Anda di halaman 1dari 12

Studi Empiris Theory of Planned Behavior dan Pengaruh

Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib


Pajak Orang Pribadi

Widi Hidayat
Argo Adhi Nugroho
Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga Surabaya
Email: h.widi.h@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan Theory of Planned Behavior/TPB (Ajzen 1991) dengan
tambahan variabel kewajiban moral (Bobek and Hatfield 2003), untuk menjelaskan perilaku
ketidakpatuhan pajak wajib pajak orang pribadi. Sebanyak 155 sampel wajib pajak orang
pribadi. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan software
SPSS 16.0. dan AMOS 16. Hasil penelitian menghasilkan kesimpulan, pertama, sikap
terhadap ketidakpatuhan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap niat untuk
tidak patuh terhadap pajak. Kedua, norma subyektif berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak. Ketiga, kewajiban moral
berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat untuk tidak patuh terhadap pajak.
Keempat, PBC berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap niat untuk tidak patuh
terhadap pajak. Kelima, PBC berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perilaku
ketidakpatuhan pajak. Keenam, niat seseorang untuk tidak patuh terhadap pajak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak. Hasil
perbandingan antara deskriptif variabel dengan hasil loading factor masing-masing
indikator terhadap variabel, menemukan: pertama, kontribusi terbesar terhadap sikap
ketidakpatuhan pajak tetaplah aspek ekonomi yaitu memaksimalkan utilitas finansial.
Kedua, pihak yang memberikan kontribusi terbesar dalam norma subyektif adalah
konsultan pajak dan berikutnya adalah teman/orang terdekat dilingkungan. Ketiga,
kontribusi paling besar terhadap tingginya moral untuk patuh terhadap pajak diberikan
oleh indikator rasa bersalah. Keempat, PBC yang cukup besar terhadap ketidakpatuhan
pajak disebabkan oleh kontribusi controllability.
Kata kunci: Theory of planned behavior, attitude, subjective norm, perceived behavioral
control, moral obligation, intention, tax noncompliance.

ABSTRACT
This study using Theory of Planned Behavior/TPB (Ajzen 1991) with moral obligation
variable (Bobek and Hatfiel 2003), to explain the tax noncompliance behavior of individual
taxpayers. Researchers using 155 samples of individual tax payers. The testing of the research
using Structural Equation Modeling (SEM) with SPSS 16.0 software and AMOS 16. The
results of hypothesis testing conclude that: first, the attitude toward non-compliance has
negative correlation and not significant toward intention to noncom ply. Second, subjective
norms has positive correlation and not significant toward the intention to noncom ply. Third,
moral obligation has positive and significant impact toward the intention to noncomply.
Fourth, PBC has negative corelation and not significant toward the intention to noncomply.
Fifth, PBC has negative corelation and not significant toward the tax noncompliance
behavior. Sixth, the intention to noncomply has positive corelation and significant toward tax
noncompliance behavior. The comparison result between descriptive variables and loading
factor of each indicator toward variable found that; first, the biggest contribution toward tax
non-compliance attitude remains the economic aspects of maximizing the financial utility.
Second, the part tha give the biggest contribution toward subjective norm is tax consultant,
and the next is friend/closest person around. Third, the highest contribution toward the moral
of tax compliance is feeling guilty. Fourth the significance PBC toward tax non-compliance
due to the contribution of controllability.
Keywords: Theory of planned behavior, attitude, subjective norm, perceived behavioral
control, moral obligation, intention, tax noncompliance.

82
Hidayat: Theory of Planned Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak 83

PENDAHULUAN mematuhi atau memenuhi komitmen dalam


kontrak psikologi ini.
Penelitian-penelitian mengenai kepatuhan Pajak, walaupun dapat dipandang dari sisi
pajak merupakan topik yang senantiasa penting kontrak psikologi di atas, namun Allingham and
untuk dilakukan mengingat besarnya peran pajak Sandmo (1972) menyatakan bahwa keputusan
dalam pembangunan suatu negara, termasuk di individu untuk melaksanakan kepatuhan pajak
Indonesia. Peran pajak dalam Anggaran didasari oleh keputusan yang rasional untuk
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di memaksimalkan utilitas ekonomi individu itu
Indonesia terus meningkat dari tahun ketahun. Ini sendiri. Dengan demikian, menjadi tugas pemerin-
dapat terlihat dari peningkatan besarnya porsi tah untuk mengawasi pelaksanaan pemenuhan
penerimaan pajak dibandingkan dengan total kewajiban perpajakan masyarakat.
penerimaan negara dalam APBN. Pada tahun Kajian dalam bidang psikologi mengenai
2008, porsi penerimaan pajak adalah sebesar faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
68,33%, untuk tahun 2009 meningkat menjadi kepatuhan pajak, salah satunya adalah melalui
74,86%, dan untuk tahun 2010 direncanakan Theory of Planned Behavior (TPB) (Ajzen, 1991).
menjadi 78,20% ( sumber: Badan Kebijakan Fiskal Model TPB digunakan karena mengkaji perilaku
di www.fiskal.depkeu.go.id diakses tanggal 27 yang lebih spesifik, yaitu perilaku untuk tidak
Februari 2010 ). patuh terhadap ketentuan perpajakan.
Namun demikian, pertumbuhan penerimaan Berdasarkan model TPB dalam Ajzen (1991),
pajak pada kenyataannya tidak diikuti oleh dapat dijelaskan bahwa perilaku individu untuk
kenaikan tax ratio. Besaran tax ratio Indonesia tidak patuh terhadap ketentuan perpajakan
tahun 2005 sampai dengan 2008, dalam Nota dipengaruhi oleh niat (intention) untuk berperi-
Keuangan dan RAPBN 2009, masih berkisar laku tidak patuh. Niat untuk berperilaku
antara 12,3% sampai dengan 13,7% (expected). dipengaruhi oleh tiga faktor, pertama adalah
Bahkan, dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2010, behavioral belief, yaitu keyakinan akan hasil dari
asumsi tax ratio hanya sebesar 12,1%. Besaran tax suatu perilaku (outcome belief) dan evaluasi
ratio Indonesia ini masih lebih rendah dari negara- terhadap hasil perilaku tersebut. Keyakinan dan
negara di kawasan asia tenggara lainnya seperti evaluasi terhadap hasil ini akan membentuk
Malaysia (15,5%), Thailand (17%), Filiphina variabel sikap (attitude) terhadap perilaku itu.
(14,4%) dan bahkan Vietnam (13,8%) (Darussalam Kedua adalah normative belief, yaitu keyakinan
2010). Rendahnya tax ratio Indonesia menunjuk- individu terhadap harapan normatif orang lain
kan rendahnya usaha memungut pajak Indonesia yang menjadi rujukannya, seperti keluarga,
(Gunadi dalam Mustikasari 2007). teman, dan konsultan pajak, dan motivasi untuk
Salah satu sebab belum optimalnya penerima- mencapai harapan tersebut. Harapan normatif ini
an perpajakan di Indonesia adalah rendahnya membentuk variabel norma subjektif (subjective
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi norm) atas suatu perilaku. Ketiga adalah control
kewajiban perpajakannya. Rendahnya tingkat belief, yaitu keyakinan individu tentang keberada-
kepatuhan Wajib Pajak, antara lain dapat dilihat an hal-hal yang mendukung atau menghambat
dari rendahnya kepatuhan formal mereka dalam perilakunya dan persepsinya tentang seberapa
menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan kuat hal-hal tersebut mempengaruhi perilakunya.
(PPh). Tingkat penyampaian SPT Tahunan Wajib Control belief membentuk variabel kontrol
Pajak untuk tahun pajak 2008 ditahun 2009, perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral
menurut siaran pers Direktorat Jenderal Pajak control).
tanggal 4 Januari 2010 adalah sebesar 50,49% Penelitian mengenai perilaku ketidakpatuhan
(data per 30 November 2009). pajak yang dilakukan oleh Bobek & Hatfield
Penelitian-penelitian mengenai kepatuhan (2003), memodifikasi TPB dengan menambahkan
pajak, diantaranya dapat dilihat dari sisi psikologi tingkat kewajiban moral sebagai variabel yang
wajib pajak. Pendekatan melalui aspek psikologi turut mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan
dilakukan mengingat dalam suatu negara yang pajak individu dan mempengaruhi ketiga variabel
menganut sistem demokrasi, hubungan antara yang lain. Penelitian oleh Mustikasari (2007), juga
pembayar pajak dengan otoritas pajak dapat memperoleh simpulan yang sama, yaitu ketiga
dilihat sebagai suatu kontrak psikologi (Feld and variabel dalam TPB dan kewajiban moral ber-
Frey 2002). Suatu kontrak psikologi menuntut pengaruh terhadap niat dan perilaku ketidak-
adanya hubungan yang setara antara pembayar patuhan pajak.
pajak dan otoritas pajak dan keberhasilan Dalam penelitiannya, Bobek and Hatfield
pemungutan pajak tergantung dari seberapa besar (2003) serta Mustikasari (2007) menggunakan
kedua belah pihak saling mempercayai dan pengukuran TPB secara tidak langsung, yaitu
84 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2010: 82-93

melalui keyakinan-keyakinan apa saja yang ada influence, ethics, legal sanction, complexity,
didalam masyarakat, seperti telah dijelaskan di relationship with taxation authority (IRS), income
atas. Namun demikian, Ajzen (2002 dan 2006) dan sources, perceived fairness of the tax system,
Francis et al (2004) menyatakan bahwa variabel possibility of being audited dan tax rate.
didalam TPB dapat diukur dengan dua cara yaitu Dari faktor-faktor di atas, Fischer et al (1992)
secara langsung maupun tidak langsung. Peng- membaginya kedalam empat kelompok yaitu
ukuran secara langsung dilakukan dengan demographic, noncompliance opportunity, attitudes
menanyakan kepada responden bagaimana and perceptions, dan tax system/structure.
keseluruhan sikap mereka terhadap suatu peri- Pembagian yang dilakukan oleh Fischer et al.
laku, tekanan dari orang-orang yang dikenalnya (1992) dikembangkan lagi oleh Chau and Leung
untuk melakukan suatu perilaku, dan bagaimana (2009) dengan menambahkan faktor budaya
tingkat keyakinan mereka didalam kemampuan (culture) kedalam model Fischer et al (1992).
untuk melaksanakan suatu perilaku. Secara komprehensif, model Fischer et al (1992)
Penelitian ini menggunakan pengukuran yang telah dimodifikasi oleh Chau and Leung
tidak langsung atas variabel sikap dan norma (2009), telah mencakup berbagai aspek yang
subyektif, karena peneliti ingin mengetahui mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak dari
keyakinan apa saja yang ada dimasyarakat yang para pembayar pajak, seperti aspek ekonomi,
dapat membentuk sikapnya terhadap pajak, dan sosial, budaya dan psikologi.
mengetahui pihak-pihak yang mempengaruhi Chau and Leung (2009) menyarankan untuk
masyarakat dalam pemenuhan kewajiban per- menambahkan sebuah faktor yang penting, yaitu
pajakannya. Sedangkan untuk PBC, digunakan budaya, untuk ditambahkan kedalam model
pengukuran secara langsung untuk melihat perilaku kepatuhan pajak Fischer et al (1992).
karakteristik masyarakat dalam melaksanakan Faktor budaya yang ditambahkan oleh Chau and
suatu perilaku. Leung (2009) didasarkan oleh penelitian yang
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dilakukan oleh Hofstede (1991), yang meneliti
yang diungkap dalam penelitian ini adalah apakah adanya perbedaan yang signifikan antara budaya
perilaku ketidakpatuhan pajak wajib pajak orang Amerika dengan budaya China, yang mem-
pribadi dapat dijelaskan melalui TPB, yang telah pengaruhi perilaku kepatuhan pajak masyarakat-
dimodifikasi oleh Bobek and Hatfield (2003) nya. Dimensi budaya yang dimaksud adalah
dengan menambahkan pengaruh kewajiban moral kolektivisme dan individualisme. Orang Amerika
sebagai variabel keempat. Sedangkan tujuan dari atau budaya barat, memiliki kultur kolektivitas
dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji yang rendah namun memiliki kultur individualis-
secara empiris TPB dan pengaruh kewajiban me yang tinggi, sehingga mereka lebih fokus
moral terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak terhadap kepentingan diri sendiri dari pada
wajib pajak orang pribadi. kepentingan grup. Sebaliknya, masyarakat China
Manfaat dari penelitian ini terbagi dalam dua atau masyarakat dengan budaya timur memiliki
bagian yaitu: pertama, manfaat teori. Manfaat individualisme yang rendah dan lebih memandang
teori penelitian ini adalah untuk melengkapi kepada kolektivitas grup. Masyarakat dengan
kajian-kajian mengenai perilaku kepatuhan pajak kultur kolektivitas tinggi akan berusaha untuk
dalam ranah studi akuntansi keperilakuan. mengikuti dan menganut nilai-nilai yang ada
Kedua, manfaat kebijakan. Manfaat kebijakan dalam grupnya atau lingkungan sosial disekitar-
dari hasil penelitian ini dapat menjadi masukan nya, agar dapat diterima dan memiliki status di
bagi pemerintah selaku pengambil kebijakan dalam lingkungan tersebut.
dalam rangka menaikkan tingkat kepatuhan Disamping model yang telah dibuat, Fischer et
pajak wajib pajak. Kebijakan ini dapat meliputi al (1992) juga menyatakan bahwa walaupun
bidang-bidang yang mempengaruhi sikap, norma sebagian besar peneliti bersasumsi bahwa ketidak-
subjektif, kewajiban moral dan kontrol perilaku patuhan pajak bersifat intensional/diniatkan,
yang dipersepsikan dari wajib pajak. namun juga perlu diperhatikan bahwa tidak
semua ketidakpatuhan pajak disebabkan oleh
KEPATUHAN PAJAK adanya niat untuk tidak patuh. Kompleksitas dari
hukum pajak, juga turut menentukan terjadinya
Jackson and Milliron (1986), secara kompre- ketidakpatuhan pajak secara umum dibanyak
hensif mengidentifikasi adanya 14 faktor kunci tempat, sehingga ketidakpatuhan pajak dapat saja
yang digunakan oleh para peneliti pada penelitian terjadi karena faktor nonintensional/tidak diniat-
mengenai kepatuhan pajak. Keempat belas faktor kan.
itu adalah age, gender, education, income, Dari sisi psikologi, kajian mengenai faktor-
occupation or status, peers’ or other taxpayers’ faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan
Hidayat: Theory of Planned Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak 85

