Anda di halaman 1dari 12

TUJUAN AUDIT

“Auditing 1”

Oleh :

Nurul Amalia (202030001)

Rezky Arham Syaputra (202030015)

STIEM BONGAYA MAKASSAR


AUDITING 1
KELAS J
A. TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu

pendapat yang diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan

disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan

kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor ini

menambah tingkat keyakinan pengguna yang bersangkutan terhadap laporan

keuangan (kata pengantar standar auditing AICPA yang terklarifikasi).

Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan Audit:

1) Memahami tujuan dan tanggung jawab Audit,

2) Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus,

3) Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan,

4) Mengetahui tujuan Audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan

pengungkapan.,

5) Mengetahui tujuan Audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan

pengungkapan.

B. MENETAPKAN TUJUAN AUDIT

Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan

menggunakan pendekatan siklus, yaitu melakukan pengujian audit atas

transaksi-transaksi yang menghasilkan saldo akhir dan juga melaksanakan

pengujian audit atas saldo akun serta pengungkapan yang terkait. Meskipun

auditor benar-benar merasa yakin bahwa setiap kelas transaksi elah

dinyatakan dengan benar, Namun hampir selalu tidak praktis bagi auditor

untuk memperoleh kepastian 100% tentang kebenaran setiap kelas transaksi,

yang mengakibatkan kepastian yang lebih kecil tentang saldo akhir. Dalam

hampir semua audit, kepastian secara keseluruhan dapat ditingkatkan

dengan juga mengaudit saldo akhir. Secara umum, auditor telah menemukan
bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan audit adalah

dengan memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas

transaksi dan saldo akhir pada akun yang terkait.

 Untuk setiap kelas transaksi, beberapa tujuan audit yang harus dipenuhi

sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa transaksi-transaksi tersebut

telah dicatat dengan tepat. Tujuan ini disebut sebagai tujuan audit yang

berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives)

Sebagai contoh, terdapat tujuan audit khusus yang berkaitan dengan

transaksi penjualan serta tujuan audit khusus yang berkaitan dengan

transaksi retur dan pengurangan harga penjualan.

 Demikian pula, beberapa tujuan audit harus dipenuhi untuk setiap saldo

akun, yang disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo

(balance-related audit objectives). Sebagai contoh, ada tujuan audit

khusus yang berkaitan dengan saldo piutang usaha dan tujuan audit

khusus yang berkaitan dengan saldo utang usaha. Nanti akan

diperlihatkan bahwa tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan

yang berkaitan dengan saldo agak berbeda, tetapi berkaitan erat.

 Kategori ketiga tujuan audit berkaitan dengan penyajian dan

pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, yang disebut tujuan

audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan

(presentation and disclosure related audit objectives). Sebagai

contoh, ada tujuan audit khusus yang berkaitan dengan penyajian dan

pengungkapan untuk piutang usaha serta wesel bayar.


C. ASERSI MANAJEMEN

Asersi manajemen (management assertions) adalah representasi

pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh manajemen tentang kelas

transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dalam laporan

keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku umum (GAAP/PSAK), karena asersi ini merupakan

bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan

mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. auditing

adalah pembandingan informasi (laporan keuangan) dengan kriteria yang

telah ditetapkan (asersi yang ditetapkan sesuai dengan standar akuntansi).

Karena itu, auditor harus memahami asersi-asersi ini untuk melaksanakan

audit yang memadai.

Standar auditing internasional dan standar auditing AICPA

mengklasifikasikan asersi ke dalam tiga kategori:

1) Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang

diaudit,

2) Asersi tentang saldo akun pada akhir periode,

3) Asersi tentang penyajian dan pengungkapan.

D. TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI

Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan

berhubungan erat tlengan asersi manajemen tentang kelas transaksi. Ada

perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan

tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas

transaksi.
Tujuan Audit Umum Yang Berkaitan Dengan Transaksi:

1) Keterjadian-Transaksi yang Dicatat Memang Ada Tujuan ini

berkenaan dengan apakah transaksi yang tercatat memang benar-

benar terjadi. Pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal

penjualan padahal transaksi itu tidak terjadi merupakan pelanggaran

atas tujuan keterjadian. Tujuan ini merupakan padanan auditor atas

asersi manajemen tentang keterjadian untuk kelas transaksi.

2) Kelengkapan-Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat Tujuan ini

bersangkutan dengan apakah semua transaksi yang harus

dimasukkan dalam jurnal benar-benar telah dicatatkan. Kelalaian

untuk memasukkan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan

dan buku besar ketika transaksi penjualan itu terjadi melanggar tujuan

kelengkapan. Tujuan ini merupakan padanan bagi asersi manajemen

tentang kelengkapan untuk kelas transaksi.

