Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

AUDITING DASAR

Disusun Oleh :

1. MUHAMMAD FAISAL (101901141)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat pelaku bisnis
meningkatkan kinerja perusahaan untuk mempertahankan dalam persaingan usaha yang terjadi.
Selain mempertahankan di dunia usaha, perusahaan dapat membuat suatu laporan keuangan yang
dapat digunakan sebagai informasi kepada pengguna laporan. Laporan keuangan yang
dikeluarkan tersebut harus sesuai dengan Satandar Akuntansi Keuangan yang telah diatur oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Banyak perusahaan yang kurang memperhatikan terhadap laporan keuangan tersebut
apakah sudah sesuai atau kurang sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Untuk itu, perusahaan dapat menggunakan jasa audit yang dianggap independen dalam
memeriksa laporan keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah dengan menggunakan
jasa auditor eksternal yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik.
Profesi Akuntan Publik merupakan sebuah profesi keprcayaan masyarakat bisnis, dimana
eksistensinya dari ke waktu semakin diakui oleh masyarakat bisnis itu sendiri. Dari profesi
akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian bebas dan tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan
publik bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan,
sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan
keputusan. Mengingat peranan akuntan publik sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha,
maka mendorong para akuntan publik ini untuk benar-benar memahami pelaksanaan etika yang
berlaku dalam menjalankan profesinya.

B.     Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari uraian diatas adalah “ apakah yang dimaksud dengan
Auditing dan bagaimanakah Profesi Akuntan Publik ?”
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Auditing
1.      Pengertian Auditing
Pada umumnya audit merupakan kegiatan pemeriksaan terhadap suatu kesatuan
ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen dan bertujuan untuk
mengevaluasi atau mengukur lembaga/perusahaan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan kriteria yang telah ditentukan, untuk kemudian mengkomunikasikannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.1[1]
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi termasuk dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan menurut Arens Loebbecke (1996:!).
Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses secara
sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan dan
mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
Dalam melaksanakan audit faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah:
1.       Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat digunakan
sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi tersebut.
2.       Penetapan intetitas ekonomi dan periode waktu yang di audit harus jelas untuk menentukan
lingkup tanggung jawab auditor.
3.       Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi tujuan
audit.
4.       Kemampuan auditor memahami kriteria yang di gunakan serta sikap independen dalam
 

mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan
diambilnya.2[2]

2
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntansi
publik sebagai yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memberikan
pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas.
Seorang auditor harus mempunyai kemampuan memahami kriteria yang digunakan serta
mampu menetukan sejumlah bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang
akan diambilnya. Auditor harus objektif dan mempunyai sikap mental independen.
Sekalipun auditor seorang ahli, tetapi apabila dia tidak mempunyai sikap independen
dalam pengumpulan informasi, maka informasi yang digunakan untuk mengmabil
keputusan dianggap bias. Tahap terakhir setelah selesai melakukan audit adalah penyusunan
laporan audit yang merupakan alat penyampaian informasi kepada pemakai laporan.
Dari definisi audit secara umum tersebut memiliki unsur penting yang diuraian Mulyadi
(2009:9) yaitu antara lain sebagai berikut:
1.      Suatu Proses Sistematik
Auditing merupakan suatu proses yang sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau
prosedur yang logis, berangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan
langkah yang direncanakan, terorganisir dan bertujuan.
2.      Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
Proses sistematik itu ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang
dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau
prasangka terhadap bukti-bukti tersebut.
3.      Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi disini adalah hasil
proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuruan, dan
penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini
menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri
dari empat laporan keuangan pokok: neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan
ekuitasdan laporan arus kas. Laporan keuangan dapat pula berupa laporan biaya pusat
pertanggung jawaban tertentu dalam perusahaan
4.      Menetapkan tingkat kesesuaian
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti
tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
5.      Kriteria yang ditetapkan
Kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa:
a.       Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif
b.      Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen
c.       Prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (generally accepted accounting
principles)
6.      Penyampaian hasil
Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi (attestation). Penyampaian hasil
ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report).
7.      Pemakai yang berkepentingan
Dalam dunia bisnis pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para
pemakai informasi keuangan, calon investor dan kreditur, organisasi buruh, dan kantor
pelayanan pajak.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor harus mengunjungi unit kerja yang akan
diaudit. Dalam menjalankan fungsinya, seorang auditor mempunyai hak untuk mendapatkan
akses informasi yang dibutuhkan. Untuk itu maka pimpinan unit harus memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada aud itor dalam berinteraksi dengan staf atau pimpinan unit tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh auditor dalam mendapatkan informasi dari
auditee, antara lain:

