Anda di halaman 1dari 9

Nama : Aprilia Angelita

Nim : 2018320085

Pemeriksaan akuntansi

RESUME

TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT

TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN


Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan
prinsip-pinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).

Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit:


1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
• Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan
dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap perlu. Jika
manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor tidak dapat
diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan
pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.

TANGGUNG JAWAB AUDITOR


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material,
apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk mendeteksi salah saji yang tidak material.

1. Salah Saji yang Material vs Tidak Material


Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan untuk
mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Auditor
bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas
telah dipenuhi. Sedangkan untuk menemukan semua salah saji yang tidak material memerlukan
biaya yang sangat besar, tidak sejalan dengan prinsip cost-benefit.

2. Kepastian yang Layak


Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa laporan
keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini menunjukkan bahwa auditor
bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi kemungkinan
salah saji yang material tidak ditemukan dapat terjadi.

Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:


o Bukti audit diperoleh dengan cara sampling
o Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini disebabkan
karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang melibatkan sejumlah
ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa depan.

o Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin untuk
dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit
sesuai dengan standar auditing.

3. Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)


Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara
kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat material maupun tidak
material.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva (penyalahgunaan/kecurangan
karyawan) dan pelaporan keuangan yang curang (kecurangan manajemen).

4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun
kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti audit.

5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan informasi
laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan sedangkan misaprosiasi aktiva
akan mengakibatkan pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian karena
aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik
SIKLUS LAPORAN KEUANGAN
• Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen-segmen yang lebih
kecil untuk mempermudah pengelolaan dan pembebanan tugas pada tim audit.

• Pendekatan siklus digunakan untuk mensegmentasi audit. Caranya dengan tetap


mempertahankan hubungan yang erat antara jenis transaksi dan saldo akun dalam segmen yang
sama. Logikanya adalah hal itu terkait dengan cara transaksi dicatat dalam jurnal dan
diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan keuangan.

Siklus-siklus itu adalah :


• Siklus penjualan dan penagihan
• Siklus akuisisi dan pembayaran
• Siklus penggajian dan personalia
• Siklus persediaan dan pergudangan
• Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali

Hubungan antara Berbagai Siklus


Siklus transaksi merupakan cara penting untuk menata audit. Para auditor akan memperlakukan
setiap siklus secara terpisah selama proses audit sampai ke batas praktis dalam rangka mengelola
audit yang rumit secara efektif. Kas UmumSiklus akuisisi modal dan pembayaran kembali Siklus
penjualan dan penagihan Siklus akuisisi dan pembayaran Siklus penggajian dan personalia
Siklus persediaan dan pergudangan

MENETAPKAN TUJUAN AUDIT


Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan siklus,
yaitu melakukan pengujian audit atas transaksi-transaksi yang menghasilkan saldo akhir dan juga
melakukan pengujian audit atas saldo akun serta pengungkapan yang terkait. Secara umum
auditor telah menemukan bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan audit
adalah dengan memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas transaksi dan saldo
akhir pada akun yang terkait.

Terdapat 3 tujuan audit:


• Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives), untuk
memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dilakukan telah dicatat dengan tepat

• Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit objectives), untuk memastikan
saldo suatu akun

• Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure
related audit objectives), untuk penyajian dan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dengan laporan
keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip GAAP karena asersi ini
merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan
informasi akuntansi dalam laporan keuangan.

Terdapat 3 kategori asersi:


1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan

Asersi Manajemen untuk Setiap Aktegori Asersi


Asersi Tentang Kelas Transaksi Dan Peristiwa Asersi Tentang Saldo Akun Asersi Tentang
Penyajian dan Pengungkapan
Keterjadian – Transaksi dan peristiwa yang dicatat telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas
tersebut.

Eksistensi – Aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang ada. Keterjadian dan hak serta kewajiban –
Peristiwa dan transaksi yang diungkapkan telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas itu.
Kelengkapan – Semua transaksi dan peristiwa yang harus dicatat telah dicatat Kelengkapan –
Semua aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas yang harus dicatat sudah dicatat.

Kelengkapan – Semua pengungkapan yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah
dicantumkan.
Keakuratan – Jumlah dan data lain yang bersangkutan dengan transaksi dan peristiwa yang
dicatat telah dicatat dengan benar.

Penilaian dan alokasi – Aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas dimasukkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang tepat dan setiap hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan tepat.

Keakuratan dan penilaian –Informasi keuangan dan yang lain telah diungkapkan secara tepat dan
pada jumlah yang tepat.
Klasifikasi – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat. Hak dan kewajiban –
Entitas itu memegang hak atau kendali atas aktiva, dan kewajiban merupakan kewajiban entitas
itu.

Klasifikasi dan dapat dipahami –Informasi keuangan dan yang lain telah disajikan dan diuraikan
secara tepat serta pengungkapan telah dinyatakan dengan jelas.
Cutoff – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.

TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI


Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat dengan asersi
manajemen karena tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah asersi manajemen tentang
laporan keuangan dapat dibenarkan.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksudkan untuk memberi kerangka kerja
guna membantu auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten dan memutuskan bukti
audit yang tepat yang harus dikumpulkan sesuai dengan penugasan audit.

Tujuan audit umum:


• Keterjadian – Transaksi yang Dicatat Memang Ada.

• Kelengkapan – Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat.

• Keakuratan – Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar.

• Posting dan Pengikhtisaran – Transkasi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam File Induk dan
Diikhtisarkan dengan Benar.

• Klasifikasi – Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien Telah Diklasifikasikan Secara Tepat.

• Penetapan Waktu – Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar.

Tujuan audit khusus:


Sesudah tujuan audit umum ditentukan, maka tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
transaksi untuk setiap kelas transaksi yang material dapat dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan transaksi harus disertakan pada setiap tujuan audit umum
yang berkaitan dengan transaksi, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang berkaitan
dengan transaksi tidak relevan atau tidak penting dalam situasi tersebut.
Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Kelas Transaksi dan Peristiwa
dengan Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi keakuratan. Asersi keakuratan mempunyai 2 tujuan
karena harus menyediakan bagi auditor pedoman untuk mengujii keakuratan transaksi.

BAGAIMANA TUJUAN AUDIT DICAPAI


• Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk
memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.

• Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu proses auidt, yaitu metodologi yang telah
didefinisikan dengan baik untuk menata audit guna memastikan bahwa bukti yang diperoleh
sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan
dan dipenuhi.

• Jika klien merupakan sebuah perusahaan publik, auditor juga harus membuat rencana untuk
memenuhi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan pelaporan tentang keefektifan pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.

Ada 2 pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan ynnag akan digunakan auditor:
• Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab
profesional auditor.

• Biaya pengumpulan bukti audi ini harus ditekan serendah mungkin.

Ada 4 Fase Audit Laporan Keuangan:


1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Auditor menggunakan pemahamannya atas industri klien dan strategi bisnisnya, serta keefektifan
pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji dalam laporan keuangan. Penilaian ini
kemudian akan mempengaruhi rencana dan sifat audit, penetapan waktu, dan rentang prosedur
audit.

2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substanstif atas transaksi


• Pengujian pengendalian adalah pengujian keefektifan pengendalian internal sebelum ditetapkan
untuk mengurangi risiko pengendalian yang direncanakan.
• Pengujian substantif adalah verifikasi jumlah moneter transaksi yang dicatat oleh klien

.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
• Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo akun
atau data lainnya telah masuk akal.
• Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah
saji moneter pada saldo akun-saldo dalam laporan keuangan.

4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit

Anda mungkin juga menyukai