Anda di halaman 1dari 24

TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

SERTA BUKTI AUDIT DAN KERTAS KERJA

A. Tanggung Jawab dan Tujuan Audit


TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat tentang
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta
arus kas sesuai dengan prinsip-pinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit:
1.

Memahami tujuan dan tanggung jawab audit

2.

Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus

3.

Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan

4.
Mengetahui
pengungkapan

tujuan

audit

umum

untuk

kelas

transaksi,

akun,

dan

5.
Mengetahui
pengungkapan

tujuan

audit

khusus

untuk

kelas

transaksi,

akun,

dan

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

Tanggung jawab untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,


menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan
keuangan yang wajar berada di pundak manajemen, bukan di pundak auditor.

Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan


keuangan berkaitan dengan privilege untuk menentukan penyajian dan
pengungkapan apa yang dianggap perlu. Jika manajemen bersikeras dengan
pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat diterima,
auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan
pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.

Sarbanes-Okley Act mengharuskan CEO dan CFO untuk menyatakan bahwa


laporan keuangan telah sesuai dengan persyaratan Security Exchange Act tahun
1934 dan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan disajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material serta menandatangani laporan keuangan.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna
memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas
dari salah saji yang material, apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun
kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab untuk mendeteksi salah saji yang
tidak material.
1.

Salah Saji yang Material vs Tidak Material

Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan
untuk mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan
keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak
bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Sedangkan untuk menemukan
semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya yang sangat besar, tidak
sejalan dengan prinsip cost-benefit.
2.

Kepastian yang Layak

Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut,
bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini
menunjukkan bahwa auditor bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas
kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan salah saji yang material tidak
ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
o

Bukti audit diperoleh dengan cara sampling

o
Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan.
Hal ini disebabkan karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang
kompleks, yang melibatkan sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh
peristiwa-peristiwa di masa depan.
o
Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak
mungkin untuk dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material
melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing.
3.

tidak

terungkap

adalah

Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)

Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja,
sementara kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat
material maupun tidak material.

Kecurangan
dapat
dibedakan
menjadi
misaprosiasi
aktiva
(penyalahgunaan/kecurangan karyawan) dan pelaporan keuangan yang curang
(kecurangan manajemen).
4.

Skeptisme Profesional

Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan
ataupun kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan
sikap skeptisme profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta
penilaian kritis atas bukti audit.

5.
Kecurangan yang
Misaprosiasi Aktiva

Berasal

dari

Pelaporan

Keuangan

yang

Curang

vs

Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan


informasi laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan sedangkan
misaprosiasi aktiva akan mengakibatkan pemegang saham, kreditor, serta pihak
lainnya mengalami kerugian karena aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik
pemiliknya yang sah.

TINDAKAN ILEGAL
Tindakan Ilegal didefinisikan sebagai tindakan yang melanggar hukum atau
peraturan pemerintah selain Kecurangan.
1.

Tindakan ilegal yang berdampak langsung

Pelanggaran atas UU dan peraturan tertentu memiliki dampak keuangan yang


langsung terhadap saldo akun tertentu dalam laporan keuangan. Tanggung jawab
auditor atas tindakan ini sama dengan tanggung jawab auditor atas kekeliruan dan
kecurangan.
2.

Tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung

Sebagian besar tindakan ilegal hanya mempengaruhi laporan keuangan secara


tidak langsung. Standar auditing menyatakan bahwa auditor tidak memberikan
kepastian bahwa tindakan ilegal yang berdampak tidak langsung akan terdeteksi.
Auditor mempunyai 3 tingkat tanggung jawab untuk menemukan dan melaporkan
tindakan ilegal:
1.
Pengumpulan bukti, jika tidak ada alasan untuk percaya bahwa ada tindakan
ilegal yang berdampak tidak langsung

2.
Pengumpulan bukti dan tindakan lainnya apabila ada alasan untuk
mempercayai bahwa tindakan ilegal yang berdampak langsung atau tidak langsung
telah terjadi. Tindakan yang perlu dilakukan adalah:

Meminta keterangan kepada manajemen yang berada satu tingkat di atasnya

Berkonsultasi dengan penasihat hukum klien dan spesialis lainnya

Mempertimbangkan pengumpulan bukti audit tambahan

3.

Tindakan apabila auditor mengetahui suatu tindakan ilegal:

Mempertimbangkan
kecukupan pengungkapan

pengaruhnya

pada

laporan

keuangan

termasuk

Mempertimbangkan pengaruhnya terhadap hubungan kantor akuntan publik


dengan manajemen.

Berkomunikasi dengan komite audit atau pihak lainnya yang memiliki


wewenang yang sama.

SIKLUS LAPORAN KEUANGAN

Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmensegmen yang lebih kecil untuk mempermudah pengelolaan dan pembebanan tugas
pada tim audit.

