Anda di halaman 1dari 30

Tutor : Umi Kalsum, S.E., MSi .,Ak,, CA.

AUDITING 2
EKSI 4310
( 3 SKS )
Penulis : Sumiyana dkk.
MODUL 9
KEGIATAN BELAJAR 1
PENYELESAIAN AUDIT DAN TANGGUNG JAWAB
PASCA AUDIT
PROSEDUR-PROSEDUR
PEKERJAAN AUDIT
• Prosedur-prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan audit memiliki empat
karakteristik berbeda seperti berikut:
1. tidak terkait dengan siklus transaksi atau rekening tertentu,
2. dilakukan setelah tanggal neraca,
3. melibatkan berbagai pemikiran subjektif auditor, dan
4. dilakukan oleh manajer audit atau anggota tim audit senior yang memiliki lebih banyak
pengalaman audit.
• Prosedur penyelesaian audit merupakan kesempatan terakhir bagi auditor untuk melangkah di
atas level transaksi dan memandang laporan keuangan secara holistik serta menentukan apakah
laporan tersebut mencerminkan dinamika bisnis yang mendasari. Keputusan dan kesimpulan
yang dibuat auditor dalam menyelesaikan audit sangat memengaruhi opini yang dinyatakan pada
laporan keuangan klien.
PROSEDUR-PROSEDUR
PEKERJAAN AUDIT
• Penyelesaian aktivitas-aktivitas audit memiliki keterbatasan karena dilakukan dalam kondisi
waktu yang sangat ketat bagi. Hal ini disebabkan klien mengharapkan penerbitan laporan audit
sesegera mungkin. Meskipun terhambat masalah waktu, auditor harus mempergunakan waktu
yang ada sebaik-baiknya untuk membuat pemikiran yang profesional dan menyatakan opini yang
tepat sesuai dengan keadaan perusahaan klien.
• Untuk tujuan pembahasan, tanggung jawab auditor untuk menyelesaikan dibagi dalam tiga
kategori berikut:
1. menyelesaikan kerja lapangan,
2. mengevaluasi penemuan audit, dan
3. mengomunikasikan hasil temuan audit kepada klien.
Menyelesaikan Pekerjaan Lapangan
• Untuk menyelesaikan kerja lapangan, auditor harus melakukan beberapa prosedur tertentu
dengan tujuan mendapatkan bukti audit tambahan. Prosedur tersebut sebagai berikut:
1. membuat tinjauan kejadian kemudian (subsequent event);
2. melakukan notulen pertemuan;
3. mendapatkan bukti tentang litigasi, klaim, dan penaksiran;
4. membuat surat representasi klien;
5. melakukan prosedur analitis.

MODUL 9
KEGIATAN BELAJAR 2
MENYELESAIKAN PEKERJAAN AUDIT
MEMBUAT PENAKSIRAN AKHIR
MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

• Dalam merumuskan opini terhadap laporan keuangan, auditor harus menggabungkan seluruh bukti audit yang
didapatkan selama pekerjaan audit. Prasyarat penting untuk bisa mengeluarkan opini terhadap laporan keuangan
adalah penaksiran akhir atas materialitas dan risiko audit. Langkah pertama proses ini adalah menjumlahkan seluruh
salah saji ketika memeriksa rekeningrekening yang tidak dikoreksi oleh klien. Pada beberapa kasus, salah saji
rekening secara individual mungkin tidak material sehingga auditor tidak meminta klien untuk melakukan koreksi.
Namun, pada kasus lainnya, klien dapat menolak melakukan koreksi terhadap salah saji rekening yang diminta.
Langkah kedua adalah menentukan dampak total salah saji terhadap laba bersih dan total laporan keuangan lainnya
yang terkait salah saji tersebut, seperti aset lancar atau utang lancar.
• Keyakinan auditor terhadap salah saji dalam rekening harus meliputi unsur-unsur berikut:
1. Salah saji yang belum dikoreksi, khususnya yang teridentifikasi melalui uji substansi detail transaksi dan saldo
(disebut sebagai salah saji yang diketahui).
2. Proyeksi salah saji yang belum dikoreksi yang diestimasi menggunakan teknik penyampelan audit.
3. Estimasi salah saji yang terdeteksi melalui prosedur analitis dan dihitung menggunakan prosedur audit lain.
MEMBUAT PENAKSIRAN AKHIR
MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

• Total komponen-komponen tersebut dalam sebuah rekening disebut sebagai kemungkinan salah saji. Jumlah salah
saji yang mungkin dalam semua rekening disebut kemungkinan salah saji agregat. Penaksiran auditor agregat
kemungkinan salah saji juga meliputi efek yang terjadi pada laporan keuangan periode berjalan akibat kemungkinan
salah saji yang tidak dikoreksi dari periode sebelumnya. Ketika memasukkan unsur tersebut, ada kesimpulan bahwa
terdapat risiko tinggi yang tidak dapat diterima, yaitu laporan keuangan periode berjalan disajikan salah secara
material.
• Data yang dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan penalaran awal auditor materialitas yang dibuat saat
perencanaan audit. Perencanaan materialitas harus meliputi masing-masing saldo rekening dan pada tingkat laporan
keuangan. Jika banyak penyesuaian dalam perencanaan audit dilakukan selama audit, perubahan tersebut harus
dimasukkan dalam penaksiran.
• Dalam perencanaan audit, auditor menetapkan level risiko audit yang dapat diterima. Jika kemungkinan salah saji
agregat meningkat, risiko salah saji laporan keuangan juga meningkat. Ketika auditor menyimpulkan bahwa risiko
audit ada pada level yang dapat diterima, auditor dapat melanjutkan ke proses selanjutnya dengan merumuskan opini
yang didukung oleh bukti-bukti audit yang ditemukan. Namun, jika auditor menyimpulkan bahwa risiko audit berada
pada level tidak dapat diterima, auditor harus :
(1) melakukan uji substantif tambahan atau
(2) meyakinkan klien untuk melakukan koreksi yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko salah saji yang material
tersebut ke level yang dapat diterima.
MENGEVALUASI KEBERLANGSUNGAN
USAHA

• Standar audit (AU) 341 tentang pertimbangan auditor terhadap keberlangsungan usaha perusahaan klien menetapkan
bahwa tanggung jawab auditor dalam mengevaluasi apakah terdapat keraguan tentang kemampuan klien untuk
menjaga keberlangsungan usahanya selama periode yang rasional yang tidak melebihi satu tahun setelah tanggal
laporan keuangan diaudit (biasanya satu tahun dari tanggal neraca). Biasanya, informasi yang dapat menimbulkan
keraguan yang substansial tentang asumsi keberlangsungan usaha berhubungan dengan ketidakmampuan entitas
untuk terus memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, tanpa melalui penggunaan aset melebihi bisnis yang wajar,
restrukturisasi utang, dan revisi operasi bisnis yang dipaksakan oleh pihak luar atau tindakan-tindakan lain yang
serupa.
• Auditor biasanya melakukan evaluasi terhadap keraguan yang substansial tentang kemampuan keberlangsungan
usaha klien berdasarkan pada hasil-hasil prosedur audit normal yang dilakukan dalam perencanaan audit, dalam
pengumpulan bukti-bukti untuk mendukung berbagai tujuan audit, dan dalam penyelesaian audit. Evaluasi ini juga
membutuhkan informasi tambahan yang dapat menghilangkan keraguan auditor tersebut. Jika auditor yakin akan
adanya tingkat keraguan yang substansial tentang kemampuan keberlangsungan usaha selama periode yang rasional,
auditor harus melakukan langkah-langkah berikut. Auditor harus :
1. mendapatkan informasi rencana-rencana manajemen yang diniatkan untuk menghilangkan dampak kondisi atau
kejadian tersebut dan
2. menaksir kemungkinan rencana tersebut dapat diimplementasikan secara efektif.
MENGEVALUASI KEBERLANGSUNGAN
USAHA

• Setelah mengevaluasi rencana manajemen tersebut, jika auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang
substansial tentang keberlangsungan usaha klien, auditor harus :
1. mempertimbangkan kecukupan pengungkapan tentang kemungkinan perusahaan klien tidak mampu meneruskan
bisnisnya selama periode waktu yang rasional dan
2. memasukkan paragraf penjelas (setelah paragraf opini) dalam laporan auditnya untuk mencantumkan kesimpulan
tersebut.
• Jika kesimpulan auditor menyatakan bahwa tidak ada keraguan yang substansial, auditor tetap harus
mempertimbangkan perlunya pengungkapan. Beberapa informasi yang dimasukkan sebagai berikut :
1. Kondisi dan kejadian khusus yang menimbulkan penaksiran keraguan substansial tentang kemampuan
keberlangsungan usaha entitas selama periode waktu yang masuk akal.
2. Efek potensial yang terjadi karena kejadian dan kondisi tersebut.
3. Evaluasi manajemen terhadap signifikansi kondisi dan kejadian tersebut serta adanya faktor-faktor yang dapat
menanggulanginya.
4. Kemungkinan penghentian operasi perusahaan.
5. Perencanaan manajemen (termasuk prospektif informasi keuangan yang relevan).
6. Informasi tentang :
a. pemulihan atau klasifikasi nilai aset yang tercatat atau
b. nilai atau klasifikasi utang.
MENGEVALUASI KEBERLANGSUNGAN
USAHA

• Setelah mempertimbangkan kondisi dan rencana manajemen yang teridentifikasi;


auditor kemudian menyimpulkan bahwa masih ada keraguan substansial tentang
keberlangsungan usaha entitas. Auditor biasanya menyatakan opini audit wajar,
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas tentang ketidakpastian (setelah
paragraf opini) untuk menunjukkan kesimpulan tersebut. Kesimpulan auditor
tentang kemampuan keberlangsungan usaha entitas harus dinyatakan dengan
ungkapan “keraguan substansial tentang kemampuan keberlangsungan usahanya
(entitas)”. Jika pengungkapan tentang keraguan substansial keberlangsungan usaha
entitas tidak memadai, auditor dapat menganggap adanya ketidaksesuaian dengan
prinsip akuntansi. Hal tersebut dapat mengakibatkan opini wajar dengan
pengecualian atau opini tidak wajar.
MEMBUAT TINJAUAN TEKNIS LAPORAN
KEUANGAN
• Kantor akuntan publik memiliki daftar cek laporan keuangan yang perinci yang
diselesaikan oleh auditor yang melakukan tinjauan awal laporan keuangan. Tujuan
daftar cek laporan keuangan tersebut adalah membantu auditor mengevaluasi asersi
pengungkapan laporan keuangan. Manajer dan mitra yang mendapat penugasan
kemudian memeriksa daftar cek yang sudah selesai tersebut beserta laporan
keuangan. Sebelum menerbitkan laporan audit ke publik, harus dilakukan tinjauan
teknis laporan keuangan oleh mitra yang bukan merupakan anggota tim audit.
• Daftar cek laporan keuangan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan bentuk dan isi
laporan keuangan dasar beserta pengungkapan wajib. Sebagian besar perusahaan
sekarang memiliki daftar cek terpisah untuk perusahaan yang terdaftar dalam
lembaga regulator investasi (di Indonesia BAPEPAM, di Amerika Serikat SEC) dan
yang tidak. Daftar cek laporan keuangan yang sudah selesai dan penemuan oleh
pemeriksa harus dimasukkan dalam kertas kerja.


PERUMUSAN OPINI DAN PEMBUATAN KONSEP
LAPORAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

• Selama penugasan audit, dilakukan berbagai uji audit. Uji-uji tersebut sering kali
dilakukan oleh staf audit yang partisipasinya dalam audit terbatas pada area atau
rekening-rekening tertentu. Ketika pengujian tiap area fungsional atau item laporan telah selesai,
staf auditor diharapkan untuk merangkum penemuannya.
• Dalam penyelesaian audit, diperlukan rangkuman dan evaluasi atas masingmasing penemuan
tersebut untuk dapat menyatakan opini atas laporan keuangan secara keseluruhan. Tanggung
jawab tertinggi atas langkah ini diletakkan pada mitra yang ditunjuk untuk penugasan. Pada
beberapa kasus, manajer audit membuat penentuan awal terlebih dahulu untuk kemudian
diperiksa secara saksama mitra audit.
• Sebelum mencapai keputusan akhir opini, biasanya diselenggarakan pertemuan dengan klien.
Pada pertemuan ini, auditor melaporkan penemuanpenemuannya secara lisan dan berusaha
memberikan penalaran atas permintaan penyesuaian atau pengungkapan tambahan. Manajemen
pada gilirannya berusaha untuk mempertahankan posisinya. Pada akhirnya, biasanya terjadi
kesepakatan tentang perubahan-perubahan yang harus dilakukan dan auditor dapat melanjutkan
untuk mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian. Jika kesepakatan tidak tercapai, auditor
mengeluarkan opini yang lain. Pengomunikasian opini auditor dilakukan melalui laporan audit.

PERUMUSAN OPINI DAN PEMBUATAN KONSEP
LAPORAN AUDIT DALAM PENGENDALIAN INTERNAL
ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Perusahaan publik harus membuat asersi tentang kecukupan sistem pengendalian
internal perusahaan terhadap pelaporan keuangan. Auditor perusahaan publik harus
mengeluarkan opini :
(1) tentang kewajaran asersi manajemen dan
(2) tentang kecukupan pengendalian internal terhadap laporan keuangan per tanggal
neraca. Selama penugasan audit, dilakukan berbagai uji audit oleh staf audit yang
partisipasinya dalam audit terbatas pada area atau rekening-rekening tertentu.
PERUMUSAN OPINI DAN PEMBUATAN KONSEP
LAPORAN AUDIT DALAM PENGENDALIAN INTERNAL
ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Dalam penyelesaian audit, diperlukan rangkuman dan evaluasi atas masing-masing penemuan tersebut untuk dapat menyatakan
opini atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan. Jika auditor yakin bahwa terdapat kelemahan yang material
(terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa salah saji yang material, secara individual ataupun secara agregat, dapat terjadi
pada laporan keuangan interim atau tahunan), auditor harus menyatakan opini tidak wajar tentang efektivitas sistem
pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Tanggung jawab tertinggi atas langkah ini dibebankan kepada mitra yang
ditunjuk untuk penugasan. Pada beberapa kasus, manajer audit membuat penentuan awal terlebih dahulu untuk kemudian
diperiksa secara saksama mitra audit.
• Auditor sering kali melakukan uji pengendalian pada awal tanggal interim untuk menentukan apakah kelemahan material terjadi
dan memberikan waktu bagi manajemen untuk memperbaiki kelemahan tersebut sebelum akhir tahun. Sebelum mencapai
keputusan akhir opini, biasanya diselenggarakan pertemuan dengan klien. Pada pertemuan ini, auditor melaporkan penemuan-
penemuannya secara lisan dan berusaha memberikan penalaran tentang kelemahan-kelemahan pengendalian internal. Namun
demikian, jika auditor merasa bahwa kelemahan tersebut terus terjadi sampai tanggal neraca, auditor harus mengeluarkan opini
tidak wajar tentang efektivitas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Opini auditor dikomunikasikan melalui
laporan audit atas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
PERUMUSAN OPINI DAN PEMBUATAN KONSEP
LAPORAN AUDIT DALAM PENGENDALIAN INTERNAL
ATAS LAPORAN KEUANGAN
• Dalam penyelesaian audit, diperlukan rangkuman dan evaluasi atas masing-masing penemuan tersebut untuk dapat menyatakan
opini atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan. Jika auditor yakin bahwa terdapat kelemahan yang material
(terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa salah saji yang material, secara individual ataupun secara agregat, dapat terjadi
pada laporan keuangan interim atau tahunan), auditor harus menyatakan opini tidak wajar tentang efektivitas sistem
pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Tanggung jawab tertinggi atas langkah ini dibebankan kepada mitra yang
ditunjuk untuk penugasan. Pada beberapa kasus, manajer audit membuat penentuan awal terlebih dahulu untuk kemudian
diperiksa secara saksama mitra audit.
• Auditor sering kali melakukan uji pengendalian pada awal tanggal interim untuk menentukan apakah kelemahan material terjadi
dan memberikan waktu bagi manajemen untuk memperbaiki kelemahan tersebut sebelum akhir tahun. Sebelum mencapai
keputusan akhir opini, biasanya diselenggarakan pertemuan dengan klien. Pada pertemuan ini, auditor melaporkan penemuan-
penemuannya secara lisan dan berusaha memberikan penalaran tentang kelemahan-kelemahan pengendalian internal. Namun
demikian, jika auditor merasa bahwa kelemahan tersebut terus terjadi sampai tanggal neraca, auditor harus mengeluarkan opini
tidak wajar tentang efektivitas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Opini auditor dikomunikasikan melalui
laporan audit atas pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
PEMBUATAN TINJAUAN AKHIR KERTAS KERJA

• Tinjauan level pertama dilakukan oleh pengawas. Tinjauan ini dibuat dengan tujuan
mengevaluasi pekerjaan audit yang telah selesai, bukti-bukti yang didapatkan, dan kesimpulan
yang dibuat oleh pembuat kertas kerja. Tinjauan tambahan dilakukan saat akhir kerja lapangan
oleh anggota tim audit.
• Tinjauan kertas kerja oleh mitra dirancang untuk mendapatkan kepastian berikut ini :
1. Pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan sudah akurat dan menyeluruh.
2. Penilaian yang dibuat oleh bawahan sudah rasional dan sesuai dengan kondisinya.
3. Penugasan audit diselesaikan sesuai dengan persyaratan dan jangka yang telah ditentukan dalam
surat penugasan.
4. Seluruh pertanyaan akuntansi, audit, dan pelaporan yang signifikan yang muncul selama audit
telah diselesaikan dengan tepat.
5. Kertas kerja mendukung opini auditor.
6. Standar audit serta kebijakan dan prosedur pengendalian mutu kantor audit telah dipenuhi.
PEMBUATAN TINJAUAN AKHIR KERTAS KERJA

• Daftar cek perinci laporan keuangan yang mencakup masalah di atas lazimnya digunakan saat
melakukan tinjauan kertas kerja. Beberapa kantor audit mengharuskan tinjauan kedua atas
kertas kerja oleh mitra yang tidak terlibat dalam audit. Tinjauan tersebut harus dilakukan dalam
audit terhadap perusahaan yang terdaftar dalam lembaga regulator investasi. Penalaran atas
tinjauan kedua oleh mitra didasarkan pada objektivitas pemeriksa yang mungkin memberikan
hasil yang bertentangan dengan hal-hal yang sudah disetujui oleh pemeriksa pertama. Jadi,
tinjauan kedua tersebut memberikan kepastian tambahan bahwa semua standar audit telah
dipenuhi dalam penugasan tersebut.
MENGOMUNIKASIKAN DENGAN KLIEN

• Pengomunikasian kesimpulan audit kepada klien melibatkan pihak-pihak, seperti komite audit
(atau dewan komisaris) dan manajemen. Pengomunikasian dengan komite audit meliputi
masalah-masalah berikut:
1. pengendalian internal klien dan
2. pelaksanaan audit.
• Pengomunikasian kesimpulan audit kepada manajemen dan dewan direksi ditulis dalam catatan
perusahaan.
MENGOMUNIKASIKAN MASALAH PENGENDALIAN
INTERNAL

• Selama pekerjaan audit, auditor dapat menemukan masalah-masalah yang terkait dengan
pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan yang tidak lain adalah kelemahan material
yang harus menjadi perhatian komite audit atau orang-orang dengan kewenangan dan tanggung
jawab yang setara. Standar audit (AU) 325 (PSA Nomor 35) tentang pengomunikasian
pengendalian internal terkait hal-hal yang ditemukan dalam diaudit serta standar PCAOB Nomor
2 tentang audit pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan dan juga audit laporan
keuangan mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan kekurangan yang dirasa signifikan
atau dominan dalam pengendalian internal yang didefinisikan sebagai berikut :
“ Kekurangan signifikan adalah kekurangan pengendalian internal yang berpengaruh buruk terhadap
kemampuan perusahaan untuk menginisiasi, mencatat, memproses, atau melaporkan data keuangan
eksternal secara andal sesuai dengan prinsip akuntansi. Kekurangan signifikan tersebut berupa
kekurangan tunggal atau kombinasi beberapa kekurangan yang mengakibatkan kemungkinan yang
lebih besar bahwa salah saji laporan keuangan interim atau tahunan dan dalam nilai yang material
tidak dapat dicegah atau dideteksi “
MENGOMUNIKASIKAN MASALAH PENGENDALIAN
INTERNAL

• Sebuah kekurangan signifikan dapat berkaitan dengan elemen pengendalian internal. Batasan
kekurangan signifikan dipengaruhi oleh besaran kemungkinan salah saji (lebih besar dari samar-
samar) dan besaran potensi salah saji (material). Untuk perusahaan privat, AU 325.04 (PSA
Nomor 35 paragraf 04), dijelaskan bahwa auditor tidak diharuskan mencari kekurangan
signifikan. Auditor mendapatkan kekurangan signifikan tersebut melalui pemahaman
pengendalian internal, melakukan uji pengendalian, melakukan uji substansi, atau hal lain
selama audit. Pengomunikasian biasanya lebih disukai dalam bentuk tertulis. Distribusi laporan
audit harus dibatasi hanya untuk komite audit, manajemen, dan pihak terkait dalam organisasi.
Namun demikian, ketika laporan tersebut diminta oleh lembaga pemerintah, AU 325.11 (PSA
Nomor 35 paragraf 11) menyatakan bahwa laporan yang diterbitkan kekurangan signifikan harus
melakukan hal berikut:
1. mengindikasikan bahwa tujuan audit adalah membuat laporan atas laporan keuangan dan bukan
untuk memberikan kepastian pengendalian internal;
2. meliputi penjelasan tentang kekurangan signifikan;
3. memasukkan pembatasan distribusi laporan tersebut.
MENGOMUNIKASIKAN MASALAH PENGENDALIAN
INTERNAL

• Komunikasi harus dilakukan secara tepat waktu, baik selama pekerjaan audit maupun setelah
kesimpulan. Beberapa faktor tambahan berikut ini dapat memengaruhi isi laporan.
1. Karena kemungkinan kesalahan interpretasi akan tingginya derajat kepastian yang disediakan
oleh laporan tersebut, auditor tidak boleh menyatakan dalam laporan tersebut bahwa tidak
ditemukan kekurangan signifikan dalam pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
2. Sesuai kesepakatan dengan klien, laporan dapat a. mengecualikan kekurangan signifikan yang
telah diketahui oleh komite audit, dan b. memasukkan masalah-masalah yang wajar tanpa
pengecualian sebagai kekurangan signifikan.
• Harus diingat bahwa kekurangan signifikan dapat cukup besar sehingga merupakan kelemahan
material yang didefinisikan sebagai berikut :
“ Kelemahan material adalah kekurangan signifikan yang secara sendiri-sendiri atau dalam bentuk
kombinasi dengan kekurangan signifikan lainnya mengakibatkan dengan kemungkinan yang lebih
besar bahwa salah saji material laporan keuangan interim dan tahunan tidak dapat dicegah atau
dideteksi. “
MENGOMUNIKASIKAN MASALAH PENGENDALIAN
INTERNAL

• Meskipun hanya ditemukan satu kelemahan material dalam perusahaan publik, auditor
diharuskan untuk mengeluarkan opini tidak wajar tentang pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan. Sebaliknya, dalam perusahaan privat, auditor tidak diharuskan oleh standar
audit untuk secara terpisah mengidentifikasi dan mengomunikasikan kelemahan material dalam
laporannya kepada komite audit. Namun demikian, baik oleh karena permintaan klien maupun
kehendak auditor sendiri untuk mengidentifikasi dan menjelaskan kelemahan material dalam
laporan audit, diperlukan dua paragraf tambahan sebagai bagian dari surat auditor.
• Paragraf pertama harus mengandung definisi istilah kelemahan material dan penjelasan tentang
kekurangan dalam pengendalian internal yang termasuk kelemahan material. Sebagaimana
ditunjukkan dalam AU 325.16 (PSA Nomor 35 paragraf 16), paragraf tambahan kedua harus
menjelaskan keterbatasan pekerjaan auditor sebagai berikut :
“ Pertimbangan kami pengendalian internal tidak perlu mengungkapkan semua masalah dalam
pengendalian internal yang merupakan kekurangan signifikan dan tidak perlu mengungkapkan
semua kondisi yang dapat dilaporkan yang juga dianggap sebagai kelemahan material sebagaimana
didefinisikan di atas. Namun demikian, tidak ada kekurangan signifikan yang dijelaskan di atas
dapat dianggap sebagai kelemahan material.”
MENGOMUNIKASIKAN MASALAH BERKAITAN
DENGAN PELAKSANAAN AUDIT

• AU 380 (PSA No. 48) pengomunikasian dengan komite audit mengharuskan auditor untuk
mengomunikasikan masalah-masalah tertentu terkait dengan pelaksanaan audit kepada pihak
yang mengawasi proses pelaporan keuangan. Biasanya, tanggung jawab tersebut dibebankan
kepada komite audit sebagai bawahan dewan komisaris atau kelompok dengan kewenangan dan
tanggung jawab yang setara, seperti komite keuangan. Komunikasi dapat dilakukan secara
tertulis atau lisan dan harus dilakukan selama atau segera setelah selesai audit. Jika dilakukan
komunikasi secara tertulis, laporan harus menunjukkan bahwa laporan tersebut ditujukan kepada
komite audit atau dewan komisaris dan, jika perlu, kepada manajemen. AU 380.06-.14 (PSA
Nomor 48 paragraf 06—14) menyatakan bahwa komunikasi dengan komite audit dapat meliputi
masalah-masalah berikut :
1. Tanggung jawab auditor sesuai standar audit meliputi derajat kepastian yang diberikan oleh
audit bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, konsep materialitas yang
digunakan dalam audit, dan jenis uji audit yang dilakukan.
2. Kebijakan akuntansi yang signifikan, seperti pemilihan awal dan perubahan kebijakan oleh
manajemen, metode akuntansi yang digunakan untuk transaksi yang tidak lazim dan material,
serta efek kebijakan dalam area yang petunjuk dan konsensus otorisasinya kurang.
MENGOMUNIKASIKAN MASALAH BERKAITAN
DENGAN PELAKSANAAN AUDIT

3. Penilaian auditor tentang kualitas prinsip akuntansi entitas: diskusi biasanya melibatkan
manajemen sebagai pihak yang berpartisipasi aktif karena manajemen mempunyai tanggung jawab
utama dalam penerapan prinsip akuntansi. Diskusi terbuka dan jujur harus membahas
masalahmasalah, seperti konsistensi penerapan prinsip akuntansi, kejelasan dan kelengkapan
laporan keuangan entitas dan item-item yang berpengaruh material terhadap kewajaran penyajian,
dapat tidaknya diverifikasi, serta kenetralan informasi akuntansi yang dimasukkan dalam laporan
keuangan. Contohnya meliputi :
(1) pemilihan kebijakan baru atau perubahan kebijakan akuntansi;
(2) estimasi, penilaian, dan ketidakpastian
(3) transaksi yang tidak lazim; serta
(4) kebijakan akuntansi terkait item laporan keuangan yang signifikan, termasuk pemilihan waktu
transaksi dan periode pencatatan item tersebut atau praktik akuntansi yang unik dalam industri.
a. Penilaian dan estimasi akuntansi oleh manajemen meliputi landasan penilaian dan proses
pembuatan estimasi akuntansi.
b. Penyesuaian audit yang signifikan yang secara individual atau agregat mempunyai dampak
penting terhadap proses pelaporan keuangan entitas. c. Ketidaksepahaman dengan manajemen
yang signifikan atas laporan keuangan atau laporan audit serta ketidaksepahaman yang terkait
penerapan prinsip akuntansi dan landasan penilaian manajemen tentang estimasi akuntansi. d.
Konsultasi dengan akuntan lain tentang masalah-masalah audit dan akuntansi. e. Isu utama yang
didiskusikan dengan manajemen meliputi hal-hal yang berkaitan dengan prinsip akuntansi dan
MENGOMUNIKASIKAN MASALAH BERKAITAN
DENGAN PELAKSANAAN AUDIT

c. Ketidaksepahaman dengan manajemen yang signifikan atas laporan keuangan atau laporan audit
serta ketidaksepahaman yang terkait penerapan prinsip akuntansi dan landasan penilaian manajemen
tentang estimasi akuntansi.
d. Konsultasi dengan akuntan lain tentang masalah-masalah audit dan akuntansi.
e. Isu utama yang didiskusikan dengan manajemen meliputi hal-hal yang berkaitan dengan prinsip
akuntansi dan standar audit.
f. Kesulitan yang ditemukan selama pelaksanaan audit, seperti penangguhan yang tidak rasional
oleh manajemen atas izin pelaksanaan audit dan atas penyediaan informasi yang dibutuhkan,
ketidaktersediaan karyawan klien, dan kegagalan klien untuk memenuhi jadwal yang dibuat oleh
klien secara tepat waktu.
• Selain itu, auditor harus mengomunikasikan kondisi yang dapat dilaporkan tentang struktur
pengendalian internal perusahaan kepada komite audit.
MEMBUAT SURAT MANAJEMEN

• Selama penugasan audit, auditor mengamati berbagai aspek organisasi dan operasi bisnis klien.
Pada kesimpulan audit, kebanyakan auditor berkeinginan untuk menulis surat kepada manajemen
yang disebut surat manajemen yang meliputi rekomendasi di luar perbaikan sistem pengendalian
internal. Rekomendasi tersebut biasanya berhubungan dengan perbaikan efisiensi dan efektivitas
operasi perusahaan. Penerbitan surat tersebut telah menjadi bagian integral dari jasa yang
diberikan auditor kepada klien. Surat manajemen secara nyata membuktikan minat auditor yang
terus-menerus tentang kesejahteraan dan masa depan klien. Pengomunikasian masalah, selain
kekurangan signifikan dalam pengendalian internal, tidak diharuskan oleh standar audit.
• Masalah yang relevan dengan surat manajemen harus dituliskan dalam kertas kerja audit ketika
audit berlangsung untuk memastikan bahwa masalah tersebut tidak terlewatkan. Selanjutnya,
kertas kerja harus memberikan dokumentasi yang memadai tentang komentar surat manajemen.
Dukungan seperti itu amat membantu tiap diskusi dengan manajemen tentang komentar tersebut.
MEMBUAT SURAT MANAJEMEN

• Surat manajemen harus dibuat dengan saksama, disusun dengan rapi, dan ditulis dengan nada
yang membangun. Penerbitan surat yang tepat menciptakan kesan yang baik dan mendorong
tanggapan manajemen yang cepat dan positif. Surat manajemen dapat mengandung komentar
tentang hal berikut:
1. masalah-masalah pengendalian internal,
2. rekomendasi tentang manajemen sumber daya dan jasa lain yang ditemukan selama audit,
3. masalah-masalah yang terkait perpajakan.
TANGGUNG JAWAB PASCAAUDIT

• Bagian ini menjelaskan tanggung jawab auditor setelah menyelesaikan kerja lapangan. Tanggung
jawab pascaaudit meliputi pertimbangan tentang hal berikut: kejadian kemudian antara tanggal
dan penerbitan laporan auditor :
1. kejadian kemudian antara tanggal dan penerbitan laporan auditor,
2. penemuan fakta-fakta yang ada,
3. penemuan prosedur yang diabaikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai