Anda di halaman 1dari 9

Pokok Bahasan 6 - Tujuan dan Tanggungjawab Audit

1. Tujuan atas Audit Laporan Keuangan


Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat
tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP/SAK).
Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen merupakan pemberian
opini atas kewajaran di mana laporan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang
material , posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlak umum di Indonesia.
Berikut Langkah-langkah Mengembangkan Tujuan Audit :
Jika auditor yakin bahwa laporan tidak disajikan secara wajar atau tidak mampu menarik kesimpulan
dikarenakan bahan bukti yang tidak memadai, maka auditor bertanggung jawab untuk
menginformasikan kepada para pengguna laporan keuangan melaui laporan auditnya.

Langkah-langkah untuk mengembangkan Tujuan Audit

Understand objectives & responsibilities


for the audit

Divide financial statement into cycles

Know management assertion about


financial statements

Know general audit objective for classes


of transactions, accounts & disclosures

Know specific audit objective for classes


of transactions, accounts & disclosures

1
Jika auditor yakin bahwa laporan – laporan tersebut tidak disajikan secara wajar atau tidak dapat
mencapai kesimpulan karena bukti yang tidak mencukupi, auditor mempunyai tanggung jawab untuk
memberi tahu pemakai melalui laporan auditor. Setelah penerbitan laporan, jika fakta-fakta yang ada
menunjukkan bahwa laporan tersebut tidak disajikan secara wajar, auditor mungkin harus memberi
tahu ke pengadilan atau lembaga pengatur bahwa ia telah melaksanakan audit dengan cara yang tepat
dan menarik kesimpulan yang layak.

2. Tanggungjawab Manajemen dan Auditor


a. Tanggungjawab Manajemen
Tanggungjawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik, menyelenggarakan
pengendalian internal yang memadai dan menyajikan laporan keuangan yang wajar berada di pundak
manajemen bukan di pundak auditor. Karena menjalankan bisnis sehari-hari perusahaan mempunyai
pengetahuan yang lebih mendalam tentang transaksi perusahaan serta asset, liabilitas dan ekutias
terkait ketimbang auditor ataupun sebaliknya pengetahuan auditor akan masalah ini serta
pengendalian internal hanya terbatas pada pengetahuan yang diperolehnya selama audit.
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran dalam representasi (asersi) pada laporan keuangan
memberikan kebebasan bagi manajemen untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa saja
yang dianggap penting. Jika manajemen berkeras terhadap pengungkapan laporan keuangan yang
dianggap oleh auditor tidak dapat diterima, maka auditor dapat menerbitkan opini tidak wajar (adverse)
atau opini wajar dengan pengecualian (qualified) atau menarik diri dari kontak kerja.
Peraturan Bapepam-LK (skrg OJK) meningkatkan tanggung jawab manajemen terhadap laporan
keuangan dengan mengharuskan presiden direktur atau Chief Executive Officer (CEO) dan manajer
keuangan (Chief Financial Officer – CFO) perusahaan publik untuk mengesahkan laporan keuangan
yang dilaporkan kepada Bapepam LK / OJK. Dalam menandatangani pernyataan tersebut, manajemen
mengesahkan bahwa laporan keuangan sepenuhnya telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia, bahwa semua informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan
adalah lengkap dan benar, dan bahwa manajemen sepenuhnya bertanggung jawab atas pengendalian
internal.

b. Tanggungjawab Auditor
Menurut SA 240, menyatakan bahwa :
“Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk
memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji material,
yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Karena sifat dari bahan bukti audit dan
2
karakteristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan keyakinan yang memadai, namun bukan
absolute, bahwa salah saji material telah dideteksi. Auditor tidak memiliki tanggung jawab untuk
merencanakan dan menjalankan audit untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa kesalahan
penyajian yang disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan, yang tidak signifikan terhadap
laporan keuangan telah terdeteksi”.
Auditor bertanggungjawab atas kepastian yang layak, tetapi tidak absolut, karena beberapa alasan :
a. Sebagian besar bukti audit diperoleh dari pengujian sampel populasi seperti piutang usaha atau
persediaan
b. Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang melibatkan sejumlah
ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.
c. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan sering kali sangat sulit, bahkan tidak
mungkin, untuk dideteksi oleh auditor, terutama bila ada kolusi di kalangan manajemen perusahaan.

3. Siklus Laporan Keuangan


Adalah menempatkan jenis, transaksi dan saldo perkiraan yang erat hubungannya satu dengan
yang lainnya dalam segmen yang sama (dalam satu siklus): Cycle Approach.
Siklus-siklus untuk perusahaan industri :
• Sales and collection cycle (siklus penjualan dan penerimaan)
• Acquisition and payment cycle (siklus perolehan/pembelian dan pembayaran)
• Payroll and personnel cycle (siklus penggajian dan kepegawaian)

3
• Inventory and warehousing cycle (siklus persediaan dan pergudangan)
• Capital acquisition and repayment cycle (siklus perolehan modal dan pembayaran kembali)

4. Manajemen Asersi

Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai
kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan dalam laporan keuangan.
Asersi manajemen secara langsung terkait dengan standar akuntansi (SAK), karena asersi ini
merupakan bagian dari kriteria bahwa manajemen telah mencatat dan mengungkapkan informasi
akuntansi dalam laporan keuangan. SA 315 mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori, sebagai
berikut :
1. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan kejadian-kejadian selama periode yang diaudit
2. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan
3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan

Asersi Mengenai Kelompok-Kelompok Transaksi dan Kejadian-Kejadian Manajemen membuat


beberapa asersi mengenai transaksi, yaitu :
a. Keterjadian (occurence). Asersi atas keterjadian menekankan apakah transaksi yang telah
tercatat dan telah dilaporkan dalam laporan keuangan benar-benar telah terjadi selama
periode pembukuan.
b. Kelengkapan (completeness). Asersi ini menekankan apakah semua transaksi yang
seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dicatat dengan lengkap. Asersi
kelengkapan menekankan pada kemungkinan hilangnya transaksi-transaksi yang
seharusnya dicatat dalam laporan keuangan. Pelanggaran terhadap asersi kelengkapan
terkait dengan kurang saji akun.
c. Akurasi (accuracy). Asersi akurasi membahas apakah transaksi telah dicatat dengan
jumlah yang benar. Menggunakan harga yang salah untuk mencatat transaksi pembelian
dan kesalahan dalam perhitungan harga dikalikan dengan kuantitas merupakan contoh
pelanggara akurasi.
d. Klasifikasi (classification) asersi klasifikasi menekankan apakah transaksi telah dicatat
dengan nama akun yang tepat.
e. Pisah Batas (cut off). Asersi pisah batas membahas apakah transaksi telah dicatat pada
periode pembukuan yang tepat.

4
Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan:
a. Eksistensi (existence): aet, liabilitas, dan ekuitas yang ada.
b. Hak dan Kewajiban (right and obligation): entitas memiliki atau mengendalikan hak atas
aset dan memiliki kewajiban atas liabilitas.
c. Kelengkapan (completeness): seluruh ase, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya
terbukukan telah dicatat.
d. Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation): aset, liabiltas dan ekuitas tercantum
dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat dan penyesuaian penilaian atau
pengalokasian yang terjadi dibukukan dengan tepat.

Asersi mengenai Penyajian dan Pengungkapan Asersi ini, meliputi :


a. Keterjadian dan Hak dan Kewajiban (occurence and Rights and obligation). Asersi ini
membahas apakah kejadian-kejadian yang diungkapkan telah benar-benar terjadi dan
merupakan hak dan kewajiban dari entitas tersebut.
b. Kelengkapan (completeness). Asersi ini terkait dengan apakah semua pengungkapan yang
diharuskan telah dimasukkan dalam laporan keuangan.
c. Akurasi dan Penilaian (Accuracy and Valuation). Asersi akurasi dan penilaian dan alokasi
terkait dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan dengan wajar dan dengan
jumlah yang tepat.
d. Klasifikasi dan Pemahaman (Classification and Understandability). Asersi ini terkait
dengan apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan
catatan-catatan kaki, dan apakah penjelasan saldo dan pengungkapan terkait dapat
dipahami.Setiap kelompok transaksi, saldo akun, dan penyajian dan pengungkapan yang
penting. Asersi yang relevan memiliki pengaruh yang berarti terhadap apakah akun-akun telah
disajikan secara wajar dan digunakan untuk menilai resiko salah saji material serta didesain
dan kinerja prosedur audit.

5
5. Tujuan Audit Yang Terkait dengan Transaksi
Tujuan audit ini dimaksudkan untuk memberikan kerangka kerja guna membantu auditor
mengumpulkan bukti audit yang cukup dan kompeten yang di syaratkan oleh standar dan memutuskan
bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan bagi setiap transaksi sesuai dengan situasi penugasan
audit. Tujuan audit ini tetap sama antara satu audit ke audit lainnya, tetapi bukti-buktinya bervariasi
tergantung pada situasinya.
Ada perbedaan antara tujuan audit umum berkaitan transaksi dengan tujuan audit khusus berkaitan
dengan transaksi :
a. Tujuan Umum Audit Terkait Transaksi
Keterjadian- Transaksi yang Dicatat Benar-benar Ada. Tujuan ini terkait dengan apakah
transaksi yang dicatat telah benar-benar terjadi. Memasukkan penjualan dalam jurnal penjualan ketika
tidak ada transaksi yang terjadi merupakan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan.
Kelengkapan-Transaksi yang Ada Telah Dicatat. Tujuan ini terkait dengan semua transaksi
yang harus dimasukkan dalam jurnal telah benar-benar dimasukkan. Tujuan ini merupakan
penyeimbang dari asersi manajemen mengenai kelengkapan untuk kelompok-kelompok transaksi.
Akurasi-Transaksi yang Dicatat Disajikan dalam Jumlah yang Benar. Tujuan terkait dengan
akurasi informasi atas transaksi-transaksi dan merupakan salah satu bagian dari asersi manajemen
untuk kelompok-kelompok transaksi. Untuk transaksi penjualan, tujuan ini akan dilanggar jika kuantitas

6
dari barang yang dikirimkan ternyata berbeda dengan kuantitas barang yang ditagih dalam faktur
penjualan.
Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran- Transaksi yang Dicatat Telah Dimasukkan dalam Arsip
Utama dengan Tepat dan Telah Diikhtisarkan dengan Benar. Tujuan ini terkait dengan akurasi
pemindahan informasi dari transaksi yang dicatat di jurnal ke buku besar utama dan buku pembantu.
Karena pemindahbukuan transaksi dari jurnal ke buku pembantu, buku besar, dan arsip utama lainnya
biasanya dilakukan secara otomatis oleh sistem akuntansi terkomputerisasi, risiko acak atas kesalahan
manusia dalam pemindahbukuan menjadi sangat minimal.
Klasifikasi-Transaksi yang Dimasukkan dalam Jurnal Klien Telah Diklasifikasikan dengan
Tepat. Tujuan ini terkait dengan apakah transaksi-transaksi telah dimasukkan ke dalam akun yang
tepat, dan merupakan penyeimbang dari asersi manajemen terhadap klasifikasi untuk kelompok-
kelompok transaksi.
Tepat Waktu-Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar. Tujuan penetapan waktu transaksi
merupakan penyeimbang asersi pisah batas manajemen.
b. Tujuan Khusus Audit Terkait Transaksi
Setelah tujuan umum audit terkait transaksi ditentukan, tujuan khusus audit terkait transaksi
untuk setiap kelompok transaksi yang penting dapat dikembangkan.
Hubungan di Antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terkait Transaksi. Asersi Manajemen
Tentang Kelompok-Kelompok Transaksi dan Kejadian-Kejadian :
• Tujuan Audit Umum Terkait Transaksi
• Tujuan Audit Khusus Terkait Transaksi Penjualan,
• Keterjadian Keterjadian Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman kepada konsumen yang
bukan fiktif
• Kelengkapan Kelengkapan Transaksi penjualan yang ada telah dicatat Akurasi. Akurasi Penjualan
yang dicatat adalah untuk sejumlah barang yang dikirim dan telah dicatat dan ditagih dengan benar.
• Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran Transaksi penjualan telah dimasukkan ke dalam arsip utama
dengan benar dan telah di ikhtisarkan dengan benar. Klasifikasi Klasifikasi Transaksi penjualan
telah diklasifikasikan dengan benar. Pisah Batas Penetapan Waktu Transaksi penjualan dicatat
pada tanggal yang benar.

7
6. Tujuan audit terkait dengan saldo
Tujuan – tujuan ini bertujuan mengikuti asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja guna
membantu auditor mengumpulkan bukti yang tepat yang mencukupi berkaitan dengan saldo akun.
Juga ada tujuan audit umum dan khusus yang berkaitan dengan saldo.
Ada 2 (dua) perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi.
a. Tujuan Audit Yang Berkaitan Dengan Saldo
Tujuan audit ini juga mengikuti dari asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja untuk
membantu auditor untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadai terkait saldo akun. Tujuan audit
terkait saldo ada yang bersifat umum dan ada juga yang bersifat khusus. Ada dua perbedaan antara
tujuan audit terkait saldo dan terkait transaksi, yaitu :
• Dilihat dari istilahnya, tujuan terkait saldo diterapkan untuk saldo akun seperti piutang dagang atau
persediaan dan bukan pada kelas-kelas transaksi seperti transaksi penjualan dan pembelian
persediaan.
• Ada delapan tujuan audit terkait saldo, dibandingkan dengan enam tujuan audit terkait transaksi.

b. Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Tujuan audit terkait transaksi dimaksudkan untuk
memberikan kerangka untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang
memadai yang diharuskan oleh standar ketiga pekerjaan lapangan dan untuk memutuskan bukti
yang tepat untuk dikumpulkan bagi setiap kelompok transaksi, sesuai dengan kontrak kerja
tersebut. Tujuan tersebut tetap sama dari setiap audit ke audit yang lain, namun bahan buktinya
dapat bervariasi, tergantung dari kondisi yang ada. Tujuan Umum Audit Terkait Transaksi
Keterjadian- Transaksi yang Dicatat Benar-benar Ada. Tujuan ini terkait dengan apakah transaksi
yang dicatat telah benar-benar terjadi. Memasukkan penjualan dalam jurnal penjualan ketika tidak
ada transaksi yang terjadi merupakan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan.

Kesimpulan :
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat
tentang kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP/SAK).
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran dalam representasi (asersi) pada laporan keuangan
memberikan kebebasan bagi manajemen untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa saja
yang dianggap penting. Jika manajemen berkeras terhadap pengungkapan laporan keuangan yang

8
dianggap oleh auditor tidak dapat diterima, maka auditor dapat menerbitkan opini tidak wajar (adverse)
atau opini wajar dengan pengecualian (qualified) atau menarik diri dengan kontak kerja. Sedangkan,
Auditor bertanggungjawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh kepastian
yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, apakah itu
disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan.

Sumber :

- Arens,Elder,Beasley. Auditing and Assurance Services,15th edition, 2014


- Theodorus M. Tuanakota. Audit Berbasis ISA, 2013
- Theodorus M. Tuanakota. Audit Kontemporer, 2015
- Hayes, Wallage, Gortemaker. Principles of Auditing, an Introduction to International Standard
on Auditing,3rd edition, 2014
- Gray & Manson. The Audit Process, 5th Edition, 2016
- Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), terbaru
- Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan (SAK), terbaru
- Institut Akuntan Publik Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan Publik, terbaru
- UU, PP dan PMK tentang Akuntan Publik, terbaru.

Anda mungkin juga menyukai