Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Audit
Auditing merupakan proses sistematis untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk mengukur tingkat
kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, kemudian
mengkonsumsikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Dr Junaidi
dan Nurdiono 2016). Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia auditing adalah
pemeriksaan yang dilakukan secara objektif terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan tersebut menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi
keuangan dan hasil usaha atau orang tersebut. Dapat disimpulkan ada 3 elemen
dalam auditing, yaitu:

1. Auditor dalam menjalankan pemeriksaan harus independen dan objektif.


2. Auditor harus mempunyai kecukupan bukti untuk mendukung pendapatnya
atas kewajaran laporan keuangan klien. Bukti dapat diperoleh melalui
pengamatan, inspeksi, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi secara objektif.
3. Auditor harus menyampaikan hasil pekerjaannya dalam bentuk laporan audit.

Tujuan dari audit laporan keuangan adalah memberikan pendapat atas


kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh klien. Dalam memberikan pendapat
auditor harus didukung demgan kecukupan bukti audit yang diperoleh selama
proses audit. Dalam melaksanakan proses, auditor harus berpedoman pada standar
profesional akuntan publik yang diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI 2016).

9
10

Menurut Arens, et al., (2014) Audit adalah kumpulan dari mengevaluasi


bukti informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat relevansi antara
informasi dan standar yang ditetapkan. Tujuan audit adalah untuk memberikan
pendapat kepada pengguna laporan keuangan auditor tentang kebenaran laporan
keuangan, dalam segala hal material sesuai dengan kerangka akuntansi keuangan
yang berlaku. Pendapat reviewer ini meningkatkan tingkat kepercayaan pengguna
yang bersangkutan ke anggaran.

Dr. Junaidi and Nurdiono (2016), auditing merupakan proses sistematis


untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara objektif yang berkaitan
dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
mengukur tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan, kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Dari definisi audit tersebut bahwa suatu proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti mengenai informasi yang didapat dengan segala
kriteria yang telah ditentukan, pemeriksaan juga harus dilakukan oleh seseorang
yang kompeten dalam bidang audit.

2.1.2. Laporan Audit


Laporan audit adalah bagian yang hakiki dari proses auditing karena di
dalam laporan itu dijelaskan mengenai tahap akhir dari keseluruhan proses audit
(arens, et al. 2018). Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan
audit dan assurance karena mengomunikasikan temuan-temuan auditor. Para
pemakai laporan keuangan mengandalkan laporan auditor untuk memberikan
kepastian atas laporan keuangan perusahaan. Laporan auditor dianggap sebagai
alat komunikasi formal untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan tentang apa yang telah dilakukan auditor dan kesimpulan yang
dicapainya atas audit laporan keuangan.

Dalam standar profesi akuntan publik (SPAP), standar pelaporan keempat


berbunyi “laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan
keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu pernyataan pendapat atas laporan
keuangan secara keseluruhan atau memuat suatu asersi, bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
11

diberikan maka alasannya harus dikemukakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan
dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan jika ada dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”. Tujuan standar pelaporan ini adalah
mencegah agar tidak terjadi penafsiran keliru mengenai tingkat tanggung jawab
auditor, apabila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.

2.1.3. Opini Audit Going Concern


Opini Audit Going Concern merupakan salah satu opini audit yang
diberikan terhadap laporan keuangan. Jika, suatu entitas mengalami keadaan yang
berbeda dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut dimungkinkan
mengalami masalah. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern
merupakan suatu indikasi bahwa penilaian auditor terdapat resiko audit tidak
dapat bertahan dalam bisnis. Penilaian tentang kemampuan suatu perusahaan
dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang diantaranya adalah faktor finansial dan non-finansial perusahaan
tersebut. Astuti (2020) mengungkapkan bahwa indikasi kebangkrutan dapat
dilihat dari apakah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, yaitu suatu kondisi
dimana arus kas operasi perusahaan mengalami mencukupi untuk memenuhi
kewajiban lancarnya. Kesulitan keuangan akan menyebabkan perusahaan
mengalami arus kas negatif, rasio keuangan uang buruk dan gagal bayar pada
perjanjian hutang. Auditor mengeluarkan opini audit kelangsungan usaha untuk
memastikan apakah mampu mempertahankan kelangsungan usahanya atau tidak.
Auditor mengeluarkan Opini audit going concern sangat berguna bagi investor
untuk mengambil keputusan investasi. Terkait dengan pentingnya opini audit yang
dikeluarkan, auditor harus bertanggung jawab untuk mengeluarkan opini audit
going concern yang konsisten dengan kondisi yang sebenarnya. (Hartadi 2017)
Suatu entitas dianggap going concern jika perusahaa dapat melanjutkan operasi
usaha dan memenuhi kewajibannya. apabila dalam melanjutkan operasi usaha dan
memenuhi kwajibannya perusahaan melakukan penjualan aset dalam jumlah
besar, atau kesanggupan kredit untuk memanfaatkan atau merestrukturisasi utang.
12

Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian


besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam periode waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak
tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Evaluasi auditor berdasarkan atas
pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi
sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa
diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi
manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit.

Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai


kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka
waktu yang pantas dengan cara:

1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam


perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit, dan
penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang
secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu pantas.
2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
yang pantas ia harus:
a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajamen yang ditujukan untuk
mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut
b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara
efektif dilaksanakan
3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan
apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.
13

Auditor dituntut untuk mewaspadai hal-hal potensial yang dapat


mengganggu kelangsungan hidup suatu satuan usaha. Apabila ada keraguan
mengenai kelangsungan hidup suatu perusahaan, maka auditor perlu
mengungkapkan dalam laporan opini audit, yaitu laporan audit going concern.
Dalam hal ini, diizinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified
modified report dan disclaimer opinion. Dalam buku Dr. Junaidi and Nurdiono
(2016) auditor memiliki tanggung jawab berdasarkan PSA 30 Paragraf 6
menyebutkan bahwa auditor dapat mengidentifikasi informasi mengenai kondisi
atau peristiwa tertentu, jika dipertimbangan secara menyeluruh, menunjukkan
adanya kesanksian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Informasi sebagai
petunjuk:

a. Trend negative

Kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kerja
negative dari kegitan usaha, rasio keuangan penting yang buruk.

b. Petunjuk lain tentang kesulitan keuangan

Tidak mampu membayar pinjaman, penunggakan pembayaran deviden, penolakan


oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa,
restrukturasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan
baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.

c. Masalah internal dan eksternal yang terjadi

Pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantugan


besar atas sukses proyek tertentu, serta komitmen jangka panjang yang tidak
bersifat ekonomis. Eksternalnya Kehilangan waralaba, atau kerugian akibat
bencana banjir / gempa.

Jika setelah mempertimbangkan kondisi atau peristiwa yang telah


diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin ada kesangsian besar mengenai
kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungkan hidupnya dalam
jangka waktu pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam
14

menghadapi dampak yang merugikan dari kondisi ini. auditor harus memperoleh
informasi tentang rencana manajemen tersebut, dan mempertimbangkan apakah
ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu
mengurangi dampak negatif merugikan.

PSA No.32 dan SA seksi 341 tentang dampak kemampuan satuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor sebagai
berikut:

a. Jika auditor yakin bahwa terdapat ketidakpercayaan mengenai kemampuan


satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu
yang pantas, maka harus memperoleh informasi mengenai rencana manajemen
untuk mengurangi dampak peristiwa.

b. Jika manajamen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak peristiwa


terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya, maka auditor dapat mempertimbangkan untuk memberikan pernyataan
untuk tidak memberikan pendapat.

IAI sekarang IAPI mengadopsi SAS No. 59 menjadi pernyataan Standar


Auditing 30 (PSA 30) tentang pertimbangan auditor atas kemampuan entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). PSA 30
mengharuskan auditor memberikan warning kepada pemakai laporan keuangan,
akan adanya kesangsian mengenai kemampuan perusahaan sebagai suatu entitas,
untuk bisa bertahan hidup, paling tidak dalam satu periode akuntansi setelah
tanggal laporan keuangan atau disebut juga dengan periode waktu pantas. Apabila
auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, maka auditor wajib
mengevaluasi rencana manajemen auditor akan memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian dengan bahasa penjelas jika rencana manajemen perusahaan dapat
secara efektif dilaksanakan untuk mengatasi dampak dari kondisi dan perisitwa
yang menyebabkan kesangsian auditr tentang kelangsungan usahanya. Apabila
auditor menganggap bahwa rencana manajemen tidak dapat secara efektis
mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor
15

menyatakan tidak memberikan pendapat. Opini wajar dengan pengecualian


diberikan kepada audit apabila auditor berkesimpulan bahwa manajemen tidak
membuat pengungkapan dan mengenai sifat, dampak, kondisi dan peristiwa yang
menyebabkan auditor menyangsikan kelangsungan hidup perusahaan. Jika,
pengungkapan di dalam rencana manajemen tidak memadai pengungkapanya dan
tidak dilakukan penyesuaian, padahal dampaknya sangat material dan terdapat
penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum, maka auditor akan
memberikan opini tidak wajar.

Indikator-indikator kegagalan perusahaan dapat dikelompokkan ke dalam


tiga bagian, yaitu faktor ekonomi umum, kondisi industri dan kondisi entitas.
Indikator ekonomi umum dapat berupa tingkat inflasi, resesi ekonomi, tingkat
pertumbuhan yang rendah atau bahkan negatif, kondisi moneter yang tidak
mendukung, devaluasi mata uang dan lain-lain. Indikator-indikator industri dapat
berupa kondisi pasar yang lesu, tingkat persaingan yang ketat, regulasi industri
yang tidak memihak dan penurunan kinerja keuangan rerata industri. Sendangkan
indikator-indikator kondisi entitas dapat berupa rendahnya profitabilitas, rasio
utang terhadap ekuitas yang tinggi, pelepasan aktivitas bisnis dan lain-lain. Hal
yang diperlukan dipertimbangkan dalam menentukan indikator kegagalan usaha
adalah ukuran perusahaan, jenis industri, kepemilikan perusahaan, dan unggulan
manajemen, Dr Junaidi dan Nurdiono (2016).

2.1.4. Going Concern


Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha (SA seksi
341, paragraph 1). Going concern juga merupakan asumsi dasar bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Going
concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan sepanjang tidak terbukti adanya
informasi yang menunjukkan hal berlawanan. Hal ini dipertegas dengan PSA
No.30 bahwa going concern digunakan sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan
dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan
ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh
tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar
16

melalui bisnis biasa, restrukturasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari
luar dan kegiatan serupa yang lain.

Menurut Standar Akuntansi (SA) 570 (2013) berdasarkan asumsi


kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam bisnis untuk masa
depan yang dapat diprediksi. Going concern dipakai sebagai asumsi dalam
pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan
hal berlawanan, Aria Masdiana Pasaribu (2019). Biasanya, informasi yang secara
signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah
berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya
pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada
pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang
dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain (PSA No.30). Menurut Nogler
(1995) dalam Rachel Suwandi (2018) memberikan bukti bahwa setelah auditor
mengeluarkan opini dengan pengungkapan going concern, perusahaan harus
menunjukan peningkatan keuangan yang signifikan untuk memperoleh keuangan
yang signifikan untuk memperoleh asumsi bersih pada tahun berikutnya. Jika
tidak mengalami peningkatan keuangan, maka pengeluaran going concern dapat
diberikan kembali.

Menurut Arens (2014) ada beberapa faktor yang menimbulkan


ketidakpastian mengenai going concern suatu perusahaan yang juga harus
dipertimbangkan oleh auditor yaitu:

1. Kerugian usaha yang secara besar dan terus berulang kali terjadi atau
kekurangan modal kerja secara terus menerus.

2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh


tempo dalam jangka pendek. Terkait dalam hal ini perusahaan secara terus
menerus tidak dapat membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo. Kehilangan
pelanggan utama menyebabkan penjualan perusahaan menurun sehingga
perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar begitu pula dengan
bencana yang terjadi dan tidak diasuransikan.
17

Kedua hal ini dapat menyebabkan perusahaan mengalami kerugian yang cukup
besar sehingga perusahaan dinyatakan tidak dapat melanjutkan kegiatan usahanya.

2.1.5. Proses Audit atas Going Concern


Halim (2015) prosedur analitis adalah pengevaluasian informasi keuangan
yang dibuat dengan mempelajari hubungan-hubungan yang masuk akal antara
data keuangan dan data non keuangan. Prosedur analitis membantu auditor
dengan mendukung dan meningkatkan pemahaman auditor mengenai bisnis klien,
serta membantu auditor dalam mengidentifikasi hubungan yang tidak sewajarnya
dan fluktuasi data yang tidak diharapkan. Ada 6 langkah yang harus dilakukan
auditor dalam melakukan prosedur analitis, yaitu:

1) Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dibuat.

Perbandingan data absolut yaitu perbandingan senderhana jumlah saldo tercatat


dengan saldo yang diharapkan atau diprediksikan.

2) Mengembangkan ekspektasi

Sumber data yang digunakan terdiri dari sumber internal dan eksternal. dalam
menetapkan data yang berisi nilai pembanding, auditor perlu mempertimbangkan
rentabilitas data. Laporan keuangan auditan tahun lalu tentu memiliki nilai
rentabilitas lebih tinggi daripada laporan keuangan yang tidak diaudit.

3) Melakukan perhitungan dan perbandingan

Perhitungan dan perbandingan meliputi pengakumulasian data untuk


perhitungan jumlah absolut dan presentase perbedaan antara jumlah saat ini
dengan periode sebelumnya maupun jumlah yang diprediksikan, perhitungan
common size.

4) Menganalisis data

Auditor menganalisis data dengan cara mengidentifikasikan perbedaan


signifikan dan fluktuasinya. Auditor dapat mengetahui melalui penganalisian data,
likuiditas, solvabilitias, profitabilitas, efisiensi, dan efek suatu kejadian atau
keputusan terhadap laporan keuangan.
18

5) Menyelidiki perbedaan atau penyimpangan yang tidak diharapkan

Hal ini meliput juga pertimbangan kembali metode dan faktor yang dipakai
dalam mengembangkan ekspektasi dan pengujian pertanyaan kepada manajemen.
Bila terdapat perbedaan atau penyimpangan yang tidak dapat dijelaskan, auditor
harus menentukan impaknya atas laporan keuangan.

6) Menentukan pengaruh perbedaan atau penyimpangan atas perencanaan audit

Adanya perbedaan signifikan yang tidak dapat dijelaskan secara rasional maka
akan meninggalkan risiko salah saji dalam akun yang terkait dalam perhitungan
dan perbandingan. Risiko salah saji yang meningkat menuntut perlunya pengujian
yang lebih intensif dan lebih mendetail pada akun-akun tertentu tersebut.

2.1.6. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan
modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui
berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan
diperbandingkan satu dengan lainya. Pengaruh profitabilitas terhadap opini audit
going concern analisa profitabilitas. Analisa profitabilitas adalah untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan. Analisis ini juga untuk mengetahui hubungan timbal balik antara
pos-pos yang ada pada neraca perusahaan yang bersangkutan guna mendapatkan
berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas
perusahaan yang bersangkutan. Return on asset (ROA) adalah rasio yang
diperoleh dengan membagi laba atau rugi bersih dengan total aset. Rasio ini
digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam
memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi
nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aset perusahaan. Dengan demikian
semakin besar rasio profitabilitas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan
semakin baik, sehingga auditor tidak memberikan opini audit going concern pada
perusahaan yang memiliki laba tinggi. Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan Yulianto, et al., (2020).
19

Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan (ROA), Return on


Asset menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan dalam periode tertentu.
Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang negatif dalam periode waktu yang
beruntutan akan memicu masalah going concern karena ROA yang negatif artinya
bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dan ini menganggu kelangsungan
hidup perusahaan tesebut.

Menurut Kasmir (2018) Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai


kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Tujuan operasional dari
sebagian besar perusahaan adalah untuk memaksimalisasi profit, baik profit
jangka pendek maupun profit jangka panjang. Rasio profitabilitas juga dikenal
sebagai rasio rentabilitas, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan
untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional
perusahaan. Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya,
yaitu berasal dari kegitan penjualan, penggunaan aset, maupun penggunaan
modal. Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan. Dimana
ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan
sebaliknya. Laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen
dalam penciptaan nilai perusahaan yang menenjukkan prospek perusahaan dimasa
yang akan datang.

Menurut Dahlena (2017), profitabilitas adalah kapasitas bisnis yang


menghasilkan keuntungan selama periode waktu tertentu. margin keuntungan
bersih ini mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba
setelah harga beban pokok penjualan, beban operasional, beban lain-lain dan
pajak terkait dengan penjualan. Semakin tinggi profitabilitas, semakin tinggi
tingkat keterampilan perusahaan. Laba ditahan digunakan untuk membiayai
investasi yang diperlukan. Pengukuran profitabilitas memiliki beberapa
keunggulan. Ukuran lain dari kesehatan keuangan jangka panjang. Ukuran ini
20

juga pengembalian efektif atas modal yang diinvestasikan dari berbagai sumber
pandangan dari kontributor pendanaan yang berbeda.

2.1.6.1. Cara Mengukur Profitabilitas


Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas, antara lain:

a. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Berikut ini merupakan
cara menghitung Net Profit Margin:

Net Profit Margin = Laba Bersih


Penjualan
b. Return On Asset (ROA)

Return On Asset merupakan kemampuan perusahaan untuk menggunakan


semua aset yang dimiliki perusahaan untuk keuntungan selanjutnya setelah bunga
dan pajak. Semakin tinggi ROA maka semakin efisien penggunaannya. Itu bisa
disebut properti perusahaan atau yang setara. Ini menciptakan keuntungan yang
lebih besar dan sebaliknya. ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:

Return On Asset = Laba Bersih


Total Aset

c. Return On Equity (ROE)

Return On Equity merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan


laba setelah pajak dengan menggunakan saham biasa. Semakin tinggi ROE maka
semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dimiliki perusahaan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan. ROE dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Return On Equity = Laba Bersih


Total Ekuitas
21

2.1.7. Kualitas Audit


Kualitas audit adalah hasil audit berdasarkan standar auditing dan standar
pengendalian mutu yang menjadi ukuran pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
profesi seorang auditor. Ini berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan
diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang dilaksanakan auditor
dikatakan berkualitas baik, jika memenuhi ketentuan atau standar pengauditan.

Kualitas audit merupakan pelaksanaan audit sesuai dengan standar audit


sehingga dapat diungkap dan dilaporkan jika terjadi suatu pelanggaran oleh audit,
sebagai kemungkinan auditor menemukan dan melaporkan tindakan yang
menyimpang dalam sistem akuntansi audit, dimana kemungkinan “temuan”
dihasilkan dari kompetensi dan keahlian auditor sedangkan hasil laporan
ditentukan oleh tingkat independensi auditor. kualitas audit terdiri atas dua
komponen, yaitu kompetensi auditor dan independensi auditor. Alasan bahwa
banyak pemakai berbeda yang ingin bergantung pada laporan akuntan publik
untuk kewajaran dari laporan keuangan adalah harapan dari sudut pandang yang
tidak biasa.

Pengaruh kualitas audit terhadap opini audit going concern yaitu auditor.
auditor mempunyai tugas bertanggung jawab dalam menyediakan informasi yang
berkualitas sebagai landasan pengambilan keputusan dari para pengguna laporan
keuangan. Hal ini auditor bertanggung jawab dalam memberikan opini audit
berdasarkan kelangsungan hidup suatu perusahaan, Minerva, et al., (2020). auditor
dengan skala besar memiliki insentif untuk mendeteksi dan melaporkan masalah
going concern kliennya. Auditor skala besar dapat menyediakan kualitas audit
yang lebih baik dibanding auditor skala kecil, termasuk dalam mengungkapkan
masalah going concern. Maka, kualitas audit yang tinggi akan membuat
perusahaan lebih menerima opini audit going concern, Effendi (2019). Menurut
Endrian, Yunus dkk (2022) Kualitas audit menyatakan bahwa pemeriksaan yang
dilakukan oleh pemeriksa memenuhi syarat apabila memenuhi standar
pemeriksaan dan pengendalian mutu.
22

Indikator Kualitas Audit, draf Panduan Indikator Kualitas Audit pada


Kantor Akuntan Publik ini disusun sebagai respon atas rekomendasi dari Komite
Profesi Akuntan Publik kepada Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk
bersama-sama dengan Pusat Pembinaan Profesi Keuangan – Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan guna menetapkan indikator kualitas audit, dalam rangka
mendorong peningkatan kualitas jasa audit. Draf panduan ini juga disusun dalam
rangka merespon perkembangan global yang menuntut pelaksanaan audit sesuai
dengan best practice internasional. Draf panduan ini disahkan dalam rapat
Pengurus Institut Akuntan Publik Indonesia pada tanggal 12 Oktober 2016 dan
telah dikomunikasikan kepada Pusat Pembinaan Profesi Keuangan. Draf ini
dipublikasikan melalui website IAPI yang dapat diakses oleh publik.

2.1.8. Ukuran perusahaan


Ukuran perusahaan adalah suatu ukuran, skala atau variabel yang
menggambarkan besar-kecilnya perusahaan berdasarkan beberapa ketentuan,
seperti total aktiva, log size, nilai pasar, saham, total penjualan, total pendapatan,
total modal dan lain-lain. Pengelompokan perusahaan atas dasar skala operasi
umumnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kesil (small firm). Ukuran
perusahaan merupakan suatu skala yang dapat dihitung dengan tingkat total aset
dan penjualan yang dapat menunjukkan kondisi perusahaan dimana perusahaan
lebih besar akan mempunyai kelebihan dalam sumber dana yang diperoleh untuk
membiayai investasinya dalam memperoleh laba. Ukuran perusahaan dapat
digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Perusahaan besar
yang sudah well estabilished akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal
dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti
perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar, Ekonomi dan Bisnis
(2020).

Menurut Lydia minerva dkk (2020) menyatakan bahwa perusahaan baik


berskala besar maupun kecil sama-sama memiliki peluang yang sama dalam
menghadapi masalah kebangkrutan sehingga baik perusahaan besar atau kecil jika
berindikasi mengalami kebangkrutan tetap akan menerima opini audit going
23

concern. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap opini audit going concern yaitu
besar kecilnya ukuran perusahaan didasarkan pada total nilai aset, penjualan,
kapitulasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Semakin besar nilai item,
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan merupakan ukuran yang digunakan untuk


pengelompokan. Perusahaan berdasarkan ukuran bisnis, Agustin et al., (2018).
Berdasarkan Ginting & Sembiring (2018) Mengukur ukuran perusahaan diukur
secara agregat penjualan dalam satu periode, total aset perusahaan, nilai pasar
perusahaan, dan Nilai buku penjualan, total tenaga kerja yang dimiliki ukuran
perusahaan.

Menurut badan standardisasi nasional, ada tiga jenis berdasarkan modal


yang dimiliki, diantaranya yaitu:

a. Perusahaan Besar

Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 10.000.000.000 tidak termasuk


termasuk bangunan tempat bisnis atau hasil penjualan tahunannya mencapai lebih
dari Rp 50.000.000.000 adalah perusahaan yang di kelompokkan dalam
perusahaan besar.

b. Perusahaan Menengah

Sebuah perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan menengah jika,


memiliki pendapatan tahunan sebesar Rp. 2.500.000.000 hingga Rp.
50.000,000,000 atau kekayaan bersih antara Rp. 500.000.000 sampai Rp.
10.000.000.000.

c. Perusahaan Kecil

Dalam perusahaan kecil memiliki dengan kekayaan bersih lebih besar dari Rp.
50.000.000 sampai Rp. 500.000.000. Tidak termasuk bangunan tempat bisnis atau
perusahaan yang penjualan tahunannya mencapai kisaran Rp. 300.000.000 sampai
Rp. 2.500.000.000.
24

Penelitian ini, menggunakan total aset sebagai dasar perhitungan ukuran


perusahaan. Jumingan (2017) berpendapat bahwa aset adalah modal yang dapat
diukur dalam bentuk aset dan hak milik yang ditandai dengan jelas dalam uang
dan diurutkan berdasarkan oleh likuiditas. Aset diklasifikasikan sebagai tujuh
bagian, antara lain:

a. Aset Lancar

Meliputi kas serta aset maupun sumber lainnya yang dipakai selama jangka waktu
yang pendek atau yang dapat di tukar menjadi uang.

b. Investasi Jangka Panjang

Dana yang dikhususkan selain pembayaran utang jangka panjang dan dapat
berupa aset yang tidak dipakai dalam operasi rutin perusahaan.

c. Aset Tetap

Aset berwujud serta bersifat cenderung permanen, yang dipakai dalam operasi
perusahaan, memiliki umur ekonomi lebih dari satu tahun dan aset yang dibeli
bertujuan tidak di jual kembali.

d. Aset Tidak Berwujud

Merupakan hak-hak yang dilindungi perusahaan yang dimiliki perusahaan yang di


berikan penemu, pencipta, serta penerimannya.

e. Biaya Organisasi

Biaya uang timbul pada saat mendirikan perusahaan, contohnya pajak, ongkos
cetak saham, formulir, serta izin.

f. Beban Biaya Yang Ditangguhkan

Sebagai biaya usaha yang berlangsung selama beberapa periode atau pengeluaran
yang memiliki manfaat jangka panjang.
25

g. Aset Tidak Lancar Lainnya

Aset perusahaan yang tidak termasuk dalam golongan sebelumnya, contohnya


kas pada bank tertutup atau di negara asing.

Maka dapat disimpulkan bahwa besarnya total aset pada suatu perusahaan
tidak bisa dijadikan satu-satunya dasar pertimbangan bagi auditor. Ukuran
perusahaan diukur dengan besarnya aset dari perusahaan tersebut. Perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan aset positif dan diikuti peningkatan hasil operasi
akan menambah kepercayaan terhadap perusahaan dan memberikan suatu tanda
bahwa perusahaan tersebut jauh dari kemungkinan mengalami kebangkrutan.
Auditor mengungkapkan lebih sering mengeluarkan opini audit going concern
pada perusahaan kecil dibandingkan pada perusahaan besar. Perusahaan dengan
ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan
atau bertahan dalam industri. Hal ini menjadi salah satu pertimbangan auditor
dalam memberikan opini audit going concern pada perusahaan besar. Minerva, et
al., (2020).

Zandra & Rahmaita (2021) ukuran perusahaan memiliki efek negatif dan
signifikan terhadap opini akan keprihatinan. Umumnya perusahaan dengan skala
besar dapat menyelesaikan kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada
perusahaan kecil. Namun, kelangsungan hidup suatu perusahaan biasanya
dihubungkan dengan kemampuan kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan agar dapat bertahan hidup. Oleh karena itu, walaupun perusahaan
tersebut tergolong kecil, jika perusahaan tersebut mampu menjalankan usahanya
dengan baik dan mampu bertahan dalam jangka waktu yang panjang dengan
manajemen dan kinerja yang baik, maka semakin kecil potensi perusahaan
tersebut untuk mendapat opini audit going concern.
26

2.2. Review Peneliti Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil referensi dari beberapa penelitian.


Persamaan penelitian ini oleh peneliti sebelumnya terletak pada variabel
penelitian yaitu profitabilitas, kualitas audit, dan ukuran perusahaan, dan
pandangan penerimaan pengendalian terhadap kelangsungan usaha. Studi ini
meliputi:

Suwandi, Fiandra (2019) peneliti ini berjudul “ Pengaruh Profitabilitas, Debt


Default, dan Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern (Studi
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2015-2018).
Hasil penelitian membuktikan bahwa Profitabilitas dan ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2018, sedangkan debt
default tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan
manufaktur yang terdafar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2018.
Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel dependen
opini audit going concern, sedangkan perbedaannya terletak di variabel
independen untuk penelitian sekarang menggunakan kualitas audit. Sektor
perusahaan yang diteliti sama tetapi tahun yang diteliti berbeda dan perusahaan
sama.

Effendi (2019) peneliti ini berjudul “Kualitas Audit, Kondisi Keuangan,


Ukuran Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (pada
perusahaan bidang transportasi yang terdaftar di BEI periode 2014-2016).
Berdasarkan hasil uji regresi logistik (logistic regression), terbukti bahwa kualitas
audit, kondisi keuangan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
penerimaan opini audit going concern. Sampel penelitian ini adalah semua sektor
perusahaan yang terdaftar di BEI dalam sektor transportasi pada tahun 2014-2016.
Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel
independen Kualitas audit dan ukuran perusahaan, sedangkan perbedaan terletak
di variabel independen untuk penelitian sekarang menggunakan profitabilitas.
Sektor perusahaan, tahun yang diteliti berbeda, sedangkan perusahaan sama.
27

Minerva, sumeisey, dkk (2020) peneliti ini berjudul “Pengaruh Kualitas


Audit, Debt Ratio, Ukuran Perusahaan dan Audit Lag terhadap Opini Audit Going
Concern (pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2015-2017). Hasil penelitian yang di peroleh adalah Kualitas
Audit dan Ukuran Perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Opini Audit Going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2015-2017. Debt ratio dan Audit lag secara parsial tidak berpengaruh
terhadap Opini Audit Going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI tahun 2015-2017. Kualitas Audit, Debt ratio, Ukuran Perusahaan , Audit
lag secara simultan berpengaruh terhadap Opini Audit Going concern pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2015-2017. Persamaan pada
penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel dependen opini audit going
concern, sedangkan perbedaan terletak di variabel independen untuk penelitian
sekarang menggunakan profitabilitas. Sektor perusahaan yang diteliti sama tetapi
tahun yang diteliti berbeda dan perusahaan sama.

Sari (2020) peneliti ini berjudul “Pengaruh Audit Lag, Profitabilitas Dan
Likuiditas Terhadap Opini Audit Going Concern (Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2018). Dari Hasil penelitian
dapat disimpulakan bahwa Audit Lag dan Quick Ratio berpengaruh negatif
terhadap opini audit going concern. sedangkan Return on Asset, Net Profit
Margin, Current ratio tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel dependen
opini audit going concern, sedangkan perbedaan terletak di variabel independen
untuk penelitian sekarang menggunakan kualitas audit dan ukuran perusahaan.
Sektor perusahaan dan perusahaan yang diteliti sama, sedangkan tahun yang
diteliti berbeda.
28

Syabania (2021) peneliti ini berjudul “Pengaruh audit lag, Ukuran


perusahaan, Ukuran KAP, dan Opini audit tahun sebelumnya terhadap pemberian
opini audit going concern (pada laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel audit lag dan opini audit tahun sebelumnya positif,
ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern, dan opini
audit tahun sebelumnya berpengaruh positif. Sedangkan variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Persamaan
pada penelitian ini yaitu sama-sama variabel independen Ukuran perusahaan
untuk penelitian sekarang menggunakan profitabilitas dan kualitas audit. Sektor
perusahaan dan perusahaan yang diteliti sama, sedangkan tahun yang diteliti beda.

Ginting, rendy, masyur (2021) peneliti ini berjudul “Pengaruh Kualitas


Audit, Rasio Hutang, Debt Default, Keuangan Distress pada Opini Audit Going
Concern (Pada Konsumen Perusahaan Barang Yang Tercatat di Bursa Indonesia
Pertukaran 2016-2019)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Perusahaan Barang
Konsumen tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-2019. Hutang rasio
tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern pada Konsumen Perusahaan
Barang yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016- 2019. Debt default
tidak berpengaruh pada opini audit going concern pada Perusahaan Barang
Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pertukaran 2016-2019.
Kesulitan keuangan tidak berpengaruh pada pergi opini audit keprihatinan atas
Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-
2019. Kualitas audit, hutang rasio, default utang, efek kesulitan keuangan audit
going concern opini tentang Perusahaan Barang Konsumsi yang terdaftar di
Indonesia Bursa Efek 2016-2019. Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama
menggunakan variabel dependen opini audit going concern, sedangkan perbedaan
terletak di variabel independen untuk penelitian sekarang menggunakan
profitabilitas, ukuran perusahaan. Sektor perusahaan dan tahun yang diteliti beda,
sedangkan perusahaan yang diteliti sama.
29

Ramadhan, Sumardjo (2021) peneliti ini berjudul “Opini Audit Tahun


Sebelumnya, Profitabilitas, Jangka Waktu Audit dan Sistem Kontrol Kualitas
pada Opini Audit Going Concern (perusahaan sektor pertambangan dan Kantor
Akuntan Publik tahun 2017-2019)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa opini
audit tahun sebelumnya, profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap opini audit
going concern, sedangkan masa audit dan sistem pengendalian kualitas tidak
signifikan. Selanjutnya hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa masa
audit, sistem pengendalian kualitas, dan opini audit tahun sebelumnya melalui
sistem pengendalian kualitas tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Persamaan pada penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan variabel
dependen opini audit going concern, sedangkan perbedaan terletak di variabel
independen untuk penelitian sekarang menggunakan kualitas audit, ukuran
perusahaan. Sektor perusahaan, perusahaan, dan tahun yang diteliti berbeda.

Salim, Karyn Wynne, Wynne Simorangkir, Enda Noviyanti (2021) peneliti


ini berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Auditor, Likuiditas, Profitabilitas, dan
Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur
Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2017-2019”. Hasil penelitian statistik deskriptif membuktikan bahwa
penelitian yang telah diteliti dari perusahaan yang telah dipilah memperoleh going
concern sebanyak 38 sampel perusahaan sedangkan non going concern sebanyak
85 sampel perusahaan. Hasil penelitian regresi logistik menyatakan bahwa
kualitas auditor, profitabilitas, dan solvabilitas berpengaruh positif terhadap opini
audit going concern dengan tingkat signifikan 0,05, sedangkan likuiditas tidak
berpengaruh positif terhadap opini audit going concern dengan tingkat signifikan.
dari 0,05.
30

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,


mengungkapkan dan menunjukkan keterkaitan antara variabel yang akan diteliti.
Penelitian ini memiliki empat variabel, yaitu tiga variabel independen dan satu
variabel dependen. Variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas,
kualitas audit, dan ukuran perusahaan sedangkan variabel dependen adalah opini
audit going concern. Adapun Kerangka Konseptual Penelitian adalah sebagai
berikut:

2.3.1. Kerangka Fikir

PROFITABILITAS
H1
(X1)
H2
OPINI AUDIT GOING
KUALITAS AUDIT
CONCERN
(X2)
(Y)
H3
UKURAN
PERUSAHAAN
(X3)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Peneliti

Anda mungkin juga menyukai