PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang
berguna dalam membuat keputusan bisnis dan keputusan ekonomi (FASB
1978,1). Untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang
disajikan telah bebas dari salah saji material maka dilakukan proses yang
disebut dengan audit independen. Audit independen merupakan suatu
proses yang dilakukan untuk melihat apakah laporan keuangan yang di
sajikan telah bebas dari salah saji yang material. Proses ini banyak
dilakukan dalam perusahaan dengan kondisi kepemilikan yang terpisah
antara pemilik dan manajemen. Proses ini dilakukan untuk dapat
memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang di sajikan telah
bebas dari salah saji yang material. (Wallace 1980)
Audit berkaitan dengan serangkaian peristiwa dimana satu pihak
mempercayakan kekayaannya kepada pihak lain yang menjadikan proses
pemeriksaan yang memadai terhadap ketaatan menjadi penting. (Wallace
1980). Audit merupakan ilmu yang berkaitan dengan akuntansi. Audit dan
akuntansi memiliki keterkaitan yang dekat, namun audit dan akuntansi
memiliki arah yang berbeda. Akuntansi terdiri dari proses pencatatan,
klasifikasi, ikhtisar dan komunikasi data keuangan. Proses tersebut terdiri
dari pengukuran dan komunikasi yang berkaitan dengan business event dan
kondisi yang merepresentasikan entitas yang bersangkutan. Sedangkan
audit berfungsi untuk melakukan review terhadap pengukuran dan
kesesuaian komunikasi akuntansi. (Mautz and Sharaf 1961)
Hayes et al (2014) menjelaskan bahwaan bahwa audit merupakan
sesuatu yang penting karena beberapa hal diantaranya
1. Auditor bertanggung jawab untuk mengungkapkan dan mencegah
terjadinya kecurangan
2. Audit berfungsi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan
3. Audit merupakan konsekuensi langsung dari adanya keterlibatan
stakeholder dalam perusahaan. Stakeholder mengharapkan akuntabilitas
dari manajemen sebagai imbalan atas kontribusi mereka dalam
perusahaan. Karena informasi yang diberikan oleh manajemen memiliki
kemungkinan untuk menjadi bias
4. Auditor yang memiliki reputasi baik ditunjuk tidak hanya untuk
kepentingan pihak ketiga tetapi juga untuk kepentingan manajemen
(Agency Theory).
(Hayes, Wallage et al. 2014)
SAS 126 menjelaskan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk
mengevaluasi apakah terdapat keraguan substansial mengenai kemampuan
entitas untuk berlanjut sebagai entitas yang going concern selama jangka
waktu tertentu. Evaluasi auditor tersebut didasarkan pada pengetahuan
auditor mengenai kondisi relevan atau kejadian yang terjadi sebelum
tanggal pelaporan audit. (AICPA 2017)
1
Bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan, laporan audit
merupakan bukti yang nyata dari proses audit. sebagaimana laporan
tersebut akan memberikan informasi yang bernilai bagi penggunanya
berkaitan dengan apa yang telah dilakukan auditor dan bagaimana
keyakinan tersebut dapat meningkatkan reliabilitas dari laporan keuangan
yang bersangkutan. Laporan audit merupakan dokumen yang secara umum
merupakan dokumen standar yang di laporkan kepada pengguna dari hasil
proses audit. Struktur dari laporan audit itu sendiri adalah konsisten, yang
terdiri dari
1. Judul. Bagian ini menyatakan bahwa laporan tersebut telah di selesaikan
oleh auditor independen dan biasanya di tujukan kepada pemegang
saham perusahaan
2. Lingkup. Bagian ini menjelaskan lingkup tanggung jawab manajemen
dan auditor. Termasuk didalamnya pernyataan bahwa bukti audit yang
memadai telah dikumpulkan untuk membentuk opini audit
3. Opini. Bagian ini menjelaskan bahwa auditor akan memberikan opini
apakah laporan keuangan akan menunjukkan dengan wajar segala hal
yang berkaitan dengan kerangka pelaporan keuangan
(Hay, Knechel et al. 2014)
Laporan keuangan di susun dengan asumsi bahwa perusahaan akan
dalam keadaan going concern (kondisi dimana perusahaan akan terus
beroperasi sampai batas waktu tak ditentukan). Dengan berdasarkan pada
asumsi ini, asset secara umum dicatat pada nilai belinya (at cost) dan di
susutkan selama masa manfaat yang telah di perkirakan. Jika asumsi going
concern tidak lagi valid, maka asset dan hutang perusahaan perlu untuk di
hapus dan di laporkan pada jumlah yang di estimasi dapat digunakan untuk
melakukan pembayaran ketika perusahaan tersebut di likuidasi. Laporan
keuangan merupakan pernyataan manajemen mengenai kinerja perusahaan
pada saat di terbitkannya laporan keuangan tersebut, kemungkinan
keuntungan di masa depan dan kewajiban masa depan, struktur kepemilikan
dalam perusahaan tersebut dan sumber serta pengeluaran kas. Seiring
dengan, kondisi manajemen yang berada pada situasi terbaik untuk
menentukan dan melaporkan kemampuan perusahaan untuk melangsungkan
hidupnya sebagai perusahaan yang going concern sebagaimana juga terjadi
ketidak pastian yang lainnya. Namun, adalah kewajiban manajemen untuk
menentukan dan melaporkan ketidak pastian going concern dengan suatu
yurisdiksi. Dalam standar pelaporan keuangan (International Accounting
Standard 1 paragraf 25) “… manajemen harus membuat penilaian mengenai
kemampuan perusahaan mengenai kemampuan untuk going concern …
ketika manajemen siaga, dalam membuat pernyataannya, mengenai ketidak
pastian yang material berkaitan dengan kejadian atau kondisi yang dapat
menimbulkan keraguan signifikan mengenai kemampuan entitas untuk
berlanjut dalam kondisi going concern, entitas harus mengungkap segala
hal yang berkaitan dengan ketidak pastian tersebut. Peran dari auditor
eksternal dalam rantai pelaporan keuangan adalah untuk menambahkan
2
kredibilitas terhadap laporan keuangan yang di siapkan oleh manajemen.
Auditor memenuhi peran ini dengan secara sistematis mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi yang tertera pada laporan keuangan
dan mengkomunikasikan temuan mereka dalam laporan audit. isu penting
untuk stakeholder dalam rantai pelaporan keuangan adalah peran yang
benar dari auditor dalam mengevaluasi dan melaporkan status going
concern dari perusahaan yang bersangkutan. Pada 1988 ketika auditing
standar setter di amerika menerbitkan standar yang bertujuan untuk
menjembatani perbedaan pandangan antara pengguna dan auditor, auditor
tidak memiliki tanggung jawab afirmatif untuk mempertimbangkan status
going concern dari perusahaan yang bersangkutan. Telah dikatakan bahwa
tanggung jawab manajemen adalah untuk pelaporan pada posisi keuangan
suatu entitas dan hasil dari operasional dan peran auditor adalah untuk
mengevaluasi pernyataan manajemen dan menerbitkan laporan berkaitan
dengan kewajaran dari laporan keuangan tersebut. Adalah investor yang
seharusnya membuat keputusan mengenai prospek perusahaan untuk
bertahan dengan menggunakan laporan keuangan yang telah di audit dan
informasi lainnya (Asare and Williams 2014)
Alokasi dari peran historis ini dalam rantai pelaporan keuangan masih
menjadi perdebatan antara public yang berinvestasi mengenai pemahaman
atas peran auditor – salah satunya adalah mengenai penilaian berkaitan
dengan keberlangsungan perusahaan. Dalam Laporan auditor, terdapat
bagian penjelasan yang berkaitan dengan kemampuan klien untuk tetap
berada pada posisi going concern (kemampuan untuk tetap
mempertahankan bisnis). Bagian ini merupakan bagian yang menarik bagi
investor dan pengamat bisnis, karena bagian ini memaparkan komunikasi
dari auditor yang menyatakan tentang penilaian professional mereka
berkaitan dengan kelayakan dari perusahaan yang di audit. sementara
standar professional dari semua yurisdiksi akan menekankan bahwa laporan
audit bukanlah prediksi dari kelayakan masa depan, melainkan laporan
audit going concern di pandang sebagai sesuatu yang penting dan sering
kali di perlakukan seperti itu. Jadi kapanpun perusahaan mengalami
kegagalan maka para pihak yang berkepentingan akan menanyakan
“dimana auditor yang bersangkutan?” dan “apa yang di nyatakan dalam
laporan audit?” dan dalam konteks tersebut akan banyak orang yang
memandang bahwa auditor tidak memberikan investor peringatan awal
yang memadai terkait dengan kegagalan bisnis melalui laporan mereka
(Hay, Knechel et al. 2014)
Fenomena kasus audit yang berkaitan dengan penjelasan diatas
mengenai jeritan pertanyaan “dimanakah auditor ketika perusahaan
mengalami kegagalan” yang terbaru terjadi pada tahun 2017, dimana kasus
tersebut menimpa perusahaan telekomunikasi terkenal di inggris yang
bernama British Telecom. British Telecom merupakan perusahaan
telekomunikasi terkemuka yang menggunakan jasa kantor akuntan public
dengan peringkat Big 4 dalam pelaksaan proses audit untuk laporan
3
keuangan yang di terbitkan. Pada kasus yang menimpa British Telecom
tersebut ditengara auditor dari kantor akuntan public yang menangani
perusahaan tersebut gagal untuk mengungkapkan kondisi keuangan
perusahaan dalam laporan audit mereka, sehingga kegagalan tersebut
mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengguna laporan audit
dalam mengambil keputusan investasi. Dari penjelasan singkat kasus
tersebut maka dapat dilihat betapa pentingnya penjelasan mengenai prospek
keberlangsungan perusahaan yang di audit dalam laporan audit.
Sesuai dengan penjelasan diatas, bahwa informasi yang di hasilkan oleh
auditor merupakan sesuatu yang penting karena informasi tersebut di
gunakan oleh para penggunanya untuk mendapatkan gambaran informasi
berkaitan dengan alokasi sumberdaya (investasi) yang akan mereka
lakukan. Kebutuhan akan informasi yang akurat tersebut dapat didukung
dengan adanya beberapa hal. Pertama, pelaksanaan audit yang berkualitas
guna membantu meningkatkan kualitas laporan keuangan yang diterbitkan.
Dengan informasi tersebut maka investor dapat membuat keputusan
investasi yang rasional. Kedua, Selain pelaksanaan audit, hal yang turut
berpengaruh terhadap keputusan investasi adalah akses terhadap informasi
yang bersangkutan. Karena investor dapat membuat keputusan investasi
yang baik hanya jika mereka memiliki akses terhadap informasi terkait
dengan perusahaan dimana mereka ingin berinvestasi. Oleh kareanya dapat
dinyatakan bahwa dengan informasi yang kurang memadai dan transparan
maka akan semakin sedikit kemungkinan harga akan merepresentasikan
nilai sekuritas dan akan lebih banyak ketidak efisienan alokasi sumberdaya
dan kesempatan terjadinya kecurangan.
Brunelli (2018) menjelaskan bahwa terdapat beberapa hal yang di
tengara dapat berpengaruh terhadap Opini going concern yang berkaitan
dengan prospek perusahaan yang di berikan oleh auditor, diantaranya :
a. Faktor klien. Faktor ini merupakan faktor yang berkaitan dengan
kondisi keuangan klien, diantaranya profitabilitas, tingkat hutang
(leverage), likuiditas, ukuran perusahaan, tingkat kegagalan hutang
b. Faktor auditor. Faktor ini terdiri dari tingkat ketergantungan auditor
terhadap klien secara ekonomi, ukuran kantor akuntan public, auditor
judgement, spesialisasi industry dari auditor, nilai kompensasi yang
diberikan kepada auditor, struktur organisasi dari kantor akuntan yang
bersangkutan serta kondisi psikis dari auditor yang bersangkutan.
