Anda di halaman 1dari 16

TUGAS AUDITING BAB 4

“TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT”

Oleh Kelompok4:
4A

1. Yolanda Auxiliadora Ximenes (1717051409)


2. Ni Komang Evi Sugiani (1717051275)
3. Zulfaizah (1717051101)

JURUSAN EKONOMI AKUNTANSI


PRODI AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDIT

1. Tujuan Pengauditan Laporan Keuangan


Menurut novita (2013) Tujuan pengauditan umum atas laporan
keuangan oleh auditor independen merupakan pemberian opini atas kewajaran
dimana laporan telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Menurut Yudhistira (2013) Ada beberapa alasan tujuan pengauditan
laporan keuangan yaitu :
1. Masyarakat memiliki hak untuk mengakses informasi mengenai
pengelolaan sumber daya ekonomi
2. Transaksi yang disajikan dalam laporan keuangan semakin
kompleks.
3. Pihak manajemen organisasi perlu melakukan verifikasi kebenaran
laporan keuangan ,untuk meminimalisir kesalahan
4. Menambahkan kredibilitas dan kinerja perusahaan melalui laporan
keuangan
5. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
6. Identifikasi terhadap kelemahan sistem

Tanggung Jawab Manajemen


Menurut Randal dkk(2008) Tanggungjawab untuk menerapkan
kebijakan akuntansi yang memadai,menjaga kecukupan pengendalian internal
dan menyajikan laporan keuangan yang wajar terletak pada manajemen bukan
auditor.Tanggung jawab ini memberikan kebebasan bagi manajemen untuk
menentukan penyajian dan pengungkapan apa saja yang di anggap
penting.Tanggung jawab OJK meningkatkan tanggung jawab manajemen
terhadap laporan keuangan dengan mengharuskan presiden dan direktur atau
chief executive officer (CEO) dan manajer keuangan (CFO) perusahaan
publik untuk mengesahkan laporan keuangan yang dilaporkan kepada OJK.
TanggungJawab Auditor
Auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan dan
menjalankan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai mengenai
apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, yang disebabkan

1
oleh kesalahan ataupun kecurangan auditor harus mampu mendapatkan
keyakinan yang memadai namun bukan absolut bahwa salah saji material
telah di deteksi.Adapun tanggung jawab auditordalam melakukan audit yaitu :
1. Tanggung jawab menemukan salah saji yang material
2. Keyakinan Memadai
3. Kesalahan Versus Kecurangan
4. Tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kesalahan saji material
5. Tanggung jawab auditor dalam mendeteksikecurangan material
6. Tanggung jawab auditor untuk membongkar tindakan ilegal

Menurut Lutfillah (2006) Publik atau pengguna laporan keuangan mengharapkan


adanya jaminan mutlak sedangkan auditor tanggung jawab yang mereka emban
bukanlah jaminan mutlak tetapi jaminan yang wajar.Tanggung jawab yang wajar ini
berarti auditor bukan mencari kebenaran absolut ,tetapi mencari data untuk
meyakinkan khalayak pengguna laporan keuangan. Sebagaimana manajemen yang
menyiapkan laporan keuangan merupakan pihak yang bertanggung jawab terhadap isi
yang dilaporkan dalam laporan keuangan tersebut.

SIKLUS LAPORAN KEUANGAN

Menurut Randal (2008) Pengauditan dilakukan dengan membagi laporan


keuangan kedalam kelompok atau kompenen yang lebih kecil. Pembagian ini
membuat pengeditan menjadi lebih mudah untuk dilakukan dan membantu dalam
menetapkan tugas-tugas kepada setiap anggota dalam tim audit tersebut. Misalnya,
sebagian besar auditor memperlakukan aset tetap dan wesel bayar sebagai kelompok
yang berbeda. Setiap kelompok diaudit terpisah namun tidak sepenuh nya terpisah
satu sama lain. Setelah audit atas setiap kelompok telah dilakukan termasuk
hubungan antar kelompok yang satu dengan yang lain, hasilnya akan dikombinasikan.
Selanjutnya dapat dicapai kesimpulan mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan.