pajak, salah satunya adalah melalui TPB (Ajzen seseorang, namun kemungkinan tidak dimiliki
1991). Penelitian mengenai perilaku ketidak- oleh oarng lain.
patuhan pajak melalui TPB juga dilakukan oleh
Bobek & Hatfield (2003), dan Mustikasari (2007), Pengaruh sikap (attitude) terhadap niat
dengan menambah variabel kewajiban moral, berperilaku
sebagai variabel yang mempengaruhi niat dan
mempengaruhi ketiga variabel pembentuk niat Berdasarkan TPB, Ajzen (1991), perilaku
lainnya. individu dipengaruhi oleh niat individu itu
Berdasarkan TPB, Ajzen (1991), faktor sentral (behavioral intention) terhadap perilaku tertentu
dari perilaku individu adalah bahwa perilaku itu tersebut. Sedangkan niat untuk berperilaku
dipengaruhi oleh niat individu (behavioral intention) dipengaruhi oleh variabel sikap (attitude), norma
terhadap perilaku tertentu tersebut. Sedangkan subjektif (subjective norm), dan kontrol perilaku
niat untuk berperilaku dipengaruhi oleh variabel yang dipersepsikan (perceived behavioral control).
sikap (attitude), norma subjektif (subjective norm), Sikap didefinisikan sebagai perasaan men-
dan kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived dukung atau memihak (favorableness) atau
behavioral control). Teori ini dilandasi pada perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
postulat teori yang menyatakan bahwa perilaku (unfavorableness) terhadap suatu objek yang akan
merupakan fungsi dari informasi atau keyakinan/ disikapi. Perasaan ini timbul dari adanya evaluasi
kepercayaan yang menonjol mengenai perilaku individual atas keyakinan terhadap hasil yang
tersebut. Orang dapat saja memiliki berbagai didapatkan dari perilaku tertentu tersebut.
macam keyakinan terhadap suatu perilaku, Penelitian yang dilakukan oleh Bobek and Hatfield
namun ketika dihadapkan pada suatu kejadian (2003) dan Mustikasari (2007) menunjukkan
tertentu, hanya sedikit dari keyakinan tersebut bahwa sikap ketidakpatuhan pajak berpengaruh
yang timbul untuk mempengaruhi perilaku. positif dan signifikan terhadap niat untuk
Sedikit keyakinan inilah yang menonjol dalam berperilaku tidak patuh.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dirumus-
mempengaruhi perilaku individu (Ajzen 1991).
kan hipotesis sebagai berikut:
Keyakinan yang menonjol ini dapat dibedakan
menjadi, pertama, behavioral belief, yaitu keya- H1: Sikap terhadap ketidakpatuhan pajak ber-
kinan individu akan hasil suatu perilaku dan pengaruh terhadap niat untuk berperilaku
evaluasi atas hasil tersebut. Behavioral belief akan tidak patuh individu terhadap pajak.
mempengaruhi sikap terhadap perilaku (attitude
toward behavior). Kedua adalah normative belief, Pengaruh norma subjektif (subjective norm)
yaitu keyakinan individu terhadap harapan terhadap niat berperilaku
normatif orang lain yang menjadi rujukannya,
seperti keluarga, teman, dan konsultan pajak, dan Variabel kedua dari model TPB adalah norma
motivasi untuk mencapai harapan tersebut. subjektif (subjective norm) yang didefinisikan
Harapan normatif ini membentuk variabel norma sebagai pengaruh dari orang-orang disekitar yang
subjektif (subjective norm) atas suatu perilaku. direferensikan (Ajzen 1991). Norma subjektif lebih
Ketiga adalah control belief, yaitu keyakinan mengacu pada persepsi individu terhadap apakah
individu tentang keberadaan hal-hal yang men- individu tertentu atau grup tertentu setuju atau
dukung atau menghambat perilakunya dan tidak setuju atas perilakunya, dan motivasi yang
persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal ter- diberikan oleh mereka kepada individu untuk
sebut mempengaruhi perilakunya. Control belief berperilaku tertentu.
membentuk variabel kontrol perilaku yang Orang disekitar yang direferensikan ini
dipersepsikan (perceived behavioral control). misalnya teman, keluarga, atau pimpinan. Hasil
Walaupun secara umum model TPB dapat penelitian oleh Bobek and Hatfield (2003),
menjelaskan perilaku individu, namun Bobek and Mustikasari (2007), menunjukkan bahwa norma
Hatfield (2003), mengatakan bahwa terdapat subjektif, yaitu persepsi orang lain seperti teman
perbedaan karakteristik untuk perilaku kepatuh- sejawat dan keluarga, berpengaruh positif dan
an pajak. Satu karakteristik yang berbeda adalah signifikan terhadap niat berperilaku patuh.
adanya perasaan bersalah yang dimiliki oleh satu Berdasarkan pertimbangan di atas, dirumus-
pihak namun tidak dimiliki oleh pihak lain. Inilah kan hipotesis sebagai berikut:
norma individu atau kewajiban moral (moral H2: Norma subjektif berpengaruh terhadap niat
obligation). Dengan kata lain, kewajiban moral untuk berperilaku tidak patuh individu ter-
adalah norma individu yang dimiliki oleh hadap pajak.
86 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2010: 82-93

Pengaruh kewajiban moral (moral obligation) berperilaku namun tidak kepada perilaku itu
terhadap niat berperilaku sendiri (Tavousi et al 2009). Sedangkan penelitian
oleh Bobek and Hatfield (2003) dan Mustikasari
Walaupun secara umum model TPB dapat (2007) menyatakan bahwa PBC berpengaruh
menjelaskan perilaku individu, namun Bobek and terhadap niat berperilaku.
Hatfield (2003), mengatakan bahwa terdapat Berdasarkan pertimbangan di atas, dirumus-
perbedaan karakteristik untuk perilaku kepatuhan kan hipotesis sebagai berikut:
pajak. Satu karakteristik yang berbeda adalah H4 : Kontrol perilaku yang dipersepsikan ber-
adanya perasaan bersalah yang dimiliki oleh satu pengaruh terhadap niat berperilaku tidak
pihak namun tidak dimiliki oleh pihak lain. Inilah patuh individu terhadap pajak
norma individu atau kewajiban moral (moral
obligation). Pengaruh kontrol perilaku yang dipersepsi-
Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh kan (PBC) terhadap perilaku
Parker et al (1995), dan Mustikasari (2007),
menunjukkan bahwa tingkat moral individu Sebagaimana telah disebutkan di atas, PBC
secara signifikan berpengaruh terhadap kepatuh- juga memiliki pengaruh langsung terhadap
an pajak. Demikian pula penelitian yang dilaku- perilaku. Pengaruh langsung ini terjadi karena
kan oleh Wenzel (2004), menyatakan bahwa adanya kondisi pengendalian yang nyata di
individu yang memiliki norma individu yang kuat lapangan. Artinya, jika niat untuk berperilaku
tertentu sudah ada, maka niat itu akan menjadi
dalam kejujuran dan moral pajak lebih ber-
perilaku ketika kenyataan pengendalian di
perilaku patuh.
lapangan memungkinkan untuk melakukannya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, dirumus-
Namun, kadangkala perilaku yang timbul tidak
kan hipotesis sebagai berikut: sesuai dengan niat semula karena kondisi di
H3: Kewajiban moral berpengaruh terhadap niat lapangan tidak memungkinkan untuk itu,
untuk berperilaku tidak patuh individu ter- sehingga akan mempengaruhi atau mengubah
hadap pajak PBC individu.
Ajzen (2002 dan 2006) menyebut pengaruh
Pengaruh kontrol perilaku yang dipersepsi- langsung PBC terhadap perilaku sebagai
controllability. Pelaksanaan perilaku tergantung
kan (PBC) terhadap niat berperilaku
pada keyakinan individu terhadap seberapa besar
kontrol yang dimilikinya terhadap perilaku
Dalam model TPB, kontrol perilaku yang
(control over the behavior). PBC yang telah
dipersepsikan (PBC) mengacu kepada persepsi berubah akan mempengaruhi individu untuk
seseorang terhadap sulit tidaknya melaksanakan berperilaku. Inilah mengapa Ajzen (1991) ber-
perilaku yang diinginkan, terkait dengan keya- pendapat bahwa PBC dapat digunakan sebagai
kinan akan tersedia atau tidaknya sumber dan pengganti dalam mengukur adanya actual control
kesempatan yang diperlukan untuk mewujudkan dilapangan yang berpengaruh terhadap perilaku.
perilaku tertentu (Ajzen 1991). Penelitian yang dilakukan oleh Terry and
Definisi ini juga sesuai dengan model TPB O’Leary (1995) menemukan bahwa perceived
yang dikembangkan oleh Francis et al (2004). PBC behavioral control (i.e. controllability) berpengaruh
didefinisikan sebagai persepsi seseorang terhadap dan mampu memprediksi perilaku namun tidak
kesanggupannya dalam melaksanakan suatu terhadap niat (Tavousi et al 2009). Hasil penelitian
perilaku. Didalamnya ada dua aspek yang diper- oleh Bobek (2003) tidak menemukan pengaruh
hatikan yaitu, pertama, seberapa besar orang yang signifikan antara PBC dan perilaku.
tersebut memiliki kontrol terhadap suatu perilaku Mustikasari (2007) menemukan bahwa PBC
(controllability), dan kedua, seberapa yakin orang berpengaruh signifikan terhadap perilaku ketidak-
tersebut merasa sanggup melakukan suatu patuhan pajak.
perilaku (self-efficacy). PBC memiliki dua penga- Berdasarkan pertimbangan di atas, dirumus-
kan hipotesis sebagai berikut:
ruh yaitu pengaruh kepada niat berperilaku dan
H5: Kontrol perilaku yang dipersepsikan ber-
pengaruh langsung kepada perilaku.
pengaruh terhadap perilaku ketidakpatuhan
Ajzen (2002) mengatakan bahwa kontrol
pajak individu
keperilakuan mempengaruhi niat didasarkan atas
asumsi bahwa kontrol keperilakuan yang diper- Pengaruh niat berperilaku (behavioral
sepsikan oleh individu akan memberikan impli- intention) terhadap perilaku
kasi motivasi pada orang tersebut. Penelitian oleh
Terry and O’Leary (1995) menemukan bahwa self- Dalam model TPB (Ajzen 1991), niat ber-
efficacy mempengaruhi niat seseorang dalam perilaku merupakan variabel antara dalam
Hidayat: Theory of Planned Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak 87