c. Faktor hubungan antara klien dan auditor. Hubungan antara auditor
dengan klien yang dimaksud adalah hubungan yang bersifat dinamis
yang diantaranya termasuk pergantian auditor, opinion shopping,
hubungan personal, dan time lag in opinion. Dalam konteks hubungan
antara klien dan auditor ini perhatian secara khusus diarahkan pada
auditor client tenure (lamanya periode auditor melakukan audit pada
klien yang bersangkutan) (Brunelli 2018)
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang hal-hal yang dinilai
dapat berpengaruh terhadap pemberian opini going concern diantaranya
4
1. Miharjo (2012). Dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara
tenure audit dan keputusan untuk pemberian opini going concern
dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang listing di
BEI tahun 2003 – 2008 hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa
ketika tenure audit bertambah maka peluang untuk memberikan opini
going concern akan turun (Miharjo and Hartadi 2012)
2. Vanstraelen (2000) Penelitian ini dimotivasi oleh kurangnya konsensus
dalam literatur mengenai dampak lamanya hubungan auditor – klien
terhadap kualitas audit. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
lamanya hubungan auditor – klien secara signifikan meningkatkan
kecenderungan untuk menerbitkan opini unqualified atau secara
signifikan menurunkan kemauan auditor untuk menerbitkan opini
qualified. (Vanstraelen 2000)
3. O’Clock (1995). Penelitian ini dilakukan dengan metode survey
terhadap 238 auditor. Penelitian ini mengobservasi keputusan going
concern dari kantor akuntan public mulai dari kantor akuntan public
kecil, kantor akuntan public besar non Big six, dan kantor akuntan
public dengan peringkat Big Six. Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa
kantor akuntan yang lebih kecil akan cenderung bersikap kurang
konservatif berkaitan dengan rekomendasi pengungkapan dibandingkan
dengan kantor akuntan besar (O'Clock and Devine 1995)
4. Francis dan Yu (2009). Hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa
kantor akuntan publik dengan ukuran yang lebih besar akan
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Secara spesifik, kantor
akuntan public yang lebih besar akan lebih banyak untuk menerbitkan
laporan audit going concern dank lien dari kantor akuntan tersebut akan
lebih tidak agresif dalam perilaku earning management mereka.
(Francis and Yu 2009)
Selain hal-hal yang ditengara dapat berpengaruh terhadap opini going
concern sebagaimana di jelaskan diatas, opini going concern itu sendiri
dapat membawa konsekuensi bagi para pemegang saham, dalam bentuk
reaksi harga saham (stock price). Beberapa penelitian terdahulu yang
melakukan penelitan yang berkaitan dengan dampak dari dikeluarkannya
going concern opinion diantaranya adalah
a. Fleak (1994) penelitian ini menjelaskan hubungan antara pengaruh
opini going concern dengan stock price. Dengan menggunakan regresi
dan variabel control ukuran perusaaan dan opini going concern yang
telah dikeluarkan sebelumnya (prior going concern opinion), hasil dari
penelitian ini memaparkan bahwa ditemukan adanya hubungan negative
yang signifikan antara opini going concern dengan pergerakan harga
saham (Fleak and Wilson 1994)
b. Soltani (2000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara auditor dan pasar modal di negara perancis dan untuk
melihat bagaimana pasar keuangan dapat bereaksi terhadap informasi
yang terkandung dalam laporan audit dalam keadaan tertentu.
5
Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa
dampak dari informasi dalam laporan audit dalam mengurangi ketidak
pastian yang berhubungan dengan keputusan investasi. Dengan
menggunakan data annual report dan Regresi Ordinary Least Square,
hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negative
signifikan antara abnormal stock return dengan opini going concern
(Soltani 2000)
c. Ogneva and Subramanyam (2007). Hasil dari penelitian ini
memaparkan bahwa penelitian tersebut menguji return selama 12 bulan
menyusul adanya pengungkapan going concern di negara amerika dan
Australia. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa tidak ada bukti yang
signifikan bahwa abnormal return berhubungan negative terhadap opini
going concern di Australia, tetapi di Amerika abnormal return setelah
adanya opini going concern adalah sensitif terhadap pilihan expected
return yang notabene tidak memiliki hubungan negative yang signifikan
(Ogneva and Subramanyam 2007)
Dari hasil penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa audit firm size dan
audit firm tenure merupakan hal yang dinilai dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemberian opini going concern. Selain itu, pada penjabaran
penelitian terdahulu diatas juga dapat dilihat adanya dampak opini going
concern terhadap stock price.
Berdasarkan penjelasan latar belakang serta penelitian terdahulu,
penelitian ini bermaksud untuk meneliti bagaimana hubungan audit firm
size dan audit firm tenure terhadap keputusan pemberian opini going
concern serta kontribusinya terhadap stock return pada perusahaan yang
listing di BEI. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dalam hal
bahwa
a. Ukuran audit firm size yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pengukuran sebagaimana yang di jabarkan oleh Zeff and
Fossum (1967) yaitu menggunakan marketshare dari kantor akuntan
public yang di cerminkan dari jumlah klien yang ditangani, sementara
penelitian terdahulu mengukur ukuran audit firm size berdasarkan
reputasi kantor akuntan public yang bersangkutan (Zeff and Fossum
1967)
b. Penelitian ini tidak hanya menguji hubungan audit firm size dan audit
firm tenure terhadap keputusan pemberian opini going concern tetapi
juga melihat bagaimana kontribusi opini going concern terhadap stock
return, dimana dalam penelitian ini juga akan dilihat apakah audit firm
size dan audit firm tenure memiliki hubungan terhadap stock return
melalui keputusan pemberian opini going concern langsung serta
apakah audit firm size dan audit firm tenure memiliki hubungan secara
langsung terhadap stock return.
c. Penelitian ini bermaksud melihat bagaimana hubungan audit firm size,
audit firm tenure dan keputusan pemberian opini going concern
terhadap stock return, sementara pada penelitian terdahulu yang lazim
6
digunakan adalah stock price. Sementara stock price itu sendiri
merupakan komponen dari perhitungan stock return.
1.2 TUJUAN
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah
1. Mendapatkan pengetahuan secara empiris mengenai hubungan audit
firm size terhadap opini going concern
2. Mendapatkan pengetahuan secara empiris mengenai hubungan audit
tenure terhadap opini going concern
3. Mendapatkan pengetahuan secara empiris mengeai hubungan opini
going concern terhadap stock return
4. Mendapatkan pengetahuan secara empiris mengenai hubungan audit
firm size dan audit firm tenure terhadap stock return melalui opini going
concern
1.3 MANFAAT
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Memberikan tambahan pengetahuan tentang bagaimana audit firm size
dapat berpengaruh opini going concern
2. Memberikan tambahan pengetahuan tentang bagaimana audit firm
tenure dapat berpengaruh opini going concern
3. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan antara opini
going concern dengan stock return
Memberikan tambahan pengetahuan serta bukti empiris dan masukan
tentang bagaimana audit firm size dan audit firm tenure dapat
berpengaruh terhadap stock return melalui opini going concern
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AUDIT
Audit merupakan jasa yang memberikan keyakinan yang dapat
meningkatkan kualitas informasi. Pelaporan informasi keuangan akan
menjadi lebih kredibel, lebih dapat di percaya karena audit atas perusahaan
telah menguji bukti mengenai pernyataan yang di nyatakan dalam laporan
keuangan dan meyakinkan manajemen untuk membuat perubahan yang
dapat meningkatkan akurasi dan tingkat penjelasan informasi dari laporan
keuangan. Hal ini memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
mendapatkan sandaran yang lebih baik pada informasi karena hal tersebut
telah di periksa oleh auditor yang kesimpulannya dinyatakan dalam laporan
audit. (Hay, Knechel et al. 2014)
Berdasarkan penjelasan Hayes et al (2005), audit merupakan sesuatu
yang penting karena beberapa hal diantaranya
1. Auditor bertanggung jawab untuk mengungkapkan dan mencegah
terjadinya kecurangan
2. Audit berfungsi untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan
3. Audit merupakan konsekuensi langsung dari adanya keterlibatan
stakeholder dalam perusahaan. Stakeholder mengharapkan akuntabilitas
dari manajemen sebagai imbalan atas kontribusi mereka dalam
perusahaan. Karena informasi yang diberikan oleh manajemen memiliki
kemungkinan untuk menjadi bias
Auditor yang memiliki reputasi baik ditunjuk tidak hanya untuk
kepentingan pihak ketiga tetapi juga untuk kepentingan manajemen
(Agency Theory) (Hayes, Wallage et al. 2014)
Dari penjelasan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa audit merupakan
proses yang penting yang dapat membantu untuk meningkatkan kredibilitas
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dan dapat digunakan
sebagai proses untuk mencegah atau meminimalisir salah saji yang
material. Dari kesimpulan tersebut dapat dilihat bahwa audit merujuk pada
dua teori dasar yaitu
1. Agency theory, yaitu teori yang muncul ketika terdapat dua pihak dalam
perusahaan yang memiliki kepentingan yang berbeda, dalam hal ini
adalah pemilik dan manajer. Dalam situasi ini, audit memainkan peran
sebagai fungsi monitoring dimana auditor akan memonitor hasil
pekerjaan dari pihak manajemen dan memberikan opini yang berkaitan
dengan hasil pekerjaan manajemen tersebut dalam bentuk laporan audit
yang nantinya digunakan oleh pemilik perusahaan untuk melakukan
evaluasi (Jensen and Meckling 1976)
2. Signaling theory, teori ini muncul ketika terdapat dua pihak yang
memiliki akses informasi yang berbeda, sehingga jumlah informasi
yang dimiliki oleh satu pihak dengan pihak yang lain jumlahnya adalah
berbeda. Satu pihak dapat memiliki detil informasi yang lebih banyak
dari pihak lainnya. Oleh karena audit berfungsi untuk memberikan
8
informasi yang dapat berpengaruh terhadap keputusan investasi
penggunanya, maka hasil dari laporan audit dinilai dapat memberikan
sinyal kepada penggunanya berkaitan dengan kondisi ekonomi
perusahaan pada saat diterbitkannya laporan audit.
.
2.2 AGENCY THEORY
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan keagenan
merupakan kesepakatan antara dua pihak, pemilik perusahaan (disebut
sebagai principal) terhadap manajer (disebut sebagai agent) untuk
menjalankan tugas sesuai dengan kepentingan pemilik yang melibatkan
delegasi kekuasaan untuk membuat keputusan kepada pihak manajemen
(agent). Hubungan dari kedua pihak ini adalah untuk memaksimalkan
keuntungan, terdapat alasan untuk percaya bahwa pihak manajemen tidak
selalu bertindak sepenuhnya untuk kepentingan pemilik. Pemilik
perusahaan dapat membatasi penyelewengan dari kepentinganya dengan
memberikan dorongan yang layak bagi manajer dan dengan melakukan
pengawasan yang didesain untuk membatasi aktivitas yang menyimpang
dari manajemen. Dalam kebanyakan hubungan keagenan pemilik dan
manajer akan memunculkan biaya pengawasan dan perikatan yang tinggi
dan dalam keadaan tersebut akan terjadi perbedaan antara keputusan
manajer dan keputusan yang dapat memaksimalkan kekayaan pemilik
perusahaan
Karena hubungan antara pemegang saham dan manajer dari suatu
perusahaan sesuai dengan definisi hubungan keagenan maka tidak heran
jika di jelaskan bahwa terjadi masalah keagenan dalam situasi tersebut yang
berkaitan dengan pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam struktur
kepemilikan modern perusahaan sangat berkaitan dengan masalah keagenan
(Jensen and Meckling 1976)
Dalam konteks hubungan auditor, manajer dan pemilik, auditor
berperan untuk mengumpulkan bukti dan menerbitkan laporan. Terdapat
dua pandangan berkaitan dengan peran ini. Pandangan pertama, pandangan
(sinyal) bahwa manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik,
dimana pandangan kedua memerhatikan (jaminan) yang berkaitan dengan
moral hazard yang dapat di kurangi dengan dilaksanakannya audit.
(Hamilton 1975)
9
bahwa asimetri informasi meuncul ketika orang yang berbeda memiliki
informasi yang berbeda. Karena beberapa informasi bersifat privat, maka
asimetri informasi muncul diantara mereka yang memiliki informasi dan
mereka yang secara potensial dapat membuat keputusan lebih baik jika
mereka memiliki informasi tersebut (Stiglitz 2002)
10
bahwa semakin positif rasio profitabilitas maka akan semakin rendah
kemungkinan perusahaan menerima opini going concern(Gallizo and
Saladrigues 2016)
b. Leverage,
Dalam Gibson (2013) leverage didefinisikan sebagai penggunaan
pendanaan dengan sejumlah bunga tertentu. Perusahaan dikatakan
sukses apabila dapat menghasilkan dana yang lebih besar daripada
dana yang di pinjam, yang kemudian digunakan untuk membayar
dana pinjaman tersebut. (Gibson 2013) Gallizo dan Saladrigues
(2016) dalam penelitiannya memaparkan bahwa leverage merupakan
salah satu ancaman bagi perusahaan. (Gallizo and Saladrigues 2016)
c. Likuiditas,
Gallizo dan Saladrigues (2016) mengukur likuiditas dengan
menggunakan rasio likuiditas sebagai pengukuran kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan perusahaan.
Semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan maka akan semakin
kecil kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini going
concern (Gallizo and Saladrigues 2016)
d. Ukuran perusahaan
Gallizo dan Saladrigues (2016) dalam penelitiannya juga mengukur
ukuran perusahaan berdasarkan nilai asset perusahaan. Umumnya
semakin besar perusahaan maka semakin rendah kemungkinan
perusahaan tersebut untuk menerima opini going concern (Gallizo
and Saladrigues 2016)
e. Kegagalan hutang (debt defaults)
Gibson (2013) mendefinisikan tingkat kegagalan hutang sebagai
kemampuan perusahaan dalam dalam membayar hutang, yang
dihitung dengan cara membandingkan jumlah asset dengan jumlah
hutang atau yang disebut dengan current ratio(Gibson 2013)
f. Opini going concern terdahulu.
Gallizo dan Saladrigues (2016) dalam tulisannya mendefinisikan
opini going concern terdahulu dengan variabel biner yaitu 1 jika
menerima opini going concern dan 0 jika tidak menerima opini going
concern.
2. Faktor auditor
Factor auditor yang berpengaruh terhadap pemberian opini going
concern diantaranya adalah : ketergantungan secara ekonomi terhadap
klien, ukuran kantor akuntan public, auditor judgement, spesialisasi
industry auditor, ukuran pemberian kompensasi kepada auditor, bentuk
susunan organisasi kantor akuntan public, kondisi psikologis auditor
3. Faktor hubungan antara klien dan auditor
Hubungan antara klien dan auditor yang dimaksud adalah hubungan
yang dinamis yang termasuk didalamnya pergantian auditor, opinion
shopping, hubungan personal dan selisih waktu dalam penerbitan opini
(time lag in opinion). Perhatian khusus berkaitan dengan factor
11
hubungan antara klien dan auditor ini ditujukan pada lamanya
pelaksanaan audit pada satu klien (auditor client tenure) dan hubungan
personal antara klien dan auditor. (Brunelli 2018)
Blay (2011) dalam penelitiannya menginterpretasikan bahwa opini
going concern merupakan komunikasi risiko yang berharga terhadap pasar
yang berdampak pada persepsi pasar mengenai keuangan perusahaan yang
mengalami kesulitan (Blay, Geiger et al. 2011)
12
laporan keuangan tahunan dari perusahaan di Belgia yang tersedia di
bank nasional Belgia pada tahun 1992-1996. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa lamanya hubungan auditor – klien secara signifikan
meningkatkan kecenderungan untuk menerbitkan opini unqualified atau
secara signifikan menurunkan kemauan auditor untuk menerbitkan opini
qualified. Perbedaan signifikan juga ditemukan dalam perilaku
pelaporan auditor dalam dua tahun pertama dibandingkan dengan pada
tahun mandat terakhir. Auditor akan lebih bersedia untuk menerbitkan
unqualified report pada dua tahun pertama dibandingkan dengan pada
tahun terakhir mandat. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa keputusan
untuk memperbaharui mandat auditor sudah diketahui oleh auditor
sebelum auditor yang bersangkutan menerbitkan laporan audit.
implikasi kebijakan dalam temuan tersebut dapat berpihak pada
peraturan rotasi auditor untuk menjaga nilai audit untuk pengguna
eksternal. (Vanstraelen 2000)
Selain dapat berpengaruh terhadap opini Going concern, Audit Tenure
juga dapat berpengaruh terhadap stock price. Beberapa penelitian terdahulu
yang telah melakukan penelitian mengenai hubungan Audit tenure dan
Stock price diantaranya Su (2015). Studi ini menguji bagaimana investor
memaknai kualitas dari laporan keuangan yang diaudit oleh auditor dengan
tenure yang panjang. Dalam penelitian ini diargumentasikan bahwa tenure
merupakan sesuatu yang penting yang dapat berpengaruh terhadap
efektivitas audit dan oleh karenanya dapat berpengaruh terhadap jumlah
informasi spesifik berkaitan dengan perusahaan yang terkandung dalam
harga saham yang dimiliki oleh investor.berdasarkan sampel dari
perusahaan di amerika mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2012, hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa tenure yang lama berkaitan dengan
idiosinkratis volatilitas (perubahan) harga saham yang lebih tinggi. (Su,
Zhao et al. 2015)
13
Artikel Zeff and Fossum (1967) ini menurutkan kantor akuntan publik
berdasarkan jumlah klien. (Zeff and Fossum 1967)
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, Ukuran Kantor Akuntan
Publik dikatakan memiliki hubungan dengan Opini Going Conern.
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai hubungan antara
auditor firm size dan going concern report adalah sebagai berikut :
1. O’Clock (1995). Penelitian ini dilakukan dengan metode survey
terhadap 238 auditor. Penelitian ini mengobservasi keputusan going
concern dari kantor akuntan public mulai dari kantor akuntan public
kecil, kantor akuntan public besar non Big six, dan kantor akuntan
public dengan peringkat Big Six. Dalam penelitian ini di jelaskan bahwa
kantor akuntan yang lebih kecil akan cenderung bersikap kurang
konservatif berkaitan dengan rekomendasi pengungkapan dibandingkan
dengan kantor akuntan besar (O'Clock and Devine 1995)
2. Reichelt (2010). Paper ini menguji apakah kualitas audit lebih tinggi
untuk auditor yang memiliki spesialisasi pada tingkat nasional dan
tingkat kota dengan menggunakan kerangka yang dikembangkan dalam
penelitian Ferguson et al (2003) dan Francis et al (2005). Penelitian ini
menemukan bahwa auditor yang memiliki spesialisasi indistri akan
memiliki klien dengan nilai abnormal akrual yang paling rendah dengan
merujuk bahwa auditor dengan spesialisasi industry memiliki kualitas
audit yang lebih baik. Bukti yang di temukan dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa auditor dengan spesialisasi industry meningkatkan
kualitas earning dan bersikap lebih konservatif dalam opini audit
mereka. Terlebih lagi, investor bisa jadi memiliki dorongan untuk
berinvestasi dalam perusahaan yang mereka inginkan karena merujuk
pada earning pada perusahaan tersebut dan laporan audit dari auditor
perusahaan tersebut lebih dapat di percaya. Auditor yang memiliki
spesialisasi industry memiliki dorongan untuk melindungi reputasi
mereka terhadap kemungkinan litigasi yang dapat merugikan mereka
dengan memberikan opini audit yang lebih konservatif. Mereka akan
memiliki toleransi yang lebih ketat terhadap akrual manajemen dari
klien mereka dengan menerbitkan opini going concern yang lebih
banyak (Reichelt and Wang 2010)
3. Francis dan Yu (2009). Hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa
kantor akuntan publik dengan ukuran yang lebih besar akan
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Secara spesifik, kantor
akuntan public yang lebih besar akan lebih banyak untuk menerbitkan
laporan audit going concern dan klien dari kantor akuntan tersebut akan
lebih tidak agresif dalam perilaku earning management mereka.
(Francis and Yu 2009)
Selain dapat berpengaruh terhadap opini Going concern, Audit Firm
Size juga dapat berpengaruh terhadap stock price. Penelitian terdahulu yang
telah melakukan penelitian mengenai hubungan Audit Firm Size dan Stock
price sebagaimana yang dilakukan okeh Pratoomsuwan (2012). Penelitian
14
ini bertujuan untuk menguji permintaan atas kualitas auditor yang tinggi
dan dampak dari nama besar mereka terhadap harga sekuritas pada waktu
initial public offering. Karena pasar modal di Thailand secara ketat diatur,
khususnya dalam konteks pemilihan auditor (pasar sekuritas Thailand
memberikan daftar kualifikasi auditor secara individu dan underwriting
firm yang dapat dipilih oleh perusahaan yang akan bergabung di pasar
modal Thailand). Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa hanya
perusahaan besar yang baru yang akan memilih kualitas audit yang lebih
tinggi, yaitu Big 4. Terdapat hubungan negative terhadap underpricing
ketika perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan big 4(Pratoomsuwan
2012)
.
15
berpengaruh terhadap interpretasi pengguna laporan keuangan. (Carlson
1991)
Security return (pengembalian dari sekuritas) didefinisikan sebagai
persentase perubahan dalam harga yang di sesuaikan untuk deviden atau
dapat di notasikan dengan R¿ yang dihitung dengan rumus sebagai berikut
P(¿)+ D(¿)−P(¿−1)
R¿ =
P¿−1
Dimana :
P(¿−1)adalah harga saham perusahaan i pada periode t-1
P¿adalah harga saham perusahaan i pada periode t
D¿adalah deviden yang dibayarkan perusahaan i pada periode t
Langkah kedua dalam menghitung nilai R¿ adalah dengan memasukkan
nilai unsystematic security return atau residual return e ¿. Dengan
menggunakan langkah ini maka R¿ dipecah menjadi dua komponen
R¿ =α^i+ ^
βi Rmt + e¿
e ¿ =R ¿−( α^i + ^
β i Rmt )
Dimana :
R¿ adalah tingkat pengembalian (return) perusahaan i pada tahun t
Rmt adalah tingkat pengembalian (return) pasar pada tahun t
α^i adalah intersep dari sekuritas i pada periode t
^
βi adalah slope koefisien dari sekuritas i pada periode t
e¿ adalah unsystematic return dari saham i periode t
Penggunaan e ¿ dapat menghasilkan varians yang lebih kecil yang
mengarahkan pada pengujian statistic yang lebih baik dalam
memperkirakan security return. (Beaver 1981)
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai hubungan opini
going concern dan stock price diantaranya adalah
1. Fleak (1994) penelitian ini menjelaskan hubungan antara pengaruh
opini going concern dengan stock price. Dengan menggunakan regresi
dan variabel control ukuran perusaaan dan opini going concern yang
telah dikeluarkan sebelumnya (prior going concern opinion), hasil dari
penelitian ini memaparkan bahwa ditemukan adanya hubungan negative
yang signifikan antara opini going concern dengan pergerakan harga
saham (Fleak and Wilson 1994)
2. Soltani (2000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara auditor dan pasar modal di negara perancis dan untuk
melihat bagaimana pasar keuangan dapat bereaksi terhadap informasi
yang terkandung dalam laporan audit dalam keadaan tertentu.
Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa
dampak dari informasi dalam laporan audit dalam mengurangi ketidak
pastian yang berhubungan dengan keputusan investasi. Dengan
menggunakan data annual report dan Regresi Ordinary Least Square,
16
hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negative
signifikan antara abnormal stock return dengan opini going concern
(Soltani 2000)
3. Ogneva and Subramanyam (2007). Hasil dari penelitian ini
memaparkan bahwa penelitian tersebut menguji return selama 12 bulan
menyusul adanya pengungkapan going concern di negara amerika dan
Australia. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa tidak ada bukti yang
signifikan bahwa abnormal return berhubungan negative terhadap opini
going concern di Australia, tetapi di Amerika abnormal return setelah
adanya opini going concern adalah sensitif terhadap pilihan expected
return yang notabene tidak memiliki hubungan negative yang signifikan
(Ogneva and Subramanyam 2007)
17
BAB 3
RERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
4.2 HIPOTESIS
4.2.1 AUDIT FIRM TENURE
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai hubungan
antara auditor client tenure dan going concern report adalah sebagai
berikut :
1. Miharjo (2012). Dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antara
tenure audit dan keputusan untuk pemberian opini going concern
dengan menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang
listing di BEI tahun 2003 – 2008 hasil dari penelitian ini
menjelaskan bahwa ketika tenure audit bertambah maka peluang
untuk memberikan opini going concern akan turun (Miharjo and
Hartadi 2012)
2. Vanstraelen (2000) Penelitian ini dimotivasi oleh kurangnya
konsensus dalam literatur mengenai dampak lamanya hubungan
auditor – klien terhadap kualitas audit. Terlebih lagi hanya sedikit
penelitian yang menggunakan data sekunder untuk menentukan
apakah ancaman yang dirasakan terhadap independensi auditor
sebenarnya dikompromikan dengan independensi auditor. Oleh
karenanya metodologi riset ini termasuk didalamnya pengembangan
dari model regresi logistic dimana variabel eksplanatori diukur
dengan menggunakan data yang tersedia secara public. Data dari
18
penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahunan dari
perusahaan di Belgia yang tersedia di bank nasional Belgia pada
tahun 1992-1996. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa
lamanya hubungan auditor – klien secara signifikan meningkatkan
kecenderungan untuk menerbitkan opini unqualified atau secara
signifikan menurunkan kemauan auditor untuk menerbitkan opini
qualified. Perbedaan signifikan juga ditemukan dalam perilaku
pelaporan auditor dalam dua tahun pertama dibandingkan dengan
pada tahun mandat terakhir. Auditor akan lebih bersedia untuk
menerbitkan unqualified report pada dua tahun pertama
dibandingkan dengan pada tahun terakhir mandat. Hal ini dapat
menjadi indikasi bahwa keputusan untuk memperbaharui mandat
auditor sudah diketahui oleh auditor sebelum auditor yang
bersangkutan menerbitkan laporan audit. implikasi kebijakan dalam
temuan tersebut dapat berpihak pada peraturan rotasi auditor untuk
menjaga nilai audit untuk pengguna eksternal. (Vanstraelen 2000)
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu diatas maka hipotesa
