MAFSADAH AL GHAZALI
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Metode Riset Akuntansi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Aprilia Angelita
2018320085
Perpajakan
A. LATAR BELAKANG
Tax morale adalah motivasi dasar non ekonomi serta faktor-faktor
bekerja dalam mekanisme untuk meningkatkan kepatuhan dan kesadaran
membayar pajak melalui seperangkat motivasi dasar. Tax morale mengukur
perilaku individu. Sistem pajak yang berkelanjutan didasarkan pada sistem
pajak yang adil dan pemerintah yang responsif. Tax morale akan berbeda-beda
di setiap negara karena setiap negara memiliki kulturnya masing-masing.
Suryadi dan Sunarti (2016) mengatakan bahwa, teori ini dengan pendekatan
psikologi masyarakat, berpandangan bahwa antara masyarakat dan pemerintah
terdapat kontrak implisit yang mana masyarakat menyadari bahwa mereka
memiliki hak dan kewajiban. Masyarakat dipandu tentang kebajikan warga
negara (civic virtue), yaitu motivasi intrinsik pemenuhan kewajiban yang harus
dihormati.
Adanya kesadaran dari wajib pajak untuk menjalankan kewajibannya
dalam membayar pajak akan memberikan manfaat terhadap kemaslahatan
masyarakat. Upaya mewujudkan kemaslahatan tersebut perlu ditunjang dengan
memfokuskan perhatian pada metode pencapaiannya melalui konsep maqasid
al-syariah yang dapat mendukung agar kesejahteraan masyarakat dapat
terwujud. Jika dilihat dari perspektif syariah dalam hal ini maqasid al-syariah,
pajak sangat memberikan manfaat terhadap masyarakat. Secara substansial
tujuan syariat yang kita sebut dengan Maqashid Al-Syariah mengandung
kemaslahatan (Firdaus, 2018). Landasan konsep maqasid al-syariah dinilai
sangat penting untuk diimplementasikan agar dapat menjadi pengawal bagi
kesadaran wajib pajak dan dapat mengikuti perkembangan dunia global yang
tidak lepas dari prinsip dasar syariah. Sebagaimana, tujuan akhir yang harus
terealisasi adalah diaplikasikannya syariat untuk menciptakan kemaslahatan
atau kebaikan para makhluk di muka bumi, yang kemudian berimbas pada
kemaslahatan atau kebaikan di akhirat (Mutakin, 2017).
Hadirnya konsep dan pemahaman maqasid al-syariah dalam diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak karena
tujuan akhir dari adanya pemungutan pajak tersebut adalah untuk memberikan
kembali manfaatnya kepada wajib pajak itu sendiri dan masyarakat.
Kemaslahatan itu sendiri kemudian terbagi menjadi tiga kebutuhan, yaitu;
dharuriat (primer), haajiyat (sekunder) dan tahsiniat (tersier). Pertama adalah
sesuatu yang harus ada demi terwujudnya kehidupan manusia. Seperti
beragama, makan, minum, nikah, belajar, dan lain-lainnya, yang terangkum
dalam 5 bagian; hifdzu al-din (memelihara agama), hifdzu al-nafs (memelihara
jiwa), hifdzu an-nasl (memelihara keturunan), hifdzu al-mal (memelihara harta)
dan hifdzu al-aql (memelihara akal). Pajak dapat dikategorikan sebagai
kebutuhan dharuriat karena merupakan sumber penerimaan kas yang paling
besar di Indonesia. Dengan demikian maslahah adalah segala bentuk keadaan
yang bersifat material maupun nonmaterial, yang mampu meningkatkan
kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia (Bahsoan, 2011).
Terjadinya faktor kurangnya kesadaran wajib pajak untuk membayar
pajak selain tidak lepas kurangnya pemahaman terkait dengan penggelapan
pajak juga dipengaruhi oleh kurangnya rasa peduli masyarakat dalam hal ini
wajib pajak untuk meningkatkan kemaslahatan masyarakat itu sendiri. Peneliti
bermaksud untuk menguji dampak dari tax morale terkait dengan kesadaran
wajib pajak dengan menggunakan penguatan maqasid al-syariah. Maqasid Al-
Syariah nantinya akan membuktikan apakah dapat mempengaruhi secara
langsung variabel independen dengan variabel dependen. Theory of Planned
Behavior merupakan alat yang dapat digunakan untuk memprediksi perilaku
individu ketika individu tersebut tidak memiliki kontrol kemauan sendiri secara
penuh.
Berdasarkan pemaparan diatas peneliti bermaksud untuk menganalisa
pengaruh dari kurangnya wawasan perpajakan khususnya WP OP di Indonesia,
sehingga penelitian berjudul "Tax Morale Dalam Perspektif Maslahah Dan
Mafsadah Al Ghazali"
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam melihat dari rumusan masalah yang telah dirumuskan tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk menelitik serta menganalisis bagaimana pengaruh
antara tax morale dengan penguatan perspektif maslahah dan mafsadah dalam
meningkatkan kesadaran wajib pajak
D. MANFAAT PENELITIAN
Dalam tujuan penelitian diatas diharapkan dapat memberikan manfaat
memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya WP OP mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan wajib pajak dilihat dari sisi
psikologis yang dalam hal ini perilaku wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa
variabel yang dapat dipersepsikan. Perilaku wajib pajak ini timbul karena
adanya niat wajib pajak untuk patuh atau tidak patuh terhadap ketentuan
perpajakan. Sebagaimana diketahui seseorang dalam menentukan suatu
pilihan biasanya orang tersebut menggunakan sikap naluri yang ada didirinya
atau mengikuti tren yang berkembang di lingkungan masyarakat dan
diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi wajib pajak untuk
melaksanakan tugasnya dalam membayar pajak serta sadar dan patuh
terhadap peraturan perpajakan. Untuk pihak pemerintah diharapkan dapat
dijadikan acuan dalam pelaksanaan penerapan sistem perpajakan kedepannya
agar wajib pajak lebih paham
akan tugasnya dan perilaku penyimpangan seperti tax evasion dapat
diminimalisir.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. TINJAUAN LITERATUR
1. Theory of Plan Behavior
Theory of Planned Behavior relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban dan kesadaran perpajakannya. Brata dkk. (2017)
dalam penelitiannya mengatakan, sebelum individu melakukan sesuatu,
individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh
dari perilakunya tersebut dan kemudian yang bersangkutan akan memutuskan
bahwa akan melakukannya atau tidak melakukannya. Ketentuan perpajakan
dipengaruhi oleh niat untuk berperilaku dan niat berperilaku tidak yang oleh tiga
faktor yaitu: 1) behavioral belief yaitu keyakinan akan hasil dari suatu perilaku
yang membentuk variabel sikap (attitude), 2) normative belief yaitu keyakinan
individu terhadap harapan normatif yang menjadi rujukannya yang membentuk
variabel norma sujektif dan 3) control belief yaitu persepsi individu tentang
keberadaan hal-hal yang mempengaruhi perilaku yang membentuk variabel
kontrol perilaku yang dipersepsikan. Seseorang dapat patuh terhadap peraturan
perpajakan, tidak lain termotivasi dari diri sendiri (Ermawati dan Afifi, 2018).
2. Tax Morale
Kajian tentang tax morale ini merupakan bagian dari paham non-ekonomi
atau dikenal juga sebagai fiscal psychology. Tax morale atau moralitas pajak
tidak mengukur perilaku individu, namun lebih kepada sikap dan pendirian
individu dan dapat dilihat sebagai kewajiban moral untuk membayar pajak,
keyakinan untuk berkontribusi kepada masyarakat dengan membayar pajak
(Khaerunnisa dan Wiratno, 2014). Motivasi dasar adalah (1) motivasi intrinsik,
yaitu kepuasan pribadi seperti rasa bangga apabila menjadi wajib pajak patuh
atau sebaliknya rasa malu dan merasa bersalah apabila tidak patuh, (2)
hubungan timbal balik antara warga negara dan pemerintahan, seperti kerelaan
membayar pajak dengan ketersediaan layanan publik, dan (3) pengaruh teman
dan masyarakat, yaitu bagaimana pandangan pihak lain (lingkungan sosial)
memengaruhi perilaku membayar pajak (Luttmer dan Singhal, 2014). Suryadi
dan Sunarti (2016) teori ini dengan pendekatan psikologi masyarakat,
berpandangan antara masyarakat dan pemerintah terdapat kontrak implisit
yang mana masyarakat menyadari bahwa mereka memiliki hak dan kewajiban.
Adanya motivasi wajib pajak untuk melaksanakan kewajibannya dipengaruhi
oleh motivasi dari diri wajib pajak dari kondisi sistem perpajakan yang mereka
lihat.
3. Maqasid Al-Syariah
a. Maslahah dan mafsadah
Al-Ghazali telah mengidentifikasikan semua masalah baik yang berupa
masalih (manfaat) maupun mafasid (kerusakan) dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial. Menurut al-Ghazali, kesejahteran (maslahah) dari suatu
masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar,
yakni agama (al-dien), hidup atau jiwa (nafs) keluarga atau keturunan (nasl),
harta atau kekayaan (mal), dan intelek atau akal (aql). Al-Ghazali juga
mendefinisikan aspek ekonomi dari fungsi kesejahteraan sosialnya dalam
sebuah kerangka hierarki utilitas individu dan sosial yang tripartie yakni
kebutuhan (daruriat), kesenangan atau kenyamanan (hajat), dan kemewahan
(tahsinaat).
Menurut al-Ghazali, kegiatan ekonomi merupakan kebajikan yang
dianjurkan oleh islam. al-Ghazali membagi manusia dalam tiga kategori,yaitu:
pertama, orang yang mementingkan kehidupan duniawi golongan ini akan
celaka. Kedua, orang yang mementingkan tujuan akhirat daripada tujuan
duniawi golongan ini kan beruntung. Ketiga, golongan yang kegiatan
duniawinya sejalan dengan tujuan-tujuan akhirat. Manusia dipandang sebagai
maximizers dan selalu ingin lebih. Lebih jauh, al-Ghazali menyatakan bahwa
pendapatan dan kekayaan seseorang berasal dari tiga sumber, yaitu
pendapatan melalui tenaga individual, laba perdagangan, dan pendapatan
karena nasib baik. Namun, ia menandaskan bahwa berbagai sumber
pendapatan tersebut harus diperoleh secara sah dan tidak melanggar hukum
agama.
Al-Ghazali menekankan bahwa negara juga harus mengambil tindakan
untuk menegakan kondisi keamanan secara internal dan eksternal. Diperlukan
seorang tentara untuk melindungi rakyat dari kejahatan. Diperlukan pula
peradilan untuk menyelesaikan sengketa, serta hukum dan peraturan untuk
mengawasi perilaku orang-orang agar mereka tidak berbuat seenaknya. Dalam
memanfaatkan pendapatan negara, negara seharusnya bersifat fleksibel serta
berlandaskan kesejahteraan. Al-Ghazali menjelaskan: “kerugian yang diderita
orang karena membayar pajak lebih kecil bila dibandingkan dengan kerugian
yang muncul akibat resiko yang mungkin timbul terhadap jiwa dan harta mereka
jika negara tidak dapat menjamin kelayakan penyelenggaranya.” Yang
dikemukakan Ghazali merupakan cikal bakal dari apa yang sekarang disebut
sebagai analisis biaya-manfaat, yakni pajak dapat dipungut untuk menghindari
kerugian yang lebih besar di masa yang akan datang. Penggambaran
fungsional dari pengeluaran publik yang direkomendasikan al-Ghazali bersifat
agak luas dan longgar, yakni penegakan sosio ekonomi, keamanan dan
stabilitas negara, sera pengembangan suatu masyarakat yang makmur.
Walaupun memilih pembagian sukarela sebagai suatu cara untuk
meningkatkan keadilan sosio ekonomi, al-Ghazali membolehkan intervensi
negara sebagai pilihan bila perlu, untuk mengeliminasi kemiskinan dan
kesukaran yang meluas. Mengenai perkembangan masyarakat secara umum,
Al Ghazali menunjukan perlunya membangun infrastruktur sosio ekonomi.
Perihal manfaat dan mudarat bukanlah dirujuk pada kehendak makhluk,
bahkan dirujuk kepada kehendak-kehendak syarak (Chik dkk., 2018).
Semuanya mengandung arti adanya manfaat baik secara asal maupun melalui
proses, seperti menghasilkan kenikmatan dan faedah, ataupun pencegahan
dan penjagaan, seperti menjauhi kemudharatan dan penyakit (Sakirman, 2016).
Tanpa mengenali hakikat keberadaannya, maka dengan mudah pula
bergesernya eksistensi dari kemaslahatan tersebut yang berimbas kepada
aspek sosial ekonomi terutama pada sisi penerimaan kas negara. Jika ditinjau
dari segi maslahah penerimaan pajak, pajak memberikan manfaat untuk
kemaslahatan umat seperti perbaikan jalan, pengadaan fasilitas umum dan lain
sebagainya. Sedangkan fungsi trade facilitation dan industrial assistance berarti
bahwa negara dengan pertimbangan memajukan ekonomi bangsa membuat
kebijakan-kebijakan yang memberikan kemudahan-kemudahan dalam
pengawasan dan pelayanan kepabeanan. Tujuan utama dari pelaksanaan
fungsi ini tentu harus selaras dengan prinsip syariah yang mencegah kerusakan
(mafsadah) dan mengupayakan kemaslahatan (mashlahat). Perlu dipahami
secara mendalam ruh atau jiwa kemaslahatan itu sebagai sebuah asas dalam
Islam. Hal ini berarti bahwa prinsip-prinsip dalam maqasid al-syariah yang
memuat makna dan hikmah yang dikehendaki oleh al-syari’ dari pensyariatan
hukum dalam rangka mewujudkan kemaslahatan makhluk, baik ketika di dunia
maupun di akhirat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan ialah dengan menggunakan metode kualitatif
merupakan prosedurpenilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis
atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati.
Berdasarkan uraian diatas penelitian deskriptif kualitatif dalam penulisan ini
adalah menggambarkan fakta apa adanya dengan cara sistematis dan akurat. Dalam
penelitian ini, peneliti berusaha memaparkan atau menguraikan hasil wawancara
dengan perbandingan pustaka yang ada.
B. OPERASIONAL VARIABEL
Variabel di penelitian ini ialah Tax morale dalam Perspektif
Maslahah Dan Mafsadah dalam menunjang Kesadaran Wajib Pajak.
Variabel Indikator
Tax Morale Motivasi intrinsik
(X1) Timbal balik
(Luttmer dan Pengaruh lingkungan
Singhal (2014)) sosial
Penyalahgunaan dan
ketidaksempurnaan
informasi
Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan mengenai data
pribadi responden, seperti yang dilakukan oleh seorang psikolog dalam
meneliti perkembangan seorang klien melalui catatan pribadinya.9
Dokumentasi yang diperlukan dalam pengumpulan data, adalah
dokumen- dokumen atau catatan dan juga buku-buku yang berkaitan
dengan Perpajakan