3) Keakuratan-Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah

yang Benar Tujuan ini membahas keakuratan informasi tentang

transaksi akuntansi dan merupakan salah satu bagian dari asersi

keakuratan untuk kelas transaksi.

4) Posting dan Pengikhtisaran-Transaksi yang Dicatat Dimasukkan

ke dalam File Induk dan Diikhtisarkan dengan Benar Tujuan ini

berkaitan dengan keakuratan transfer informasi dari transaksi yang

dicatat dalam jurnal ke buku besar pembantu dan ke buku besar. Ini

merupakan bagian dari asersi keakuratan untuk kelas transaksi.

5) Klasifikasi-Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien telah

Diklasifikasikan secara Tepat Tujuan ini menyatakan apakah

transaksi telah dimasukkan dalam akun yang tepat, dan merupakan


padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen untuk kelas

transaksi.

6) Penetapan Waktu-Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar

Tujuan penetapan waktu transaksi merupakan padanan auditor atas

asersi cutoff manajemen. Kesalahan penetapan waktu terjadi jika

suatu transaksi tidak dicatat pada hari terjadinya.

Keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi yang

dibahas di sini dapat diterapkan pada setiap kelas transaksi, dan dinyatakan

dalam istilah yang luas. Tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi

juga diterapkan pada setiap kelas transaksi, tetapi dinyatakan dalam istilah

yang disesuaikan untuk kelas transaksi khusus, seperti transaksi penjualan,

Setelah auditor menetapkan tujuan audit umum yang berkaitan dengan

transaksi, hal itu dapat digunakan untuk mengembangkan tujuan audit

khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap kelas transaksi yang

akan diaudit.

Tujuan Audit Khusus Yang Berkaitan Dengan Transaksi:

Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi ditentukan,

tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap kelas

transaksi yang material dapat dikembangkan. Kelas transaksi semacam itu

umumnya mencakup penjualan, penerimaan kas, akuisisi barang dan jasa,

penggajian, dan sebagainya. Setidaknya satu tujuan audit khusus yang

berkaitan dengan transaksi harus disertakan pada setiap tujuan audit umum

yang berkaitan dengan transaksi, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit

umum yang berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau tidak penting

dalam situasi tersebut.


E. TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN SALDO

Tujuan Audit Umum Yang Berkaitan Dengan Saldo:

1) Eksistensi-Jumlah Yang Tercantum Memang Ada, Tujuan ini

bersangkutan dengan apakah jumlah yang tercatat dalam laporan

keuangan memang harus dicantumkan.

2) Kelengkapan-Jumlah Yang Ada Telah Dicantumkan, Tujuan Ini

bersangkutan dengan apakah semua jumlah yang harus dicatat pada

suatu akun benar-benar telah dicatat.

3) Keakuratan-Jumlah Yang Tercantum Telah Dinyatakan Dengan

Benar, Tujuan keakuratan mengacu pada jumlah yang tercantum

secara aritmetika sudah benar.

4) Klasifikasi-Jumlah Yang Tercantum Dalam Daftar Klien Telah

Diklasifikasikan Dengan Tepat, Klasifikasi melibatkan penentuan

apakah pos-pos yang ada dalam daftar klien telah dicantumkan dalam

akun-akun buku besar yang tepat.

5) Cutoff-Transaksi Yang Mendekati Tanggal Neraca Telah Dicatat

Pada Periode Yang Tepat, Dalam menguji cutoff atas saldo akun,

tujuan auditor adalah menentukan apakah transaksi-transaksi telah

dicatat dalam saldo akun pada periode yang tepat.

6) Hubungan Yang Rinci (Detail Tie-In)-Rincian Saldo Akun Sesuai

Dengan Jumlah Pada File Induk Yang Berkaitan, Sesuai Dengan

Total Saldo Akun, Dan Sesuai Dengan Total Buku Besar, Saldo

akun dalam laporan keuangan didukung oleh rincian pada file induk

dan skedul yang dibuat oleh klien. Tujuan hubungan yang rinci ini

memastikan rincian dalam daftar telah disiapkan secara akurat,

ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku besar.


7) Nilai Yang Dapat Direalisasi-Aset Yang Telah Dicantumkan Dalam

Jumlah Yang Diestimasi Akan Direalisasi, Tujuan ini terkait dengan

apakah saldo akun telah dikurangi untuk memperhitungkan

penurunan biaya historis ke nilai realisasi bersih.

8) Hak dan Kewajiban, Selain eksistensi, sebagian besar aset juga

harus dimiliki sebelum dapat dicantumkan dalam laporan keuangan.

Demikian pula, utang harus merupakan kewajiban entitas. Hak selalu

berkaitan dengan aset dan kewajiban dengan utang. Tujuan ini adalah

padanan auditor terhadap asersi manajemen tentang hak dan

kewajiban untuk saldo akun.

Tujuan Audit Khusus Yang Berkaitan Dengan Saldo:

Seperti halnya tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, setelah

tujuan audit umum yang berkaitan dengan saldo ditentukan, tujuan audit

khusus yang berkaitan dengan saldo untuk setiap saldo akun dalam laporan

keuangan dapat dikembangkan. Sedikitnya satu tujuan audit spesifik yang

berkaitan dengan saldo harus disertakan untuk masing-masing tujuan audit

umum yang berkaitan dengan saldo, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit

umum yang berkaitan dengan saldo tidak relevan atau tidak penting bagi

saldo akun yang sedang dipertimbangkan.

F. BAGAIMANA TUJUAN AUDIT DIPENUHI

Auditor harus memperoleh bukti audit yang mencukupi guna mendukung

semua asersi manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan

mengumpulkan bukti untuk mendukung beberapa kombinasi yang tepat dari


tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang berkaitan

dengan saldo. Hak dan kewajiban merupakan satu-satunya asersi yang

berkaitan dengan saldo tanpa melibatkan asersi yang berkaitan dengan

transaksi yang serupa. Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan

pengungkapan berhubungan erat dengan tujuan audit yang berkaitan dengan

saldo. Auditor sering kali mempertimbangkan tujuan audit yang berkaitan

dengan penyajian dan pengungkapan ketika menetapkan tujuan audit yang

berkaitan dengan saldo. Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat

dan bukti yang harus dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada

setiap audit. Untuk melakukan hal ini, auditor mengikuti suatu proses audit,

yaitu metodologi yang telah didefinisikan dengan baik untuk menata audit

guna memastikan bahwa bukti yang diperoleh sudah mencukupi serta tepat,

dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan sudah ditetapkan dan

dipenuhi.

Proses Audit Diuraikan Dalam Empat Fase Khusus:

 Fase 1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit

berdasarkan prosedur penilaian risiko.

Pada setiap audit, ada banyak cara yang dapat ditempuh auditor

untuk mengumpulkan bukti audit guna memenuhi tujuan audit secara

keseluruhan agar dapat memberikan pendapat atas laporan keuangan.

Ada dua pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan yang

akan digunakan auditor: (1) Bukti audit yang mencukupi dan tepat harus

dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab profesional auditor.

(2) Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin.
 Fase 2. Melaksanakan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian

Substantif Atas Transaksi.

Sebelum dapat memutuskan untuk mengurangi penilaiannya atas

risiko pengendalian yang direncanakan apabila pengendalian internal

dianggap efektif, pertama auditor harus menguji keefektifan pengendalian

tersebut. Prosedur untuk jenis pengujian ini umumnya disebut sebagai

pengujian pengendalian (tests of controls). Auditor juga mengevaluasi

pencatatan transaksi oleh klien dengan memverifikasi jumlah moneter

transaksi itu. Proses ini disebut sebagai pengujian substantif atas

transaksi (substantive tests of transactions).

 Fase 3. Melaksanakan Prosedur Analitis Dan Pengujian Rincian

Saldo.

Ada dua kategori umum prosedur pada fase III ini. Prosedur

analitis (analytical procedures) menggunakan perbandingan dan

hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya telah

masuk akal. Pengujian atas rincian saldo (tests of details of balances)

merupakan prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah saji

moneter pada saldo-saldo dalam laporan keuangan.

 Fase 4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.

Setelah menyelesaikan semua prosedur bagi setiap tujuan audit

dan bagi setiap akun laporan keuangan serta pengungkapan yang terkait,

auditor harus menggabungkan informasi yang diperoleh guna mencapai

kesimpulan menyeluruh tentang apakah laporan keuangan telah disajikan

secara wajar. Proses yang subjektif ini sangat mengandalkan pada

pertimbangan profesional auditor. Apabila audit telah selesai dilakukan,


akuntan publik harus menerbitkan laporan audit untuk melengkapi laporan

keuangan yang dipublikasikan oleh klien.


DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasle.©2015.Auditing Dan Jasa


Assurance, Edisi Kelimabelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai