Dalam hal ini, terdapat lima jenis pengumpulan bukti akhir, dimana hal ini
dilakukan pada tahap ahir audit. Lima jenis pengumpulan tersebut meliputi:
1. Melaksanakan prosedur analitis akhir
2. Menilai asumsi kelangsungan usaha (going concern)
3. Mendapatkan surat representasi manajemen
4. Mempertimbangkan informasi yang disertakan pada laporan keuangan utama
5. Membaca informasi pada laporan tahunan perusahaan
Jika auditor memiliki keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai – nilai etik,
atau komitment mereka dalam menerapkan hal ini, auditor harus menentukan dampak
keraguan terhadap keandalan representasi (lisan atau tulisan) dan bukti audit secara
umum.
Secara khusus, jika representasi tertulis tidak konsisten dengan bukti audit
lainnya, auditor harus melaksanakan prosedur audit sebagai usaha untuk menyelesaiakn
hal tersebt. Jika hal tersebut tetap tidak terselesaikan, auditor harus mempertimbangkan
kembali penilaian tas kompetensi, integritas, nilai – nilai etik, atau kesungguhan
manajemen, atau mengenai komitmen mereka dalam melaksanakan hal ini, dan harus
menentukan dampak yag mungkin ditimbulkan terhadap keandalan representasi (lisan
atau tertulis) da bukti secara umum.
Jika manajmeen tidak memberikan satu atau lebih representasi tertulis yang diminta,
auditor harus :
a. Mendiskusikan masalah ini dengan manajemen;
b. Mengevaluasi integritas manajemen dan mengevaluasi dampak ynag mungkin
timbul terhadap keandalan representasi (baik lisan maupun tertulis) dan bukti
audit secara umum; dan
c. Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin
timbul terhadap opini dalam laporan sesuai dengan SA 705, dengan tidak
mengabaikan ketentuan dalam paragraph 20 SA ini.
Pasal 20 SA 580
Auditor tidak memberikan opini atas laporan keuangan sesuai dengan SA 705 jika :
BAGIAN WAHYU
Dan dalam gambar ini ditunjukan bahwa auditor mengevaluasi kecukupan dan
ketepatan bukti dengan pertama-tama mengevaluasi risiko audit yang tercapai prer
akuan dan per siklus dan kemudian melakukan evaluasi yang sama terhadap laporan
keuangan
Auditor harus menunggu untuk memutuskan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan
hingga semua bukti dikumpulkan dan dievaluasi, termasuk semua tahap penyelesaian
audit selesai dibahas. Mengigat bahwa laporan audit adaah satu-saunya hal yang dilihat
pengguna dalam peroses audit maka laporanaudit harus dibuat denga tepata jika tidak
akan berakibat fatal tehadap penerbit laporan audit tersebut
SA.260.9 Menyatakan bahwa tujuan auditor melakukan komunikasi dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola adalah untuk mengomunikasikan secara jelas kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang tanggung jawab auditor yang
berkaitan dengan audit atas laporan keuangandan gambaran umum perencanaan lingkup
dan saat audit, untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola, untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola secara tepat waktu, serta untuk mendukung komunikasi dua arah
yang efektif antara auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Dalam standar profesional akuntan publik (SPAP), ketentuan yang mewajibkan auditor
untuk berkomunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tersebar
dalam berbagai standar audit. Dibawah ini akan ditunjukkan beberapa ketentuan yang
menyangkut hal tersebut
SA 240 (Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas
laporan keuangan), Para 41 dan 422)
Kecuali semua pihak yang bertanggung jawab atas tata klola ikut terlibat dalam
manajemen entitas dan oleh karena itumereka menyadari permasalahan yan
terkait dengan ketidak patuhan yang terjadi atau diduga terjadi yang sudah
dikomunikasikan oleh auditor maka auditor akan menginfo kepada pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola peermasalahn yang erkaitan dengan ketidak
patuhan terhadap perturan undang-undang yang telah ditemukan auditor selama
pelaksanaan audit
Jika auditor menduga bahwa manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas
tata kelola terlibat dalam letidakpatuhan maka auditor harus mengomunikasikan
hal tersebut kepada pihak yang berwenang dalam entitas yang memiliki tingkat
otoritas yang tinggi jika ada seperti komite audit atau dewan pengawas
Sumber:
Yusuf, Al Haryono. 2011. Auditing. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN.