Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang
berguna dalam membuat keputusan bisnis dan keputusan ekonomi (FASB
1978,1). Untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang
disajikan telah bebas dari salah saji material maka dilakukan proses yang
disebut dengan audit independen. Audit independen merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk melihat apakah laporan keuangan yang di
sajikan telah bebas dari salah saji yang material. Proses ini banyak
dilakukan dalam perusahaan dengan kondisi kepemilikan yang terpisah
antara pemilik dan manajemen. Proses ini dilakukan untuk dapat
memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang di sajikan telah
bebas dari salah saji yang material. (Wallace 1980)
Audit berkaitan dengan serangkaian peristiwa dimana satu pihak
mempercayakan kekayaannya kepada pihak lain yang menjadikan proses
pemeriksaan yang memadai terhadap ketaatan menjadi penting. (Wallace
1980). Audit merupakan ilmu yang berkaitan dengan akuntansi. Audit dan
akuntansi memiliki keterkaitan yang dekat, namun audit dan akuntansi
memiliki arah yang berbeda. Akuntansi terdiri dari proses pencatatan,
klasifikasi, ikhtisar dan komunikasi data keuangan. Proses tersebut terdiri
dari pengukuran dan komunikasi yang berkaitan dengan business event dan
kondisi yang merepresentasikan entitas yang bersangkutan. Sedangkan
audit berfungsi untuk melakukan review terhadap pengukuran dan
kesesuaian komunikasi akuntansi. (Mautz and Sharaf 1961)
Hayes et al (2014) menjelaskan bahwaan bahwa audit merupakan
sesuatu yang penting karena beberapa hal diantaranya
1. Auditor bertanggung jawab untuk mengungkapkan dan mencegah
terjadinya kecurangan
2. Audit berfungsi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan
3. Audit merupakan konsekuensi langsung dari adanya keterlibatan
stakeholder dalam perusahaan. Stakeholder mengharapkan akuntabilitas
dari manajemen sebagai imbalan atas kontribusi mereka dalam
perusahaan. Karena informasi yang diberikan oleh manajemen memiliki
kemungkinan untuk menjadi bias
4. Auditor yang memiliki reputasi baik ditunjuk tidak hanya untuk
kepentingan pihak ketiga tetapi juga untuk kepentingan manajemen
(Agency Theory).
(Hayes, Wallage et al. 2014)
SAS 126 menjelaskan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk
mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial mengenai kemampuan
entitas untuk berlanjut sebagai entitas yang going concern selama jangka
waktu tertentu. Evaluasi auditor tersebut didasarkan pada pengetahuan
auditor mengenai kondisi relevan atau kejadian yang terjadi sebelum
tanggal pelaporan audit. (AICPA 2017)

1
Bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan, laporan audit
merupakan bukti yang nyata dari proses audit. sebagaimana laporan
tersebut akan memberikan informasi yang bernilai bagi penggunanya
berkaitan dengan apa yang telah dilakukan auditor dan bagaimana
keyakinan tersebut dapat meningkatkan reliabilitas dari laporan keuangan
yang bersangkutan. Laporan audit merupakan dokumen yang secara umum
merupakan dokumen standar yang di laporkan kepada pengguna dari hasil
proses audit. Struktur dari laporan audit itu sendiri adalah konsisten, yang
terdiri dari
1. Judul. Bagian ini menyatakan bahwa laporan tersebut telah di selesaikan
oleh auditor independen dan biasanya di tujukan kepada pemegang
saham perusahaan
2. Lingkup. Bagian ini menjelaskan lingkup tanggung jawab manajemen
dan auditor. Termasuk didalamnya pernyataan bahwa bukti audit yang
memadai telah dikumpulkan untuk membentuk opini audit
3. Opini. Bagian ini menjelaskan bahwa auditor akan memberikan opini
apakah laporan keuangan akan menunjukkan dengan wajar segala hal
yang berkaitan dengan kerangka pelaporan keuangan
(Hay, Knechel et al. 2014)
Laporan keuangan di susun dengan asumsi bahwa perusahaan akan
dalam keadaan going concern (kondisi dimana perusahaan akan terus
beroperasi sampai batas waktu tak ditentukan). Dengan berdasarkan pada
asumsi ini, asset secara umum dicatat pada nilai belinya (at cost) dan di
susutkan selama masa manfaat yang telah di perkirakan. Jika asumsi going
concern tidak lagi valid, maka asset dan hutang perusahaan perlu untuk di
hapus dan di laporkan pada jumlah yang di estimasi dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran ketika perusahaan tersebut di likuidasi. Laporan
keuangan merupakan pernyataan manajemen mengenai kinerja perusahaan
pada saat di terbitkannya laporan keuangan tersebut, kemungkinan
keuntungan di masa depan dan kewajiban masa depan, struktur kepemilikan
dalam perusahaan tersebut dan sumber serta pengeluaran kas. Seiring
dengan, kondisi manajemen yang berada pada situasi terbaik untuk
menentukan dan melaporkan kemampuan perusahaan untuk melangsungkan
hidupnya sebagai perusahaan yang going concern sebagaimana juga terjadi
ketidak pastian yang lainnya. Namun, adalah kewajiban manajemen untuk
menentukan dan melaporkan ketidak pastian going concern dengan suatu
yurisdiksi. Dalam standar pelaporan keuangan (International Accounting
Standard 1 paragraf 25) “… manajemen harus membuat penilaian mengenai
kemampuan perusahaan mengenai kemampuan untuk going concern …
ketika manajemen siaga, dalam membuat pernyataannya, mengenai ketidak
pastian yang material berkaitan dengan kejadian atau kondisi yang dapat
menimbulkan keraguan signifikan mengenai kemampuan entitas untuk
berlanjut dalam kondisi going concern, entitas harus mengungkap segala
hal yang berkaitan dengan ketidak pastian tersebut. Peran dari auditor
eksternal dalam rantai pelaporan keuangan adalah untuk menambahkan

2
kredibilitas terhadap laporan keuangan yang di siapkan oleh manajemen.
Auditor memenuhi peran ini dengan secara sistematis mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi yang tertera pada laporan keuangan
dan mengkomunikasikan temuan mereka dalam laporan audit. isu penting
untuk stakeholder dalam rantai pelaporan keuangan adalah peran yang
benar dari auditor dalam mengevaluasi dan melaporkan status going
concern dari perusahaan yang bersangkutan. Pada 1988 ketika auditing
standar setter di amerika menerbitkan standar yang bertujuan untuk
menjembatani perbedaan pandangan antara pengguna dan auditor, auditor
tidak memiliki tanggung jawab afirmatif untuk mempertimbangkan status
going concern dari perusahaan yang bersangkutan. Telah dikatakan bahwa
tanggung jawab manajemen adalah untuk pelaporan pada posisi keuangan
suatu entitas dan hasil dari operasional dan peran auditor adalah untuk
mengevaluasi pernyataan manajemen dan menerbitkan laporan berkaitan
dengan kewajaran dari laporan keuangan tersebut. Adalah investor yang
seharusnya membuat keputusan mengenai prospek perusahaan untuk
bertahan dengan menggunakan laporan keuangan yang telah di audit dan
informasi lainnya (Asare and Williams 2014)
Alokasi dari peran historis ini dalam rantai pelaporan keuangan masih
menjadi perdebatan antara public yang berinvestasi mengenai pemahaman
atas peran auditor – salah satunya adalah mengenai penilaian berkaitan
dengan keberlangsungan perusahaan. Dalam Laporan auditor, terdapat
bagian penjelasan yang berkaitan dengan kemampuan klien untuk tetap
berada pada posisi going concern (kemampuan untuk tetap
mempertahankan bisnis). Bagian ini merupakan bagian yang menarik bagi
investor dan pengamat bisnis, karena bagian ini memaparkan komunikasi
dari auditor yang menyatakan tentang penilaian professional mereka
berkaitan dengan kelayakan dari perusahaan yang di audit. sementara
standar professional dari semua yurisdiksi akan menekankan bahwa laporan
audit bukanlah prediksi dari kelayakan masa depan, melainkan laporan
audit going concern di pandang sebagai sesuatu yang penting dan sering
kali di perlakukan seperti itu. Jadi kapanpun perusahaan mengalami
kegagalan maka para pihak yang berkepentingan akan menanyakan
“dimana auditor yang bersangkutan?” dan “apa yang di nyatakan dalam
laporan audit?” dan dalam konteks tersebut akan banyak orang yang
memandang bahwa auditor tidak memberikan investor peringatan awal
yang memadai terkait dengan kegagalan bisnis melalui laporan mereka
(Hay, Knechel et al. 2014)
Fenomena kasus audit yang berkaitan dengan penjelasan diatas
mengenai jeritan pertanyaan “dimanakah auditor ketika perusahaan
mengalami kegagalan” yang terbaru terjadi pada tahun 2017, dimana kasus
tersebut menimpa perusahaan telekomunikasi terkenal di inggris yang
bernama British Telecom. British Telecom merupakan perusahaan
telekomunikasi terkemuka yang menggunakan jasa kantor akuntan public
dengan peringkat Big 4 dalam pelaksaan proses audit untuk laporan