pertama dalam penelitian ini adalah
H1 : Audit Firm Tenure memiliki hubungan negative terhadap opini
going concern
Selain dapat berpengaruh terhadap opini Going concern, Audit Firm
Tenure juga dapat berpengaruh terhadap stock price. Beberapa
penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian mengenai
hubungan Audit tenure dan Stock price sebagaimana yang dilakukan
oleh Su (2015). Studi ini menguji bagaimana investor memaknai
kualitas dari laporan keuangan yang diaudit oleh auditor dengan tenure
yang panjang. Dalam penelitian ini diargumentasikan bahwa tenure
merupakan sesuatu yang penting yang dapat berpengaruh terhadap
efektivitas audit dan oleh karenanya dapat berpengaruh terhadap jumlah
informasi spesifik berkaitan dengan perusahaan yang terkandung dalam
harga saham yang dimiliki oleh investor.berdasarkan sampel dari
perusahaan di amerika mulai dari tahun 2003 sampai dengan 2012, hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa tenure yang lama berkaitan
dengan idiosinkratis volatilitas (perubahan) harga saham yang lebih
tinggi. (Su, Zhao et al. 2015)
Berdasarkan Beaver (1981) harga merupakan komponen dari
perhitungan security return (stock return) perusahaan. Oleh karenanya
secara logis pergerakan harga dapat berpengaruh terhadap nilai security
return (stock return) perusahaan. Berdasarkan logika tersebut maka
hipotesa ke empat dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :
H2 : Audit Firm Tenure berpengaruh positif terhadap stock return
melalui opini going concern
H3 : Audit Firm Tenure berpengaruh positif terhadap stock return
19
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, Ukuran Kantor
Akuntan Publik dikatakan memiliki hubungan dengan Opini Going
Conern. Sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh O’Clock (1995). Dimana penelitian tersebut dilakukan
dengan metode survey terhadap 238 auditor. Penelitian ini
mengobservasi keputusan going concern dari kantor akuntan public
mulai dari kantor akuntan public kecil, kantor akuntan public besar non
Big six, dan kantor akuntan public dengan peringkat Big Six. Dalam
penelitian ini di jelaskan bahwa kantor akuntan yang lebih kecil akan
cenderung bersikap kurang konservatif berkaitan dengan rekomendasi
pengungkapan dibandingkan dengan kantor akuntan besar (O'Clock and
Devine 1995)
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu maka hipotesa
hubungan audit firm size dengan opini going concern dalam penelitian
ini adalah
H4 : Audit Firm Size berhubungan positif terhadap Opini Going
concern
Selain dapat berpengaruh terhadap opini Going concern, Audit Firm
Size juga dapat berpengaruh terhadap stock price. Penelitian terdahulu
yang telah melakukan penelitian mengenai hubungan Audit Firm Size
dan Stock price sebagaimana yang dilakukan oleh Pratoomsuwan
(2012). Penelitian ini bertujuan untuk menguji permintaan atas kualitas
auditor yang tinggi dan dampak dari nama besar mereka terhadap harga
sekuritas pada waktu initial public offering. Karena pasar modal di
Thailand secara ketat diatur, khususnya dalam konteks pemilihan
auditor (pasar sekuritas Thailand memberikan daftar kualifikasi auditor
secara individu dan underwriting firm yang dapat dipilih oleh
perusahaan yang akan bergabung di pasar modal Thailand). Hasil dari
penelitian ini menyebutkan bahwa hanya perusahaan besar yang baru
yang akan memilih kualitas audit yang lebih tinggi, yaitu Big 4.
Terdapat hubungan negative terhadap underpricing ketika perusahaan
menggunakan jasa kantor akuntan big 4(Pratoomsuwan 2012)
Berdasarkan Beaver (1981) harga merupakan komponen dari
perhitungan security return (stock return) perusahaan. Oleh karenanya
secara logis pergerakan harga dapat berpengaruh terhadap nilai security
return (stock return) perusahaan. Berdasarkan logika tersebut maka
hipotesa ke empat dalam penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut :
H5 : Audit Firm Size berpengaruh positif terhadap stock return melalui
opini going concern
H6 : Audit Firm Size berpengaruh positif terhadap stock return
20
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai hubungan
opini going concern dan stock price diantaranya adalah
1. Fleak (1994) penelitian ini menjelaskan hubungan antara
pengaruh opini going concern dengan stock price. Dengan
menggunakan regresi dan variabel control ukuran perusaaan dan
opini going concern yang telah dikeluarkan sebelumnya (prior
going concern opinion), hasil dari penelitian ini memaparkan
bahwa ditemukan adanya hubungan negative yang signifikan
antara opini going concern dengan pergerakan harga saham
(Fleak and Wilson 1994)
2. Soltani (2000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara auditor dan pasar modal di negara perancis dan
untuk melihat bagaimana pasar keuangan dapat bereaksi terhadap
informasi yang terkandung dalam laporan audit dalam keadaan
tertentu. Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisa dampak dari informasi dalam laporan audit dalam
mengurangi ketidak pastian yang berhubungan dengan keputusan
investasi. Dengan menggunakan data annual report dan Regresi
Ordinary Least Square, hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan negative signifikan antara abnormal stock return dengan
opini going concern (Soltani 2000)
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu maka hipotesa
hubungan audit firm size dengan opini going concern dalam penelitian
ini adalah
H7 : Opini Going concern berhubungan negative terhadap stock return
BAB 4
21
METODOLOGI PENELITIAN
22
4.3.1 GOING CONCERN
Blay (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa opini going
concern merupakan satu satunya alat komunikasi auditor
independen kepada public. Hasil penelitiannya menjelaskan bukti
bahwa pasar menginterpretasikan opini going concern sebagai
komunikasi risiko yang sifatnya penting yang merupakan hasil dari
pergeseran substansial dalam struktur penilaian pasar untuk
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Komunikasi
dalam laporan audit merupakan bagian informasi yang diterbitkan
secara public ketika perusahaan yang bersangkutan menerbitkan
laporan tahunan (Blay, Geiger et al. 2011)
Variabel going concern dalam penelitian ini di ukur dengan
angka biner sebagaimana yang digunakan dalam penelitian
terdahulu (Blandon 2013), yaitu 0 jika tidak mendapatkan opini
going concern dan 1 jika mendapatkan opini going concern.
4.3.2 AUDIT FIRM SIZE
Ukuran Audit Firm Size yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pengukuran Zeff and Fossum (1967) dalam
artikelnya menjelaskan bahwa ukuran kantor akuntan publik dapat
dilihat dari market share kantor akuntan yang bersangkutan yang di
cerminkan dari jumlah klien yang di tangani. Artikel Zeff and
Fossum (1967) ini menurutkan kantor akuntan publik berdasarkan
jumlah klien. (Zeff and Fossum 1967)
4.3.3 AUDIT FIRM TENURE
Pengukuran dari Audit Firm Tenure dalam penelitian ini
didasarkan penelitian Vanstraelen (2000) audit tenure dapat diukur
dengan jumlah tahun lamanya perusahaan tersebut di audit oleh
kantor akuntan public yang bersangkutan (Vanstraelen 2000)
4.3.4 STOCK RETURN
Perhitungan stock return dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan market model sebagaimana yang telah di jelaskan
dalam artikel Beaver (1981). Dalam artikel tersebut di jelaskan
bahwa stock return (pengembalian dari sekuritas) didefinisikan
sebagai persentase perubahan dalam harga yang di sesuaikan untuk
deviden atau dapat di notasikan dengan R¿ yang dihitung dengan
rumus sebagai berikut
P(¿)+ D(¿)−P(¿−1)
R¿ =
P¿−1
Dimana :
P(¿−1)adalah harga saham perusahaan i pada periode t-1
P¿adalah harga saham perusahaan i pada periode t
D¿adalah deviden yang dibayarkan perusahaan i pada
periode t
23
Langkah kedua dalam menghitung nilai R¿ adalah dengan
memasukkan nilai unsystematic security return atau residual return
e ¿. Dengan menggunakan langkah ini maka R¿ dipecah menjadi dua
komponen
R¿ =α^i+ ^βi Rmt + e¿
e ¿ =R ¿−( α^i + ^
β i Rmt )
Dimana :
R¿ adalah tingkat pengembalian (return) perusahaan i pada tahun t
Rmt adalah tingkat pengembalian (return) pasar pada tahun t
α^i adalah intersep dari sekuritas i pada periode t
^
βi adalah slope koefisien dari sekuritas i pada periode t
e¿ adalah unsystematic return dari saham i periode t
Penggunaan e ¿ dapat menghasilkan varians yang lebih kecil
yang mengarahkan pada pengujian statistic yang lebih baik dalam
memperkirakan security return. (Beaver 1981)
24
kecil kemungkinan perusahaan tersebut menerima opini going
concern (Gallizo and Saladrigues 2016)
c. Ukuran perusahaan
Dalam penelitian Francis and Yu (2009) mengenai pengaruh reputasi
kantor akuntan public terhadap opini going concern, ukuran
perusahaan digunakan sebagai variabel control untuk factor risiko
klien. Dalam penelitian tersebut di jelaskan bahwa ukuran
perusahaan di cerminkan dengan nilai log dari total asset perusahaan
klien (Francis and Yu 2009)
Gallizo dan Saladrigues (2016) dalam penelitiannya juga mengukur
ukuran perusahaan berdasarkan nilai asset perusahaan. Umumnya
semakin besar perusahaan maka semakin rendah kemungkinan
perusahaan tersebut untuk menerima opini going concern (Gallizo
and Saladrigues 2016)
d. Kegagalan hutang (debt defaults)
Gibson (2013) mendefinisikan tingkat kegagalan hutang sebagai
kemampuan perusahaan dalam dalam membayar hutang, yang
dihitung dengan cara membandingkan jumlah asset dengan jumlah
hutang atau yang disebut dengan current ratio(Gibson 2013)
e. Opini going concern terdahulu.
Gallizo dan Saladrigues (2016) dalam tulisannya mendefinisikan
opini going concern terdahulu dengan variabel biner yaitu 1 jika
menerima opini going concern dan 0 jika tidak menerima opini going
concern.(Gallizo and Saladrigues 2016)
25
bersifat kuantitatif, yaitu data yang berupa angka–angka dan bersifat
obyektif.
26
Persamaan (model structural) dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Dimana :
GO = Going concern
AFS = Audit Firm Size
AT = Audit Tenure
SIZE = Company Size
PROFT = Profitability
LEV = Leverage
LIQ = Liquidity
DBTDFLT = Debt Default
ε = Standar Error
DAFTAR PUSTAKA
27
AICPA (2017). Statement on Auditing Standards, Number 126: The Auditor's
Consideration of an Entity's Ability to Continue as a Going Concern,
John Wiley & Sons.
Cheng, Y.-S., et al. (2009). "The association between auditor quality and
human capital." Managerial Auditing Journal 24(6): 523-541.
Colbert, J. L., et al. (1988). "The role of the audit and agency theory." The
Journal of Applied Business Research 4(2): 7-12.
28
Duréndez Gómez-Guillamón, A. (2003). "The usefulness of the audit report in
investment and financing decisions." Managerial Auditing Journal
18(6/7): 549-559.
Francis, J. R. and M. D. Yu (2009). "Big 4 office size and audit quality." The
Accounting Review 84(5): 1521-1552.
29
Healy, P. M. and K. G. Palepu (2001). "Information asymmetry, corporate
disclosure, and the capital markets: A review of the empirical disclosure
literature." Journal of Accounting and Economics 31(1-3): 405-440.
Ittonen, K. (2010). "A theoretical examination of the role of auditing and the
relevance of audit reports." Vaasan Yliopisto, opetusjulkaisuja 61.
Miharjo, S. and B. Hartadi (2012). "Does auditor tenure reduce audit quality?"
Gadjah Mada International Journal of Business 14(3): 303-315.
O'Clock, P. and K. Devine (1995). "An investigation of framing and firm size
on the auditor's going concern decision." Accounting and Business
Research 25(99): 197-207.
30
Paul, N. (2008). Statistics For Business And Economics And Student Cd, 6/E
(With Cd), Pearson Education India.
Su, L., et al. (2015). "Auditor tenure and stock price idiosyncratic volatility:
The moderating role of industry specialization." AUDITING: A Journal
of Practice & Theory 35(2): 147-166.
Wallace, W. (1980). "The economic role of the audit in free and regulated
markets."
Wang, C.-C., et al. (2013). "Does Audit Firm Size Contribute to Audit Quality?
Evidence from Two Emerging Markets." Corporate Ownership and
Control 11 (2): 108-119.
Zeff, S. A. and R. L. Fossum (1967). "An analysis of large audit clients." The
Accounting Review 42(2): 298-320.
31