Anda di halaman 1dari 14

1436-2672-1-SM

Asumsi going concern, suatu entitas dianggap mempunyai kegiatan

operasional yang berkelanjutan dalam waktu dekat di masa mendatang. Laporan

keuangan yang bertujuan umum dibuat dengan dasar kelangsungan usaha, kecuali

jika manajemen mempunyai rencana untuk melikuidasi entitas atau berhenti

beroperasi, atau tidak ada alternative yang realistis kecuali membubarkannya

( Theodorus M. Tuanakotta, 2014:221). PSA No.30 Seksi 341 (2011), opini audit

modifikasi going concern merupakan opini yang dikeluarkan auditor untuk

memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Auditor bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat keraguan besar

terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam periode tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang

sedang diaudit.

Going concern 2

Berdasarkan SPAP 2017, Opini audit memodifikasi terkait going concern

merupakan opini audit dalam pertimbangan auditor dimana terdapat

ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup

perusahaan dalam menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak

lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Auditor

dalam melakukan pemeriksaan harus dapat menganalisis dari laporan keuangan

dan aktifitas opersioanal suatu entitas pada laporan audit dengan pertimbangan

going concern. Andika (2012) menjelaskan pertimbangan yang mendasar dalam


aspek going concern bagi auditor terlihat dalam menganalisis hasil operasi,

kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang

dan kebutuhan likuidasi di masa yang akan datang.


Opini audit, going concern

Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat

kesangsian terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya. Opini audit going concern merupakan opini yang

dikeluarkan auditor karena terdapat keraguan yang besar tentang kemampuan

perusahaan untuk terus going concern. opini audit going concern dapat meliputi

pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan berkaitan dengan

kelangsungan hidup entitas, pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak

wajar, dan tidak memberikan pendapat selama terkait penjelasan going concern.

Debt default 4

Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini

atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan

kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan

arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2001). Auditor

dalam memberikan pendapat atau opini auditnya harus melalui beberapa tahapan.

Ini dimaksudkan agar auditor dapat memberikan kesimpulan mengenai opini yang

harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Auditor dituntut tidak

hanya melihat hal-hal yang ada dalam laporan keuangan saja tetapi juga

mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan hidup (going

concern) suatu perusahaan.


SPAP (PSA No. 30) memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak

kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

terhadap opini auditor sebagai berikut:

1. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuan

satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

jangka waktu yang pantas, ia harus:

a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditunjukan

oleh mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b. Menetapkan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.

2. Jika manajemen tidak memiliki rencana yang mengurangi dampak kondisi

dan peristiwa terhdap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan

kelangsungan hidupnya, auditor mempertimbangkan untuk memberikan

peryataan yang tidak memiliki pendapat.

3. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang

harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan bahwa efektifitas

rencana tersebut, diantaranya:

a. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif, auditor

menyatakan tidak memberikan pendapat.

b. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien

mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor menyatakan

pendapat wajar tanpa pengecualian.


c. Jika auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif akan tetapi klien

tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan, auditor

memberikan pendapat tidak wajar.

Going concern merupakan salah satu konsep yang mendasari pelaporan

keuangan (Gray dan Manson, 2000 dalam Praptitorini dan Januarti, 2007).

Masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang terdiri dari

kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang,

kesulitan memperoleh dana. Kedua masalah operasi yang terdiri dari kerugian

operasi yang berkelanjutan, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan

operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Inilah yang menjadi

alasan kenapa auditor diminta untuk mengevaluasi atas kelangsungan hidup suatu

perusahaan dalam waktu tertentu (SPAP SA 341).

DEBT DEFAULT 1

Faktor yang Mempengaruhi Opini Tanpa Modifikasian dan Mencantumkan Suatu

Paragraf Penekanan Suatu Hal (Going Concern) Berdasarkan Teori.

Keberlangsungan hidup entitas bisnis dipengaruhi oleh kendala internal

dan eksternal. Kendala eksternal dapat berupa kendala diluar perusahaan seperti

pasar, kondisi moneter, sosial, politik dan lain-lain. Sedangkan kendala internal

seperti kondisi keuangan, sumber daya manusia, budaya perusahaan, penguasaan

teknologi, pengawasan internal dan lain-lain. Kendala eksternal dan internal

tersebut dapat dijadikan indikator dalam menentukkan apakah asumsi going

concern masih berlaku atau tidak, atau dengan kata lain apakah terdapat keraguan
atas kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelagsungan hidupnya.

Purba (2009:33) Standar Audit (SA 570, 2014) mejelaskan faktor-faktor yang

menyebabkan keraguan tentang asumsi kelangsungan usaha diantaranya:

Keuangan:

1. Posisi liabilitas bersih atau liabilitas lancar bersih.

2. Pinjaman dengan waktu pengembalian tetap mendekati jatuh temponya

tanpa prospek yang realistis atas pembaruan atau pelunasan atau

pengandalan yang berlebihan pada pinjaman jangka pendek untuk

mendanai aset jangka panjang.

3. Indikasi penarikan dukungan keuangan oleh kreditor.

4. Arus kas operasi yang negatif, yang diindikasikan oleh laporan keuangan

historis atau prospektif.

5. Rasio keuangan utama yang buruk.

6. Kerugian operasi yang substansial atau penurunan signifikan dalam nilai

aset yang digunakan untuk menghasilkan arus kas.

7. Deviden yang sudah lama terutang atau yang tidak berkelanjutan.

8. Ketidakmampuan untuk melunasi kreditur pada tanggal jatuh tempo

9. Ketidakmampuan untuk mematuhi persyaratan perjanjian pinjaman

10. Perubahan transaksi dengan pemasok, yaitu dari transaksi kredit menjadi

transaksi tunai ketika pengiriman.

11. Ketidakmampuan untuk memperoleh pendanaan untuk pengembangan

produk baru yang esensial atau investasi esensial lainnya


Operasi:

1. Intensi manajemen untuk melikuidasi entitas atau untuk menghentikan

operasinya.

2. Hilangnya manajemen kunci tanpa penggantian.

3. Hilangnya suatu pasar utama, pelanggan utama, waralaba, lisensi atau

pemasok utama.

4. Kesulitan tenaga kerja.

5. Kekurangan penyediaan barang/bahan.

6. Munculnya kompetitor yang sangat berhasil.

Lain-lain:

1. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan permodalan atau ketentuan statutori

lainnya.

2. Perkara hukum yang dihadapi entitas yang jika berhasil dapat

mengakibatkan tuntutan kepada entitas yang kemungkinan kecil dapat

dpenuhi oleh entitas.

3. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan atau kebijakan

pemerintah yang diperkirakan akan memberikan dampak buruk bagi

entitas.

4. Kerusakan aset yang diakibatkan oleh bencana alam yang tidak

diasuransikan atau kurang diasuransikan.


Faktor Keuangan yang Menyebabkan Perusahaan Menerima Opini Tanpa

Modifikasian dan Mencantumkan Suatu Paragraf Penekanan Suatu Hal ( Going

Concern) berdasarkan temuan beberapa riset:

Berdasarkan beberapa hasil riset faktor yang paling berpengaruh terhadap

penerimaan opini tanpa modifikasi dengan penekanan suatu hal (going concern)

banyak dipengaruhi oleh faktor keuangan dengan menggunakan alat bantu rasio

keuangan. Hal ini diperkuat oleh beberapa riset diantaranya Altman dan

Mc.Cough (1974) menyatakan faktor penyebab terkait going concern diantaranya

adalah adanya masalah keuangan dan masalah operasi perusahaan. Masalah

keuangan diantaranya ditunjukkan oleh likuiditas yang menurun, equity yang

menurun, debt default, kekurangan modal.

Masalah operasi diantaranya adalah perusahaan mengalami kerugian lebih

dari satu periode, prospek pendapatan tidak menentu, kemampuan perusahaan

untuk beroperasi terancam, dan kontrol terhadap operasi perusahaan sangat

minim. Mc Keown (1991) dan Citron dan Tafler (1992) menyatakan bahwa ketika

kondisi keuangan perusahaan terganggu atau memburuk maka kemungkinan

perusahaan akan menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada

perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah

mengeluarkan opini audit going concern

FAUZIAH

Pengeluaran opini audit modifikasi going concern yang tidak diharapkan

perusahaan, berdampak pada kemunduran harga saham, ketidakpercayaan


investor, kreditur, karyawan, dan pelanggan terhadap manajemen perusahaan,

kesulitan untuk meningkatkan modal pinjaman. Hilangnya kepercayaan publik

terhadap citra perusahaan dan manajemen perusahaan tersebut akan memberi

imbas yang sangat signifikan terhadap keberlanjutan bisnis perusahaan kedepan.

Faktor yang mendorong auditor mengeluarkan opini audit going concern

penting untuk diketahui. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh auditor

dalam menerbitkan opini audit going concern karena opini ini dapat dijadikan

referensi investor berkaitan yang investasinya. Mutchler (1985) menyatakan

bahwa terdapat beberapa kriteria bagi perusahaan yang akan menerima opini audit

going concern, antara lain perusahaan-perusahaan yang memiliki masalah dengan

pendapatan, reorganisasi, ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima

opini going concern tahun sebelumnya, sedang dalam proses likuidasi, memiliki

pendapatan bersih yang negatif, arus kas negatif, pendapatan kerja negatif, modal

kerja negatif, mengalami kerugian selama 2 hingga 3 tahun berturut-turut dan

jumlah laba ditahan yang negatif.

45-ArticleText-156-3-10-20191002

Berdasarkan SPAP 2017, Opini audit memodifikasi terkait going concern

yang merupakan opini audit dalam pertimbangan auditor dimana terdapat

ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup

perusahaan dalam menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak

lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Auditor

dalam melakukan pemeriksaan harus dapat menganalisis dari laporan keuangan


dan aktifitas opersioanal suatu entitas pada laporan audit dengan pertimbangan

going concern. Andika (2012) menjelaskan pertimbangan auditor yang mendasar

dalam aspek going concern terlihat dalam menganalisis hasil dari operasi, kondisi

ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang dan

kebutuhan likuidasi di masa yang akan datang.

04_MUFID

Dalam SA Seksi 341 (2001) disebutkan bahwa opini audit going concern adalah

opini yang dikeluarkan oleh auditor karena terdapat kesangsian tentang

kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Biasanya,

informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup

entitas adalah informasi yang berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam

memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan

sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang,

perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa yang lain (SA

Seksi 341, 2001)

SA Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor bagaimana cara

mengevaluasi suatu entitas terkait kelangsungan hidupnya, yaitu:

1. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan

dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit,

dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa

yang secara keseluruhan menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai

kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam


jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi

tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang

mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.

2. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan

entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka

waktu pantas, ia harus:

a. Memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan

untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut.

b. Menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara

efektif dilaksanakan.

3. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil

kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai

kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam

jangka waktu pantas.

Berdasarkan SA Seksi 341, beberapa contoh kondisi atau peristiwa yang

bisa menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya adalah sebagai berikut:

1. Trend negatif - sebagai contoh, kerugian operasi yang berulang kali terjadi,

kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, serta rasio

keuangan penting yang jelek.

2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan – sebagai contoh,

kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa,

penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap


pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang,

kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau

penjualan sebagian besar aktiva.

3. Masalah internal – sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan

hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses proyek

tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis,

kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.

4. Masalah luar yang telah terjadi – sebagai contoh, pengaduan gugatan

pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang

kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi;

kehilangan franchise, lisensi atau paten penting; kehilangan pelanggan

atau pemasok utaman; kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi,

banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun

dengan pertanggungan yang tidak memadai.

SKRIPSI FULL

Auditor mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi status

kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap pekerjaannya (Ramadhany, 2004).

Mengacu pada Statement On Auditing Standar No. 59 (AICPA, 1998) dalam

Januarti (2009), auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa

perusahaan klien akan bisa bertahan di masa yang akan datang. PSA 29 paragraf

11 huruf d menyatakan bahwa adanya keraguan yang besar terhadap kemampuan

suatu usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern)

merupakan situasi yang mengharuskan auditor untuk menambahkan paragraf


penjelas (atau bahasa penjelas lainnya) dalam laporan audit, meskipun tidak

mempengaruhi pendapatan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang

dinyatakan oleh auditor.

Beberapa faktor yang menimbulkan ketidakpastian mengenai

kelangsungan hidup (Arens, 1997) dalam Santosa Fajar dan Wedari (2007) :

1. Kerugian usaha yang besar secara berulang atau kekurangan modal kerja.

2. Ketidak mampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya pada saat

jatuh tempo dalam jangka pendek.

3. Kehilangan pelanggan utama, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan

seperti gempa bumi atau banjir atau masalah perburuan yang tidak biasa.

4. Perkara pengadilan, gugatan hukum atau masalah serupa yang sudah

terjadi yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan untuk

beroperasi.

Menurut IPSA (Interprestasi Pernyataan Standar Auditing) nomor 30: 01

tentang “Laporan Auditor Independen tentang Dampak Memburuknya Kondisi

Ekonomi Indonesia Terhadap Kelangsungan Hidup Entitas” maka auditor perlu

mempertimbangkan 3 hal sebagai berikut :

1. Kewajiban auditor untuk memberikan saran bagi kliennya untuk

mengungkapkan dampak kondisi ekonomi tersebut (jika ada) terhadap

kemampuan entitas untuk mempertahankan perusahaannya.

2. Pengungkapan peristiwa kemudian yang mungkin timbul sebagai akibat

kondisi ekonomi tersebut.


3. Modifikasi laporan audit bentuk baku jika memburuknya kondisi ekonomi

tersebut berdampak terhadap kemampuan entitas untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai