Tertentu Berdasarkan Tingkat
Materialitas Setelah membuat dua keputusan pertama, maka mudah untuk memutuskan jenis
pendapat yang tepat dengan menggunakan alat bantu pembuat keputusan. Sebagai contoh,
asumsikan auditor menyimpulkan bahwa ada penyimpangan dari GAAP yang bersifat
material, tetapi tidak sangat material.
Menurut Laporan Audit Sebagian besar kantor akuntan publik memiliki template komputer
yang berisi kata-kata yang tepat untuk situasi berbeda guna membantu auditor menuliskan
laporan audit. Selain itu, sati atau lebih partner dalam sebagian besar kantor akuntan publik
juga memiliki keahlian khusus dalam menulis laporan audit. Para partner ini umumnya
menulisa atau mereview seluruh laporan audit sebelum laporan itu diterbitkan.
Auditor sering kali menghadapi situasi yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang
membutuhkan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian atau modifikasi dari
laporan wajar tanpa pengecualian standar. Dalam situasi ini, auditor haris memodifikasi
pendapatnya pada setiap kondisi tersebut kecuali ada satu kondisi yang dapat menetralisir
pengaruh kondisi lainnya. Sebagai contoh, jika ada pembatasan ruang lingkup audit dan
situasi yang membuat auditor tidak independen, maka pembatasan ruang lingkup audit
tersebut tidak perlu diungkapkan.
Situasi-situasi berikut merupakan contoh ketika diperlukan lebih dari satu modifikasi dalam
laporan:
Auditor tidak independen serta mengetahui bahwa perusahaan tidak mengikuti prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Terdapat pembatsan ruang lingkup audit dan ada keraguan yang subtansial tentang
kemapuan perusahaan untuk terus bertahan (going concern).
Terdapat keraguan yang subtansial tentang kemampuan perusahaan untuk terus bertahan
(going concern), dan informasi mengenai penyebab ketidakpastian ini tidak diungkapkan
secara memadai pada catatan kaki.
Terdapat deviasi (penyimpangan) terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan
dan prinsip akuntansi lainnya telah diterapkan atas dasar yang tidak konsisten dengan
tahun sebelumnya.
Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. Sejahtera Jaya Bahagia
Jl. Cikalang Girang No. 12a
Tasikmalaya
Kami telah mengaudit neraca PT Sejahtera Jaya Bahagia per 31 Desember 2015
dan 2016 dan laporan rugi-laba, perhitungan laba ditahan, dan laporan arus kas
untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah
tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada
pernyataan pendapat atas laporan keuangan tersebut berdasarkan proses audit
yang kami lakukan.
Kami melaksanakan auditing berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mewajibkan kami untuk
merencanakan dan melaksanakan auditing agar kami memperloleh keyakinan
yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah jadi yang material.
Suatu proses audit meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian, bahan bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit
juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh manajemen perusahaan, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas tersaji secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT. Sejahtera Jaya
Bahagia per 31 Desember 2015 dan 2016, dan hasil usaha, serta arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Kantor Akuntan,
Auditor wajib memberikan modifikasi pendapatnya atas laporan keuangan, secara jelas dan
tepat dalam keadaan yang dijelaskan di bawah.
KEADAAN
Laporan harus dimodifikasi, auditor Laporan keuangan mengandung salah saji
memberi pendapat WDP, TW, atau TMP yang material
Berdasarkan bukti audit yang di peroleh,
laporan keuangan secara keseluruhan tidak
bebas dari salah saji yang material.
Termasuk salah saji yang tidak di koreksi
manajemen yang sifatnya material, dan juga
pemilihan atau penerapan kebijakan
akuntansi dan tidak diungkapkannya
informasi yang beakibat salah saji yang
material.
Tidak berhasil memperoleh bukti audit yang
cukup tepat
Kegagalan untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat membuat auditortidak
dapat menyimpulkan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari
salah saji yang material. Contoh keadaan
semacam ini, antara lain:
KEADAAN
Hal-hal di luar kendali entitas,
seperti kebakaran yang
memusnahkan catatan pembukuan;
Keadaan yang berhubungan dengan
sifat atau waktu pekerjaan auditor
misalnya ketidakhadiran tim audit
ketika entitas menghitung persediaan
atau
Pembatasan yang ditetapkan
manajemen, misalnya manajemen
melarang auditor meminta
konfirmasi dari debitur tertentu.
Ada tiga jenis modified opinions, yakni pendapat WDP (qualified opinion), TW (adverse
opinion), dan TMP (disclaimer of opinion).
ISA 705 menggambarkan bagaimana jenis opinion atau pendapat audit dipengaruhi oleh
pendapat auditor mengenai :
1) Masalah yang menyebabkan perlunya modifikasi; dan
2) Seberapa pervasifnya, atau seberapa luas/dalamnya, dampak masalah itu terhadap
laporan keuangan.
Mengapa Modifikasi Pendapat?
PENDAPAT AUDITOR MENGENAI DAMPAK ATAU
MASALAH YANG KEMUNGKINAN DAMPAK DARI MASALAH TSB
MENYEBABKAN PADA LAPORAN KEUANGAN
PERLUNYA MATERIAL TAPI MATERIAL DAN
MODIFIKASI TIDAK PERVASIF PERVASIF
Laporan keuangan WDP TW
mengandung salah saji yang
material
WDP TMP
Salah saji dalam laporan keuangan bisa terjadi ketika bukti audit yang cukup dan tepat
sudah diperoleh, namun auditor menyimpulkan bahwa salah saji, sendiri-sendiri maupun
tergabung, adalah material (dan menyebabkan diberikannya suatu WDP atau Qualified
Opinion) atau bersifat material atau pervasif (dan menyebabkan diberikan suatu TW atau
advers opinion) atas laporan keuangan.