Pendekatan Siklus dalam Pengelompokan Audit

Siklus Laporan Keuangan

2
Pengauditan dilakukan dengan membagi laporan keuangan ke dalam kelompok yang
lebih kecil. Memperlakukan setiap saldo akun dalam laporan keuangan sebagai
kelompok yang terpisah tidak efisien dan berakibat audit yang terpisah atas akun-
akun yang berhubungan sangat dekat.

Pendekatan Siklus dalam Pengelompokan Audit

Menurut Lina Susanti (2016) Pendekatan siklus adalah mengelompokkan audit


dengan tetap menjaga jenis atau kelompok transaksi dan saldo akun yang terkait erat
ke dalam satu kelompok yang sama. Pendekatan siklus praktis digunakan karena
menggabungkan transaksi yang dicatat dalam jurnal-jurnal yang berbeda dengan
saldo yang tercatat di buku besar yang ditimbulkan dari transaksi-transaksi tersebut.
Macam-macam siklus :

- Siklus Penjualan dan Penagihan

- Siklus Pembelian dan Pembayaran

- Siklus Penggajian dan Kepegawaian

- Siklus Akuisisi Modal dan Pelunasan

- Siklus Persediaan dan Pergudangan

Hubungan Antar Siklus

3
MENETAPKAN TUJUAN AUDIT

Dalam pengauditan laporan keuangan dengan menggunakan pendektan siklus,


auditor melakukan hal-hal berikut:

1. Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit


objectives), untuk memastikan bawa transaksi-transaksi yang dilakukan telah
dicatat dengan tepat.

2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, untuk memastikan saldo satu akun.

3. Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan informasi


dalam laporan keuangan.

ASERSI MANAJEMEN

Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau tertulis oleh


manajemen mengenai kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta
pengungkapan dalam laporan keuangan. Asersi manajemen secara langsung terkait
dengan standar akuntansi karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria bahwa

4
manajemen telah mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan
keuangan

Menurut Endra Yuda (2013) Pengelompokan asersi menurut PSA 07 (SA 326)

1. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan kejadian-kejadian selama


periode yang diaudit

 Keterjadian : Asersi menekankan apakah transaksi yang telah tercatat dan


telah dilaporkan dalam laporan keuangan benar-benar telah terjadi selama
periode pembukuan. Pelanggaran atas asersi ini akan mengakibatkan lebih saji
akun

 Kelengkapan : Asersi ini menekankan apakah sumua transaksi yang


seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dicatat dengan
lengkap. Kelengkapan ini merupakan kebalikan dari asersiketerjadian.
Pelanggaran atas asersi ini akan mengakibatkan kurang saji

 Akurasi : Asersi ini membahas apakah transaksi telah dicatat dengan jumlah
yang benar

 Klasifikasi : Asersi ini menekankan apakah transaksi telah dicatat dengan


nama akun yang tepat

 Pisah batas : Asersi ini membahas apakah transaksi telah dicatat pada periode
pembukuan yang tepat

2. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan

 Keberadaan : Asersi ini terkait apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang
dimasukkan dalam neraca memang benar-benar ada di tanggal neraca
tersebut. Pelanggaran asersi ini akan mengakibatkan lebih saji

 Kelengkapan : Asersi ini terkait apakah semua akun yang harusnya disajikan
dalam laporan keuangan benar-benar telah dimasukkan dalam laporan

5
keuangan dan merupakan kebalikan dari asersi keberadaan. Pelanggaran akan
asersi ini mengakibatkan kurang saji

 Penilaian dan alokasi : Asersi ini terkait apakah aset, liabilitas, dan ekuitas
telah dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang tepat
termasuk penyesuaian yang menggambarkan nilai aset pada nilai realisasi
bersihnya

 Hak dan kewajiban : Asersi ini menekankan apakah aset merupakan hak
entitas tersebut dan apakah liabilitas merupakan kewajiban entitas tersebut
pada suatu tanggal tertentu

3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan

 Keterjadian dan hak dan kewajiban : Asersi ini membahas apakah kejadian-
kejadian yang diungkapkan telah benar-benar terjadi dan merupakan hak dan
kewajiban entitas tersebut

 Kelengkapan : Asersi ini terkait dengan apakah semua pengungkapan yang


diharuskan telah dimasukkan dalam laporan keuangan

 Akurasi dan penilaian : Asersi ini terkait dengan apakah informasi keuangan
telah diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah yang tepat

 Klasifikasi dan pemahaman : Asersi ini terkait dengan apakah jumlah-jumlah


telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan catatan-
catatan kaki dan apakah penjelasan saldo dan pengungkapan terkait dapat
dipahamiMenetapkan tujuan pengauditan.

TUJUAN AUDIT TRANSAKSI

6
Tujuan audit transaksi dimaksudkan untuk menjadi kerangka kerja dalam
membantu auditor mengumpulkan bahan bukti audit yang memadai yang
diharuskan oleh standar ketiga pekerjaan lapangan dan untuk memutuskan bukti
yang tepat untuk dikumppulkan bagi setiap kelompok transaksi, sesuai dengan
kondisi kontrak kerja tersebut. Terdapat perbedan antara tujuan umum audit
terkait transaksi dan tujuan khusus audit yang terkait transaksi untuk setiap
kelompok transaksi, yaitu sebagai berikut :
 Tujuan umum audit terkait transaksi
a) Kejadian - transaksi yang dicatat benar-benar ada, tujuan ini terkait
dengan apakah transaksi yang dicatat telah benar-benar terjadi.
Memasukkan penjualan dalam jurnal penjualan ketika tidak ada transaksi
yang terjadi merupakan pelanggaran terhadap tujuan keberadaan.
b) Kelengkapan - transaksi yang ada telah dicatat, tujuan ini terkait dengan
apakah semua transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal telah benar-
benar dimasukkan. Tidak memasukkan suatu penjualan ke dalam jurnal
penjualan dan buku besar ketika terjadi sebuah penjualan telah melanggar
tujuan kelengkapan. Tujuan ini merupakan penyeimbang dari asersi
manajemen mengenai kelengkapan untuk-untuk kelompok-kelompok
transaski.
c) Akurasi - transaksi yang dicatat disajikan dalam jumlah yang besar.
Tujuan ini terkait dengan akurasi informasi atas transaksi akuntansi dan
merupakan salah satu bagian dari asersi manajemen untuk kelompok-
kelompok transaksi. Untuk transaksi pejualan, tujuan ini akan dilanggar
d) Pemindahbukuan dan pengikhtisaran - transaksi yang dicatat telah
dimasukkan dalam arsip utama tepat dan telah diikhtisarkan dengan benar,
tujuan ini terkait dengan akurasi pemindah informasi dan transaksi yang
dicatat di jurnal ke buku besar utama dan buku pembantu. Ini merupakan
bagian dari asersi untuk kelompok-kelompok transaksi.
e) Klasifikasi - transaksi yang dimasukkan dalam jurnal klien telah
diklasifikasikan dengan tepat, tujuan ini terkait dengan apakah transaksi-
transaksi telah dimasukkan ke dalam akun yang tepat, dan merupakan

7
penyeimbang dari asersi manajemen terhadap klasifikasi untuk kelompok-
kelompok transaksi.
 Tujuan audit khusus transaksi yaitu untuk menerapkan tujuan umum pada
setiap jenis transaksi yang material yang terdapat dalam audit.

TUJUAN AUDIT TERKAIT SALDO

Ada dua perbedaan antara tujuan audit terkait saldo dan terkait transaksi. Yang
pertama dilihat dari istilahnya, tujuan audit terkait saldo diterapkan untuk saldo
akun seperti piutang dengan atau persediaan dan bukan pada kelas-kelas
transaksi seperti transaksi penjualan dan pembelian persediaan. Kedua, ada
delapan tujun audit terkait saldo dibandingkan dengan enam tujuan audit terkait
transaksi.
Ketika menggunakan tujuan audit terkait saldo terhdap audit saldo akun, auditor
mengumpulkan bahan bukti untuk menguji rincian yang mendukung saldo akun,
dari pada menguji saldo akun itu sendiri.
 Tujuan Umum Audit Terkait Saldo
a) Keberadaan jumlah yang dicatat memang benar-benar ada, tujuan ini
terkait dengan apakah jumlah yang dimasukkan dalam laporan keuangan
memang semestinya dimasukkan dalam laporan keuangan tersebut.
Tujuan ini merupakan pelengkap dari asersi manajemen terhadap
keberadaan untuk saldo akun.
b) Kelengkapan jumlah yang ada telah dicatat, tujuan ini terkait dengan
apakah semua jumlah yang semestinya dimasukkan sudah benar-benar
dimasukkan
c) Akurasi jumlah yang dimasukkan dalam jumlah yang benar, tujuan
akurasi mengacu pada jumlah yang dimasukkan pada perhitungan
matematik yang besar.
d) Klasifikasi jumlah yang dimasukkan pada daftar milik klien telah
diklasifikasikan dengan benar, klsifikasi melibatkan penentuan apakah
yang dimasukkan pada daftar milik klien dimasukkan dengan benar
kedalam akun buku besar. Klasifikasi juga bagian dari asersi penilaian

8
dan alokasi. Klasifikasi tujuan audit terkat saldo terkait erat dengan tujuan
audit yang terkait penyajian dan pengungkapan, tapi berhubungan dengan
bagaimana saldo-saldo diklasifikasikan di dalam buku besar sehingga
mereka bisa disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam laporan
keuangan.
e) Pisah batas transaksi mendekati tanggal neraca dicatat dalam periode
yang benar, untuk menguji pisah batas saldo akun, tujuan auditor adalah
menentukan pakah transaksi-transaksi yang mendekati akhir periode
pembukuan. Untuk sebuah audit tahunan, pisah batas ini adalah pada
tanggal penutupan neraca.
f) Keterkaitan perincian saldo akun sesuai dengan jumlah di arsip utama
yang terkait, sesuai dngan jumlah total saldo akun dan sesuai dengan
jumlah total di buku besar, saldo akun dalam laporan keuangan didukung
oleh rincian dalam arsip utama dan daftar yang diarsipkan klien. Tujuan
keterkaitan rincian menekankan bahwa rincian dalam daftar oleh disusun
secara akurat, dijumlahkan dengan benar dan sama dengan buku besar.
g) Nilai terealisasi aset dicatat pada esensial jumlah yang dapat terealisasi,
tujuan ini menekankan apakah saldo akun sudah dikurangi dengan
penurunan dari biaya historis ke nilai terealiasi bersih.
h) Hak dan kewajiban, selain eksistensi, kebanyakan aet harus dimiliki
sebelum dapat diterima untuk dimasukkan kedalam laporan keuangan.
 Tujuan Khusus Audit Terkait Saldo
Tujuan khusus audit terkait saldo dari setiap saldo akun pada laporan
keuangan dapat kita kembangkan. Sekurangnya satu tujuan khusus audit
terkait saldo dimasukkan kedalam setiap tujuan umum audit terkait saldo,
kecuali jika auditornya yakin bahwa tujuan umum audit terkait saldo tidak
relevan atau tidak penting untuk saldo akun yang sedang dinilai.
 Hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan audit terkiat saldo
Penilaian dan asersi lokasi memiliki tujuan ganda karena masalah
kompleksitas dari penilaian dan kebutuhan untuk menyediakan panduan
untuk menguji penilaian bagi auditor .

TUJUAN AUDIT TERKAIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

9
Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan sama dengan asersi manajemen
untuk penyajian dan pengungkapan yang telah dibahas sebelumnya. Konsep yang
sama yang diterapkan untuk tujuan audit terkait saldo juga diterapkan untuk
tujuan audit penyajjian dan pengungkapan.

Menurut (Eko Prasetiawan, 2011). Asersi tentang penyajian dan pengungkapan


yaitu keterjadian dan hak serta kewajiban – peristiwa dan transaksi yang
diungkapkan telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas itu, kelengkapan,
keakuratan dan penilaian, klasifikasi dan dapat dipahami.

BAGAIMANA MEMENUHI TUJUAN-TUJUAN AUDIT

Menurut Randal (2008) Auditor harus mendapatkan bukti audit yang memadai
untuk mendukung semua asersi manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini
dilakukan dengan mengakumulasi bukti-bukti untuk mendukung kombinasi yang
tepat dari tujun audit terkait transaksi dan tujuan audit terkait saldo. Audit harus
menetukan tujuan-tujuan audit yang tepat dan bukti-bukti yang dikumpulkan
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut setiap kali melakukan pengauditan.

1. Merencanakan dan merancang sebuah pendekatan audit (Fase I)


Untuk setiap pengauditan terdapat banyak cara yang dapat dilakukan auditor
untuk mengumpulkan bahan bukti untuk mencapai bukti untuk mencapai
tujuan audit keseluruhan dalam rangka pemberian opini atas laporan
keuangan. Ada dua pertimbangan penting yang memengaruhi pendekatan
yang dipilih auditor.
1) Bukti memadai dalam jumlah yang cukup harus dikumpulkan untuk
memenuhi tanggung jawab profesional dari auditor
2) Biaya pengumpulan bahan bukti sebaiknya dapat diminimalissi
Pertimbangan pertama adalah yang paling pentng, namun minimalisasi
biaya juga perlu jika KAP ingin memiliki daya saing dan keuntungan.
Jika tidak ada penekanan terhadap pengendalian biaya, maka
pengambilan keputusan mengenai bahan bukti merupakan hal yang
mudah. Auditor akan terus menambah bahan bukti, tanpa menekankan

10
efisiensi, sampai mereka cukup yakin tidak ada salah saji yang
material.
1. Mendapatkan Pemahaman atas Entitas Klien dan Lingkungannya. Untuk menilai
risiko slah saji dalam laporan keuangan secara memadai dan untuk
menginterpretasikan informasi yang didapat selama melaksanakan audit, auditor
harus memiliki pemahaman menyeluruh atas bisnis klien dan lingkungan terkait,
termasuk pengetahuan terhadap strategi dan proses.
2. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian, risiko salah
saji dalam laporan keuangan dapat dikurangi jika klien memilki pengendalian
internal yang efektif terhadap operasi komputer dan proses transaksi.pengujian
akan berdampak pada rencana audit serta jenis, waktu dan keluasan prosedur
audit.
Menurut Abdul Halim (2003) Auditor harus mempertimbangkan risiko
audit dalam melakukan perencanaan audit.risiko audit adalah risiko tidak
diketahuinya kesalahan yang dapat mengubah pendapat auditor atas suatu
laporan keuangan yang diaudit. Risiko audit terdiri atas tiga komponen,
yaitu sebagai berikut :
1) Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan atau mudah tidaknya suatu akun
mengalami salah saji material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern yang terkait. Auditor tidak dapat
mempengaruhi atau mengubah risiko bawaan. Risiko bawaan bervariasi
untuk setiap asersi.
2) Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dideteksi ataupun dicegah
secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern suatu usaha. Risiko pengendalian
merupakan fungsi dari efektivitas struktur pengendalian intern.
Semakin efektif struktur pengendalian intern, semakin kecil resiko
pengendalian. Meskipun demikian, risiko pengendalian tidak pernah
mencapai angka nol karena struktur pengendalian intern tidak akan

11
dapat menghasilkan keyakina penuh bahwa semua salah saji material
akan dapat dideteksi ataupun dicegah.
3) Risiko Deteksi
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi
dapat ditekan atau diturunkan auditor dengan cara melakukan
perencanaan yang memadai dan supervisi atau pengawasan yang tepat,
serta penerapan standar pengendalian mutu.
2. Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif Transaksi
(Fase II)
Sebelum auditor bisa memberikan pengurangan pengujian risiko pengendalian
yang direncanakan etika pengendalian internal dianggap sudah efektif,
pertama-tama mereka harus menguji efektivitas pengendalian. Prosedur
pengujian semacam ini secara umum mengacu pada pengujian atas
pengendalian. Auditor sebaiknya menguji efektivitas pengendalian ini dengan
menguji sampel dari salinan faktur penjualan untuk dari petugas yang pertama
untuk menandai bahwa penjualan per unit itu sudah diversifikasi.
3. Melakukan prosedur analisis dan pengujian atas rincian saldo (Fase III)
Terdapat dua kategori umum dalam prosedur yang dilakukan di fase ketiga.
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai
apakah saldo akun atau data lain disajikan secara wajar. Dan menguji rincian
saldo merupakan prosedur khusus yang dimaksudkan untuk menguji salah saji
nilai nominal saldo akan di laporan keuangan.
Menurut Abdul Halim (2003) Untuk melakukan prosedur analitis dilakukan
dalam tiga tahap audit sebagai berikut :
1) Tahap perencanaan, prosedur analitis berguna untuk membantu auditor
merencanakan sifat, penetuan waktu, dan luas prosedur audit.
2) Tahap pengujian atau tahap pekerjaan lapangan, prosedur analitis
dilakukan sebagai salah satu pengujian substansif untuk menghimpun
bahan bukti tentang asersi tertentu yang terkait dengan saldo rekening
ataupun kelompok transaksi.
3) Tahap penyimpulan hasil, prosedur analitis berguna sebagai alat
penelaahan akhir tentangg rasionalitas laporan keuanngan auditan.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit (Fase IV)

12
Setelah auditor menyelesaikan seluruh prosedur untuk masing-masing tujuan
audit dan laporan keuangan serta pengungkapan yang terkait, sangat penting
untuk menggabungkan informasi yang didapatkan untuk mencapai
kesimpulan menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Proses penarikan kesimpulan ini merupakan hal yang sangat
subjektif karena sangat bergantung pada penilaian profesional auditor. Ketika
audit telah diselesaikan, seorang akuntan publik harus menerbitkan laporan
audit untuk menyertai laporan keuangan yang diterbitkan oleh klien.

PROSES AUDIT

Menurut Eko Prasetiawan (2011) Proses audit adalah metodologi pelaksanaan


audit yang jelas untuk membantu audit yang jelas untuk membantu auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti pendukung yang kompeten.Tahap-tahap dalam
proses audit :

1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit


 Mendapatkan pengetahuan atas bidang usaha klien.
 Memahami struktur pengendalian intern klien dan menetapkan risiko
pengendalian.
 Menilai resiko salah saji yang material.
2. Pengujian pengendalian dan transaksi
 Pengujian pengendalian – auditor menguji keefektifan pengendalian
internal yang direncanakan
 Pengujian substansif atas transaksi – auditor mengevaluasi pencatatan
transaksi oleh klien dengan memperivikasi jumlah moneter transaksi
tersebut.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
 Prosedur analitis – menggunakan perbandingan dan hubungan untuk
menilai apakah saldo akun/data lainnya telah masuk akal

13
 Pengujian atas rincian saldo – merupakan prosedur spesifik yang
ditujukan untuk menguji salah saji moneter pada saldo dalam laporan
keuangan.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.

Daftar Pustaka

Halim, Abdul. 2003. Auditng “Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan”. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Prasetiawan, Eko. 2011. Auditng 1 & 2 “Pertanggungjawaban dan Tujuan-Tujuan


Audit”. Dalam https://bluencom.wordpress.com/category/semester-5/auditing-ii/.
Diunduh pada 26 Maret 2019.

Susanti, Lina. 2016. “Siklus Laporan Keuangan”. Dalam


https://kompasiana.com>linasusan. Diunduh pada 26 Maret 2019.

Yuda, Endra. 2013. “Pendekatan Siklus dalam Pengauditan dan Pembagian Audit
Berdasarkan Pendekatan Siklus”. Dalam
https://feelinbali.blogspot.com/2013/04/pendekatan-siklus-dalam-pengauditan-
dan.html?m=1. Diunduh pada 26 Maret 2019.

Ariandy, Novita. 2013. “Tujuan dan Tanggung Jawab Audit”. Dalam


https://novitaariandy.wordpress.com/2013/09/15/tujuan-dan-tanggung-jawab-
audit/. Diunduh pada 26 Maret 2019.

Lutfillah, Djuharni. 2016. “Konstruksi Tanggung Jawab Auditor Perspektif ”. Jurnal


Akuntansi. Multiparadigma

14
Nurbasya, yudhistira. 2013. Pengenalan Audit: “ Apa dan Tujuan Audit Laporan
Keuangan”. Dalam https://keuanganlsm.com/pengenalan-audit-apa-dan-tujuan-
audit/. Diunduh 26 Maret 2019.

Randal, dkk. 2008. “Jasa Audit dan Assurance”. Jakarta: Salemba Empat.

15

Anda mungkin juga menyukai