Pendekatan siklus digunakan untuk mensegmentasi audit. Caranya dengan


tetap mempertahankan hubungan yang erat antara jenis transaksi dan saldo akun
dalam segmen yang sama. Logikanya adalah hal itu terkait dengan cara transaksi
dicatat dalam jurnal dan diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan keuangan.
TRANSAKSI JURNAL

BUKU BESAR, NERACA SALDO, DAN LAPORAN KEUANGAN

Penjualan

J. Penjualan Buku besar dan buku pembantu

Penerimaan Kas

J. Penerimaan Kas
Neraca saldo, buku besar
Akuisisi barang dan jasa

J. Akuisisi

Pengeluaran kas

J. Pengeluaran Kas Laporan keuangan

Jasa dan pembayaran gaji

J. Penggajian

Alokasi dan penyesuaian

J. Umum

Siklus-siklus itu adalah :

Siklus penjualan dan penagihan

Siklus akuisisi dan pembayaran

Siklus penggajian dan personalia

Siklus persediaan dan pergudangan

Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali

Hubungan antara Berbagai Siklus

Siklus transaksi merupakan cara penting untuk menata audit. Para auditor akan
memperlakukan setiap siklus secara terpisah selama proses audit sampai ke batas
praktis dalam rangka mengelola audit yang rumit secara efektif.

Kas Umum

Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali

Siklus penjualan dan penagihan Siklus akuisisi dan pembayaran Siklus


dan personalia

penggajian

Siklus persediaan dan pergudangan

MENETAPKAN TUJUAN AUDIT


Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan menggunakan
pendekatan siklus, yaitu melakukan pengujian audit atas transaksi-transaksi yang
menghasilkan saldo akhir dan juga melakukan pengujian audit atas saldo akun serta
pengungkapan yang terkait. Secara umum auditor telah menemukan bahwa cara
yang paling efisien dan efektif untuk melakukan audit adalah dengan memperoleh
beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas transaksi dan saldo akhir pada akun
yang terkait.
Terdapat 3 tujuan audit:

Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit


objectives), untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dilakukan telah
dicatat dengan tepat

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit objectives),


untuk memastikan saldo suatu akun

Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan


(presentation and disclosure related audit objectives), untuk penyajian dan
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

ASERSI MANAJEMEN

Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekspresikan


oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait
dengan laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsipprinsip GAAP karena asersi ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan
manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan.
Terdapat 3 kategori asersi:
1.

Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit

2.

Asersi tentang saldo akun pada akhir periode

3.

Asersi tentang penyajian dan pengungkapan

Asersi Manajemen untuk Setiap Aktegori Asersi


Asersi Tentang Kelas Transaksi Dan Peristiwa Asersi
Tentang Penyajian dan Pengungkapan

Tentang

Saldo

Akun

Asersi

Keterjadian Transaksi dan peristiwa yang dicatat telah terjadi dan bersangkutan
dengan entitas tersebut. Eksistensi Aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang ada.
Keterjadian dan hak serta kewajiban Peristiwa dan transaksi yang
diungkapkan telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas itu.
Kelengkapan Semua transaksi dan peristiwa yang harus dicatat telah dicatat
Kelengkapan Semua aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas yang harus
dicatat sudah dicatat.
Kelengkapan Semua pengungkapan yang harus
dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dicantumkan.
Keakuratan Jumlah dan data lain yang bersangkutan dengan transaksi dan
peristiwa yang dicatat telah dicatat dengan benar. Penilaian dan alokasi Aktiva,
kewajiban, dan kepentingan ekuitas dimasukkan dalam laporan keuangan pada
jumlah yang tepat dan setiap hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan tepat.
Keakuratan dan penilaian Informasi keuangan dan yang lain telah
diungkapkan secara tepat dan pada jumlah yang tepat.
Klasifikasi Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat.
Hak
dan kewajiban Entitas itu memegang hak atau kendali atas aktiva, dan kewajiban
merupakan kewajiban entitas itu.
Klasifikasi dan dapat dipahami Informasi
keuangan dan yang lain telah disajikan dan diuraikan secara tepat serta
pengungkapan telah dinyatakan dengan jelas.
Cutoff Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat
dengan asersi manajemen karena tanggung jawab auditor adalah menentukan
apakah asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat dibenarkan.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksudkan untuk memberi
kerangka kerja guna membantu auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang
kompeten dan memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan sesuai
dengan penugasan audit.
Tujuan audit umum:

Keterjadian Transaksi yang Dicatat Memang Ada.

Kelengkapan Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat.

Keakuratan Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar.

Posting dan Pengikhtisaran Transkasi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam


File Induk dan Diikhtisarkan dengan Benar.

Klasifikasi Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien Telah Diklasifikasikan


Secara Tepat.

Penetapan Waktu Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar.

