Anda di halaman 1dari 9

5 Opini Audit/Pendapat Auditor:

WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) --(Unqualified Opinion)

WTP-DPP (Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan) --(Modified Unqualified Opinion)

WDP (Wajar Dengan Pengecualian)--(Qualified Opinion)

TW (Tidak Wajar)--(Adverse Opinion)

TMP (Tidak Memberikan Pendapat) -- (Disclaimer of Opinion)

Opini audit adalah pernyataan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah
diaudit. Kewajaran ini menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini audit ini lah yang
menjadi “terjemahan” laporan keuangan yang digunakan oleh pengguna laporan keuangan dalam
mengambil keputusan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

Opini dapat bermanfaat untuk keberlangsungan perusahaan atau instansi pemerintah. Opini merupakan
pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Dalam perumusan opini, pemeriksa mengacu kepada Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang
ditetapkan IAPI, disamping menambahkan enam standar tambahan.

Opini merupakan pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran
informasi yang disajikan dalam LK yang didasarkan pada (i) kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan, (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. Singkatnya, opini merupakan informasi utama yang dapat
diinformasikan kepada pemakai informasi (user) tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan
yang diperolehnya.

Salah satu laporan yang paling sering diaudit untuk mendapatkan kebenarannya adalah laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan adalah dokumen yang menyajikan keuangan
perusahaan pada periode yang sudah berlalu. Namun, tidak semua pengguna laporan keuangan adalah
orang-orang yang mengerti tentang laporan keuangan. Oleh karena itu, perlu adanya seorang
ahli/perwakilan yang dapat memberikan opini dan “penerjemahan” atas laporan keuangan yang telah
dibuat perusahaan. Ahli tersebut adalah seorang akuntan publik atau auditor.

Tugas seorang auditor adalah memeriksa laporan keuangan sebuah perusahaan apakah sudah sesuai
dalam pengerjaannya yaitu menggunakan standar akuntansi yang berlaku atau pun sesuai dengan
kebijakan yang dibuat perusahaan dan apakah laporan keuangan tersebut dikerjakan sesuai dengan
format yang berlaku juga. Di akhir pekerjaannya dalam memeriksa laporan keuangan, seorang auditor
akan mengeluarkan sebuah opini tentang laporan keuangan tersebut yang dinamakan opini audit
laporan keuangan.

5 opini audit
5 opini/pendapat audit

Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), opini audit ada 5 macam, yaitu :

Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion) --WTP

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan
auditor bentuk baku. Kriteria pendapat wajar tanpa pengecualian antara lain.

Laporan keuangan lengkap

Tiga standar umum telah dipenuhi

Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar lapangan telah dipatuhi

Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting Principles)

Tidak ada keadaan yang memungkinkan auditor untuk menambahkan paragraf penjelas atau modifikasi
laporan

Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified Opinion)-- WTP-DPP

Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau
bahasa penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya. Auditor menyampaikan pendapat ini jika:

Kurang konsistennya suatu entitas dalam menerapkan GAAP

Keraguan besar akan konsep going concernAuditor ingin menekankan suatu hal

Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) --WDP

Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan
dengan yang dikecualikan.

Suatu laporan yang diterbitkan dengan qualified opinion apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan telah disajikan secara wajar tetapi ada pembatasan ruang lingkup audit atau data
keuangan menunjukan kelalaian dalam mengikuti GAAP/PSAK

Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion) --TW

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia.
Suatu laporan yang diterbitkan mendapat opini tidak wajar apabila auditor yakin bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang meterial atau menyesatkan sehingga tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan perusahaan atau hasil operasi dan arus kas sesuai dengan
GAAP.

Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion) --TMP

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas
laporan keuangan. Opini ini dikeluarkan ketika auditor tidak puas akan seluruh laporan keuangan yang
disajikan.

Suatu laporan audit yang tidak diberikan pendapat yaitu apabila auditor tidak dapat meyakinkan dirinya
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar atau auditor merasa tidak
independen.

Hal ini dapat dilakukan oleh auditor jika saat pada tahapan awal persiapan audit, perusahaan yang akan
diaudit tersebut memiliki integritas yang kurang dan/atau setelah mengobservasi terlebih dahulu melalui
tim pengendalian internal perusahaan yang diaudit ternyata pengendalian internal nya sudah ketahuan
buruk. Maka auditor boleh untuk tidak memberikan pendapat.

PROSES AUDIT

Menurut Arens, Elder dan Beasley (2003;226-228) ada 4 tahap dalam proses audit, yaitu :

a. Merencanakan dan mendesain pendekatan audit

b. Melaksanakan uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi

c. Melaksanakan prosedur analitis dan uji rincian saldo

d. Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit

Uraian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Merencanakan dan mendesain pendekatan audit

Ada 2 pertimbangan utama yang mempengaruhi jenis pendekatan yang akan digunakan oleh auditor,
yaitu : harus terkumpulnya bukti audit yang cukup kompeten agar dapat memenuhi tanggung jawab
profesional auditor dan biaya pengumpulan bukti audit ini haruslah seminimal mungkin.

Pertimbangan atas pengumpulan bukti audit yang cukup kompeten serta kewajiban untuk
mengendalikan biaya audit membuat diperlukannya suatu perencanaan audit. Rencanan audit ini harus
menghasilkan suatu pendekatan audit yang efektif pada suatu tingkat biaya audit yang wajar.
Perencanaan dan perancangan suatu pendekatan audit dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Dari 2
bagian – bagian perencanaan tersebut terdiri dari :
· Memperoleh pemahaman akan strategi bisnis klien dan memproses serta menilai resiko

· Memahami pengendalian intern dan menilai resiko pengendalian

Melaksanakan uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi

Ketika auditor telah mengurangi taksiran resiko pengendalian dengan mendasarkan diri pada
pengidentifikasian pengendalian, ia selanjutnya dapat mengurangi lingkup audit pada sejumlah tempat
di mana akurasi informasi dalam laporan keuangan yang terkait langsung dengan berbagai pengendalian
tersebut harus didukung oleh pengumpulan berbagai bukti audit. Untuk menyesuaikan semula, maka
auditor harus melakukan uji atas efektivitas dari pengendalian tersebut. Prosedur – prosedur yang terkait
dengan jenis uji semacam ini umumnya disebut sebagai uji pengendalian (test of control).

Auditor juga harus melakukan evaluasi atas pencatatan berbagai transaksi yang dilakukan oleh klien
dengan memverifikasi nilai moneter dari berbagai transaksi itu. Verifikasi ini dikenal sebagai uji subtantif
atas transaksi.

Melaksanakan prosedur analitis dan uji rincian saldo

Prosedur analitis menggunakan perbandingan – perbandingan serta berbagai hubungan untuk menilai
apakah saldo akun – akun atau tampilan data – data lainnya tampak wajar. Sedangkan uji rincian saldo
merupakan berbagai prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji salah saji moneter pada akun –
akun dalam laporan keuangan.

Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit

Setelah auditor melengkapi semua prosedur bagi setiap tujuan audit dan bagi setiap akun dalam laporan
keuangan, merupakan hal yang penting untuk menghubungkan semua informasi yang diperoleh untuk
mencapai suatu kesimpulan menyeluruh tentang apakah suatu laporan keuangan itu telah disajikan
secara wajar. Hal ini merupakan suatu proses yang sangat subyektif yang bersandar sepenuhnya pada
pertimbangan profesional auditor. Pada prakteknya, auditor secara terus – menerus akan
menggabungkan semua informasi yang diperolehnya sepanjang suatu proses audit. Penggabungan akhir
adalah suatu penyajian akhir pada saat akhir penugasan audit. Saat suatu proses audit telah selesai
dilakukan, akuntan publik harus menerbitkan sebuah laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan
yang dipublikasikan klien.
Asersi Manajemen (management assertions) adalah representasi pernyataan yang tesirat atau
diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dalam
laporan keuangan. Dalam kebanyakan kasus, asersi manajemen bersifat tersirat.

PROSEDUR DAN DOKUMENTASI AUDIT

Perancangan pengujian substantif

Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai
kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Perancangan pengujian substantif meliputi
penentuan:

sifat pengujian

waktu pengujian

dan luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
untuk setiap asersi.

Jenis Prosedur Substantif

Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, maka auditor harus menggunakan prosedur yang
lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian substantif yang dapat digunakan,
yaitu:

Pengujian rinci atau detail saldo

Metodologi yang digunakan oleh auditor untuk merancang pengujian detail saldo akun beorientasi pada
tujuan spesifik audit. Pengujian detail saldo akun yang direncanakan harus memadai untuk memenuhi
setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan.

Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:

Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.

Menetapkan risiko pengendalian.

Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis.

Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara memuaskan.

Metodologi yang digunakan untuk merancang pengujian detail saldo tersebut, adalah sama untuk setiap
akun dalam laporan keuangan. Perancangan pengujian detail saldo pada umumnya merupakan bagian
yang paling sulit dilakukan. Hal ini disebabkan perancangan pengujian detail saldo memerlukan
pertimbangan profesional yang tinggi.

Bila diantara risiko deteksi yang ditentukan dihubungkan dengan pengujian rinci saldo yang akan
dilakukan maka akan jelas terlihat bahwa semakin rendah tingkat risiko, semakin rinci dan teliti tindakan
yang akan diambil.

Pengujian detail transaksi

Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:

Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.

Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.

Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan buku pembantu.

Apabila auditor mempunyai keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dan diposting secara tepat,
maka auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku besar adalah benar.

Pengujian detail transaksi terutama dilakukan dengan tracing dan vouching. Pada pengujian detail
transaksi ini, auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya
kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian detail transaksi ini untuk
memperoleh temuan tentang penyimpangan atas kebijakan dan prosedur pengendalian.

Pada pengujian detail transaksi ini, auditor menggunakan bukti yang diperoleh untuk mencapai suatu
kesimpulan mengenai kewajaran saldo akun. Auditor biasanya menggunakan dokumen yang tersedia
pada file klien dalam pengujian ini. Efektivitas pengujian detail transaksi tergantung pada prosedur dan
dokumen yang digunakan.

Pengujian detail transaksi pada umumnya lebih banyak menyita waktu daripada prosedur analitis. Oleh
karena itu, pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya daripada prosedur analitis. Meskipun
demikian, pengujian detail transaksi lebih sedikit membutuhkan biaya daripada pengujian detail saldo.

Prosedur analitis

Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang dihitung dari
jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur
analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi
keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu
dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik
mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai
hubungan dan unsur data.

Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat
diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang
dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi
yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan mengevaluasi hasil prosedur
analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya pengetahuan tentang klien dan industri yang
menjadi tempat usaha klien. Pemahaman atas tujuan prosedur analitik dan keterbatasannya juga
penting. Oleh karena itu, identifikasi hubungan dan jenis data yang digunakan, serta kesimpulan yang
diambil apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang diharapkan, membutuhkan
pertimbangan auditor.

Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:

Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya.

Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan
saldo akun atau jenis transaksi.

Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang diinginkannya dari pengujian substantif
untuk suatu tujuan audit dan memutuskan, antara lain prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur
mana, yang dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut. Untuk asersi tertentu, prosedur analitik
cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur analitik
mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam memberikan tingkat keyakinan yang
diinginkan.

Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam mengidentifikasikan
kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:

Sifat asersi.

Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.

Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.

Ketepatan harapan.

Prosedur Analitik dalam Perencanaan Audit

Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam perencanaan sifat,
saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau
golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan
untuk:

Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi sejak
tanggal audit terakhir dan,
Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan
audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan hal seperti adanya transaksi dan
peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, rasio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang
berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.

Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya menggunakan data gabungan
yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih lanjut kecanggihan, lingkup, dan
saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan auditor dapat berbeda tergantung atas ukuran dan
kerumitan klien. Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review atas perubahan
saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku besar atau daftar
saldo (trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain, prosedur
analitik mungkin meliputi analisis lapotan keuangan triwulan yang ekstensif.

Program Audit Substantif

Program audit adalah dokumen yang memuat pernyataan tujuan audit dan rencana langkah-langkah
audit (biasanya dalam bentuk kalimat perintah) untuk mencapai tujuan audit tersebut. Contoh tujuan
audit: untuk mengetahui keberadaan barang inventaris. Langkah auditnya: Lakukan inventarisasi fisik
(stock opname) barang inventaris, hasilnya dituangkan dalam berita acara.

Penyusunan program audit dilakukan pada tahap persiapan dalam rangka pengujian dan pengendalian
dan pada tahap audit pendahuluan dalam rangka pengujian transaksi atau saldo-saldo atau
pengembangan temuan, sehingga dengan demikian program audit dapat dikelompokkan menjadi:

Program audit untuk pengujian pengendalian, yaitu program audit untuk menguji pengendalian intern
(internal control) yang dijalankan manajemen terkait dengan informasi/kegiatan yang akan diaudit.

Program audit untuk pengujian substantif (substative test). Secara sederhana program audit ini dapat
dijelaskan sebagai rencana kerja untuk menguji kesesuaian informasi yang diuji dengan data
pendukungnya.

Pada audit keuangan, program audit untuk pengujian substantif dan pengujian pengendalian dapat
disusun sekaligus, terutama karena standar penyajian pos-pos laporan keuangan sudah baku sifatnya.
Tetapi pada audit operasional dan audit kepatuhan, program audit substantif biasanya baru bisa dibuat
setelah pengujian pengendalian selesai dilaksanakan, yaitu setelah auditor mengetahui kelemahan
pengendalian/temuan sementara yang perlu diperdalam.

Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif, yaitu:

Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan terkait dengan kinerja tugas mereka.

Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas.

Menginspeksi dokumen dan catatan.


Melakukan penghitungan kembali atau reperforming.

Konfirmasi.

Analisis.

Tracing atau pengusutan.

Vouching atau penelusuran.

Anda mungkin juga menyukai