Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Going Concern

“Going Concern,” dalam akuntansi, adalah sebuah ASUMSI (sekalilagi sebuah asumsi) yang

menganggap bahwa perusahaan akan beroperasi dalam jangka panjang. Going Concern berkaitan

dengan kemampuan suatu entitas dalam mempertahankan kelangsungan usaha. Menurut IAS

(paragraph 7) dalam Internasional Auditing Guideline Juni 1986, going concern didefinisikan

sebagai berikut:

“The enterprise is normally viewed as a going concern, that is as continuing in operasion for

foreseeable future, it is assumed that the enterprise has neither the intention nor the necessary of

liquidation or of curtailing materially the scale of this operations.”

Artinya:

“Perusahaan biasanya dipandang sebagai kelangsungan hidup, yaitu melanjutkan operasi untuk

masa yang akan datang, diasumsikan bahwa perusahaan tidak bermaksud atau tidak perlu

likuidasi atau mengurangi secara material skala operasi ini

B.TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERHADAP OPINI AUDITOR GOING CONCREN

Auditor harus melindungi kepentingan para pengguna laporan keuangan. Dalam hal ini

misalnya investor dan kreditor. Apabila klien yang diaudit terdapat kemungkinan akan

mengalami kebangkrutan, maka auditor perlu memberikan informasi sebagai “warning” kepada

investor dan kreditor. Hal tersebut untuk menghindari kerugian investor seperti capital

loss atau debt default bagi kreditor.

1
SPAP – PSA No. 30 SA Seksi 341 menjelaskan bahwa auditor bertanggung jawab untuk

mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode atau jangka waktu yang wajar, yaitu

tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Evaluasi auditor

berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah

terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh

auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan

keuangan yang sedang diaudit.

SPAP – PSA No. 30 SA Seksi 341.1 memberikan pedoman bagi auditor untuk dapat

mengevaluasi apakah terdapat kesangsian terhadap kemampuan suatu perusahaan untuk

dapat going concern, antara lain:

1. Auditor diharapkan mempertimbangkan apakah dari seluruh hasil prosedur yang

dilaksanakan terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan suatu entitas dalam

mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang wajar (tidak lebih

dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit).

2. Jika auditor benar yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas

dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang wajar,

auditor harus:

3. Memperoleh informasi lengkap mengenai rencana management yang ditujukan untuk

mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

2
4. Menilai apakah terdapat kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat dilaksanakan

secara efektif dan memperbaiki keadaan.

5. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, perlu diambil kesimpulan dan

menentukan apakah masih terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas

dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu yang wajar.

C. PROSEDUR UNTUK MENGEVALUASI MASALAH GOING CONCREN

Opini audit laporan keuangan adalah salah satu pertimbangan yang penting bagi investor

dalam menentukan keputusan berinvestasi. Oleh karena itu auditor dalam mengeluarkan opini

audit suatu perusahaan perlu memberikan suatu pernyataan mengenai kemampuan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Apabila ada keraguan mengenai

kelangsungan hidup suatu perusahaan maka auditor perlu mengungkapkan dalam laporan opini

audit (Going Concern Audit Report) dimana auditor diizinkan untuk memilih apakah akan

mengeluarkan unqualified modified report atau disclaimer opinion. Opini going concern

merupakan istilah yang digunakan Mutchler (1986), Ramadhany (2004) dan Rahayu (2006)

untuk opini audit selain opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).

Terdapat lima kondisi yang menyebabkan adanya penyimpangan dari opini wajar tanpa

pengecualian (unqualified opinion), yaitu:

Kondisi 1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi.

Auditor tidak berhasil mengumpulkan bukti-bukti audit yang mencukupi untuk

mempertimbangkan apakah laporan keuangan yang telah diperiksanya disusun sesuai dengan

prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia, berarti bahwa ruang lingkup auditnya

terbatas. Ada dua penyebab utama, yaitu pembatasan yang dipaksakan oleh klien yang

3
disebabkan oleh keadaan diluar kekuasaan auditor maupun klien. Contoh pembatasan oleh klien

adalah auditor tidak diperbolehkan melakukan konfirmasi utang piutang atau tidak diperbolehkan

memeriksa aset-aset tertentu yang dimiliki oleh klien. Sedangkan contoh pembatasan yang

disebabkan oleh keadaan diluar kekuasaan auditor maupun klien adalah sulit melakukan

pemeriksaan fisik aset karena lokasi tidak bisa dijangkau akibat banjir atau bencana lainnya.

Kondisi 2. Laporan keuangan yang diperiksa tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima

umum di Indonesia.

Contoh kondisi ini adalah jika klien tidak bersedia mengubah kebijakan mencatat nilai aset tetap

berdasarkan harga penggantian (replacement cost) dan bukannya harga historis (historical cost)

yang dipersyaratkan oleh prinsip akuntansi yang umum berlaku di Indonesia. Atau klien menilai

persediaan yang dimilikinya berdasarkan harga jual (selling price) dan bukannya harga historis

atau harga yang terendah antara harga historis dan harga pasar (cost or matket whichever is

lower)

Kondisi 3. Prinsip akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan tidak diterapkan secara

konsisten.

Jika klien mengganti suatu perlakukan prinsip akuntansi dengan prinsip akuntansi yang lain,

misalnya mengganti metode pencatatan persediaan dari First in First Out (FIFO) menjadi Last In

First Out (LIFO), maka perubahan tersebut harus dinyatakan dalam laporan audit. Bahkan jika

penggunaan perubahan tersebut disetujui oleh auditor, pendapat unqualified tetap tidak dapat

dibenarkan.

Kondisi 4. Ada beberapa ketidakpastian yang meterial yang mempengaruhi laporan keuangan

yang tidak dapat diperkirakan kelanjutannya pada saat laporan audit dibuat.

4
Contoh kondisi ini adalah kemungkinan adanya tuntutan hukum kepada klien yang belum

terselesaikan sampai dengan selesainya pekerjaan lapangan oleh auditor.

Kondisi 5. Auditor tidak independen.

Hal ini sangat jelas tidak diperkenankan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.

Masalah independen auditor diatur secara jelas dalam standar auditing.

Pentingnya laporan audit yang berhubungan dengan going concern perusahaan adalah untuk

memberikan peringatan awal bagi pemegang saham guna menghindari kesalahan dalam

pembuatan keputusan. Hal ini telah diatur dalam PSA 29 paragraf 11 yang menyatakan bahwa

keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan

paragraf penjelasan dalam laporan audit walaupun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa

pengecualian.

Akers et al. (2003) menyatakan bahwa auditor tidak diminta untuk melakukan prosedur audit

khusus untuk menentukan adanya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan usahanya. Prosedur audit yang dilakukan sama dengan prosedur audit lainnya,

antara lain seperti prosedur analitik, penelaahan ketaatan perusahaan terhadap perjanjian hutang .

Dalam melaksanakan prosedur audit, auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi adanya

kondisi dan peristiwa yang dapat menimbulkan kesangsian besar terhadap kemampuan

perusahaan untuk mempertahankan hidupnya (PSA 30) seperti antara lain adanya modal kerja

negatif, rugi operasi , arus kas operasi negatif, buruknya rasio-rasio keuangan penting, adanya

tuntutan pengadilan / litigasi, hilangnya manajemen kunci. Konsisten dengan temuan Mutchler

(1984) yang meneliti persepsi auditor tentang pembuatan keputusan opini going concern,

5
hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar auditor tidak melakukan prosedur audit khusus

untuk mendeteksi adanya masalah going concern.

D. EVALUASI DAMPAK GOING CONCREN TERHADAP LAPORAN AUDIT

Sejak krisis moneter yang terjadi dari tahun 1997 sampai sekarang, membawa dampak yang

sangat signifikan terhadap perkembangan di dunia bisnis khusus di Indonesia. Dampak yang

dirasa kan oleh Indonesia yaitu semakin melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar

yang mengakibatkan semakin buruknya kondisi perekonomian di Indonesia, karena semakin

meningkatnya harga-harga barang diberbagai sektor ekonomi dan non ekonomi. Hal ini

membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup perusahaan-perusahaan di Indonesia. Banyak

perusahaan-perusahaan yang gulung tikar karena tidak dapat melanjutkan usahanya akibat

perekonomian yang memburuk. Tidak hanya perusahaan kecil yang mengalami pailit, namun

perusahaan besar juga ada yang akhirnya mengalami kebangkrutan. Opini audit Going Concern

merupakan opini audit menurut pertimbangan auditor, terdapat suatu ketidakpastian material

yang terkait dengan peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun kolektif, dapat

menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan

kelangsungan hidup usahanya (SPAP SA Seri 570, 2016). Opini audit going concern dikeluarkan

oleh auditor jika menurut auditor terdapat keraguan bagi perusahaan untuk dapat

memepertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu dua belas bulan ke depan.

Apabila terdapat keraguan untuk perusahaan dalam mempertahankan hidupnya maka auditor

berhak mengeluarkan opini audit going concern yang dalam laporan audit akan dicantumkan

pada paragraf penjelas atau pada paragraf pendapat. pertimbangan Auditor Atas Kemampuan

Entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam PSA No. 30 disebutkan bahwa

Auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap

6
kemampuan entitasdalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas,

tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit.Evaluasi auditor

berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah

terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh

auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai

tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan

keuangan yang sedang diaudit. Terjadinya krisis global di akhir tahun 2008 memberikan dampak

terhadap Indonesia, setelah sebelumnya juga mengalami krisis di tahun 1998. Krisis yang

dimulai dengan jatuhnya harga saham di pasar modal Amerika Serikat ini kemudian menjalar ke

seluruh dunia yang ditandai dengan ambruknya pasar modal di seluruh dunia.Akibat krisis

tersebut, melalui London Summit 2008 para pemimpin Negara-negara G20 sepakat untuk

melakukan reformasi perekonomian melalui kebijakan yang dikeluarkan yaitu untuk

meningkatkan transparansi dan akuntanbilitas pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang

diterbitkan oleh Perusahaan menjadi sangat penting bagi para pemegang saham dan pemangku

kepentingan. Laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi keuangan yang dapat

dipercaya (reliable) dan menggunakan ukuran-ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam hal ini maka Akuntan Publik dianggap sebagai pihak yang professional, independen

untuk memberikan keterbukaandan akurasi informasi keuangan suatu Perusahaan. Dalam

memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan yang diauditnya, auditor harus benar-benar

memperhatikan kondisikeuangan perusahaan dengan menjalankan prosedur audit untuk

memperoleh keyakinan yang memadai dalam memberikan opini audit. Ukuran Kantor Akuntan

Publik sebagai proksi kualitas membedakan KAP menjadi KAP besar (Big four accounting

firms) dan KAP kecil (Non big four accounting firms). KAP besar (big four accounting firms)

7
dipersepsikan akan melakukan audit dengan lebih berkualitas, dikarenakan KAP tersebut lebih

banyak memiliki sumber daya dan reputasi yang dianggap baik oleh masyarakat yang tentu

menyebabkan mereka akan melakukan audit dengan lebih berhati-hati danberkualitas.

Going concern adalah kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya selama periode waktu yang pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal

laporan keuangan auditan (SPAP, 2011 ;341.2). Opini going concern merupakan asumsi dalam

pelaporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas mengalami kondisi yang berlawanan

dengan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas tersebut dimungkinkan atau memiliki indikasi

mengalami masalah untuk survive. Opini audit dengan modifikasi mengenai going concern

mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko perusahaan tidak dapat bertahan

atau mengalami kesulitan keuangan dalam bisnis normal. Opini going concern yang diberikan

oleh auditor tentuakan mempengaruhi minat investor dalam hal penanaman modal dalam

perusahaan dan yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi harga saham Perusahaan yang

bersangkutan. Didalam laporan keuangan yang diterbitkan oleh Perusahaan, laba atau

keuntungan Perusahaan menjadi elemen yang penting bagi investor dan pemangku kepentingan

untuk menilai kinerja perusahaan, yaitu berupareturn yang akan diterima oleh investor.

Pengungkapan informasi laba tersebut dapat dinilai dengan Earnings Response Coefficient

(ERC). Earnings Response Coefficients (ERC) adalah suatu ukuran abnormal return yang

disebabkan oleh adanya komponen laba kejutan (unexpextedearnings) yang dilaporkan oleh

Perusahaan. Perusahaan dengan laporan laba yang tinggi akan meningkatkan minat investor

untuk menanamkan modalnya dan dapat memperoleh dividen atas saham yang dimilikinya.

DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dan dipengaruhi oleh ukuran

KAP yang melakukan audit tersebut. Hasil penelitian DeAngelo (1981)menunjukkan bahwa

8
semakin besar ukuran kantor akuntan publik, semakin baik kualitas audit yang akan dihasilkan.

KAP besar (big 4 accounting firms) yang memiliki nama dan reputasi baik diyakini akan

melakukan audit yang lebih berkualitas dibandingkan denganKAP kecil (non big 4 accounting

firms). Namun dengan skandal yang terjadi pada Enrondan juga beberapa kasus lainnya, telah

memberikan tekanan dan penilaian skeptis dari masyarakat bahwa tidak semua KAP yang

berukuran besar melakukan audit yang berkualitas. Kualitas audit yang diukur dengan pemberian

opini going concern akan berpengaruh terhadap opini audit yang akan dikeluarkan oleh Auditor.

Riyatno (2007),menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh terrhadap ERC perusahaan,

sedangkan tidakterdapat perbedaan ERC perusahaan yang diaudit oleh KAP besar dengan KAP

kecil secara signifikan. Chairunissa ( 2012), menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang

signifikan antara ukuran kantor akuntan publik dengan kualitas audit yang diukur dengan opini

going concern. Ukuran KAP yang besar tidak selalu menghasilkan kualitas audit yang tinggi.

Kualitas audit yang diukur dengan pemberian opini going concern KAP berukuran besar dan

kecil dapat dianggap cukup seragam dan tidak terdapat perbedaanyang signifikan.

Menurut Nasrullah Djamil (2011) menyatakan bahwa ukuran kantor akuntan publik merupakan

faktor yang mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan, dimana kualitas audit adalah

probabilitas auditor dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang terjadi dalam

Perusahaan yang tentunya akan berpengaruh terhadap opini audit yang diberikan oleh auditor

tersebut. Menurut Pratiwi (2010) dan Pardede (2010) menyatakan bahwa ukuran KAP atau tipe

KAP yang dilambangkan oleh Big 4 danNon-Big 4 tidak mempunyai pengaruh dengan kualitas

audit yang dicerminkan dalamopini audit. Di sisi lain, penelitian Komalasari (2004) juga

menyatakan bahwa ukuranKAP besar tidak lebih banyak menerbitkan laporan going concern

dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang

9
menunjukkan beberapa hasil yang berbeda tersebut diatas dan dikarenakan auditor memberikan

opini terhadap laporan keuangan Perusahaan khususnya menyangkut informasi laba, dimana

KAP besar (big 4accounting firms) dianggap memiliki kualitas audit yang lebih tinggi, maka

dapat diduga terdapat hubungan antara kualitas audit, yang diproksikan dengan ukuran KAP

terhadap opini going concern dan informasi laba yang dilihat dari respons pasar terhadap

pengumuman informasi laba tersebut dengan menggunakan besaran Earnings Response

Coefficient (ERC). Penelitian ini mencoba untuk menganalisis pengaruh ukuran kantor akuntan

publik terhadap opini going concern dan earnings response coefficients, apakah KAP yang

berukuran besar (big 4 accounting firms) memiliki pengaruh positif secarasignifikan terhadap

pemberian opini going concern dan pemberian informasi laba yangdinilai melalui Earnings

Response Coefficients (ERC). Pengujian dilakukan dengan mengambil sampel dari perusahaan-

perusahaan publik manufaktur yang terdapat di BEI tahun 2011-2013 yang diaudit oleh KAP

besar (big 4 accounting firms) dan yang diauditoleh KAP kecil (non big 4 accounting firms).

10
11

Anda mungkin juga menyukai