Tujuan audit khusus:


Sesudah tujuan audit umum ditentukan, maka tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan transaksi untuk setiap kelas transaksi yang material dapat dikembangkan.
Setidaknya 1 tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi harus disertakan
pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, kecuali auditor
yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau
tidak penting dalam situasi tersebut.
Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Kelas Transaksi dan
Peristiwa dengan Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi keakuratan. Asersi keakuratan
mempunyai 2 tujuan karena harus menyediakan bagi auditor pedoman untuk
mengujii keakuratan transaksi.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO


Tujuan audit ini serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
Tujuan audit ini diterapkan pada saldo akun (seperti piutang usaha dan persediaan)
dan hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-akun neraca. Beberapa
tujuan audit yang diterapkan pada akun-akun laporan laba rugi tertentu bisanya

melibatkan transaksi non rutin dan beban yang tidak dapat dikreditkan (seperti
beban hukum atau perbaikan dan pemeliharaan). Akun-akun laporan laba rugi
lainnya berkaitan erat dengan akun-akun neraca dan diuji secara serentak (seperti
beban penyusutan dengan akumulasi penyusutan dan beban bunga dengan wesel
bayar). Auditor akan mengumpulkan bukti untuk memverfikasi rincian yang
mendukung saldo akun dan bukan memverifikasi saldo akun itu sendiri.

Tujuan audit umum:

Eksistensi Jumlah yang Tercantum Memang Ada.

Kelengkapan Jumlah yang Ada Telah Dicantumkan.

Keakuratan Jumlah yang Dicantumkan telah Dinyatakan dengan Benar.

Klasifikasi Jumlah yang Terncatum dalam Daftar Klien Telah Diklasifikasikan


dengan Tepat.

Cutoff Transaksi yang Mendekati Tanggal Neraca Telah Dicatat pada Periode
yang Tepat.

Hubungan yang Rinci (Detail Tie-In) Rincian Saldo Akun Sesuai dengan
Jumlah pada File Induk yang Berkaitan, Sesuai dengan Total Akun, dan Sesuai
dengan Total Buku Besar.

Nilai yang Dapat Direalisasi Aktiva yang Telah Dicantumkan dalam Jumlah
yang Diestimasi Akan Direalisasi.

Hak dan Kewajiban.

Tujuan audit khusus:


Seperti pada tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, sesudah tujuan audit
umum pada tujuan yang berkaitan dengan saldo ditentukan, maka tujuan audit
khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam laporan
keuangan dapat dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan saldo harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan
dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan
dengan saldo tidak relevan atau tidak penting bagi saldo akun yang sedang
dipertimbangkan.
Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Saldo Akun dengan
Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi tentang penilaian atau alokasi. Asersi ini memiliki
tujuan audit yang banyak karena kerumitan dari isu penilaian itu sendiri dan adanya
kebutuhan untuk menyediakan tambahan panduan bagi para auditor untuk
pengujian penilaian.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Tujuan audit ini biasanya identik dengan asersi manajeman untuk penyajian dan
pengungkapan. Konsep yang diterapkan pada tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo juga berlaku untuk tujuan audit ini.

BAGAIMANA TUJUAN AUDIT DIPENUHI

Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus
dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.

Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu proses auidt, yaitu metodologi
yang telah didefinisikan dengan baik untuk menata audit guna memastikan bahwa
bukti yang diperoleh sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua tujuan audit
yang disyaratkan sudah ditetapkan dan dipenuhi.

Jika klien merupakan sebuah perusahaan publik, auditor juga harus membuat
rencana untuk memenuhi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan pelaporan tentang
keefektifan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Ada 2 pertimbangan
digunakan auditor:

utama

yang

mempengaruhi

pendekatan

ynnag

akan

Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi


tanggung jawab profesional auditor.

Biaya pengumpulan bukti audi ini harus ditekan serendah mungkin.

Ada 4 Fase Audit Laporan Keuangan:


1.

Merencanakan dan merancang pendekatan audit

Auditor menggunakan pemahamannya atas industri klien dan strategi bisnisnya,


serta keefektifan pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji dalam
laporan keuangan. Penilaian ini kemudian akan mempengaruhi rencana dan sifat
audit, penetapan waktu, dan rentang prosedur audit.
2.
Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substanstif atas
transaksi

Pengujian pengendalian adalah pengujian keefektifan pengendalian internal


sebelum ditetapkan untuk mengurangi risiko pengendalian yang direncanakan.

Pengujian substantif adalah verifikasi jumlah moneter transaksi yang dicatat


oleh klien.

3.

Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo

Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai


apakah saldo akun atau data lainnya telah masuk akal.

Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur spesifik yang ditujukan


untuk menguji salah saji moneter pada saldo akun-saldo dalam laporan keuangan.
4.

Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

B. BUKTI AUDIT
Sifat Bukti Audit
Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan
apakah informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam mempengaruhi
auditor memutuskan apakah laporan keuangan telah disajikan dengan prinsip
akutansi yang berlaku umum. Bukti audit ini mencakup informasi yang sangat
persuasif, seperti perhitunga auditor atas surat berharga yang dapat
diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, seperti berbagai tanggapan
atas pertanyaan-pertanyaan dari para karyawan klien.
Berbagai Keputusan Bukti Audit
Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah
bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan aga dapat memberikan keyakinan yang
memadai bahwa berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam
keseluruhan laporan lainnya telah disajikan secara wajar. Berbagai keputusan
auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam empat keputusan
sebagai berikut :
1.

Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan.

2.

Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu.

3.

Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi.

4.

Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.

Berbagai Prosedur Audit


Prosedur audit adalah rincian instruksi untuk pengumpulan jenis bukti audit yang
diperoleh pada suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit. Sebagai
contoh, dalam suatu prosedur audit untuk pengujian transaksi pengeluaran kas
adalah : ambillah buku jurnal pengeluaran kas dan bandingkanlah nama si

pembayar, nilai uang, dan tanggal pada berbagai cek yang ditangguhkan dengan
data yang terdapat dalam buku jurnal pengeluaran kas.
Ukuran Sampel, Setelah memilih prosedur audit, mungkin sekali memilih beragam
ukuran sampel dari hanya satu sampel hingga semua item yang terdapat dalam
populasi yang sedang diuji. Keputusan untuk memilih seberapa banyak item yang
akan diuji haruslah dibuat oleh auditor untuk masing-masing prosedur audit yang
ada.
Item item yang Terpilih, Setelah penentuan ukuran sampel untuk prosedur audit
dilakukan, haruslah ditentukan item-item mana dari populasi yang akan diuji. Jika
auditor memutuskan untuk memilih 50 cek yang ditanggukan dari populasi sebesar
6.600 cek, maka dapat digunakan metode : (1) memilih 50 cek pertama yang
tercatat dalam periode satu minggu, (2) memilih 50 cek bernilai terbesar, (3)
memilih cek-cek tersebut secara acak atau (4) memilih cek-cek yang menurut
auditor memiliki kemungkinan kandungan kekeliruan yang besar.
Pemilihan Waktu yang Tepat, Audit atas laporan keuangan umumnya mencakup
periode waktu tertentu seperti satu tahun, dan umumnya proses audit baru selesai
dilaksanakan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan setelah berakhirnya
suatu periode tertentu. Keputusan untuk pemilihan waktu auditpun dipengaruhi
oleh kapan audit tersebut harus diselesaikan agar sesuai dengan kebutuhan klien.
Program Audit
Daftar atas berbagai prosedur audit untuk area audit tertentu atau untuk
keseluruhan proses audit disebut dengan program audit. Program audit selalu
mengandung daftar rangkaian prosedur audit dan seringkali didalamnya mencakup
pula ukuran sampel, item-item yang dipilih, dan waktu pelaksanaan pengujian
tersebut.
Persuasivitas Bukti Audit
Dua penentu persuasivitas bukti audit adalah ketepatan dan mencukupi.
1.
Ketepatan bukti (appropriateness of evidence), adalah ukuran mutu bukti
yang berarti relevansi dan reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk kelas
transaksi saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan , jika suatu bukti dianggap
sudah sangat tepat, hal itu akan membantu meyakinkan auditor bahwa laporan
keuangan telah disajikan dengan wajar.
Perhatian bahwa ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang
dipilih. Ketepatan ini tidak dapat diperbaiki dengan memilih ukuran sample yang
lebih besar atau item-item yang populasi yang berbeda. Ketepatan hanya dapat
diperbaiki dengan memilih prosedur audit yang lebih relevan yang memberikan
bukti audit yang andal.

Relevansi bukti, bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang
akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat dipercaya. Relevansi hanya
dapat dipertimbangkan dalam tujuan audit spesifik, bukti audit barangkali relevan
untuk suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan untuk tujuan audit lainnya.
Reliabilitas bukti, mengacu pada tingkat dimana bukti itu dapat dipercaya atau
layak dipercaya. Seperti relvansi, jika bukti dapat diandalkan. Bukti tersebut sangat
membatu auditor dalam memberi keyakinan bahwa laporan telah disajikan secara
wajar. Sebagai contoh, jika auditor melakukan perhitungan persediaan, hasil
perhitungan auditor lebih dapat diandalkan jika dibandingkan dengan amanajemen
yang memberikan jumlah yang dihitung sendiri kepada auditor.
Reliabilitas tergnatung pada enam karakteristik bukti yang dapat diandalkan
sebagai berikut:
1.
Independensi Penyedia Bukti, bukti audit yang diperoleh dari sumber diluar
entitas akan lebih dapat dipercaya daripada bukti audit yang diperoleh dari dalam
entitas. Berbagai dokumen yang berasal dari luar orgnisasi klien akan dianggap
lebih terpercaya daripada dokmen yang berasal dari intern perusahaan serta tidak
pernah dikirin keluar organisasi.
2.
Efektivitas Pengendalian Intern Klien, jika pengendalian intern klien berjalan
efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan lebih dapat dipercaya daripada jika
pengendalian intern itu lemah.
3.
Pemahaman Langsung Auditor, bkti audit yang diperoleh langsung oleh
auditor melalui pengujian fisik, observasi, penghitungan dan inspeksi akan lebih
kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.
4.
Berbagai Kualifikasi Individu yang Menyediakan Informasi, walaupun jika
sumber informasi itu bersifat independen, bukti audit tidak akan dapat dipercaya
kecuali jika individu yang menydiakan informasi tersebut memiliki kualifikasi untuk
melakukan itu.
5.
Tingkat Obyektivitas, bukti yang obyektif akan lebih dapat dipercaya
daripada bukti yang membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan
apakah bukti tersebut memang benar.
6.
Ketepatan Waktu, ketepatan waktu atas bukti audit dapat merujuk baik ke
kapan bukti itu dikumpulkan atau kapan periode waktu yang tercover oleh proses
audit itu. Umumnya butki audit untuk mendukung akun-akun neraca akan lebih
tepat untuk dikumpulkan pada masa-masa yang dekat dengan tanggal neraca.
2.
Kecukupan, kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan kecukupannya.
Pada umumnya kecukupan bukti diukur dengan ukuran sampel yang dipilih oleh
auditor. Beberapa faktor mempengaruhi kecukupan ukuran sampel audit. Dua faktor

paling penting adalah ekspektasi auditor atas kemungkinan salah saji dan
efektivitas dari pengendalian intern klien.
Efek
Gabungan,
persuasivitas
bukti
hanya
dapat
dievaluasi
setelah
mempertimbangkan kombinasi antara kompetensi dan kecukupan termasuk pula
pengaruh-pengaruh dari berbagai faktor yang mempengaruhi kompetensi dan
kecukupan ini. Terdapat hubungan langsung antara keempat keputusan bukti audit
dan dua kualitas yang menentukan persuasivitas bukti audit yaitu dari tabel 7-1.
Persuasivitas dan Biaya, dalam membuat berbagai keputusan tentang bukti audit
pada suatu proses audit, baik persuasivitas maupun biaya harus turut
dipertimbangkan, sangatlah jarang terjadi ketika hanya satu jenis bukti audit saja
yang tersedia untuk memverifikasi informasi. Persuasivitas dan biaya dari semua
alternatif harus masuk dalam pertimbangan auditor sebelum ia memilih suatu atau
beberapa jenis bukti audit yang terbaik. Tujuan auditor adalah memperoleh
sejumlah bukti audit yang cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang paling
mungkin dicapai.
Tabel 7-1, Berbagai Hubungan antara Keputusan-keputusan Bukti Audit dan
Persuasivitas
Berbagai Keputusan Bukti Audit Berbagai
Persuasivitas Bukti

Kualitas

yang

Berbagai prosedur audit dan waktu pelaksanannya Kompetensi


Relevansi
Independensi penyedia bukti
Efektivitas pengendalian intern
Pemahaman langsung auditor
Berbagai kualifikasi penyedia bukti
Obyektivitas bukti
Ketepatan waktu
Kapan pelaksanaan prosedur-prosedur tersebut
Bagian periode yang diaudit
Ukuran sampel dan item-item yang dipilih
Ukuran sampel memadai
Memilih item-item populasi yang tepat

Kecukupan

Mempengaruhi

Jenis-jenis Bukti Audit


Beberapa jenis bukti audit antara lain :
1.

Pengujian Fisik (physical examination)

Merupakan inspeksi atau penghitungan yang dilakukan auditor atas aktiva yang
berwujud (tangible asset). Pengujian fisik, yang secara langsung berarti verifikasi
atas aktiva yang benar-benar ada (tujuan keberadaan), dianggap sebagai salah satu
jenis bukti audit yang paling terpercaya dan berguna.
2.

Konfirmasi (confirmation)

Menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari


pihak ketiga yang independen, yang memverifikasikan keakuratan informasi
sebagaimana yang diminta oleh auditor. Konfirmasi berdasarkan SAS 67 (AU 330)
terbagi menjadi dua yaitu :

Konfirmasi positif, yang meminta penerimanya untuk merespon dalam semua


keadaan

Konfirmasi negatif, dimana penerima diminta untuk merespon hanya saat


konfirmasi tidak benar.
Informasi yang sering Dikonfirmasikan
INFORMASI SUMBER
Aktiva
Kas pada bank
Piutang dagang
Surat piutang
Persediaan diluar dan dikonsinyasikan
Persediaan tersimpan dalam gudang umum
Nilai kas dalam asuransi jiwa

Bank

Pelanggan
Pembuat surat
Pihak yang menerima konsinyasi

Gudang umum
Perusahaan asuransi
Kewajiban
Utang dagang
Surat utang
Uang muka dari pelanggan
Utang hipotik
Utang obligasi

Kreditur

Pemberi pinjaman
Pelanggan
Pemberi hipotik
Pemegang
Modal
Saham yang beredar

Pencatat saham dan agen transfer saham

Informasi lainnya :
Nilai cakupan asuransi
Kewajiban kontingen

Perjanjian obligasi
Agunan yang dikuasai oleh para kreditur
Perusahaan asuransi
Bank, pemberi pinjaman dan penasehat hukum klien
Pemegang obligasi
kreditur

3.

Dokumentasi (documentation)

Adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan klien untuk
mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan.
Dokumen-dokumen secara sederhana dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Dokumen internal, yaitu dokumen yang dipersiapkan dan dipergunakan


dalam organisasi klien sendiri serta tidak pernah disampaikan kepada pihak-pihak di
luar organisasi seperti pelanggan atau pemasok klien.

Dokumen eksternal, adalah dokumen yang pernah berada dalam genggaman


seseorang di luar organisasi yang mewakili pihak yang menjadi klien dalam
melakukan transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada di tangan klien atau
dengan segera dapat diakses oleh klien.
Ketika para auditor mempergunakan dokumentasi sebagai alat untuk mendukung
berbagai pencatatan atas transaksi atau nilai transaksi, hal tersebut seringkali
disebut sebagai vouching. Pada banyak perusahaan, sejumlah besar proporsi
dokumentasi klien hanya tersedia dalam bentuk formulir elektronik, sebagai
contoh : Electronic Data Interchange (EDI).
4.

Prosedur analitis (analytical procedure)

Prosedur analitis digunakan untuk tujuan berbeda atas sebuah audit. Tujuan
tersebut antara lain:

Memahami industri dan bisnis klien

Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas

Menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan


keuangan

Mengurangi ujian audit rinci

5.

Wawancara kepada klien (inquiries of the client)

Wawancara adalah upaya untuk memperoleh informasi baik secara lisan maupun
tertulis dari klien sebagai tanggapannya atas berbagai pertanyaan yang diajukan
oleh auditor. Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien melalui wawancara,
namun bukti tersebut tidak dapat dinyatakan sebagai bukti yang meyakinkan
karena tidak diperoleh dari sumber yang independen dan mungkin cenderung
mendukung pihak klien.

6.

Hitung uji (reperformance)

Melibatkan pengujian kembali berbagai penghitungan dan transfer informasi yang


dibuat oleh klien pada suatu periode yang berada dalam periode audit pada

sejumlah sampel yang diambil auditor. Pengujian ini terdiri atas keakuratan
aritmatis klien.
7.

Observasi (observation)

Merupakan penggunaan panca indera perasa untuk menilai aktivitas-akitivitas


tertentu. Sepanjang proses audit, terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk
mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa dan penciumannya
dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka ragam.
Kompetensi Jenis-Jenis Bukti
Berbagai karakteristik untuk menentukan kompetensi bukti audit dapat dilihat pada
table berikut :
KOMPETENSI JENIS-JENIS BUKTI
Kriteria Untuk Menentukan Kompetensi
Jenis Bukti Independensi Penyedia Bukti
Efektivitas Pengendalian Intern Klien
Pemahaman Langsung Auditor Kualifikasi Penyedia Bukti Obyektifitas Bukti
Pengujian Fisik
Tinggi (auditor memilikinya)
tinggi (auditor sebagai penyedia)
Tinggi

Bervariasi Tinggi

Konfirmasi Tinggi Tidak tersedia


Tinggi

Bervariasi Umumnya tinggi

Rendah

Umumnya

Dokumentasi
Beragam penyedia eksternal lebih independen dari penyedia
internal
Bervariasi
Rendah
Bervariasi
Tinggi
Prosedur Analitis Tinggi/rendah (dilakukan auditor melakukan/klien menanggapi
Bervariasi
Rendah
Umumnya tinggi (auditor melakukan/klien menanggapi)
Bervariasi Umumnya rendah
Wawancara kepada klien Rendah (klien menjadikan)
Bervariasi Bervariasi rendah ke tinggi

N/A

Rendah

Hitung Uji
Tinggi (auditor melakukan)
melakukan penyedia)
Tinggi

Bervariasi

Tinggi Tinggi (auditor

Observasi
Tinggi (auditor melakukan)
(auditor melakukan penyedia) Sedang

Bervariasi

Tinggi Umumnya tinggi

Dua jenis bukti audit yang paling mahal biayanya adalah pengujian fisik dan
konfirmasi, sedangkan dokumentasi dan prosedur analitis memerlukan biaya pada
tingkat yang moderat. Tiga jenis bukti audit yang paling rendah biayanya adalah
observasi, wawancara kepada klien dan hitung uji.

Dokumentasi Audit
Dokumentasi audit adalah catatan yang disimpan oleh auditor dari prosedur yang
diterapkan, ujian yang dilakukan, informasi yang diperolah dan kesimpulan yang
berhubungan yang dicapai dalam perjanjian. Tujuan utama dari dokumentasi audit
adalah untuk membantu auditor menyediakan jaminan wajar bahwa audit yang
memadai telah dilakukan sesuai dengan standar audit umum yang diterima (GAAS).
Atau, dokumentasi audit saat bersinggungan dengan audit tahun sekarang,
memberikan sebuah dasar untuk merencanakan audit, sebuah catatan bukti yang
diakumulasikan dan hasil dari ujian, data untuk menentukan jenis laporan audit
yang tepat, dan sebuah dasar untuk ditelaah oleh penyelia dan rekanan. Kebutuhan
untuk memelihara hubungan rahasia dengan klien diperlihatkan dalam aturan 301
dari kode perilaku professional, yang menyatakan :
seorang anggota tidak boleh mengungkapkan suatu informasi rahasia yang
diperoleh dalam rangkaian perjanjian professional kecuali dengan persetujuan klien
Isi dan organsasi arsip audit atau dokumentasi audit yang terorganisasi terdiri atas :
1.

Arsip Permanen,

Disengaja untuk mengandung data yang sifatnya historis atau berlanjut yang
bersinggungan dengan audit saat ini. Biasanya meliputi beberapa hal antara lain:

Ekstrak atau salinan dari dokumentasi perusahaan yang terus menerus


penting sebagai artikel inkoprporasi, anggaran rumah tangga, perjanjian obligasi
dan kontrak.

Analisis dari tahun sebelumnya, dari akun yang senantiasa penting bagi
auditor

Informasi yang berhubungan dengan pemahaman akan kontrol internal dan


penilain resiko kontrol

Hasil dari prosedur analitis atas audit tahun sebelumnya

Prosedur analitis dan pemahaman tentang control internal dan penilaian resiko
kontrol disertakan dalam arsip audit periode sekarang lebih daripada arsip
permanen oleh banyak perusahaan akuntan publik.
2.

Arsip Sekarang

Mencakup semua dokumentasi audit yang bisa diterapkan ke tahun audit. Ada
kumpulan arsip permanen untuk klien dan sekumpulan arsip sekarang untuk
masing-masing tahun audit. Jenis informasi yang disertakan dalam arsip sekarang
antara lain :

Program audit

Biasanya dipelihara dalam arsip terpisah untuk memperbaiki koordinasi dan


mengintegrasikan semua bagian audit, walaupun sebagian perusahaan juga
menyertakan sebuah salinan program audit untuk setiap bagian audit pada
dokumentasi audit bagian itu.

Informasi umum

Sebagian arsip audit mencakup informasi periode sekarang yang sifatnya umum
bukannya dirancang untuk mendukung jumlah laporan keuangan tertentu.

Neraca saldo berjalan

Karena dasar untuk menyiapkan laporan keuangan adalah buku besar umum,
jumlah yang disertakan dalam catatan adalah titik utama dari audit. Seawal
mungkin setelah tanggal neraca saldo, auditor memperoleh atau menyiapkan daftar
buku besar umun dan saldo akhir tahun mereka. Jadwal ini adalah neraca saldo
berjalan

Menyesuaikan dan Reklasifikasi ayat jurnal, saat auditor menemukan


kesalahan penyajian material dalam catatan akutansi, laporan keuangan harus
diperbaiki. Hanya penyesuaian dan reklasifikasi ayat jurnal yang sangat
mempengaruhi penyajian wajar atas laporan keuangan yang harus dilakukan.

Jadwal pendukung

Merupakan bagian terbesar dokumentasi audit yang disiapkan oleh klien atau
auditor untuk mendukung jumlah tertentu pada laporan keuangan. Jenis utama dari
jadwal pendukung antara lain :
1.

Analisis

2.

Neraca saldo atau daftar

3.

Rekonsiliasi jumlah

4.

Ujian kewajaran

5.

Ringkasan prosedur

6.

Penyelidikan dokumen pendukung

7.

Informasional

8.

Dokumentasi luar

Efek E-Commerce pada Bukti Audit dan Dokumentasi Audit

Bukti audit makin meningkat dalam bentuk elektronik dan auditor harus
mengevaluasi bagaimana informasi elektronik mempengaruhi kemampuan mereka
untuk mengumpulkan bukti kompeten yang cukup. Saat bukti hanya bisa diperiksa
dalam bentuk yang bisa cibaca mesin, auditor menggunakan computer untuk
membaca dan memeriksa bukti. Ada program perangkat lunak audit komersil yang
dirancang khusus untuk digunakan oleh para auditor. Auditor juga menggunakan
teknologi untuk mengubah dokumentasi berbasis kertas menjadi arsip elektronik
dan untuk mengatur dokumentasi audit. Selain itu auditor juga menggunakan
jaringan area lokal dan program perangkat lunak kelompok untuk mengakses
dokumentasi audit secara simultan dari lokasi yang jauh.
C. KERTAS KERJA
Pendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. Dalam PSA
No.15, kertas kerja (SA 339.03)menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatancatatan yang diselenggarakan auditor auditor mengenai audit yang ditempuhnya ,
pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang
dibuatnya sehubungan dengan auditnya yang berfungsi untuk:
1. Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit
2. Membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit
3. Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing
Jenis-jenis Kertas Kerja
Berbagai kertas kerja dibuat auditor selama audit berlangsung. Kertas kerja
tersebut terdiri dari
1. Daftar saldo pemeriksaan
2. Daftar dan analisis
3. Memorandum dan informasi pendukung, dan
4. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi.
Daftar Saldo Pemeriksaan
Kertas kerja daftar saldo pemeriksaan sangat pentingdalam suatu audit, karena:
1. Merupakan penghubung antara rekening-rekening buku besar klien dengan pospos yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
2. Merupakan pengontrolatas kertas-kertas kerja yang lain.
3. Memberi petunjuk pada kertas kerja yang mana dimuat bukti audit untuk setiap
pos laporan keuangan.

Daftar dan Analisis


Istilah kertas kerja daftar dan kertas kerja analisis bisa dipakai saling menggantikan
untuk menunjukkan kertas kerja individual yang berisi bukti-bukti yang mendukung
pos-pos yang terdapat dalam daftar saldo pemeriksaan. Apabila beberapa rekening
buku besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka perlu dibuat suatu daftar
kelompok (atau bisa disebut juga daftar utama). Selain menunjukkan rekeningrekening buku besar yang termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, daftar
utama menunjukkan pula kertas kerja daftar atau analisis individual yang berisi
bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing rekening yang termauk dalam
kelompok yang bersangkutan.
Daftar atau analisis individual seringkali menunjukkan komposisi dari suatu saldo
rekening pada suatu tanggal tertentu, apabila auditor melakukan audit atas piutang
dagang, maka ia akan membuat daftar utama untuk piutang dagang yang berisi
daftar saldo piutang pada setiap debitor. Atau dalam hal auditor melakukan audit
atas surat berharga, maka ia akan membuat daftar semua investasi masing-masing
yang totalnya sama dengan saldo rekening surat berharga dibuku besar. Kertas
kerja daftar saldo bisa juga menunjukkan perubahan yang terjadi pada satu atau
lebih saldo yang berhubungan selama periode yang diliput laporan keuangan.
Dalam keadaan tertentu, auditor menyusun daftar dari suatu rekening tertentu
yang diberi index DOK yang berarti disusun oleh klien. Auditor selanjutnya
melakukan pemeriksaan atas daftar tersebut dengan menyantumkan tickmark
(tanda prosedur yang dikerjakan) beserta penjelasan dalam kertas kerja.
PEMBUATAN KERTAS KERJA
Teknik penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja, yaitu:
1. Judul setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas menunjukkan
isi kertas kerja yang bersangkutan.
2. Nomor Index setiap kertas kerja harus diberi index atau nomor referensi,
misalnya A-1, B-2, dan sebagainya, untuk keperluan pemberian identifikasi dan
pengarsipan.
3. Referensi-Silang data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja
lain atau dipindah atau dibawa ke kertas kerja lain, harus diberi referensi silang
dengan nomor index dari kertas-kertas kerja tersebut.
4. Tanda Pengerjaan(tick marks) tanda pengerjaan adalah simbol, seperti tanda
silang ,centang, atau tanda lainnya, yang digunakan pada kertas kerja untuk
menunjukkan bahwa auditor telah melakukan prosedur audit tertentu pada bagian
yang diberi tanda pengerjaan, atau bahwa tambahan informasi tentang sesuatu hal
terdapat pada kertas kerja lain yang ditunjukkan oleh tanda pengerjaan yang
bersangkutan.

5. Tandatangan dan Tanggal segera setelah menyelesaikan tugasnya,baik


pembuat maupun orang yang mereview kertas kerja, harus menandatangani dan
mencantumkan tanggal pada kertas kerja yang bersangkutan. Hal ini diperlukan
agar jelas siapa penanggungjawab dalam pembuatan kertas kerja maupun orang
yang telah mereview kertas kerja.
REVIEW ATAS KERTAS KERJA
Review atas kertas kerja dalam suatu kantor akuntan publik dilakukan pada
berbagai tingkat. Pada tahap pertama, review dilakukan oleh pengawas
langsung(supervisor) dari si pembuat kertas kerja, misal auditor senior atau
manager. Review ini dilakukan apabila pekerjaan atas suatu bagian audit tertentu
telah selesai dikerjakan. Review berikutnya dilakukan atas kertas kerja apabila
seluruh pekerjaan lapangan telah selesai dikerjakan.
PENGARSIPAN KERTAS KERJA
Kertas kerja biasanya diarsipkan berdasarkan dua kategori, yaitu:
1. Arsip permanen
Berisi data yang diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan di
masa datang untuk klien yang bersangkutan.
2. Arsip Tahun Berjalan
Berisi informasi penguat yang berhubungan dengan pelaksanaan program audit
pada tahun berjalan.
Hal-hal yang biasanya dimasukkan kedalam arsip permanen adalah:
a. Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan
b. Kode rekening dan buku pedoman prosedur
c. Bagan organisasi
d. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama.
e. Ketentuan-ketentuan penerbitan saham dan obligasi.
f. Salinan kontrak-kontrak jangka panjang.
g. Daftar rencana depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang.
h. Ringkasan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien.
PEMILIK DAN PENYIMPAN KERTAS KERJA

Kertas kerja adalah milik auditor, namun hak pemilikan auditor atas kertas kerja ini
mendapat kendala dari organisasi profesi si auditor sendiri.Kertas kerja disimpan
auditor dan ia bertanggungjawab untuk menjaga keamanan dan kerahasiaannya.
Kertas kerja dalam kategori kertas kerja permanen, disimpan untuk waktu yang tak
terbatas, sedangkan kertas kerja tahun berjalan disimpan oleh auditor sepanjang
diperlukan oleh auditor untuk melayani klien atau untuk memenuhi ketentuan
undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai