Anda di halaman 1dari 4

BAB 6 : AUDIT RESPONSIBILITIES AND OBJECTIVE

Tujuan Pelaksanaan Audit Atas Laporan Keuangan

Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen merupakan
pemberian opini atas kewajaran dimana laporan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam
segala hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dnegan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Jika auditor yakin bahwa laporan tidak salah saji atau tidak mampu menarik kesimpulan
dikarenakan bahan bukti yang tidak memadai, maka auditor bertanggungjawab untuk
menginformasikan kepada para pengguna laporan keuangan melalui lapran auditnya. Setelah
penerbitan opini, jika fakta-fakta yang ada mengindikasikan bahwa laporan keuangan tidak
disajikan secara wajar, maka auditor kemungkinan harus menunjukkan pada pengadilan atau
pihak yang berwenang bahwa ia telah menjalankan pengauditan dengan cara yang tepat dan
menghasilkan kesimpulan yang beralasan.

Tanggungjawab Manajemen Dalam Penyajian Laporan Keuangan

Tanggungjawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang memadai, menjaga kecukupan


pengendalian internal dan menyajikan laporan keuangan yang wajar terletak pada
manajemen, bukan auditor. Karena mengoperasikan perusahaan sehari-hari, manajemen
perusahaan lebih mengetahui transaksi-transaksi dan aset yang terjadi di perusahaan,
liabilitas, dan ekuitas yang terkait, dibandingkan dengan auditor. Sebaliknya, pengetahuan
auditor mengenai hal tersebut serta pengendalian internal hanya terbatas pada apa yang
mereka dapatkan selama menjalankan pengauditan.

Banyak laporan keuangan perusahaan publik yang memasukkan pernyataan mengenai


tanggung jawab manajemen dan hubungan dengan KAP. Tanggung jawab manajemen atas
kewajaran dalam representasi (asersi) pada laporan keuangan memberikan kebebasan bagi
manajemen untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa saja yang dianggap penting.

Jika manajemen berkeras terhadap pengungkapan laporann keuangan ynag dianggap oleh
auditor tidak dapat diterima, maka auditor dapat menerbitkan opini tidak wajar (adverse) atau
opini wajar dengan pengecualian (qualified) atau menarik diri dari kontrak kerja.

Tanggungjawab Auditor Dalam Verifikasi Laporan Keuangan

PSA 1 (SA 110) revisi menyatakan bahwa :


“Auditor mrmiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk
memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah laporan keuangan telah bebas dari
salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan atau pun kecurangan. Karena sifat dari
bahan bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor harus mampu mendapatkan
keyakinan yang memadai, namun bukan absolut, bahwa salah saji material telah dideteksi.
Auditor tidak memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan menjalankan audit untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa kesalahan penyajian yang disebabkan oleh
kesalahan maupun kecurangan, ynag tidak signifikan terhadap laporan keuangan telah
terdeteksi”.

Paragraf SA 110 ini membahas mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi
kesalahan penyajian yang sifatnya material dalam laporan keuangan. Ketika auditor juga
melaporkan efektivitas pengendalian internal terhadap laporan keuangan, maka auditor juga
bertaggung jawab untuk mengidentifikasi kelemahan yang signifikan dalam pengendalian
internal terhadap laporan keuangan.

Pendekatan Siklus Laporan Keuangan Untuk Segmentasi Audit

Sebuah cara yang umum untuk mengelompokkan audit adalah tetap menjaga jenis atau
kelompok transaksi dan saldo akun yang terkait erat ke dalam satu kelompok yang sama.
Pendekatan ini disebut dengan pendekatan siklus. Misalnya, penjualan, retur penjualan,
penerimaan kas dan biaya piutang tak tertagih adalah keempat jenis transaksi yang
menyebakan saldo akun piutang dagang naik atau turun. Sehingga, keempat transaksi tersebut
merupakan bagian dari siklus penjualan dan penagihan. Serupa dengan hal tersebut adalah
transaksi gaji dan beban gaji yang merupakan bagian dari siklus penggajian dan pegawai.

Logika pengguna pendekatan siklus ini adalah bahwa pendekatan ini menghubungkan
bagaimana transaksi-transaksi dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar dan
laporan keuangan.

Sejauh ini pendekatan siklus sangat praktis digunakan, karena pendekatan siklus
menggabungkan transaksi yang dicatat dalam jurnal-jurnal yang berbeda dengan saldo yang
tercatat di buku besar yang ditimbulkan dari transaksi-transaksi tersebut.

Siklus yang digunakan yaitu:

1. Siklus penjualan dan penagihan


2. Siklus pembelian dan pembayaran
3. Siklus penggajian dan kepegawaian
4. Siklus persediaan dan pergudangan
5. Siklus akusisi modal dan pelunasan

Kategori Asersi Manajemen Tentang Laporan Keuangan

Asersi manajemen adalah pernyataan ynag tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai
kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan dalam laporan
keuangan. Dalam kebanyakan kasus, asersi ini dinyatakan secara tidak tertulis.

Asersi manajemen secara langsung terkait dengan standar akuntansi (PABU), karena asersi
ini merupakan bagian dari kriteria bahwa manajemen telah mencatat dan mengungkapkan
informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Dengan demikian auditor harus memahami
asersi manajemen untuk melakukan pengauditan dengan tepat.

PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut :

1. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan kejadian-kejadian selama periode


yang diauditnya.
2. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan.
3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.

Asersi-asersi ini dikelompokkan sedemikian rupa sehingga seni yang terkait di antara
kategori tersebut dimasukkan dalam baris tabel yang sama.

Tujuan Umum Dan Khusus Audit Asersi Manajemen

Tujuan audit terkait transaksi mengikuti dan terkait erat dengan asersi manajemen. Hal ini
tidaklah mengherankan karena tugas utama auditor adalah untuk menentukan apakah asersi
manajemen terhadap laporan keuangan dapar dibenarkan.

Tujuan aduit terkait transaksi dimaksudkan untuk memberikan kerangka untuk membantu
auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang memadai yang diharuskan oleh standar
ketiga pekerjaan lapangan dan untuk memutuskan bukti yang tepat untuk dikumpulkan bagi
setiap kelompok transaksi, sesuai dengan kondisi kontrak kerja tersebut. Tujuan tersebut tetap
sama dari setiap audit ke audit yang lain, namun bahan buktinya dapat bervariasi, tergantung
dari kondisi yang ada.

Tterdapat perbedaan antara tujuan umum audit terkait transaksi dengan tujuan khusus audit
terkait transaski untuk setiap kelompok transaksi. Keenam tujuan umum audit terkait
transaksi yang akan dibahas disini dapat diterapkan pada semua kelompok transaksi serta
dinyatakan dalam istilah yang luas.

Anda mungkin juga menyukai