3
keuangan yang di terbitkan. Pada kasus yang menimpa British Telecom
tersebut ditengara auditor dari kantor akuntan public yang menangani
perusahaan tersebut gagal untuk mengungkapkan kondisi keuangan
perusahaan dalam laporan audit mereka, sehingga kegagalan tersebut
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengguna laporan audit
dalam mengambil keputusan investasi. Dari penjelasan singkat kasus
tersebut maka dapat dilihat betapa pentingnya penjelasan mengenai prospek
keberlangsungan perusahaan yang di audit dalam laporan audit.
Sesuai dengan penjelasan diatas, bahwa informasi yang di hasilkan oleh
auditor merupakan sesuatu yang penting karena informasi tersebut di
gunakan oleh para penggunanya untuk mendapatkan gambaran informasi
berkaitan dengan alokasi sumberdaya (investasi) yang akan mereka
lakukan. Kebutuhan akan informasi yang akurat tersebut dapat didukung
dengan adanya beberapa hal. Pertama, pelaksanaan audit yang berkualitas
guna membantu meningkatkan kualitas laporan keuangan yang diterbitkan.
Dengan informasi tersebut maka investor dapat membuat keputusan
investasi yang rasional. Kedua, Selain pelaksanaan audit, hal yang turut
berpengaruh terhadap keputusan investasi adalah akses terhadap informasi
yang bersangkutan. Karena investor dapat membuat keputusan investasi
yang baik hanya jika mereka memiliki akses terhadap informasi terkait
dengan perusahaan dimana mereka ingin berinvestasi. Oleh kareanya dapat
dinyatakan bahwa dengan informasi yang kurang memadai dan transparan
maka akan semakin sedikit kemungkinan harga akan merepresentasikan
nilai sekuritas dan akan lebih banyak ketidak efisienan alokasi sumberdaya
dan kesempatan terjadinya kecurangan.
Brunelli (2018) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang di
tengara dapat berpengaruh terhadap Opini going concern yang berkaitan
dengan prospek perusahaan yang di berikan oleh auditor, diantaranya :
a. Faktor klien. Faktor ini merupakan faktor yang berkaitan dengan
kondisi keuangan klien, diantaranya profitabilitas, tingkat hutang
(leverage), likuiditas, ukuran perusahaan, tingkat kegagalan hutang
b. Faktor auditor. Faktor ini terdiri dari tingkat ketergantungan auditor
terhadap klien secara ekonomi, ukuran kantor akuntan public, auditor
judgement, spesialisasi industry dari auditor, nilai kompensasi yang
diberikan kepada auditor, struktur organisasi dari kantor akuntan yang
bersangkutan serta kondisi psikis dari auditor yang bersangkutan.
c. Faktor hubungan antara klien dan auditor. Hubungan antara auditor
dengan klien yang dimaksud adalah hubungan yang bersifat dinamis
yang diantaranya termasuk pergantian auditor, opinion shopping,
hubungan personal, dan time lag in opinion. Dalam konteks hubungan
antara klien dan auditor ini perhatian secara khusus diarahkan pada
auditor client tenure (lamanya periode auditor melakukan audit pada
klien yang bersangkutan) (Brunelli 2018)
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang hal-hal yang dinilai
dapat berpengaruh terhadap pemberian opini going concern diantaranya

4
1. Miharjo (2012). Dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara
tenure audit dan keputusan untuk pemberian opini going concern
dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang listing di
BEI tahun 2003 – 2008 hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa
ketika tenure audit bertambah maka peluang untuk memberikan opini
going concern akan turun (Miharjo and Hartadi 2012)
2. Vanstraelen (2000) Penelitian ini dimotivasi oleh kurangnya konsensus
dalam literatur mengenai dampak lamanya hubungan auditor – klien
terhadap kualitas audit. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
lamanya hubungan auditor – klien secara signifikan meningkatkan
kecenderungan untuk menerbitkan opini unqualified atau secara
signifikan menurunkan kemauan auditor untuk menerbitkan opini
qualified. (Vanstraelen 2000)
3. O’Clock (1995). Penelitian ini dilakukan dengan metode survey
terhadap 238 auditor. Penelitian ini mengobservasi keputusan going
concern dari kantor akuntan public mulai dari kantor akuntan public
kecil, kantor akuntan public besar non Big six, dan kantor akuntan
public dengan peringkat Big Six. Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa
kantor akuntan yang lebih kecil akan cenderung bersikap kurang
konservatif berkaitan dengan rekomendasi pengungkapan dibandingkan
dengan kantor akuntan besar (O'Clock and Devine 1995)
4. Francis dan Yu (2009). Hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa
kantor akuntan publik dengan ukuran yang lebih besar akan
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Secara spesifik, kantor
akuntan public yang lebih besar akan lebih banyak untuk menerbitkan
laporan audit going concern dank lien dari kantor akuntan tersebut akan
lebih tidak agresif dalam perilaku earning management mereka.
(Francis and Yu 2009)
Selain hal-hal yang ditengara dapat berpengaruh terhadap opini going
concern sebagaimana di jelaskan diatas, opini going concern itu sendiri
dapat membawa konsekuensi bagi para pemegang saham, dalam bentuk
reaksi harga saham (stock price). Beberapa penelitian terdahulu yang
melakukan penelitan yang berkaitan dengan dampak dari dikeluarkannya
going concern opinion diantaranya adalah
a. Fleak (1994) penelitian ini menjelaskan hubungan antara pengaruh
opini going concern dengan stock price. Dengan menggunakan regresi
dan variabel control ukuran perusaaan dan opini going concern yang
telah dikeluarkan sebelumnya (prior going concern opinion), hasil dari
penelitian ini memaparkan bahwa ditemukan adanya hubungan negative
yang signifikan antara opini going concern dengan pergerakan harga
saham (Fleak and Wilson 1994)
b. Soltani (2000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara auditor dan pasar modal di negara perancis dan untuk
melihat bagaimana pasar keuangan dapat bereaksi terhadap informasi
yang terkandung dalam laporan audit dalam keadaan tertentu.

5
Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa
dampak dari informasi dalam laporan audit dalam mengurangi ketidak
pastian yang berhubungan dengan keputusan investasi. Dengan
menggunakan data annual report dan Regresi Ordinary Least Square,
hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negative
signifikan antara abnormal stock return dengan opini going concern
(Soltani 2000)
c. Ogneva and Subramanyam (2007). Hasil dari penelitian ini
memaparkan bahwa penelitian tersebut menguji return selama 12 bulan
menyusul adanya pengungkapan going concern di negara amerika dan
Australia. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa tidak ada bukti yang
signifikan bahwa abnormal return berhubungan negative terhadap opini
going concern di Australia, tetapi di Amerika abnormal return setelah
adanya opini going concern adalah sensitif terhadap pilihan expected
return yang notabene tidak memiliki hubungan negative yang signifikan
(Ogneva and Subramanyam 2007)
Dari hasil penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa audit firm size dan
audit firm tenure merupakan hal yang dinilai dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemberian opini going concern. Selain itu, pada penjabaran
penelitian terdahulu diatas juga dapat dilihat adanya dampak opini going
concern terhadap stock price.
Berdasarkan penjelasan latar belakang serta penelitian terdahulu,
penelitian ini bermaksud untuk meneliti bagaimana hubungan audit firm
size dan audit firm tenure terhadap keputusan pemberian opini going
concern serta kontribusinya terhadap stock return pada perusahaan yang
listing di BEI. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dalam hal
bahwa
a. Ukuran audit firm size yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pengukuran sebagaimana yang di jabarkan oleh Zeff and
Fossum (1967) yaitu menggunakan marketshare dari kantor akuntan
public yang di cerminkan dari jumlah klien yang ditangani, sementara
penelitian terdahulu mengukur ukuran audit firm size berdasarkan
reputasi kantor akuntan public yang bersangkutan (Zeff and Fossum
1967)
b. Penelitian ini tidak hanya menguji hubungan audit firm size dan audit
firm tenure terhadap keputusan pemberian opini going concern tetapi
juga melihat bagaimana kontribusi opini going concern terhadap stock
return, dimana dalam penelitian ini juga akan dilihat apakah audit firm
size dan audit firm tenure memiliki hubungan terhadap stock return
melalui keputusan pemberian opini going concern langsung serta
apakah audit firm size dan audit firm tenure memiliki hubungan secara
langsung terhadap stock return.
c. Penelitian ini bermaksud melihat bagaimana hubungan audit firm size,
audit firm tenure dan keputusan pemberian opini going concern
terhadap stock return, sementara pada penelitian terdahulu yang lazim

6
digunakan adalah stock price. Sementara stock price itu sendiri
merupakan komponen dari perhitungan stock return.

1.1 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah audit firm size berpengaruh terhadap opini going concern?
2. Apakah audit firm tenure berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap
opini going concern?
3. Apakah opini going concern berpengaruh terhadap stock return?
4. Apakah audit firm size berpengaruh terhadap stock return melalui opini
going concern?
5. Apakah audit firm tenure berpengaruh terhadap stock return melalui
opini going concern?
6. Apakah audit firm size berpengaruh secara langsung terhadap stock
return?
7. Apakah audit firm tenure berpengaruh secara langsung terhadap stock
return?

1.2 TUJUAN
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah
1. Mendapatkan pengetahuan secara empiris mengenai hubungan audit
firm size terhadap opini going concern
2. Mendapatkan pengetahuan secara empiris mengenai hubungan audit
tenure terhadap opini going concern
3. Mendapatkan pengetahuan secara empiris mengeai hubungan opini
going concern terhadap stock return
4. Mendapatkan pengetahuan secara empiris mengenai hubungan audit
firm size dan audit firm tenure terhadap stock return melalui opini going
concern

1.3 MANFAAT
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Memberikan tambahan pengetahuan tentang bagaimana audit firm size
dapat berpengaruh opini going concern
2. Memberikan tambahan pengetahuan tentang bagaimana audit firm
tenure dapat berpengaruh opini going concern
3. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan antara opini
going concern dengan stock return
Memberikan tambahan pengetahuan serta bukti empiris dan masukan
tentang bagaimana audit firm size dan audit firm tenure dapat
berpengaruh terhadap stock return melalui opini going concern

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AUDIT
Audit merupakan jasa yang memberikan keyakinan yang dapat
meningkatkan kualitas informasi. Pelaporan informasi keuangan akan
menjadi lebih kredibel, lebih dapat di percaya karena audit atas perusahaan
telah menguji bukti mengenai pernyataan yang di nyatakan dalam laporan
keuangan dan meyakinkan manajemen untuk membuat perubahan yang
dapat meningkatkan akurasi dan tingkat penjelasan informasi dari laporan
keuangan. Hal ini memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mendapatkan sandaran yang lebih baik pada informasi karena hal tersebut
telah di periksa oleh auditor yang kesimpulannya dinyatakan dalam laporan
audit. (Hay, Knechel et al. 2014)
Berdasarkan penjelasan Hayes et al (2005), audit merupakan sesuatu
yang penting karena beberapa hal diantaranya
1. Auditor bertanggung jawab untuk mengungkapkan dan mencegah
terjadinya kecurangan
2. Audit berfungsi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan
3. Audit merupakan konsekuensi langsung dari adanya keterlibatan
stakeholder dalam perusahaan. Stakeholder mengharapkan akuntabilitas
dari manajemen sebagai imbalan atas kontribusi mereka dalam
perusahaan. Karena informasi yang diberikan oleh manajemen memiliki
kemungkinan untuk menjadi bias
Auditor yang memiliki reputasi baik ditunjuk tidak hanya untuk
kepentingan pihak ketiga tetapi juga untuk kepentingan manajemen
(Agency Theory) (Hayes, Wallage et al. 2014)
Dari penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa audit merupakan
proses yang penting yang dapat membantu untuk meningkatkan kredibilitas
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan dapat digunakan
sebagai proses untuk mencegah atau meminimalisir salah saji yang
material. Dari kesimpulan tersebut dapat dilihat bahwa audit merujuk pada
dua teori dasar yaitu
1. Agency theory, yaitu teori yang muncul ketika terdapat dua pihak dalam
perusahaan yang memiliki kepentingan yang berbeda, dalam hal ini
adalah pemilik dan manajer. Dalam situasi ini, audit memainkan peran
sebagai fungsi monitoring dimana auditor akan memonitor hasil
pekerjaan dari pihak manajemen dan memberikan opini yang berkaitan
dengan hasil pekerjaan manajemen tersebut dalam bentuk laporan audit
yang nantinya digunakan oleh pemilik perusahaan untuk melakukan
evaluasi (Jensen and Meckling 1976)
2. Signaling theory, teori ini muncul ketika terdapat dua pihak yang
memiliki akses informasi yang berbeda, sehingga jumlah informasi
yang dimiliki oleh satu pihak dengan pihak yang lain jumlahnya adalah
berbeda. Satu pihak dapat memiliki detil informasi yang lebih banyak
dari pihak lainnya. Oleh karena audit berfungsi untuk memberikan

8
informasi yang dapat berpengaruh terhadap keputusan investasi
penggunanya, maka hasil dari laporan audit dinilai dapat memberikan
sinyal kepada penggunanya berkaitan dengan kondisi ekonomi
perusahaan pada saat diterbitkannya laporan audit.
.
2.2 AGENCY THEORY
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan
merupakan kesepakatan antara dua pihak, pemilik perusahaan (disebut
sebagai principal) terhadap manajer (disebut sebagai agent) untuk
menjalankan tugas sesuai dengan kepentingan pemilik yang melibatkan
delegasi kekuasaan untuk membuat keputusan kepada pihak manajemen
(agent). Hubungan dari kedua pihak ini adalah untuk memaksimalkan
keuntungan, terdapat alasan untuk percaya bahwa pihak manajemen tidak
selalu bertindak sepenuhnya untuk kepentingan pemilik. Pemilik
perusahaan dapat membatasi penyelewengan dari kepentinganya dengan
memberikan dorongan yang layak bagi manajer dan dengan melakukan
pengawasan yang didesain untuk membatasi aktivitas yang menyimpang
dari manajemen. Dalam kebanyakan hubungan keagenan pemilik dan
manajer akan memunculkan biaya pengawasan dan perikatan yang tinggi
dan dalam keadaan tersebut akan terjadi perbedaan antara keputusan
manajer dan keputusan yang dapat memaksimalkan kekayaan pemilik
perusahaan
Karena hubungan antara pemegang saham dan manajer dari suatu
perusahaan sesuai dengan definisi hubungan keagenan maka tidak heran
jika di jelaskan bahwa terjadi masalah keagenan dalam situasi tersebut yang
berkaitan dengan pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam struktur
kepemilikan modern perusahaan sangat berkaitan dengan masalah keagenan
(Jensen and Meckling 1976)
Dalam konteks hubungan auditor, manajer dan pemilik, auditor
berperan untuk mengumpulkan bukti dan menerbitkan laporan. Terdapat
dua pandangan berkaitan dengan peran ini. Pandangan pertama, pandangan
(sinyal) bahwa manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik,
dimana pandangan kedua memerhatikan (jaminan) yang berkaitan dengan
moral hazard yang dapat di kurangi dengan dilaksanakannya audit.
(Hamilton 1975)

2.3 SIGNALING THEORY


Teori Signal adalah teori yang secara mendasar berkaitan dengan
adanya pengurangan asimetri informasi diantara dua pihak (Spence 2002).
Teori signal berguna untuk menggambarkan perilaku ketika terdapat dua
pihak (individu) yang memiliki akses terhadap informasi yang berbeda.
Umumnya satu pihak sebagai pengirim harus memilih apa dan bagai mana
mengkomunikasikan (memberikan signal) informasi tersebut danpihak lain
sebagai penerima informasi harus memilih cara untuk menginterpretasikan
sinyal tersebut. (Connelly, Certo et al. 2011). Stiglitz (2002) menjelaskan

9
bahwa asimetri informasi meuncul ketika orang yang berbeda memiliki
informasi yang berbeda. Karena beberapa informasi bersifat privat, maka
asimetri informasi muncul diantara mereka yang memiliki informasi dan
mereka yang secara potensial dapat membuat keputusan lebih baik jika
mereka memiliki informasi tersebut (Stiglitz 2002)

2.3 AUDIT GOING CONCERN REPORT


Laporan keuangan secara normatif disiapkan pada asumsi bahwa sebuah
entitas akan terus berlangsung (going concern) dan akan melanjutkan
operasionalnya sampai dengan masa yang di perkirakan. Oleh karenanya
diasumsikan bahwa entitas tersebut tidak memiliki kecenderungan ataupun
tidak memerlukan untuk mencairkan atau membatasi skala operasionalnya.
Jika kecenderungan tersebut muncul maka laporan keuangan harus
disiapkan dengan dasar yang berbeda, dan jika hal tersebut terjadi maka
dasar yang digunakan akan dipaparkan (Board 2010)
Nilai laporan keuangan akan dipertanyakan ketika terdapat keraguan
mengenai keberlangsungan suatu entitas, auditor harus memutuskan apakah
terdapat keadaan yang menyebabkan diberikannya laporan audit going
concern. laporan audit tersebut secara teoritis memberikan tanda pada
pembacanya berkaitan dengan laporan keuangan dimana nilai laporan
keuangan tidak dapat menjadi sandaran karena adanya ketidak pastian yang
membayangi kemampuan perusahaan untuk terus bertahan. Auditor
diasumsikan memiliki informasi dari dalam perusahaan yang digunakan
sebagai dasar opini audit, dimana hasil dari opini tersebut adalah berguna
bagi pengguna informasi keuangan (Mutchler 1985)
Blay (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa opini going
concern merupakan satu satunya alat komunikasi auditor independen
kepada public. Hasil penelitiannya menjelaskan bukti bahwa pasar
menginterpretasikan opini going concern sebagai komunikasi risiko yang
sifatnya penting yang merupakan hasil dari pergeseran substansial dalam
struktur penilaian pasar untuk perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan. Komunikasi dalam laporan audit merupakan bagian informasi
yang diterbitkan secara public ketika perusahaan yang bersangkutan
menerbitkan laporan tahunan (Blay, Geiger et al. 2011)
Brunelli (2018) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang di
tengara dapat berpengaruh terhadap Opini going concern yang berkaitan
dengan prospek perusahaan yang di berikan oleh auditor, diantaranya :
1. Faktor klien
Referensi mengenai going concern memaparkan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi diterbitkannya opini going concern untuk
perusahaan. Faktor yang secara public terlihat dalam laporan keuangan
diantaranya adalah :
a. Profitabilitas,
Berdasarkan Gallizo dan Saladrigues (2016) profitabilitas dapat
dicerminkan dari tingkat return on asset yang memberikan sinyal

10
bahwa semakin positif rasio profitabilitas maka akan semakin rendah
kemungkinan perusahaan menerima opini going concern(Gallizo and
Saladrigues 2016)
b. Leverage,
Dalam Gibson (2013) leverage didefinisikan sebagai penggunaan
pendanaan dengan sejumlah bunga tertentu. Perusahaan dikatakan
sukses apabila dapat menghasilkan dana yang lebih besar daripada
dana yang di pinjam, yang kemudian digunakan untuk membayar
dana pinjaman tersebut. (Gibson 2013) Gallizo dan Saladrigues
(2016) dalam penelitiannya memaparkan bahwa leverage merupakan
salah satu ancaman bagi perusahaan. (Gallizo and Saladrigues 2016)
c. Likuiditas,
Gallizo dan Saladrigues (2016) mengukur likuiditas dengan
menggunakan rasio likuiditas sebagai pengukuran kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan perusahaan.
Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka akan semakin
kecil kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini going
concern (Gallizo and Saladrigues 2016)
d. Ukuran perusahaan
Gallizo dan Saladrigues (2016) dalam penelitiannya juga mengukur
ukuran perusahaan berdasarkan nilai asset perusahaan. Umumnya
semakin besar perusahaan maka semakin rendah kemungkinan
perusahaan tersebut untuk menerima opini going concern (Gallizo
and Saladrigues 2016)
e. Kegagalan hutang (debt defaults)
Gibson (2013) mendefinisikan tingkat kegagalan hutang sebagai
kemampuan perusahaan dalam dalam membayar hutang, yang
dihitung dengan cara membandingkan jumlah asset dengan jumlah
hutang atau yang disebut dengan current ratio(Gibson 2013)
f. Opini going concern terdahulu.
Gallizo dan Saladrigues (2016) dalam tulisannya mendefinisikan
opini going concern terdahulu dengan variabel biner yaitu 1 jika
menerima opini going concern dan 0 jika tidak menerima opini going
concern.
2. Faktor auditor
Factor auditor yang berpengaruh terhadap pemberian opini going
concern diantaranya adalah : ketergantungan secara ekonomi terhadap
klien, ukuran kantor akuntan public, auditor judgement, spesialisasi
industry auditor, ukuran pemberian kompensasi kepada auditor, bentuk
susunan organisasi kantor akuntan public, kondisi psikologis auditor
3. Faktor hubungan antara klien dan auditor
Hubungan antara klien dan auditor yang dimaksud adalah hubungan
yang dinamis yang termasuk didalamnya pergantian auditor, opinion
shopping, hubungan personal dan selisih waktu dalam penerbitan opini
(time lag in opinion). Perhatian khusus berkaitan dengan factor

11
hubungan antara klien dan auditor ini ditujukan pada lamanya
pelaksanaan audit pada satu klien (auditor client tenure) dan hubungan
personal antara klien dan auditor. (Brunelli 2018)
Blay (2011) dalam penelitiannya menginterpretasikan bahwa opini
going concern merupakan komunikasi risiko yang berharga terhadap pasar
yang berdampak pada persepsi pasar mengenai keuangan perusahaan yang
mengalami kesulitan (Blay, Geiger et al. 2011)

2.4 AUDIT FIRM TENURE


Secara teori dikatakan bahwa hubungan antara auditor dan klien dapat
berpengaruh terhadap keputusan pemberian opini going concern. Brunelli
(2018) dalam bukunya menjelaskan bahwa hubungan antara auditor dengan
klien secara dinamis adalah termasuk switching, opinion shopping,
hubungan pribadi, dan time lag in opinion. Secara khusus hubungan antara
auditor dengan klien dapat ditujukan pada auditor client tenure dan
hubungan personal antara auditor dengan klien (Brunelli 2018).
Berdasarkan penelitian Vanstraelen (2000) audit tenure dapat diukur
dengan jumlah tahun lamanya perusahaan tersebut di audit oleh kantor
akuntan public yang bersangkutan (Vanstraelen 2000)
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai hubungan
antara auditor client tenure dan going concern report adalah sebagai
berikut:
1. Knechel (2007). Dalam penelitian ini di jelaskan mengenai hubungan
antara audit tenure dan audit quality terlepas dari bukti empiris yang
berkaitan dengan pengujian kegagalan audit, earning management dan
penerbitan opini auditor. penelitian ini menggunakan kecenderungan
dari audit untuk menerbitkan opini going concern sebagai indicator dari
kualitas audit. Dengan menggunakan sampel perusahaan yang
mengalami kesulitan keuangan yang mengalami kebangkrutan dan
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan tetapi tidak mengalami
kebangrutan. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa auditor
tidak menjadi berkurang independensinya seiring dengan waktu dan
tidak juga menjadi lebih baik dalam memprediksi kebangkrutan. Secara
umum bukti dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara
tenure dengan kualitas audit adalah lemah (Knechel and Vanstraelen
2007)
2. Miharjo (2012). Dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara
tenure audit dan keputusan untuk pemberian opini going concern
dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang listing di
BEI tahun 2003 – 2008 hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa
ketika tenure audit bertambah maka peluang untuk memberikan opini
going concern akan turun (Miharjo and Hartadi 2012)
3. Vanstraelen (2000) Penelitian ini dimotivasi oleh kurangnya konsensus
dalam literatur mengenai dampak lamanya hubungan auditor – klien
terhadap kualitas audit. Data dari penelitian ini menggunakan data

12
laporan keuangan tahunan dari perusahaan di Belgia yang tersedia di
bank nasional Belgia pada tahun 1992-1996. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa lamanya hubungan auditor – klien secara signifikan
meningkatkan kecenderungan untuk menerbitkan opini unqualified atau
secara signifikan menurunkan kemauan auditor untuk menerbitkan opini
qualified. Perbedaan signifikan juga ditemukan dalam perilaku
pelaporan auditor dalam dua tahun pertama dibandingkan dengan pada
tahun mandat terakhir. Auditor akan lebih bersedia untuk menerbitkan
unqualified report pada dua tahun pertama dibandingkan dengan pada
tahun terakhir mandat. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa keputusan
untuk memperbaharui mandat auditor sudah diketahui oleh auditor
sebelum auditor yang bersangkutan menerbitkan laporan audit.
implikasi kebijakan dalam temuan tersebut dapat berpihak pada
peraturan rotasi auditor untuk menjaga nilai audit untuk pengguna
eksternal. (Vanstraelen 2000)
Selain dapat berpengaruh terhadap opini Going concern, Audit Tenure
juga dapat berpengaruh terhadap stock price. Beberapa penelitian terdahulu
yang telah melakukan penelitian mengenai hubungan Audit tenure dan
Stock price diantaranya Su (2015). Studi ini menguji bagaimana investor
memaknai kualitas dari laporan keuangan yang diaudit oleh auditor dengan
tenure yang panjang. Dalam penelitian ini diargumentasikan bahwa tenure
merupakan sesuatu yang penting yang dapat berpengaruh terhadap
efektivitas audit dan oleh karenanya dapat berpengaruh terhadap jumlah
informasi spesifik berkaitan dengan perusahaan yang terkandung dalam
harga saham yang dimiliki oleh investor.berdasarkan sampel dari
perusahaan di amerika mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2012, hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa tenure yang lama berkaitan dengan
idiosinkratis volatilitas (perubahan) harga saham yang lebih tinggi. (Su,
Zhao et al. 2015)

2.5 AUDIT FIRM SIZE


Ukuran Kantor Akuntan Publik dalam beberapa penelitian terdahulu
dapat diukur dengan menggunakan beberapa pengukuran diantaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Calbert and Murray (1999). Paper ini
menguji dampak dari adanya perjanjian lisensi kantor akuntan publik.
Penelitian ini menghubungkan standar persyaratan lisensi dengan
kualitas jasa dan indikator kualitas yang di minta pasar yaitu ukuran
kantor akuntan publik. Dalam penelitian ini ukuran kantor akuntan yang
digunakan adalah jumlah CPA yang bekerja, jumlah partner dan total
staf yang ada. (Colbert and Murray 1998)
2. Zeff and Fossum (1967) dalam artikelnya menjelaskan bahwa ukuran
kantor akuntan publik dapat dilihat dari market share kantor akuntan
yang bersangkutan yang di cerminkan dari jumlah klien yang di tangani.

13
Artikel Zeff and Fossum (1967) ini menurutkan kantor akuntan publik
berdasarkan jumlah klien. (Zeff and Fossum 1967)
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, Ukuran Kantor Akuntan
Publik dikatakan memiliki hubungan dengan Opini Going Conern.
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai hubungan antara
auditor firm size dan going concern report adalah sebagai berikut :
1. O’Clock (1995). Penelitian ini dilakukan dengan metode survey
terhadap 238 auditor. Penelitian ini mengobservasi keputusan going
concern dari kantor akuntan public mulai dari kantor akuntan public
kecil, kantor akuntan public besar non Big six, dan kantor akuntan
public dengan peringkat Big Six. Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa
kantor akuntan yang lebih kecil akan cenderung bersikap kurang
konservatif berkaitan dengan rekomendasi pengungkapan dibandingkan
dengan kantor akuntan besar (O'Clock and Devine 1995)
2. Reichelt (2010). Paper ini menguji apakah kualitas audit lebih tinggi
untuk auditor yang memiliki spesialisasi pada tingkat nasional dan
tingkat kota dengan menggunakan kerangka yang dikembangkan dalam
penelitian Ferguson et al (2003) dan Francis et al (2005). Penelitian ini
menemukan bahwa auditor yang memiliki spesialisasi indistri akan
memiliki klien dengan nilai abnormal akrual yang paling rendah dengan
merujuk bahwa auditor dengan spesialisasi industry memiliki kualitas
audit yang lebih baik. Bukti yang di temukan dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa auditor dengan spesialisasi industry meningkatkan
kualitas earning dan bersikap lebih konservatif dalam opini audit
mereka. Terlebih lagi, investor bisa jadi memiliki dorongan untuk
berinvestasi dalam perusahaan yang mereka inginkan karena merujuk
pada earning pada perusahaan tersebut dan laporan audit dari auditor
perusahaan tersebut lebih dapat di percaya. Auditor yang memiliki
spesialisasi industry memiliki dorongan untuk melindungi reputasi
mereka terhadap kemungkinan litigasi yang dapat merugikan mereka
dengan memberikan opini audit yang lebih konservatif. Mereka akan
memiliki toleransi yang lebih ketat terhadap akrual manajemen dari
klien mereka dengan menerbitkan opini going concern yang lebih
banyak (Reichelt and Wang 2010)
3. Francis dan Yu (2009). Hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa
kantor akuntan publik dengan ukuran yang lebih besar akan
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Secara spesifik, kantor
akuntan public yang lebih besar akan lebih banyak untuk menerbitkan
laporan audit going concern dan klien dari kantor akuntan tersebut akan
lebih tidak agresif dalam perilaku earning management mereka.
(Francis and Yu 2009)
Selain dapat berpengaruh terhadap opini Going concern, Audit Firm
Size juga dapat berpengaruh terhadap stock price. Penelitian terdahulu yang
telah melakukan penelitian mengenai hubungan Audit Firm Size dan Stock
price sebagaimana yang dilakukan okeh Pratoomsuwan (2012). Penelitian

14
ini bertujuan untuk menguji permintaan atas kualitas auditor yang tinggi
dan dampak dari nama besar mereka terhadap harga sekuritas pada waktu
initial public offering. Karena pasar modal di Thailand secara ketat diatur,
khususnya dalam konteks pemilihan auditor (pasar sekuritas Thailand
memberikan daftar kualifikasi auditor secara individu dan underwriting
firm yang dapat dipilih oleh perusahaan yang akan bergabung di pasar
modal Thailand). Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa hanya
perusahaan besar yang baru yang akan memilih kualitas audit yang lebih
tinggi, yaitu Big 4. Terdapat hubungan negative terhadap underpricing
ketika perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan big 4(Pratoomsuwan
2012)
.

1.6 STOCK RETURN


Komunikasi yang disampaikan auditor merupakan bagian dari informasi
yang secara publik tersedia ketika perusahaan menerbitkan laporan
keuangan tahunan. Sebagai bagian dari informasi tersebut, laporan auditor
memaparkan opini professional berkaitan dengan akurasi dan kelengkapan
informasi dan pengungkapan klien. Jika hal ini dianggap memberikan
jaminan, standar professional SAS 59 meminta auditor untuk menambahkan
bahasan dalam laporan audit yang mengidentifikasi keadaan dimana
penilaian auditor menemukan adanya keraguan yang substansial mengenai
keberlangsungan klien selama jangka waktu satu tahun kedepan.
Berdasarkan pernyataan standar professional tersebut, telah jelas bahwa
tanggung jawab auditor eksternal bukanlah untuk memprediksi
keberlangsungan masa depan dari klien, tetapi auditor diminta untuk
menilai keberlangsungan dari klien mereka. Komunikasi tambahan
berkaitan dengan penilaian auditor berkaitan dengan keberlangsungan klien
di masa depan memang merupakan hal yang melampaui penyediaan jasa
atestasi terhadap akurasi dan kelengkapan dari laporan dan pengungkapan
perusahaan, tetapi komunikasi tersebut dapat memberikan tambahan
informasi terhadap pasar berkaitan dengan penilaian professional berkaitan
dengan perusahaan yang mungkin tidak bisa melanjutkan bisnisnya di masa
depan. Oleh karenanya opini audit going concern merupakan satu satunya
cara bagi auditor eksternal untuk memberikan indikasi berkaitan dengan
risiko yang terkait dengan keberlangsungan klien. (Blay, Geiger et al. 2011)
Carlson (1991) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa risiko yang
berkaitan dengan keberlangsungan klien adalah risiko yang berhubungan
dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan return pada sumber
daya yang dimilikinya yang memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan
keberlangsungan hidup dari usahanya. Evaluasi dari bisnis merupakan
tanggung jawab dari pembaca laporan keuangan. Tanggung jawab auditor
adalah untuk memberikan keyakinan terhadap risiko informasi. Misalnya,
kesalahan yang material, atau kejanggalan dalam informasi yang dapat

15
berpengaruh terhadap interpretasi pengguna laporan keuangan. (Carlson
1991)
Security return (pengembalian dari sekuritas) didefinisikan sebagai
persentase perubahan dalam harga yang di sesuaikan untuk deviden atau
dapat di notasikan dengan R¿ yang dihitung dengan rumus sebagai berikut
P(¿)+ D(¿)−P(¿−1)
R¿ =
P¿−1
Dimana :
P(¿−1)adalah harga saham perusahaan i pada periode t-1
P¿adalah harga saham perusahaan i pada periode t
D¿adalah deviden yang dibayarkan perusahaan i pada periode t
Langkah kedua dalam menghitung nilai R¿ adalah dengan memasukkan
nilai unsystematic security return atau residual return e ¿. Dengan
menggunakan langkah ini maka R¿ dipecah menjadi dua komponen
R¿ =α^i+ ^
βi Rmt + e¿

e ¿ =R ¿−( α^i + ^
β i Rmt )
Dimana :
R¿ adalah tingkat pengembalian (return) perusahaan i pada tahun t
Rmt adalah tingkat pengembalian (return) pasar pada tahun t
α^i adalah intersep dari sekuritas i pada periode t
^
βi adalah slope koefisien dari sekuritas i pada periode t
e¿ adalah unsystematic return dari saham i periode t
Penggunaan e ¿ dapat menghasilkan varians yang lebih kecil yang
mengarahkan pada pengujian statistic yang lebih baik dalam
memperkirakan security return. (Beaver 1981)
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai hubungan opini
going concern dan stock price diantaranya adalah
1. Fleak (1994) penelitian ini menjelaskan hubungan antara pengaruh
opini going concern dengan stock price. Dengan menggunakan regresi
dan variabel control ukuran perusaaan dan opini going concern yang
telah dikeluarkan sebelumnya (prior going concern opinion), hasil dari
penelitian ini memaparkan bahwa ditemukan adanya hubungan negative
yang signifikan antara opini going concern dengan pergerakan harga
saham (Fleak and Wilson 1994)
2. Soltani (2000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara auditor dan pasar modal di negara perancis dan untuk
melihat bagaimana pasar keuangan dapat bereaksi terhadap informasi
yang terkandung dalam laporan audit dalam keadaan tertentu.
Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa
dampak dari informasi dalam laporan audit dalam mengurangi ketidak
pastian yang berhubungan dengan keputusan investasi. Dengan
menggunakan data annual report dan Regresi Ordinary Least Square,

16
hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negative
signifikan antara abnormal stock return dengan opini going concern
(Soltani 2000)
3. Ogneva and Subramanyam (2007). Hasil dari penelitian ini
memaparkan bahwa penelitian tersebut menguji return selama 12 bulan
menyusul adanya pengungkapan going concern di negara amerika dan
Australia. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa tidak ada bukti yang
signifikan bahwa abnormal return berhubungan negative terhadap opini
going concern di Australia, tetapi di Amerika abnormal return setelah
adanya opini going concern adalah sensitif terhadap pilihan expected
return yang notabene tidak memiliki hubungan negative yang signifikan
(Ogneva and Subramanyam 2007)

17
BAB 3
RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

3.1 RERANGKA PEMIKIRAN


Rerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

4.2 HIPOTESIS
4.2.1 AUDIT FIRM TENURE
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai hubungan
antara auditor client tenure dan going concern report adalah sebagai
berikut :
1. Miharjo (2012). Dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara
tenure audit dan keputusan untuk pemberian opini going concern
dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang
listing di BEI tahun 2003 – 2008 hasil dari penelitian ini
menjelaskan bahwa ketika tenure audit bertambah maka peluang
untuk memberikan opini going concern akan turun (Miharjo and
Hartadi 2012)
2. Vanstraelen (2000) Penelitian ini dimotivasi oleh kurangnya
konsensus dalam literatur mengenai dampak lamanya hubungan
auditor – klien terhadap kualitas audit. Terlebih lagi hanya sedikit
penelitian yang menggunakan data sekunder untuk menentukan
apakah ancaman yang dirasakan terhadap independensi auditor
sebenarnya dikompromikan dengan independensi auditor. Oleh
karenanya metodologi riset ini termasuk didalamnya pengembangan
dari model regresi logistic dimana variabel eksplanatori diukur
dengan menggunakan data yang tersedia secara public. Data dari

18
penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan dari
perusahaan di Belgia yang tersedia di bank nasional Belgia pada
tahun 1992-1996. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
lamanya hubungan auditor – klien secara signifikan meningkatkan
kecenderungan untuk menerbitkan opini unqualified atau secara
signifikan menurunkan kemauan auditor untuk menerbitkan opini
qualified. Perbedaan signifikan juga ditemukan dalam perilaku
pelaporan auditor dalam dua tahun pertama dibandingkan dengan
pada tahun mandat terakhir. Auditor akan lebih bersedia untuk
menerbitkan unqualified report pada dua tahun pertama
dibandingkan dengan pada tahun terakhir mandat. Hal ini dapat
menjadi indikasi bahwa keputusan untuk memperbaharui mandat
auditor sudah diketahui oleh auditor sebelum auditor yang
bersangkutan menerbitkan laporan audit. implikasi kebijakan dalam
temuan tersebut dapat berpihak pada peraturan rotasi auditor untuk
menjaga nilai audit untuk pengguna eksternal. (Vanstraelen 2000)
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu diatas maka hipotesa
pertama dalam penelitian ini adalah
H1 : Audit Firm Tenure memiliki hubungan negative terhadap opini
going concern
Selain dapat berpengaruh terhadap opini Going concern, Audit Firm
Tenure juga dapat berpengaruh terhadap stock price. Beberapa
penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian mengenai
hubungan Audit tenure dan Stock price sebagaimana yang dilakukan
oleh Su (2015). Studi ini menguji bagaimana investor memaknai
kualitas dari laporan keuangan yang diaudit oleh auditor dengan tenure
yang panjang. Dalam penelitian ini diargumentasikan bahwa tenure
merupakan sesuatu yang penting yang dapat berpengaruh terhadap
efektivitas audit dan oleh karenanya dapat berpengaruh terhadap jumlah
informasi spesifik berkaitan dengan perusahaan yang terkandung dalam
harga saham yang dimiliki oleh investor.berdasarkan sampel dari
perusahaan di amerika mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2012, hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa tenure yang lama berkaitan
dengan idiosinkratis volatilitas (perubahan) harga saham yang lebih
tinggi. (Su, Zhao et al. 2015)
Berdasarkan Beaver (1981) harga merupakan komponen dari
perhitungan security return (stock return) perusahaan. Oleh karenanya
secara logis pergerakan harga dapat berpengaruh terhadap nilai security
return (stock return) perusahaan. Berdasarkan logika tersebut maka
hipotesa ke empat dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :
H2 : Audit Firm Tenure berpengaruh positif terhadap stock return
melalui opini going concern
H3 : Audit Firm Tenure berpengaruh positif terhadap stock return

4.2.2 AUDIT FIRM SIZE

19
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, Ukuran Kantor
Akuntan Publik dikatakan memiliki hubungan dengan Opini Going
Conern. Sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh O’Clock (1995). Dimana penelitian tersebut dilakukan
dengan metode survey terhadap 238 auditor. Penelitian ini
mengobservasi keputusan going concern dari kantor akuntan public
mulai dari kantor akuntan public kecil, kantor akuntan public besar non
Big six, dan kantor akuntan public dengan peringkat Big Six. Dalam
penelitian ini di jelaskan bahwa kantor akuntan yang lebih kecil akan
cenderung bersikap kurang konservatif berkaitan dengan rekomendasi
pengungkapan dibandingkan dengan kantor akuntan besar (O'Clock and
Devine 1995)
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu maka hipotesa
hubungan audit firm size dengan opini going concern dalam penelitian
ini adalah
H4 : Audit Firm Size berhubungan positif terhadap Opini Going
concern
Selain dapat berpengaruh terhadap opini Going concern, Audit Firm
Size juga dapat berpengaruh terhadap stock price. Penelitian terdahulu
yang telah melakukan penelitian mengenai hubungan Audit Firm Size
dan Stock price sebagaimana yang dilakukan oleh Pratoomsuwan
(2012). Penelitian ini bertujuan untuk menguji permintaan atas kualitas
auditor yang tinggi dan dampak dari nama besar mereka terhadap harga
sekuritas pada waktu initial public offering. Karena pasar modal di
Thailand secara ketat diatur, khususnya dalam konteks pemilihan
auditor (pasar sekuritas Thailand memberikan daftar kualifikasi auditor
secara individu dan underwriting firm yang dapat dipilih oleh
perusahaan yang akan bergabung di pasar modal Thailand). Hasil dari
penelitian ini menyebutkan bahwa hanya perusahaan besar yang baru
yang akan memilih kualitas audit yang lebih tinggi, yaitu Big 4.
Terdapat hubungan negative terhadap underpricing ketika perusahaan
menggunakan jasa kantor akuntan big 4(Pratoomsuwan 2012)
Berdasarkan Beaver (1981) harga merupakan komponen dari
perhitungan security return (stock return) perusahaan. Oleh karenanya
secara logis pergerakan harga dapat berpengaruh terhadap nilai security
return (stock return) perusahaan. Berdasarkan logika tersebut maka
hipotesa ke empat dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :
H5 : Audit Firm Size berpengaruh positif terhadap stock return melalui
opini going concern
H6 : Audit Firm Size berpengaruh positif terhadap stock return

4.2.3 STOCK RETURN

20
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai hubungan
opini going concern dan stock price diantaranya adalah
1. Fleak (1994) penelitian ini menjelaskan hubungan antara
pengaruh opini going concern dengan stock price. Dengan
menggunakan regresi dan variabel control ukuran perusaaan dan
opini going concern yang telah dikeluarkan sebelumnya (prior
going concern opinion), hasil dari penelitian ini memaparkan
bahwa ditemukan adanya hubungan negative yang signifikan
antara opini going concern dengan pergerakan harga saham
(Fleak and Wilson 1994)
2. Soltani (2000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara auditor dan pasar modal di negara perancis dan
untuk melihat bagaimana pasar keuangan dapat bereaksi terhadap
informasi yang terkandung dalam laporan audit dalam keadaan
tertentu. Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisa dampak dari informasi dalam laporan audit dalam
mengurangi ketidak pastian yang berhubungan dengan keputusan
investasi. Dengan menggunakan data annual report dan Regresi
Ordinary Least Square, hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan negative signifikan antara abnormal stock return dengan
opini going concern (Soltani 2000)
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu maka hipotesa
hubungan audit firm size dengan opini going concern dalam penelitian
ini adalah
H7 : Opini Going concern berhubungan negative terhadap stock return

BAB 4

21
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 RANCANGAN PENELITIAN


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif dengan metode statistik deskriptif. Statistik
deskriptif merupakan metode yang menggunakan prosedur grafis dan
numerik untuk mentransformasi data menjadi sebuah informasi (Paul 2008).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan penjelasan mengenai hubungan
antara beberapa variabel, yang ditunjukkan dalam bentuk persamaan.
Persamaan ini menggambarkan hubungan antara variabel dependen dan
variabel independen. (Hair, Black et al. 2010)
Pendekatan yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
adalah dengan menggunakan Analisa Jalur dengan menggunakan Regresi
berganda (multiple regression) merupakan teknik yang dapat digunakan
untuk menganalisa hubungan antara variable dependen dengan beberapa
varaibel dependen. Tujuan dari analisa Multiple Regression adalah untuk
digunakan pada variable dependen yang nilainya dapat diprediksi untuk
diketahui. Setiap variable independen yang ada dibobot oleh prosedur
analisa regresi untuk mendapatkan prediksi yang maksimal dari serangkaian
prediksi variable independen (Hair, Black et al. 2010)
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
eksplanatory yang digunakan untuk menjelaskan hubungan pengaruh
ukuran kantor akuntan publik dan tenure audit terhadap keputusan opini
going concern dan bagaimana kontribusinya terhadap stock return pada
perusahaan go publik yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

4.2 POPULASI DAN SAMPEL


Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di
bursa efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 - 2017. Penelitian ini
menggunakan data laporan tahunan. Metode pengambilan sampel adalah
dengan metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel
berdasarkan Kriteria. Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan
sampel adalah sebagai berikut
1. Sampel merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
2. Sampel merupakan perusahaan yang Menerbitkan laporan keuangan dan
annual report pada tahun 2007 - 2017
Sampel merupakan perusahaan yang melakukan transaksi
berdasarkan data yahoo finance selama lima tahun berturut turut

4.3 DEFINISI OPERASIONAL

22
4.3.1 GOING CONCERN
Blay (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa opini going
concern merupakan satu satunya alat komunikasi auditor
independen kepada public. Hasil penelitiannya menjelaskan bukti
bahwa pasar menginterpretasikan opini going concern sebagai
komunikasi risiko yang sifatnya penting yang merupakan hasil dari
pergeseran substansial dalam struktur penilaian pasar untuk
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Komunikasi
dalam laporan audit merupakan bagian informasi yang diterbitkan
secara public ketika perusahaan yang bersangkutan menerbitkan
laporan tahunan (Blay, Geiger et al. 2011)
Variabel going concern dalam penelitian ini di ukur dengan
angka biner sebagaimana yang digunakan dalam penelitian
terdahulu (Blandon 2013), yaitu 0 jika tidak mendapatkan opini
going concern dan 1 jika mendapatkan opini going concern.
4.3.2 AUDIT FIRM SIZE
Ukuran Audit Firm Size yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pengukuran Zeff and Fossum (1967) dalam
artikelnya menjelaskan bahwa ukuran kantor akuntan publik dapat
dilihat dari market share kantor akuntan yang bersangkutan yang di
cerminkan dari jumlah klien yang di tangani. Artikel Zeff and
Fossum (1967) ini menurutkan kantor akuntan publik berdasarkan
jumlah klien. (Zeff and Fossum 1967)
4.3.3 AUDIT FIRM TENURE
Pengukuran dari Audit Firm Tenure dalam penelitian ini
didasarkan penelitian Vanstraelen (2000) audit tenure dapat diukur
dengan jumlah tahun lamanya perusahaan tersebut di audit oleh
kantor akuntan public yang bersangkutan (Vanstraelen 2000)
4.3.4 STOCK RETURN
Perhitungan stock return dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan market model sebagaimana yang telah di jelaskan
dalam artikel Beaver (1981). Dalam artikel tersebut di jelaskan
bahwa stock return (pengembalian dari sekuritas) didefinisikan
sebagai persentase perubahan dalam harga yang di sesuaikan untuk
deviden atau dapat di notasikan dengan R¿ yang dihitung dengan
rumus sebagai berikut

P(¿)+ D(¿)−P(¿−1)
R¿ =
P¿−1
Dimana :
P(¿−1)adalah harga saham perusahaan i pada periode t-1
P¿adalah harga saham perusahaan i pada periode t
D¿adalah deviden yang dibayarkan perusahaan i pada
periode t

23
Langkah kedua dalam menghitung nilai R¿ adalah dengan
memasukkan nilai unsystematic security return atau residual return
e ¿. Dengan menggunakan langkah ini maka R¿ dipecah menjadi dua
komponen
R¿ =α^i+ ^βi Rmt + e¿
e ¿ =R ¿−( α^i + ^
β i Rmt )
Dimana :
R¿ adalah tingkat pengembalian (return) perusahaan i pada tahun t
Rmt adalah tingkat pengembalian (return) pasar pada tahun t
α^i adalah intersep dari sekuritas i pada periode t
^
βi adalah slope koefisien dari sekuritas i pada periode t
e¿ adalah unsystematic return dari saham i periode t
Penggunaan e ¿ dapat menghasilkan varians yang lebih kecil
yang mengarahkan pada pengujian statistic yang lebih baik dalam
memperkirakan security return. (Beaver 1981)

4.3.5 VARIABEL KONTROL


Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan faktor yang berkaitan dengan perusahaan yang di
audit, yang dinilai dapat berpengaruh terhadap pemberian opini going
concern sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Brunelli (2018).
Faktor tersebut merupakan factor yang secara public terlihat dalam
laporan keuangan, diantaranya adalah :
a. Profitabilitas,
Berdasarkan Gallizo dan Saladrigues (2016) profitabilitas dapat
dicerminkan dari tingkat return on asset yang memberikan sinyal
bahwa semakin positif rasio profitabilitas maka akan semakin rendah
kemungkinan perusahaan menerima opini going concern(Gallizo and
Saladrigues 2016)
a. Leverage,
Dalam Gibson (2013) leverage didefinisikan sebagai penggunaan
pendanaan dengan sejumlah bunga tertentu. Perusahaan dikatakan
sukses apabila dapat menghasilkan dana yang lebih besar daripada
dana yang di pinjam, yang kemudian digunakan untuk membayar
dana pinjaman tersebut. (Gibson 2013) Gallizo dan Saladrigues
(2016) dalam penelitiannya memaparkan bahwa leverage merupakan
salah satu ancaman bagi perusahaan. (Gallizo and Saladrigues 2016)
b. Likuiditas,
Gallizo dan Saladrigues (2016) mengukur likuiditas dengan
menggunakan rasio likuiditas sebagai pengukuran kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan perusahaan.
Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka akan semakin

24
kecil kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini going
concern (Gallizo and Saladrigues 2016)
c. Ukuran perusahaan
Dalam penelitian Francis and Yu (2009) mengenai pengaruh reputasi
kantor akuntan public terhadap opini going concern, ukuran
perusahaan digunakan sebagai variabel control untuk factor risiko
klien. Dalam penelitian tersebut di jelaskan bahwa ukuran
perusahaan di cerminkan dengan nilai log dari total asset perusahaan
klien (Francis and Yu 2009)
Gallizo dan Saladrigues (2016) dalam penelitiannya juga mengukur
ukuran perusahaan berdasarkan nilai asset perusahaan. Umumnya
semakin besar perusahaan maka semakin rendah kemungkinan
perusahaan tersebut untuk menerima opini going concern (Gallizo
and Saladrigues 2016)
d. Kegagalan hutang (debt defaults)
Gibson (2013) mendefinisikan tingkat kegagalan hutang sebagai
kemampuan perusahaan dalam dalam membayar hutang, yang
dihitung dengan cara membandingkan jumlah asset dengan jumlah
hutang atau yang disebut dengan current ratio(Gibson 2013)
e. Opini going concern terdahulu.
Gallizo dan Saladrigues (2016) dalam tulisannya mendefinisikan
opini going concern terdahulu dengan variabel biner yaitu 1 jika
menerima opini going concern dan 0 jika tidak menerima opini going
concern.(Gallizo and Saladrigues 2016)

4.4 JENIS DAN SUMBER DATA


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau data yang
diperoleh dari sumber data kedua sesudah sumber data primer. Jenis data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal yang
merupakan data yang diperoleh dari badan atau lembaga yang beraktivitas
untuk mengumpulkan data yang relevan. (Bungin (2010)). Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data time series.
Data yang digunakan berupa laporan tahunan (annual report) dan
laporan keuangan perusahaan pada tahun 2007 - 2017. Data yang digunakan
diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni www.idx.co.id
dan data perdagangan yang tersedia pada situs yahoo finance

4.5 PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode dokumentasi atau kajian pustaka. Dokumentasi yang
dimaksud adalah metode pengumpulan data yang didasarkan pada
dokumen, studi pustaka, jurnal imiah dan laporan tertulis lain yang
berhubungan dengan variable penelitian ini. Data dalam penelitian ini

25
bersifat kuantitatif, yaitu data yang berupa angka–angka dan bersifat
obyektif.

4.6 ANALISA DATA


Alat analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa jalur
(Path analysis). Analisa jalur merupakan pendekatan yang menggunakan
korelasi bivariat terhadap estimasi hubungan dalam model Structural
Equation Modelling (SEM). Analisa jalur (Path analysis) bertujuan untuk
menentukan kekuatan hubungan jalur yang di gambarkan pada diagram
jalur (Hair, Black et al. 2010). Data dalam penelitian ini akan di olah
dengan menggunakan program AMOS (Ghozali 2008). Toleransi kesalahan
(α) yang ditetapkan sebesar 5% dengan signifikasi sebesar 95%. (Hair,
Black et al. 2010)
Agar sesuai dengan tujuan penelitian, analisis data dilakukan secara
kuantitatif untuk menjelaskan dan mendeskripsikan pengaruh variabel yang
diteliti dengan landasan teori yang dipakai, melalui uraian yang sistematik.
Langkah yang digunakan dalam Structural Equation Modelling adalah
sebagai berikut
1. Menentukan pengukuran variabel
2. Menggambar diagram jalur untuk pengukuran model
3. Mengukur kesesuaian ukuran sampel
4. Mengukur Goodness of Fit dan validitas pengukuran model
5. Membuat model structural
6. Menilai Goodness of Fit dan signifikansi, arah dan ukuran dari
estimasi parameter structural
(Hair, Black et al. 2010)
Pengukuran variabel dalam penelitian ini telah di jelaskan dalam
definisi operasional. Adapun diagram jalur (Path Diagram) dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

26
Persamaan (model structural) dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

GO=a1 +b 1 AFS+b2 AT + b3 ¿ b ¿4 PROFT +b 5 LEV +b 6 LIQ+ b7 DBTDFLT + ε


SR=a2+ b8 GO+ ε

SR=a2+ b9 GO +b 10 AFS+ b11 AT + b12 ¿ b ¿ 13 PROFT +b 14 LEV +b 15 LIQ+b 16 DBTDFLT + ε


SR=a2+ b17 AFS+ b18 AT + b19 ¿ b ¿20 PROFT + b21 LEV +b 22 LIQ+b 23 DBTDFLT + ε

Dimana :
GO = Going concern
AFS = Audit Firm Size
AT = Audit Tenure
SIZE = Company Size
PROFT = Profitability
LEV = Leverage
LIQ = Liquidity
DBTDFLT = Debt Default
ε = Standar Error

. Uji kecocokan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan


pengukuran secara langsung mengenai seberapa baik model yang
dispesifikasikan oleh peneliti dalam mengolah data yang diobservasi.
Misalnya, model tersebut menyediakan pengukuran yang paling dasar
mengenai seberapa baik teori peneliti cocok dengan sampel data. Pengujian
ini tidak membandingkan Goodness of Fit antara satu model dengan model
yang lain tetapi mengevaluasi model tersebut secara independen. (Hair,
Black et al. 2010)

DAFTAR PUSTAKA

27
AICPA (2017). Statement on Auditing Standards, Number 126: The Auditor's
Consideration of an Entity's Ability to Continue as a Going Concern,
John Wiley & Sons.

Asare, S. K. and D. J. Williams (2014). "Auditors' Role in Reporting on a


Company's Going Concern Status." Wiley Encyclopedia of
Management.

Beaver, W. H. (1981). "Econometric properties of alternative security return


methods." Journal of Accounting research: 163-184.

Blandón, J. G. and J. M. A. Bosch (2013). "Audit firm tenure and qualified


opinions: New evidence from Spain." Revista de Contabilidad 16(2):
118-125.

Blay, A. D., et al. (2011). "The auditor's going-concern opinion as a


communication of risk." AUDITING: A Journal of Practice & Theory
30(2): 77-102.

Board, I. A. S. (2010). The Conceptual Framework for Financial Reporting


2010, IFRS.

Brunelli, S. (2018). Audit Reporting for Going Concern Uncertainty: Global


Trends and the Case Study of Italy, Springer.

Callen, J. L. and X. Fang (2016). "Crash Risk and the Auditor‐Client


Relationship." Contemporary Accounting Research.

Carlson, S. J. (1991). An examination of the effect of a going concern audit


report on security returns and trading volume while controlling for the
concurrent release of financial statement information, University of
Arkansas, Fayetteville.

Cheng, Y.-S., et al. (2009). "The association between auditor quality and
human capital." Managerial Auditing Journal 24(6): 523-541.

Colbert, G. and D. Murray (1998). "The association between auditor quality


and auditor size: An analysis of small CPA firms." Journal of
Accounting, Auditing & Finance 13(2): 135-150.

Colbert, J. L., et al. (1988). "The role of the audit and agency theory." The
Journal of Applied Business Research 4(2): 7-12.

Connelly, B. L., et al. (2011). "Signaling theory: A review and assessment."


Journal of management 37(1): 39-67.

28
Duréndez Gómez-Guillamón, A. (2003). "The usefulness of the audit report in
investment and financing decisions." Managerial Auditing Journal
18(6/7): 549-559.

Eisenhardt, K. M. (1989). "Agency theory: An assessment and review."


Academy of management review 14(1): 57-74.

Ferdinand, A. (2005). "Structural Equation Modeling (Edisi 3)." Semarang: BP


Undip.

Fleak, S. K. and E. R. Wilson (1994). "The incremental information content of


the going-concern audit opinion." Journal of Accounting, Auditing &
Finance 9(1): 149-166.

Francis, J. R. and M. D. Yu (2009). "Big 4 office size and audit quality." The
Accounting Review 84(5): 1521-1552.

Gallizo, J. L. and R. Saladrigues (2016). "An analysis of determinants of going


concern audit opinion: Evidence from Spain stock exchange." Intangible
Capital 12(1).

Ghozali, I. (2008). Model persamaan struktural: Konsep dan aplikasi dengan


program AMOS 16.0, Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gibson, C. H. (2013). Financial reporting and analysis: Using financial


accounting information, South-Western Pub.

Hair, J. F., et al. (2010). RE Anderson Multivariate data analysis: A global


perspective, New Jersey, Pearson Prentice Hall,).

Hamilton, R. E. (1975). An Examination and Clarification of the Role for


Auditing in the Production and Dissemination of Capital Market
Information: A Dissertation Presented to the Faculty of the Graduate
School of Business Administration, University of Southern California in
Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree Doctor of
Business Administration, May, 1975, University of Southern California.

Hay, D., et al. (2014). The Routledge companion to auditing, Routledge.

Hayes, R., et al. (2014). Principles of auditing: an introduction to international


standards on auditing, Pearson Higher Ed.

29
Healy, P. M. and K. G. Palepu (2001). "Information asymmetry, corporate
disclosure, and the capital markets: A review of the empirical disclosure
literature." Journal of Accounting and Economics 31(1-3): 405-440.

Ittonen, K. (2010). "A theoretical examination of the role of auditing and the
relevance of audit reports." Vaasan Yliopisto, opetusjulkaisuja 61.

Jensen, M. C. and W. H. Meckling (1976). "Theory of the firm: Managerial


behavior, agency costs and ownership structure." Journal of financial
economics 3(4): 305-360.

Kaplan, S. E. and D. D. Williams (2012). "The changing relationship between


audit firm size and going concern reporting." Accounting, Organizations
and Society 37(5): 322-341.

Knechel, W. R. and A. Vanstraelen (2007). "The relationship between auditor


tenure and audit quality implied by going concern opinions."
AUDITING: A Journal of Practice & Theory 26(1): 113-131.

Martínez, M. C. P., et al. (2004). "Reactions of the Spanish capital market to


qualified audit reports." European Accounting Review 13(4): 689-711.

Mautz, R. K. and H. A. Sharaf (1961). The philosophy of auditing, American


Accounting Association.

Menon, K. and D. D. Williams (2010). "Investor reaction to going concern


audit reports." The Accounting Review 85(6): 2075-2105.

Miharjo, S. and B. Hartadi (2012). "Does auditor tenure reduce audit quality?"
Gadjah Mada International Journal of Business 14(3): 303-315.

Mutchler, J. F. (1985). "A multivariate analysis of the auditor's going-concern


opinion decision." Journal of Accounting research: 668-682.

Myers, L. A., et al. (2014). "An investigation of recent changes in going


concern reporting decisions among Big N and non-Big N auditors."
Review of Quantitative Finance and Accounting 43(1): 155-172.

O'Clock, P. and K. Devine (1995). "An investigation of framing and firm size
on the auditor's going concern decision." Accounting and Business
Research 25(99): 197-207.

Ogneva, M. and K. Subramanyam (2007). "Does the stock market underreact to


going concern opinions? Evidence from the US and Australia." Journal
of Accounting and Economics 43(2-3): 439-452.

30
Paul, N. (2008). Statistics For Business And Economics And Student Cd, 6/E
(With Cd), Pearson Education India.

Pratoomsuwan, T. (2012). "The effect of an audit firm's brand on security


pricing." International Journal of Emerging Markets 7(4): 430-442.

Reichelt, K. J. and D. Wang (2010). "National and office‐specific measures of


auditor industry expertise and effects on audit quality." Journal of
Accounting research 48(3): 647-686.

Robin, A. J. and H. Zhang (2014). "Do industry-specialist auditors influence


stock price crash risk?" AUDITING: A Journal of Practice & Theory
34(3): 47-79.

Soltani, B. (2000). "Some empirical evidence to support the relationship


between audit reports and stock prices—the French case." International
journal of auditing 4(3): 269-291.

Stiglitz, J. E. (2002). "Information and the Change in the Paradigm in


Economics." American Economic Review 92(3): 460-501.

Su, L., et al. (2015). "Auditor tenure and stock price idiosyncratic volatility:
The moderating role of industry specialization." AUDITING: A Journal
of Practice & Theory 35(2): 147-166.

Vanstraelen, A. (2000). "Impact of renewable long-term audit mandates on


audit quality." European Accounting Review 9(3): 419-442.

Wallace, W. (1980). "The economic role of the audit in free and regulated
markets."

Wang, C.-C., et al. (2013). "Does Audit Firm Size Contribute to Audit Quality?
Evidence from Two Emerging Markets." Corporate Ownership and
Control 11 (2): 108-119.

Wijanto, S. H. (2008). "Structural equation modeling dengan Lisrel 8.8."


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zeff, S. A. and R. L. Fossum (1967). "An analysis of large audit clients." The
Accounting Review 42(2): 298-320.

31

Anda mungkin juga menyukai