1.        Mengamati Proses Kerja.


Dalam hal ini, auditor dapat memulai tugasnya dengan mengamati atau melakukan
observasi secara langsung proses kerja dalam perspektif manajemen mutu. Melalui pengamatan
ini, auditor dapat mengumpulkan data/informasi dan mendeteksi apakah terdapat gejala
adanya penyimpangan atau kesenjangan (diskrepansi).
2.        Meminta Penjelasan
Auditor dapat menggali informasi dengan cara meminta penjelasan dari unit kerja yang
dikunjungi (auditee). Untuk mendapatkan informasi yang banyak, maka teknik bertanya
auditor sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka.
3.        Meminta Peragaan
Dalam kasus tertentu, auditor dapat meminta auditee memperagakan suatu kegiatan. Ketika
peragaan sedang dilakukan, auditor mengamati sambil membandingkan dengan ketentuan
atau persyaratan yang telah diatur dalam Buku Pedoman Simintas.
4.        Menelaah Dokumen Simintas
Melalui proses telaah dokumen, auditor dapat mencatat berbagai informasi signifikan untuk
ditanyakan kepada auditee.
5.      Memeriksa Silang
Dalam proses audit, auditor diperbolehkan mengumpulkan data/informasi dari unit-unit lain
yang berkaitan. Misalnya untuk mengaudit Fakultas dalam penyiapan dan koreksi soal
ujian, seorang auditor boleh memeriksa silang ke Pusat Pengujian.
6.      Mencari Bukti-bukti
Dalam proses audit, tujuan auditor adalah mencari informasi/data dan buktibukti objektif.
Bukti objektif dapat berupa catatan, dokumen, atau kondisi faktual yang dapat dianalisis
dan dibuktikan kebenarannya. Misalnya auditor menemukan suatu diskrepansi atau
penyimpangan, maka auditor perlu mencari bukti-bukti yang dapat mendukung untuk menguji
kebenaran temuan tersebut.
7.      Melakukan Survei
Apabila dimungkinkan, seorang auditor boleh menggunakan seperangkat angket survei
untuk mengecek hal-hal tertentu, misalnya tingkat kepuasan pelanggan, efektifitas
komunikasi, masalah kepemimpinan, dan sebagainya.3[3]
2.      Klasifikasi Berdasarkan Pelaksanaan Audit
Bila dilihat dari sisi untuk siapa audit dilaksanakan, auditing dapat juga diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu:
1.      Auditing Eksternal merupakan suatu kontrol sosial yang memberikan jasa untuk memenuhi
kebutuhan informasi untuk pihak luar perusahaan yang diaudit. Auditornya adalah pihak luar
perusahaan yang independen, yaitu akuntan publik yang telah diakui oleh yang berwenang untuk

3
melaksanakan tugas tersebut. Para pemeriksa pada umumnya dibayar oleh manajemen organisasi
yang diperiksa.
2.      Auditing Internal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi efektivitas
organisasi yang menghasilkan informasi untuk manajemen organisasi itu sendiri. Auditornya
disebut auditor internal yang merupakan karyawan organisasi tersebut dan digaji oleh organisasi
tersebut, fungsinya membantu manajemen dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan
perusahaan.
3.      Auditing Sektor Publik adalah suatu kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan
jasanya kepada masyarakat, seperti pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang mencakup
audit laporan keuangan, audit kepatuhan, maupun audit operasional. Auditornya adalah auditor
pemerintah dan dibayar oleh pemerintah. Pemeriksaan dapat mencakup pemeriksaan laporan,
pemeriksaan kepatuhan dan pemeriksaan operasional.4[4]
Laporan Keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP
yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena :
1.    Apabila laporan keuangan tidak diaudit, maka ada kemungkinan bahwa laporan keuangan
tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak desengaja. Oleh sebab
itu laporan keuangan perusahaan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak
– pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
2.    Jika laporan keuangan telah diaudit dan mendapat tanggapan wajar dari KAP yang melakukan
audit tersebut maka pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut bisa
yakin laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan laporan keuangan
tersebut telah disajikan sesuai dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
3.    Mulai tahun 2001perusahaan yang memiliki total asset >Rp. 25miliyar harus memasukkan
audited financial statements ke Departemen Perdagangan dan Perindustrian
4.    Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial statements ke Bapepam –
LK paling lambat 90 hari setelah tahun buku
5.    SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh pihak pajak
dibandingkan dengan laporan keuangan yang belum diaudit .

3.      Jenis-jenis Audit

4
Akuntan Publik melaksanakan tiga tipe audit utama : audit atas laporan keuangan,
audit operasional dan audit kepatuhan. Dua jenis jasa audit yang terakhir sering kali
dinamakan sebagai audit aktivitas, walaupun kedua jenis audit tersebut sangat mirip dengan jasa
assurance dan jasa atestasi.
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010 : 4)jenis audit terditi dari 3 macam, yaitu :
1.        Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan
wajar, sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
2.        Audit Operasional
Perkembangan bisnis membuat pemegang saham sudah tidak dapat mengikuti semua kegiatan
operasi perusahaannya sehari-hari, sehingga mereka membutuhkan auditor manajemen yang
profesional untuk membantu mereka dalam mengendalikan operasional perusahaan.
3.        Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah auditee (yang diperiksa) telah mengikuti
kebijakan, prosedur, dan peraturan yang telah ditentukan pihak yang otoritasnya lebih tinggi.
Berdasarkan uraian di atas bahwa jenis-jenis audit merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh bagian audit. Kriteria yang ditetapkan dari setiap jenis audit memiliki ciri khas sendiri,
seperti : (1) audit atas laporan keuangan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum, (2) audit kepatuhan berdasarkan kebijakan manajemen, hukum, peraturan, atau
persyaratan lain pihak ketiga dan (3) audit operasional berdasarkan penetapan tujuan misalnya,
yang dilakukan oleh manajemen atau pihak yang berwenang.
Sedangkan Mulyadi (2009:28) mengemukakan orang atau sekelompok orang yang
melaksanakan audit dapat dikelompokan menjadi 3 golongan antara lain adalah sebagai
berukut :
1.      Auditor independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada
masyarakat umum, terutama dalam bidang atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya.
Audit tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi
keuangan seperti : kreditur, investor, dan instansi pemerintahan (terutama instansi pajak).
2.      Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang
tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh
unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggung jawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah.
3.      Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun
perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menetukan apakah kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menetukan efisiensi dan efektifitas prosedur
kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai
bagian organisasi.
Pada dasarnya layanan yang diberikan oleh para auditor disetiap cabang auditing diatas
adalah sama, kini setiap cabang telah terpisah dan mempunyai tanggung jawab beda dengan
tingkat kebebasan yang berbeda.5[5]

B.     Profesi Akuntan Publik


Akuntan Publik merupakan profesi yang beraktivitas utama dalam pekerjaan audit
eksternal. Audit harus dilakukan secara profesional oleh orang yang independen dan kompeten.
Persyaratan auditor, pekerjaan sampai laporannya diatur oleh standar audit. Standar audit tidak
akan terlepas dari etika, apalagi profesi akuntan publik adalah profesi yang memerlukan tingkat
kepercayaan yang tinggi dari publik. Standar audit ini berfungsi sebagai pijakan akuntan publik
dalam merencanakan, melakukan aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya. Sehingga dengan
dipakainya standar audit, hal yang dilarang dapat dihindari oleh akuntan publik, sedangkan hal
yang diwajibkan dapat dilaksanakan dengan baik. Akuntan publik juga dapat merupakan akuntan
yang menjalankan fungsi pemeriksaan secara bebas/independen terhadap laporan keuangan
perusahaan atau organisasi lain,serta memberikan jasa kepada pihak-pihak yang memerlukan.6[6]
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, akuntan publik dituntut untuk dapat lebih
meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya dalam memberikan jasa. Akuntan publik

6
sebagai auditor eksternal dituntut untuk memiliki dedikasi terhadap profesinya mengikuti kode
etik profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesinya yaitu, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI),
yang terdiri dari standar umum, Standar Pekerjaan Lapangan, dan Standar Pelaporan guna
menunjukkan profesionalisme (Hery dan Merrina Agustiny, 2007).
Menurut (Hery dan Merrina Agustiny, 2007) ada elemen penting yang dimiliki oleh
akuntan, yaitu keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi atau standar penususnan
laporan keuangan, standar pemeriksaan/auditing, etika profesi dan pemahaman terhadap
lingkungan bisnis yang diaudit. Persyaratan utam yang harus dimiliki oleh auditor adalah wajib
memegang teguh aturan etika profesi yang berlaku.7[7]

1.      Jasa yang Dihasilkan oleh Profesi Akuntan Publik


Adapun Jasa yang dihasilkan akuntan publik: Jasa Assurance, Jasa Atestasi dan Jasa Non
Assurance.8[8]
a.         Jasa Assurance
Adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil
keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang
disepakati (agreed upon procedure) dalam peningkatan mutu untuk pengambilan keputusan. Jasa
Assurance dapat disediakan oleh profesi akuntan publik atau berbagai profesi lain. Contoh jasa
assurance yang disediakan oleh profesi lain adalah jasa pengujian berbagai produksi oleh
organsiasi konsumen, jasa pemeringkatan televisi (television rating) atau jasa pemeringkatan
radio (radio rating).
b.      Jasa Atestasi
adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang
apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Atestasi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang implisit dimaksudkan
untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi
merupakan pernyatan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan akuntansi berterima
umum (generally accepted accounting principles). Dibagi menjadi 4 jenis:
1.      Audit

8
Mencangkup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu
entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Atas dasar audit yang
dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor menyatakan suatu
pendapat mengenai apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsio akuntansi berterima
umum.
2.      Pemeriksaan (Exminatoin)
Berupa pernyataan suatu pendapat atas kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Contoh: pemeriksaan terhadap inforomasi keuangan prospektif
dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian pengenda;ian intern suatu entitas dengan kriteria
yang ditetapkan oleh instansi pemerintah.
3.      Review,
Berupa permintaan keterangan dan prosedur analitik terhadap informasi keuangan suatu entitas
dengan tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam informasi
keuangan tersebut. Keyakinan negatif lebih rendah tingkatnya dibandingkan dengan keyakinan
positif yang diberikan oleh akuntan publik dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan, karena lingkup
prosedur yang digunakan oleh akuntan publik dalam pengumpulan bukti lebh sempit dalam jasa
review dibandingkan dengan yang dignakan dalam jasa audit dan jasa pemeriksaan. Dalam
menghasilkan jasa audit dan pemeriksaan, akuntan publik melaksanakan berbagai prosedur:
inspeksi; observasi, konfirmasi, permintaan keterangan, pengusutan (tracing), pemeriksaan bukti
pendukung (vouching), pelaksanaan ulangn (reperforming), dan analisis.
4.      Prosedur yang disepakati (Agreed-upon procedures)
Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan prosedur
yang disepakati antara klien dnegan akuntan publik. Contoh: klien dan akuntan bersepakat
bahwa prosedur tertentu akan diterapkan terhadap unsur atau akun tertentu dalam suatu laporan
keuangan, bukan terhadap semua unsur laporan keuangan.
c.       Jasa Nonassurance
adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu
pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa
nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah:
1.      jasa kompilasi
Melakukan berbagai jasa akuntansi kliennyasampai dengan penyusunan laporan keuangan),
2.      Jasa perpajakan
Bantuan dalam pengisian pemberitahuan pajak tahunan (SPT) pakjak penghasilan, perencanaan
pajak, dan bertindak mewakili kliennya dalam menghadapi masalah perpajakan,

3.      jasa konsultasi, meliputi:


         Konsultasi (consultations)
Fungsi praktisi adalah memberikan konsultasi atau saran profesional yang memerlukan respon
segera. Contoh: review dan komentar terhadap bisnis buatan klien.
         Jasa pemberian saran profesianal (advisory services)
Berfungsi mengembangkan temuan, simpulan, dan ekomendasi untuk dipertimbangkan dan
diputuskan oleh klien. Contoh: review operasional dan improve study, analisis terhadap suatu
sistem akuntansi, dll.
         Jasa implementasi
Berfungsi mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Contoh: penyediaan jasa
instalasisistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan, pelaksanaan tahap-tahap
peningkatan produktvitas, dll.
         Jasa transaksi
Berfungsi menyediakan jasa yang berhubungan dnegan beberapa transaksi khusus klien yang
umumnya dengan pihak ketiga.
         Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya
Berfungsi menyediuakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan
kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien.
         Jasa Produk
Berfungsi menyediakan bagi klien suatu peroduk tertentu. Contoh: penjualan dan penyerahan
paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer, dll.

2.      Standar Profesional Akutan Publik


Terdapat lima macam standar profesional yang diterbitkan oleh Dewan sebagai aturan
mutu pekerjaan akuntan publik:
a.       Standar Auditing
Merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis standar auditing terdiri dari 10 standar
dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA) , PSA terdiri dai ketentuan-
ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan
perikatan audit, termasuk dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA)
yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan yang bersifat mengikat bagi
anggota Ikatan Akuntansi Indonesia yang berpraktik sebagai Akuntan Publik.
b.      Standar Aretasi
Memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencangkup tingkat
keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun
tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa non audit
c.       Standar Jasa Akuntansi dan Review,
Memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa
akuntansi dan review, termasuk didalamnya adalah Interpretasi Pernyataan Standar Jasa
Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh
Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAR.
d.      Standar Jasa Konsultasi,
Memberikan panduan bagi akuntan publik di didalam penyediaan jasa konsultansi bagi
masyarakat. Menyajikan temuan, simpulan dan rekomendasi yang sifat dan lingku pekerjaannya
ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya.
e.       Standar Pengendalian Mutu
Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan pengendalian mutu jasa
yang dihasilkan oleh iantornya dengan meatuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan
Standar professional Akutnan Publik dan Aturan Etika Kompartemen Akutnan Publik yang
diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik.
Terdapat hubungan antara Standar Atestasi dan Standar Auditing. Standar astestasi disusun
untuk memberikan panduan umum semua jenis perikatan atestasi yang mencangkup jasa
pemeriksaan (exmination), review, dan kompilasi terhadap asersi manajemen. Jasa pemeriksaan
yang dicakup oleh standar atestasi meliputi pemeriksaan terhadap laporan keuangan historis
(dikenal dengan istilah auditing) dan lapiran keuangn prospektif. Sedangkan jasa pemeriksaan
terhadap laporan keuangan historis diatur secara khusus oleh Dewan Atestasi yang khusus
mengatur mutu jasa akuntan publik yang berkaina dengan pemeriksaan laporan keuangan
historis.
Dalam hal ini auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau orangaisasi lain dengan tuuan menentukan apakah laporan keuanga tersebut
menyajikan secara wajar atau tidak. Auditing bukan merupakan cabang akuntansi, tetapi suatu
disiplin bebas, yang mendasarkan diri pada hasil kegiatan akuntansi dan daata kegiatan lain.
Akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian transaksi
keuangan perusahaan atau organisasi lain, hasil akhir: laproan keuangan. Dipihak lain, auditing
ditunjukan untuk menetukan secara objektif keandalan informasi yang disampaikan oleh
manajemen dalam laporan keuangan. Profesi akunan publik bertanggung jawab untuk menaikkan
tingakat keandalan laporan keuangan perusahan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-
sumber ekonomi.
3.      Kode Etik Akuntan Indonesia
Kode etik akuntan yang berlaku di Indonesia mengatur etika yang harus dipatuhi oleh
akuntan yang berpraktek di indonesoa baik akuntan public maupun tipe akuntan yang lain. Kode
etik akuntan Indonesia terdiri dari 3 bagian :9[9]
1.      Kode etik akuntan secara umum Mengatur hal – hal sebagai berikut :
-       Kepribadian
-       Kecakapan professional
-       Tanggung jawab
-       Pelaksanaan kode etik
-       Pelaksanaan kode etik dan penyempurnaannya
2.      Kode etik khusus untuk akuntan public
-       Kepribadian
-       Kecakapan professional
-       Tanggung jawab kepada klien
-       Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
-       Tanggung jawab lainnya.
3.      Penutup

9
Hanya berisi satu pasal yaitu mengatur tanggal berlakunya kode etik akuntan Indonesia.

Berikut Penjelasan dari Kode Etik Akuntan Indonesia sebagai berikut :


         Kepribadian
Kepribadian akuntan disini diartikan sebagai kepribadian yang independen dan obyektif.
Independen diartikan sebagai sikap yang bebas dan tidak tergantung kepada pihak lain.
Sedangkan sikap yang obyektif diartikan sebagai sikap yang tidak memihak dalam
mempertimbangkan fakta dan terlepas dari kepentingan pribadi.
Indenpendensi akuntan public mempunyai tiga aspek yaitu :
1.      Independen dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam melakukan pemeriksaan fakta yang
ditemukan. Sikap ini disebut independence in fact
2.      Independen dalam penampilan atau independence in appearance. Independence ini dipandang
dari sudut pandang pihak lain yang mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri
akuntan.
3.      Independence dipandang dari sudut keahlian
Misalnya akuntan yang tidak mengetahui tentang computer jika memeriksa laporan keuangan
yang diolah dengan computer dikatakan tidak independence. Hal ini disebabkan akuntan tidak
mempertimbangkan dengan obyektif informasi keuangan yang dihasilkan computer.
Independence merupakan hal yang unik dalam profesi akuntan, karena akuntan dituntut
independence dari pengaruh klien sedangkan dilain sisi akuntan dituntut memenuhi keinginan
klien karena klienlah yang membayar honorarioum.
         Kecakapan professional
Hal – hal yang diatur pada bagian ini adalah :
a.      Kewajiban akuntan public untuk menjelaskan kepada staf dan ahli yang bekerja padanya tentang
keterikatannya dengan kode etik akuntan Indonesia
b.     Akuntan public tidak boleh menerima pekerjaan kecuali ia atau kantornya mampu
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan kompetensi professional
c.      Melarang akuntan public mengaitkan namanya dengan prediksi untuk mencegah timbulnya
kesan bahwa ia menjamin terwujudnya prediksi.
         Tanggung jawab akuntan public terhadap kliennya
Disini mengatur tentang dua hal yaitu :
a.       Mengatur mengenai penjagaan kerahasiaan informasi yang diperoleh akuntan selama penugasan
professional. Informasi yang diperoleh tidak boleh diungkapkan kepada pihak ketiga kecuali :
-          Atas izin dari klien
-          Dikehendaki oleh hukum atau Negara
b.      Mengatur mengenai honorarium untuk jasa yang diserahkan. Akuntan tidak boleh menerima
honorarium berdasarkan atas manfaat yang akan diterima klien.
         Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
Tanggung jawab kepada rekan seprofesi ini mengatur dua hal yaitu :
a.       Akuntan public wajib menjaga hubungan baik dengan akuntan lain apabila klien memutuskan
menggunakan akuntan lain.
b.      Jika orang atau badan yang sedang diperiksa suatu kantor akutnan meminta saran atau pendapat
dari akuntan public lain , akuntan public ini harus berkonsultasi dulu dengan kantor akuntan
yang sedang memeriksanya.
         Tanggung jawab lain
Terdapat tiga perilaku lain yang dipandang tidak etis dalam profesi akuntan public :
a.       Mengiklankan diri atau mengijinkan pihak lain mengiklankan nama atau jasa yang dijualnya
b.      Membayar imbalan untuk memperoleh pekerjaan
c.       Menawarkan jasa secara tertulis kepada calon klien

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Auditing dan profesi akuntan public merupakan suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti – bukti secara obyektif mengenai pernyataan tentang
kejadian dan tindakan ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut
dengan kriteria yang ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Dalam melakukan pemeriksaan tersebut akuntan harus selalu berpedoman pada tiga hal
yakni : norma pemeriksaan akuntan, prinsip akuntansi Indonesia, kode etik profesi. Norma
pemeriksaan akuntan merupakan tolak ukur mutu pekerjaan akuntan.

DAFTAR PUSTAKA

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_l0151_0608071_chapter1.pdf
http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas ekonomi/akuntansi/2010/jbptunikompp-gdl-
gemiquanta-22877/6-unikom-g-i.pdf/pdf/6-unik
http://dokumen.tips/download/link/auditing-makalah
http://media.unpad.ac.id/thesis/120103/2010/120103100076_2_5462.pdf
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3564/Bab%201.pdf?sequence=6
http://www.academia.edu/8899534/AUDITING_and_PROFESI_AKUNTAN_PUBLIK

Anda mungkin juga menyukai