berperilaku. Artinya, perilaku individu pada menyelesaikan pajak dibawah tangan dengan
umumnya didasari oleh adanya niat untuk petugas pajak/fiskus.
berperilaku. Penelitian oleh Bobek and Hatfield Penilaian pengaruh sikap terhadap perilaku
(2003), dan Mustikasari (2007), menunjukkan ketidakpatuhan pajak dilakukan dengan meng-
bahwa niat untuk berperilaku berpengaruh positif gunakan pengukuan secara tidak langsung dengan
dan signifikan terhadap perilaku. Berdasarkan rumus/formula yang diberikan oleh Ajzen (1991),
pertimbangan di atas, dirumuskan hipotesis yaitu:
sebagai berikut:
AB ∝ Σ biei
H6: Niat untuk berperilaku tidak patuh ber-
pengaruh terhadap perilaku ketidakpatuhan AB adalah attitude toward behavior, b adalah belief
pajak individu strength, dan e adalah outcome evaluation.
Semakin tinggi nilai yang diperoleh (mendekati 7),
METODE PENELITIAN semakin positif sikap wajib pajak orang pribadi
terhadap ketidakpatuhan pajak.
Populasi penelitian ini adalah jumlah wajib Untuk mendapatkan nilai belief strength,
pajak orang pribadi dengan status efektif yang wajib pajak orang pribadi/responden diberikan
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama. kuisioner yang menanyakan tentang seberapa tinggi
Didasari oleh asumsi Structural Equation Modeling, mereka memberi “nilai (value)” atau seberapa
besarnya sampel adalah antara 5 sampai dengan penting peran indikator atau keyakinan, yang
10 kali parameter yang di estimasi (indikator), dituangkan dalam pernyataan, dalam pengambilan
dengan jumlah sampel antara 100 sampai dengan keputusan perilaku ketidakpatuhan pajak. Sedang-
200 (Ferdinand 2006). Penelitian ini menggunakan kan untuk mendapatkan nilai outcome evaluation,
20 indikator (lihat gambar 3.1 rerangka kon- responden diminta untuk menentukan “tingkat
septual penelitian), sehingga sampel yang diguna- harapan (rate of expectancy)” dari masing-masing
kan adalah sebesar 100 (20 indikator dikalikan 5) indikator/keyakinan.
sampai dengan 200 (20 indikator dikalikan 10).
Sampel sebesar ini dapat digunakan untuk Norma Subyektif (subjective norm)
mendapatkan maximum likelihood.
Dalam penelitian ini, variabel dalam theory of Norma subyektif adalah persepsi wajib pajak
planned behavior (TPB), yang telah dikembangkan orang pribadi tentang kekuatan pengaruh pan-
oleh Bobek and Hatfield (2003) serta Mustikasari dangan orang-orang disekitarnya yang menjadi
(2007), diperoleh dari hasil exploratory-test atau referensinya, seperti keluarga, teman, konsultan
yang dalam TPB disebut belief elicitation pajak, petugas pajak, dan pimpinan (jika wajib
procedures (BEP). Penelitian ini menggunakan pajak berstatus sebagai pegawai/karyawan), yang
hasil BEP yang telah dilakukan oleh Mustikasari memotivasinya untuk melakukan perilaku ketidak-
(2007), dan telah disesuaikan dengan kondisi patuhan pajak.
secara umum dari wajib pajak orang pribadi. Penelitian ini menggunakan empat indikator
yang digunakan dalam penelitian Mustikasari
Sikap (attitude) (2007) yaitu pengaruh teman (orang terdekat
dalam lingkungan), pengaruh konsultan pajak
Sikap terhadap ketidakpatuhan pajak adalah (orang yang dianggap mengerti masalah pajak),
derajat efek positif atau negatif yang ditunjukkan pengaruh petugas pajak, dan pengaruh pimpinan
oleh wajib pajak orang pribadi yang ditentukan (jika wajib pajak berstatus sebagai pegawai/
secara langsung oleh keyakinan yang dimiliki oleh karyawan). Selain itu, juga menambahkan satu
wajib pajak orang pribadi terhadap ketidak- indikator yang juga dapat mempengaruhi individu
patuhan pajak. Penelitian ini menggunakan lima wajib pajak dalam berperilaku, yaitu sesama wajib
keyakinan yang kemudian menjadi indikator pajak, sehingga keseluruhan menggunakan lima
dalam membentuk sikap, yaitu pertama, aspek indikator.
ekonomi yang terdiri dari pernyataan: keinginan Penilaian pengaruh norma subyektif terhadap
membayar pajak lebih kecil dari seharusnya dan perilaku ketidakpatuhan pajak dilakukan dengan
keinginan untuk tidak melaporkan seluruh menggunakan pengukuran tidak langsung melalui
kegiatan usaha. Kedua, aspek regulasi pemerintah formula yang diberikan oleh Ajzen (1991), yaitu:
yang terdiri dari pernyataan: perasaan peman-
SN ∝ Σ nimi
faatan pajak yang tidak transparan dan perasaan
dirugikan oleh sistem perpajakan. Ketiga, aspek SN adalah subjective norm, n adalah keyakinan
birokrasi melalui pernyataan: keinginan untuk normatif (normative belief) dan m adalah motivasi
88 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2010: 82-93

untuk mematuhi norma tersebut (motivation to Sedangkan untuk tingkat controllability, respon-
comply). Semakin tinggi nilai yang diperoleh den diberikan pertanyaan melalui pernyataan
(mendekati 7), semakin kuat pengaruh orang- “ketidakpatuhan pajak berada dalam kendali
orang tersebut terhadap perilaku ketidakpatuhan saya” dan “melakukan ketidakpatuhan pajak
pajak. terserah kepada saya”. Semakin mendekati angka
1, responden semakin memiliki kontrol diri/PBC
Kewajiban Moral (moral obligation) yang rendah, dan semakin mendekati angka 7,
responden semakin memiliki kontrol diri/PBC
Kewajiban moral adalah norma individu yang yang tinggi. Kecuali untuk tingkat kesulitan
dimiliki oleh wajib pajak orang pribadi yang melakukan ketidakpatuhan pajak, terjadi reverse
berkaitan dengan tindakan yang mempunyai nilai nilai, jika mendekati angka 1 berarti memiliki
positif di mata masyarakat pada umumnya dalam keyakinan yang tinggi, dan mendekati angka 7
memenuhi kewajiban perpajakannya. Indikator memiliki keyakinan diri yang rendah.
yang digunakan adalah sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mustikasari (2008 yaitu Niat berperilaku (intention)
merugikan pihak lain, rasa bersalah dan prinsip
hidup. Niat atau intensi adalah kecenderungan wajib
Merugikan pihak lain adalah ketidakpatuhan pajak orang pribadi untuk melakukan perilaku
pajak yang dilakukan dengan tujuan meng- ketidakpatuhan pajak. Sesuai dengan penelitian
untungkan diri sendiri dengan merugikan peme- oleh Mustikasari (2007), untuk mengukur variabel
rintah atau pihak ketiga. Rasa bersalah adalah niat, responden dimintai pendapatnya tentang dua
perasaan tidak nyaman/tidak tenang setelah pernyataan yang mewakili dua variabel niat,
melakukan ketidakpatuhan pajak. Prinsip hidup yaitu: kecenderungan dan keputusan untuk tidak
adalah cara atau jalan yang diyakininya tentang patuh terhadap ketentuan perpajakan. Kecen-
benar-salah, baik-buruk, yang berhubungan derungan adalah kecondongan wajib pajak untuk
dengan kehidupan (Mustikasari 2007). Semakin patuh atau tidak patuh terhadap ketentuan
tinggi nilai yang diperoleh (mendekati angka 7), pepajakan. Keputusan adalah tindakan yang akan
diambil oleh wajib pajak untuk patuh atau tidak
berarti responden semakin memiliki moral yang
patuh terhadap ketentuan peraturan perpajakan.
rendah (semakin tidak bermoral).
Semakin mendekati angka 1 berarti niat untuk
tidak patuh semakin lemah, sebaliknya jika
Kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived
semakin mendekati angka 7, niat untuk tidak
behavioral control)
patuh menjadi semakin kuat.
Kontrol perilaku yang dipersepsikan adalah Perilaku Ketidakpatuhan Pajak (non com-
persepsi wajib pajak orang pribadi tentang pliance behavior)
seberapa kuat tingkat kendali yang dimilikinya
dalam menampilkan perilaku ketidakpatuhan Ketidakpatuhan pajak adalah ketidakpatuhan
pajak. Definisi ini juga sesuai dengan model TPB dalam memenuhi ketentuan peraturan perpajak-
yang dikembangkan oleh Ajzen (2002 dan 2006), an yang berlaku, baik ketidakpatuhan formal
Francis et al. (2004), Kraft et al (2005) dan Tavousi maupun ketidakpatuhan material. Sesuai dengan
et al (2009). PBC didefinisikan sebagai persepsi penelitian yang dilakukan Mustikasari (2007),
seseorang terhadap kesanggupannya dalam me- instrumen ketidakpatuhan pajak dilihat melalui
laksanakan suatu perilaku. tiga kepatuhan: pertama, kepatuhan pengisian
Pengukuran yang digunakan adalah pengukur- SPT (filling compliance), yaitu kepatuhan dalam
an secara langsung. Dalam pengukuran secara menyerahkan surat pemberitahuan baik tahunan
langsung, ada dua aspek yang diperhatikan yaitu, dan masa dengan tepat waktu. Kedua, kepatuhan
pertama, seberapa besar orang tersebut memiliki pembayaran (payment compliance), yaitu kepa-
kontrol terhadap suatu perilaku (controllability), tuhan dalam melakukan pembayaran pajak
dan kedua, seberapa yakin orang tersebut merasa terhutang dengan tepat waktu. Ketiga, kepatuhan
sanggup melakukan suatu perilaku (self-efficacy). pelaporan (reporting compliance), yaitu kepatuhan
Sesuai dengan model pertanyaan yang dalam melaporkan seluruh pajak yang terhutang.
dikembangkan Francis et al (2004) dan Tavousi et Dua kepatuhan pertama merupakan kepatuhan
al (2009), responden diberi pertanyaan mengenai dalam memenuhi kewajiban perpajakan secara
tingkat keyakinan diri (self-efficacy) melalui formal, sedangkan kepatuhan yang ketiga merupa-
pernyataan “jika saya ingin, saya dapat melaku- kan kepatuhan secara material.
kan ketidakpatuhan pajak” dan “melakukan Semakin mendekati angka 1, berarti ketidak-
ketidakpatuhan pajak adalah hal yang sulit”. patuhan pajak responden rendah (responden
Hidayat: Theory of Planned Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak 89

berperilaku patuh). Sebaliknya, semakin men- yang tidak adil ini mendapatkan loading factor
dekati angka 7, ketidakpatuhan pajak semakin lebih kecil dari 0.5, yang artinya memberikan
tinggi (responden berperilaku tidak patuh). Untuk kontribusi yang sangat kecil. Hasil ini menguat-
pertanyaan nomor 16, terjadi reverse nilai, kan pendapat Allingham and Sandmo (1972),
semakin mendekati angka 1, wajib pajak semakin bahwa perilaku ketidakpatuhan pajak merupakan
tidak patuh, dan sebaliknya, semakin mendekati keputusan rasional yang dilandasi oleh keinginan
7, semakin patuh untuk memaksimalkan utilitas finansial/ekonomi
Pengujian hipotesis penelitian ini mengguna- wajib pajak itu sendiri.
kan structural equation modeling (SEM) dengan Hasil perbandingan antara loading factor
program SPSS 16.0 dan Amos 16. Permodelan untuk masing-masing indikator variabel norma
penelitian melalui SEM memungkinkan seorang subyektif/subjective norm dengan nilai mean setiap
peneliti dapat menjawab pertanyaan penelitian indikator menunjukkan bahwa hasil estimasi
yang bersifat regresif maupun dimensional (yaitu loading factor dari variabel norma subyektif/
mengukur dimensi-dimensi dari sebuah konsep). subjective norm terbesar diberikan untuk indikator
Artinya, peneliti dapat mengidentifikasi dimensi- X23 (konsultan pajak/orang yang dianggap meng-
dimensi sebuah konsep/konstruk, sekaligus dapat erti tentang pajak). Hasil ini berbeda dengan nilai
mengukur pengaruh atau derajad hubungan antar
mean yang paling tinggi yang diperoleh oleh
faktor yang telah diidentifikasikan dimensi-
petugas pajak (X22) sebagi pihak yang paling
dimensinya itu (Ferdinand 2006). Termasuk
dalam SEM ini ialah analisis faktor (factor menekankan kepatuhan terhadap pajak. Hal ini
analysis), analisis jalur (path analysis) dan regresi menunjukkan bahwa walaupun rata-rata res-
(regression ). ponden menyatakan petugas pajak merupakan
pihak yang paling memberi tekanan agar patuh
ANALISIS HASIL PENELITIAN terhadap pajak, namun wajib pajak tetap lebih
mendengarkan pendapat konsultan/orang yang
Peneliti menyebarkan sebanyak 350 kusioner dianggap mengerti tentang pajak dan teman,
dan terkumpul sejumlah 155 buah kuisioner. Dari keluarga dan orang-orang dilingkungan terdekat.
seluruh kuisioner yang terkumpul, digunakan 155 Posisi petugas pajak yang berada diurutan nomor
kuisioner untuk dianalisa, yang berarti seluruh lima (terakhir) menunjukkan bahwa responden
kuisioner digunakan. Jumlah penggunaan sampel kurang mempercayai obyektifitas petugas pajak.
sebesar 155 responden telah memenuhi syarat Hasil perbandingan antara loading factor
untuk mendapatkan maximum likelihood, yaitu masing-masing indikator variabel Moral dengan
sampel dengan ukuran 100 sampai dengan 200 nilai mean dari setiap indikator tersebut
(Ferdinand 2006). menunjukkan bahwa hasil estimasi loading factor
Secara demografi, responden penelitian ini
dari variabel kewajiban moral terbesar diberikan
terdiri dari laki-laki sebesar 71% dan perempuan
oleh indikator X32 (rasa bersalah). Hasil ini
sebesar 29%. Dari segi usia, responden penelitian
ini berada pada rentang umur antara 20 sampai menunjukkan bahwa rata-rata responden me-
dengan 50 tahun dengan mayoritas berusia muda nyatakan rasa bersalahnya ketika melakukan
(20 sampai 40 tahun, sebesar 72%). Untuk tingkat ketidakpatuhan pajak, dan kontribusi terhadap
pendidikan, 74% responden adalah berijazah tinggi rendahnya moral seseorang paling besar
minimal sarjana, dan dari keseluruhan responden diberikan oleh rasa bersalah ini. Kontribusi
hanya 16% yang pernah mengikuti pendidikan selanjutnya diberikan oleh prinsip hidup orang itu
informal dibidang perpajakan. dan perasaan merugikan pihak lain. Posisi prinsip
hidup sebagai kontributor nomor dua menunjuk-
Analisis Faktor Konfirmatori: Loading Factor kan pentingnya penanaman pendidikan mengenai
kepatuhan pajak sejak level pendidikan paling
Hasil perbandingan loading factor dari
indikator-indikator pembentuk sikap dengan nilai bawah, agar kepatuhan pajak menjadi prinsip
mean setiap indikator menunjukkan bahwa aspek hidup masyarakat Indonesia.
finansial/ekonomi (X12 bersama-sama dengan Hasil perbandingan antara loading factor
indikator X11), tetaplah merupakan pemicu/ masing-masing indikator PBC dengan nilai mean
penggerak utama sikap ketidakpatuhan terhadap indikator tersebut menunjukkan bahwa hasil
pajak. Hal ini kontradiktif dengan hasil rata-rata estimasi loading factor dari PBC terbesar diberi-
sikap ketidakpatuhan yang ditunjukkan respon- kan untuk indikator X42 (controllability).
den mengenai aspek regulasi pemerintah. Rata- Hasil ini menunjukkan karakteristik wajib
rata responden menganggap bahwa regulasi yang pajak yaitu walaupun tidak memiliki kemampuan
telah ditetapkan oleh pemerintah saat ini masih atau kapabilitas yang cukup untuk melakukan
tidak transparan dan adil. Bahkan mengenai ketidakpatuhan pajak, namun memiliki cukup
tranparansi pemanfaatan pajak dan sistem pajak keberanian untuk melakukan ketidakpatuhan.
90 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2010: 82-93

Berdasarkan penelitian oleh Terry and O’Leary Hipotesis ketiga bahwa kewajiban moral
(1995), tingkat kapabilitas ini akan mempengaruhi berpengaruh terhadap niat untuk tidak patuh
niat untuk tidak patuh, sedangkan tingkat individu diterima. Kewajiban moral berpengaruh
persepsi akan kontrol dirinya akan mempengaruhi positif dan signifikan terhadap niat untuk tidak
perilaku ketidakpatuhannya. patuh individu terhadap pajak. Hal ini terlihat
dari tanda koefisien jalur yang positif, yaitu
Hasil pengujian SEM sebesar 0.83 dengan nilai p-value 0.000 dan C.R.
sebesar 4.183.
Tabel 5.20 di bawah menunjukkan bahwa Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
ukuran fit khususnya P-value dari uji Khi Kuadrat moral seseorang untuk tidak patuh terhadap
lebih besar dari α=0.05. Nilai ukuran fit yang lain pajak, atau dengan kata lain semakin tidak
yakni RMSEA, GFI, CMIN/df, TLI dan CFI bermoral seseorang, semakin besar pula niat orang
menunjukkan model dapat dikatakan baik pula. itu untuk tidak patuh terhadap pajak. Demikian
Nilai AGFI (0.856), walaupun masih dibawah nilai pula sebaliknya, semakin tinggi moral seseorang,
cut off, namun dapat dikatakan bahwa model semakin patuh orang itu terhadap pajak.
dapat diterima secara marginal (Ferdinand 2006). Pengaruh kewajiban moral yang signifikan
Dengan demikian model hipotetik dapat dikatakan menunjukkan bahwa moral seseorang mampu
baik atau didukung oleh data empirik. menjadi penjaga niat orang itu dalam berperilaku
Hipotesis pertama bahwa sikap terhadap patuh pajak.
ketidakpatuhan pajak berpengaruh terhadap niat Hipotesis keempat bahwa kontrol perilaku
untuk berperilaku tidak patuh ditolak. Pengaruh yang dipersepsikan (PBC) berpengaruh terhadap
sikap ketidakpatuhan pajak terhadap niat niat tidak patuh individu ditolak. PBC ber-
individu untuk tidak patuh terhadap pajak adalah pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
negatif dan tidak signifikan. Hal ini terlihat dari niat individu untuk tidak patuh terhadap pajak.
koefisien jalur yang bertanda negatif (-0.11) Hal ini terlihat dari tanda koefisien jalur yang
dengan nilai p-value 0.404 dan C.R. -0.835. negatif, yaitu sebesar -0.20 dengan nilai p-value
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi 0.321 dan C.R. sebesar -0.992.
sikap seseorang untuk tidak patuh terhadap pajak, Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar
maka niat orang itu untuk tidak patuh terhadap persepsi atas kontrol yang dimiliki oleh seseorang,
pajak semakin menurun. Pengaruh sikap yang maka akan menurunkan niat orang itu untuk
tidak signifikan terhadap niat menunjukkan tidak patuh terhadap pajak. Pengaruh kontrol
bahwa niat seseorang untuk melakukan sesuatu perilaku yang dipersepsikan terhadap niat yang
tidaklah semata-mata dilandasi oleh sikapnya tidak signifikan menunjukkan bahwa niat se-
terhadap sesuatu itu. seorang tidaklah didominasi oleh seberapa besar
Hipotesis kedua bahwa norma subyektif tingkat persepsi orang itu terhadap kontrol yang
berpengaruh terhadap niat untuk tidak patuh dimilikinya dalam berperilaku.
individu terhadap pajak ditolak. Norma subyektif Hipotesis kelima bahwa kontrol perilaku yang
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dipersepsikan berpengaruh terhadap perilaku
niat individu untuk berperilaku tidak patuh ketidakpatuhan pajak individu ditolak. PBC
terhadap pajak. Hal ini terlihat dari tanda berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
koefisien jalur yang positif, yaitu sebesar 0.28 perilaku ketidakpatuhan pajak. Hal ini terlihat
dengan nilai p-value 0.054 dan C.R. sebesar 1.927. dari besarnya koefisien jalur yang negatif, yaitu
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar sebesar -0.12 dengan nilai p-value 0.340 dan C.R.
tekanan sosial/norma subyektif dari lingkungan sebesar -0.953.
responden untuk tidak patuh terhadap pajak, Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar
semakin besar pula niat orang itu untuk tidak persepsi seseorang atas tingkat kontrol terhadap
patuh terhadap pajak, demikian pula sebaliknya. perilaku yang dimilikinya, semakin kecil kemung-
Pengaruh norma subyektif yang tidak signifikan kinan perilaku ketidakpatuhan orang itu akan
menunjukkan bahwa niat seseorang tidaklah ditampilkan/diwujudkan. Nilai pengaruh PBC
semata-mata dipengaruhi oleh tekanan sosial dari terhadap perilaku yang tidak signifikan me-
orang-orang disekelilingnya. Nilai koefisien jalur nunjukkan bahwa perilaku ketidakpatuhan pajak
0.28 dengan nilai p-value 0.054 dan C.R. sebesar seseorang tidaklah semata-mata dipengaruhi oleh
1.927 sebenarnya menunjukkan bahwa pengaruh PBC/persepsi atas kontrol yang dimilikinya.
dari orang-orang tersebut cukup besar terhadap Hipotesis keenam bahwa niat untuk tidak
niat wajib pajak, walaupun tidak sampai patuh berpengaruh terhadap perilaku ketidak-
berpengaruh secara signifikan. patuhan pajak diterima. Niat untuk tidak patuh
terhadap pajak berpengaruh positif dan signifikan
Hidayat: Theory of Planned Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak 91

terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak. Hal ini seseorang, walaupun tinggi, akan dapat membuat
terlihat dari koefisien jalur yang bertanda positif, niat orang itu untuk tidak patuh pajak menjadi
yaitu sebesar 0.33 dengan nilai p-value 0.004 dan rendah. Pada akhirnya, niat seseorang dapat
C.R. sebesar 2.881. diwujudkan dalam perilaku tergantung pada ada
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin atau tidaknya actual control yang nyata
besar niat seseorang untuk tidak patuh terhadap dilapangan. Artinya, niat seseorang untuk tidak
pajak, akan semakin besar pula kemungkinan patuh pajak dapat terwujud menjadi perilaku
orang itu untuk menampilkan perilaku ketidak- ketidakpatuhan jika pengawasan oleh aparat
patuhan pajak. Pengaruh niat tidak patuh yang pajak di lapangan lemah. Jika sistem pengawasan
signifikan terhadap perilaku ketidakpatuhan pajak yang dilakukan oleh aparat pajak kuat, maka
menunjukkan bahwa perilaku ketidakpatuhan tingkat PBC (controllability) akan turun dengan
pajak yang ditampilkan sangat dipengaruhi oleh cepat dan orang itu akan menampilkan perilaku
niat untuk tidak patuh. Demikian pula sebaliknya, yang berbeda dari yang diniatkan. Dengan
perilaku kepatuhan pajak sangat dipengaruhi oleh demikian, walaupun pada awalnya tingkat PBC
niat untuk patuh pajak. seseorang tinggi, dapat saja menyebabkan
rendahnya perilaku ketidakpatuhan pajak.
KESIMPULAN Hal lain yang perlu mendapat perhatian
adalah apa yang disinggung oleh Fischer et al
Melihat dari hasil hipotesis 1 sampai dengan (1992), yaitu tingginya tingkat kompleksitas
hipotesis 6 di atas, dapat ditarik kesimpulan peraturan perpajakan, dapat menyebabkan peri-
bahwa perilaku ketidakpatuhan pajak merupakan laku ketidakpatuhan pajak. Level the tiers dalam
perilaku yang didasari oleh niat untuk tidak patuh piramida OECD (2004) menunjukkan bahwa niat
pajak. Artinya bahwa semakin kecil niat seseorang seseorang untuk patuh terhadap pajak dapat saja
untuk tidak patuh pajak, akan semakin kecil pula tidak terwujud dalam perilaku, karena ia memiliki
kemungkinan orang tersebut untuk berperilaku kesulitan untuk mengerti masalah perpajakan dan
tidak patuh. Hasil ini sesuai dengan teori TPB memenuhinya. Apabila tingkat PBC (controllability)
Ajzen (1991) yang mengatakan bahwa perilaku orang itu cukup tinggi, maka ia dapat menam-
tertentu seseorang didasari oleh niatnya untuk pilkan perilaku ketidakpatuhan pajak, walaupun
berperilaku tertentu tersebut. perilaku ini tidak sesuai dengan niatnya semula
Dalam kaitannya dengan wajib pajak orang yang patuh pajak.
pribadi, niat untuk berperilaku tidak patuh pajak Posisi petugas pajak yang menempati urutan
ternyata tidaklah semata-mata didasari oleh ke empat dari lima pihak yang memberikan
sikapnya yang tidak patuh. Walaupun sikap kontribusi terhadap norma subyektif responden,
seseorang tidak patuh, namun niat orang itu dapat memerlukan komitmen yang tinggi dan upaya
saja berkebalikan dengan sikapnya. Hal ini yang terus-menerus dari para petugas pajak untuk
dikarenakan dimensi kultur masyarakat timur dapat memberikan pelayanan yang prima, dan
yang kental. Dalam kultur masyarakat timur, konsultasi yang obyektif mengenai hak dan
seseorang akan cenderung mengikuti dan meng- kewajiban wajib pajak.
anut nilai-nilai atau pendapat dari orang-orang Disamping itu, perlu dijalin kerjasama dengan
yang ada dilingkungan sosialnya (Hofstede 1991). para konsultan pajak yang telah bersertifikat
Pengaruh tekanan sosial yang cukup besar resmi untuk bersama-sama memberikan pengerti-
menggambarkan besarnya pengaruh sosial ini. an yang sebenarnya mengenai pajak kepada wajib
Jika tekanan sosial disekitar wajib pajak adalah pajak sehingga mereka punya pemahaman yang
untuk patuh terhadap pajak, maka niatnya akan baik mengenai pajak. Namun demikian, untuk
cenderung untuk patuh pula terhadap pajak. mencegah perilaku ketidakpatuhan pajak, perlu
Namun demikian, walaupun pengaruh tekanan peningkatan pengawasan yang intensif terhadap
sosial cukup besar, tingkat moral seseorang para wajib pajak orang pribadi.
merupakan faktor paling dominan yang mem- Disamping itu, selaku pembuat kebijakan
pengaruhi niat orang itu. Jika ia memiliki moral dibidang perpajakan, walaupun kontribusi indi-
yang tinggi, maka niatnya juga akan patuh pajak. kator persepsi terhadap sistem pajak yang tidak
Sebaliknya, semakin tidak bermoral seseorang, adil bukan yang terbesar terhadap variabel sikap
niatnya akan semakin tidak patuh pajak. ketidakpatuhan, namun perlu dipikirkan suatu
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah sistem yang efektif, sederhana dan lebih adil
tingkat PBC seseorang, yang terdiri dari tingkat kepada para waib pajak orang pribadi.
kapabilitas (self-efficacy) dan tingkat kontrol/ Kepada peneliti selanjutnya agar dapat me-
pengendaliannya terhadap perilaku (controllability). nambah berbagai aspek dan faktor-faktor yang
Kapabilitas diri yang rendah menyebabkan PBC berpengaruh terhadap kepatuhan pajak, seperti
92 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 12, NO. 2, NOVEMBER 2010: 82-93

aspek ekonomi, sosial dan budaya, serta komplek- Direktorat Jenderal Pajak, Surat Edaran Direktur
sitas peraturan perpajakan (tax structure), Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ.04/2008
sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan Tanggal 31 Desember 2008 Tentang Kebi-
studi empiris dibidang perpajakan yang masih jakan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuh-
minim. Selain itu, mengingat keberagaman latar an Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
belakang wajib pajak orang pribadi yang
mempengaruhi persepsinya terhadap sesuatu, ----------, 2010, Penerimaan Pajak 1 Januari 2009
seperti pendidikan, income level, dan income sampai dengan 31 Desember 2009 Dan
source, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk Kinerja Lainnya, Siaran Pers, Jakarta.
lebih memperhatikan berbagai macam karak- Feld, Lars P., Bruno S. Frey, 2002, “Trust Breeds
teristik wajib pajak didalam penelitiannya. Trust: How Taxpayers are Treated”, Econo-
Penelitian selanjutnya terhadap wajib pajak orang mics of Governance, Vol. 3, pp. 87-99.
pribadi juga memerlukan perhatian terhadap
kondisi pemenuhan kewajiban perpajakannya, Ferdinand, Augusty, 2006, Structural Equation
seperti apakah ia merupakan wajib pajak Modeling Dalam Penelitian Manajemen:
pegawai/karyawan atau pekerjaan/usaha bebas, Aplikasi Model-model Rumit Dalam Pene-
dan apakah wajib pajak orang pribadi tersebut litian Untuk Tesis Magister dan Disertasi
melaksanakan pembukuan atau menggunakan Doktor, Edisi 4, Badan Penerbit Universitas
norma penghitungan penghasilan neto. Diponegoro, Semarang.
Peneliti selanjutnya juga dapat memperluas
Fischer, Carol M, Wartick, Martha, Mark, Melvin
lokasi penelitian, menambah jumlah sampel, dan
M., 1992, “Detection Probability and Tax-
mencari alternatif metode penelitian dan peng-
payer Compliance: A Review of Literature”,
ukuran yang lain terhadap perilaku ketidak-
Journal of Accounting Literature, Vol. 11.
patuhan pajak, seperti digunakannya metode
eksperimen, sehingga dapat memberikan gambar- Francis, Jillian J., Martin P Eccles, Marie Johnston,
an yang semakin utuh dan menyeluruh terhadap Anne Walker, Jeremy Grimshaw, Robbie
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Foy, Eileen F S Kaner, Liz Smith, Debbie
wajib pajak. Bonetti, 2004, Constructing Questionnaires
Based On The Theory of Planned Behaviour:
DAFTAR PUSTAKA A Manual for Health Services Researchers,
Centre for Health Services Research,
Ajzen, Icek, 1991, The Theory of Planned Behavior, University of Newcastle, United Kingdom.
Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol. 50, pp. 179-211. Hofstede, G.H., 1980, Culture’s Consequences: Inter-
national Differences in Work-Related Values,
----------, 2002 (Revised 2006), Constructing a TPB
Sage Publications.
Questionnaire: Conceptual and Methodol-
ogical Considerations, http://www.people. ----------, 1991, Cultures and Organizations: Software
umass.edu/aizen/, diakses tanggal 28 Juni of The Mind, McGraw-Hill International.
2010.
Jackson, B.R., V.C. Milliron, 1986, “Tax Com-
Allingham, Michael G., Agnar Sandmo, 1972, pliance Research: Findings, Problems, and
“Income Tax Evasion: A Theoretical Analy- Prospects”, Journal of Accounting Literature,
sis”, Journal of Public Economics, Vol. 1, pp. Vol. 5, pp. 125-165.
323-338.
Kaplan, S.E., K.J. Newberry and P.M.J. Reckers,
Bobek, Donna D., Richard C. Hatfield, 2003, “An 1997, On the Visibility of Income Tax Law
Investigation of the Theory of Planned Violations. In J.A. Roth and J.T. Scholz, eds.
Bahavior and The Role of Moral Obligation Taxpayer Compliance, Social Science Per-
in Tax Compliance”, Behavioral Research in
spective, 2. Philadelphia, PA: University of
Accounting, Vol. 15.
Pennsylvania Press.
Chau, Gerald, Patrick Leung, 2009, “Critical
Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Pera-
Review og Fischer Tax Compliance Model: A
Research Synthesis” Journal of Accounting turan Menteri Keuangan Republik Indone-
and Taxation, Vol. 1, pp. 034-040. sia Nomor 192/PMK.03/2007 Tanggal 28
Desember 2007 Tentang Tata Cara Pene-
Darussalam, Danny S., 2010, “Memacu Tax Ratio tapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Ter-
Untuk Menghindari Jebakan Utang”, Harian tentu Dalam Rangka Pengembalian Penda-
Bisnis Indonesia, Rabu, 02 Juni 2010. huluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Hidayat: Theory of Planned Behavior dan Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak 93

------------, Peraturan Menteri Keuangan Republik Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Ran-
Indonesia Nomor 199/PMK.03/2007 Tanggal cangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
28 Desember 2007 Tentang Tata Cara Negara Tahun Anggaran 2009.
Pemeriksaan Pajak.
------------, Nota Keuangan dan Rancangan Ang-
------------ , 2010, Modul Analisa Laporan Keuangan garan Pendapatan dan Belanja Negara
dan SPT untuk Diklat Teknis Substantif Tahun Anggaran 2010.
Spesialisasi Account Representative Angkatan
II, Balai Diklat Keuangan, BPPK Malang. ------------, Undang-undang Republik Indonesia Nomor
28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga
Kraft, Pal, Jostein Rise, Stephen Sutton, Espen
Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Røysamb, 2005, “Perceived Difficulty in The
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara
Theory of Planned Behaviour: Perceived
Behavioural Control or Affective Attitude”?, Perpajakan.
British Journal of Social Psychology, Vol.44: ------------, Undang-undang Republik Indonesia Nomor
479-496 16 Tahun 2009 Tentang Penetapan
Mustikasari, Elia, 2007, Kajian Empiris tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusa- undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
haan Industri Pengolahan di Surabaya, Perubahan Keempat Atas Undang-undang
Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar. Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara Perpajakan Menjadi
----------- , 2008, Faktor Perilaku dan Lingkungan
Undang-undang.
Organisasi yang Mempengaruhi Ketidak-
patuhan Tax Professional Dalam Melak- Tavousi, M., Hidarnia A.R., Montazeri A.,
sanakan Kewajiban Perpajakan pada Peru- Hajizadeh E., Taremain F., Ghofranipour F.,
sahaan Industri Pengolahan di Surabaya, 2009, “Are Perceived Behavioral Control and
Disertasi Program Pascasarjana Universitas Self-Efficacy Distinct Constructs”?, European
Airlangga Surabaya. Journal of Scientific Research, Vol.30 No.1,
Napitupulu, Humala Setia L., 2005, Pengaruh pp.146-152.
Frekuensi Pemeriksaan Pajak dan Kualitas Terry, D. J., O’Leary, J. E., 1995, “The Theory of
Pemeriksa Pajak Terhadap Tingkat Kepa- Planned Behaviour: The Effects of Perceived
tuhan Wajib Pajak Badan pada Kantor
Behavioural Control and Perceived Self-
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Efficacy”, British Journal of Social Psycho-
Bagian Timur I, Tesis Program Pasca-
sarjana Universitas Airlangga Surabaya, logy, 34,199–220.
Tidak dipublikasikan. Wenzel, Michael, 2002, “The Impact of Outcome
OECD, 2004, Guidance Note Compliance Risk Orientation and Justice Concern on Tax
Management: Managing and Improving Tax Compliance: The Role of Taxpayer’s Identity”,
Compliance Centre for Tax Policy and Journal of Applied Psychology, Vol. 87, pp.
Administration. 629-645.
Parker, D., A.M.S Manstead, S.G. Stradling, 1995, ------------, 2004, “The Social Side of Sanctions:
“Extending the Theory of Planned Behavior: Personal and Social Norms as Moderators of
The Role of Personal Norm”, British Journal Deterrence”, Law and Human Behavior,
of Social Psychology, 34 (2). Vol. 28, No. 5.

Anda mungkin juga menyukai