Anda di halaman 1dari 10

LATAR BELAKANG PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN

1. Hubungan Antara Akuntansi Dan Pengauditan


Dalam sebagian besar audit, lebih – lebih dalam audit laporan keuangan, terdapat hubungan
yang erat dan banyak melibatkan data akuntansi. Subjek suatu audit atas laporan keuangan
adalah berupa data akuntansi yang ada dalam buku-buku, catatan, dan laporan keuangan dari
entitas yang diaudit. Kebanyakan bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi auditor terdiri dari
data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Oleh karena itu seorang akuntan pada suatu
perusahaan yang ahli di bidang akuntansi harus tidak harus mengerti tentang pengauditan,
tetapi seorang auditor harus memahami akuntansi.
2. Asumsi Yang Mendasari Pengauditan : Data Laporan Keuangan Bisa Diverifikasi
Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data laporan keuangan bisa diverifikasi. Data
dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang atau lebih yang memiliki kualifikasi tertentu,
masing – masing melakukan pemeriksaan secara independen atas data tertentu, dan dari hasil
pemeriksaan tersebut diperoleh kesimpulan yang sama tentang data yang diperiksanya.
Masalah bisa tidaknya data diverifikasi terutama berkaitan dengan ketersediaan bukti yang
memiliki keabsahan sesuai dengan audit yang dilakukan.
Dalam beberapa disiplin, data dikatakan bisa diperiksa apabila pemeriksa bisa
membuktikan tanpa keraguan bahwa data benar atau salah. Auditor hanya membutuhkan dasar
yang memadai untuk menyatakan suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan.
3. Kondisi – Kondisi Yang Menyebabkan Timbulnya Kebutuhan Akan Pengauditan
A. Informasi dibuat oleh pihak lain. Apabila informasi berasal dari pihak lain, maka
kemungkinan (disengaja atau tidak disengaja) adanya informasi yang tidak benar menjadi
bertambah besar.
B. Bisa dan motivasi pembuat informasi. Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang
lain yang tujuannya tidak selaras dengan tujuan pengambil keputusan, maka informasi bisa
menjadi selaras dengan tujuan pengambil keputusan, maka informasi bisa menjadi bias
demi keuntungan si pembaut informasi.
C. Volume data. Apabila organisasi menjadi semakin besar, maka data transaksi biasanya juga
semakin bertambah banyak. Bertambahnya jumlah transaksi ini bisa menyebabkan
terjadinya kesalahan dalam pencatatan.
D. Kerumitan informasi. Cara mengurangi risiko infomasi (1) Pemakai laporan melakukan
sendiri verifikasi atas informasi (2) Pemakai membebankan risiko informasi pada
manajemen (3) Disediakan laporan keuangan yang telah diaudit
4. Manfaat Serta Keterbatasan Pengauditan
Manfaat Ekonomis Suatu Audit
A. Akses ke Pasar Modal
Seperti telah disebutkan pada bab yang lalu, undang – undang pasar modal mewajibkan
perusahaan public untuk diaudit laporan keuangannya agar bisa didaftar dan bisa menjual
sahamnya dipasar modal. Tanpa audit, perusahaan akan ditolak untuk melakukan akses ke
pasar modal.
B. Biaya modal menjadi lebih rendah
1
Perusahaan – perusahaan kecil sering kali mengauditkan laporan keuangannya dalam
rangka mendapatkan kredit dari bank atau dalam upaya mendapatkan persyaratkan
pinjaman yang lebih menguntungkan. Oleh karena laporan keuangan auditan dapat
menurunkan resiko informasi, biasanya kreditor bersedia untuk menetapkan Bungan yang
lebih rendah, dan para investor mungkin akan bersedia untuk menerima rate of return yang
lebih rendah atas investasinya.
C. Pencegah terjadinya kekeliruan dan kecurangan
Penelitian telah membuktikan bahwa apabila para karyawan mengetahui akan
dilakukannya audit oleh auditor independen, mereka cenderung untuk lebih berhati-hati
agar dapat memperkecil terjadinya kekeliruan dalam pelaksanaan fungsi akuntansi dan
memperkecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan asset perusahaan.
D. Perbaikan dalam pengendalian dan operational
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama auditor melaksankan audit observasi yang
dilakukan selama auditor elaksanakan audit, auditor independen seringkali dapat memberi
berbagai saran untuk memperbaiki pengendalian dan mencapai efiseinsi operasi yang lebih
besar dalam organisasi klien.

Keterbatasan Audit
Auditor tidak bisa memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan yang telah diauditnya
bebas dari kesalahan penyajian material yang timbul akibat kesalahan ataupun kecurangan.
Laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat benar – benar akurat. Hal ini disebabkan oleh
proses akuntansi yang melhirkan laporan keuangan, maupun oleh proses pengauditan itu
sendiri.standar akuntansi keuangan yang merupakan salah satu bentuk kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, bersifat fleksibel memberi keleluasaan kepada penyusun laporan
keuangan (manajemen) untuk mempengaruhi informasi keuangan yang disajikan dan oleh
karenanya berpengaruh kepada keandalan dan ketelitian informasi tersebut.
Keterbatasan audit yang timbul karena proses audit itu sendiri, bisa terjadi karena berbagai
hal. Idealnya auditor harus bisa memperoleh bukti tangan pertama untuk mendukung setiap
asersi yang melekat dalam laporan keuangan, tetapi hal seperti itu kadang – kadang tidak
praktis atau tidak mungkin. Bajkan apabila tujuan itu bisa dicapai, biaya untuk memperolehnya
mungkin bisa mahal sekali sehingga memberatkan menyusun maupun menggunakan laporan
keuangan.
PIHAK – PIHAK YANG BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR
1. Manajemen
Selama pelaksanaan audit, terdapat interaksi luas antara auditor dan manajemen untuk
mendapatkan bukti yang diperlukan di dalam audit karena seringkali auditor memerlukan
data rahasia tentang entitas. Pendekatan tipikal yang harus dilakukan auditor terhadap
asersi manajemen dapat disebut keraguan manajemen (professional skepticism). Yang
berarti auditor tidak boleh tidak mempercayai asersi manajemen, namun juga tidak boleh
begitu saja menerimanya tanpa memperhatikan kebenaran.
2. Pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
2
Standar audit (SA 260) mewajibkan auditor untuk berkomunikasi dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan, komunikasi yang
dimaksud oleh SA ini adalah komunikasi dua arah yang efektif, yakni komunikasi dengan
pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola dalam rangka mendapatkan informasi
sebagai bukti audit dan kewajiban auditor untuk memberi informasi kepada pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola untuk berbagai keperluan.
3. Auditor Internal
Internal auditor adalah auditor yang bekerja pada suatu entitas, dan oleh karenanya
merupakan pegawai dan tunduk pada manajemen entitas dimana ia bekerja. Fungsi audit
internal mencakup Antara lain pemeriksaan, pengevaluasian, dan pemantauan kecukupan
dan efektivitas pengendalian internal. Selain itu, perlu disadari juga bahwa apabila auditor
eksternal menggunakan pekerjaan auditor internal, tanggungjawab penggunaan pekerjaan
tersebut berada pada auditor eksternal. Ia adalah penanggungjawab tunggal opini audit
yang dinyatakan, dan tanggungjawab tersebut tidak berkurang dengan digunakannya
pekerjaan auditor internal oleh auditor eksternal.
4. Pemegang Saham
Selama penugasan audit berlangsung, auditor biasanya tidak berhubungan langsung
dengan para pemegang saham karena mereka bukanlah pejabat atau pegawai perusahaan.
Namun demikian auditor akan berhadapan langsung dengan para emegang saham pada saat
perusahaan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan auditor harus
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pemegang saham.

STANDAR AUDIT
Standar auditing adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi
tanggungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Di dalam
Standar Audit mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain persyaratan kompetensi
dan independensi, pelaporan dan bukti audit.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk
menetapkan standar audit. Dengan perkembangan yang terjadi dalam era globalisasi, IAPI telah
memutuskan untuk mengadopsi International Auditing Standards (ISA) yang diterbitkan
International Auditing And Assurance Standards Boards (IAASB) dan dengan demikian tidak
memberlakukan lagi standar audit yang selama ini berlaku. Ikatan Akuntan Publik Indonesia
menerjemahkan International Auditing Standards (ISA) kedalam bahasa indonesia dan diberi judul
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan menetapkan pemberlakukan Standar Profesional
Akuntan Publik di indonesia

ISI DAN STRUKTUR STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Isi dan struktur SPAP wajib dipahami oleh para auditor dan calon auditor, karena SPAP merupakan
panduan utama yang wajib dilaksanakan dalam pengauditan laporan keuangan historis
berdasarkan standar audit. Walaupun isinya mengandung banyak persamaan, sistematika dan
struktur SPAP yang sekarang berlaku sangat berbeda bila dibandingkan dengan SPAP yang

3
berlaku sebelumnya. Berikut ini adalah judul-judul dari isi standar audit yang diberlakukan oleh
IAASB dan diadopsi oleh IAPI

AUDIT INFORMASI KEUANGAN HISTORIS


200-299 Prinsip-prinsip Umum dan Tanggung Jawab
SA 200 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
berdasarkan Standar Audit. SA 210 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit. SA
220 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan. SA 230 Dokumentasi
Audit. SA 240 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Audit
atas Laporan Keuangan. SA 250 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan
dalam Audit atas Laporan Keuangan. SA 260 Komunikasi dengan Pihak yang
Bertanggungjawab atas Tata Kelola. SA 265 Pengkomunikasian Defisiensi dalam
Pengendalian Internal kepada Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola dan
Manajemen
300-499 Penilaian Risiko dan Respons terhadap Risiko yang Telah Dinilai
SA 300 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan. SA 315
Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya. SA 320 Materialitas dalam Tahap
Perencanaan dan Pelaksanaan Audit. SA 330 Respons Auditor terhadap Risiko yang
Telah Dinilai. SA 402 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang
Menggunakan Suatu Organisasi Jasa. SA 450 Pengevaluasian atas Kesalahan
Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit
500-599 Bukti Audit
SA 500 Bukti Audit. SA 501 Bukti Audit – Pertimbangan Spesifik atas Unsur
Pilihan. SA 505 Konfirmasi Eksternal. SA 510 Perikatan Audit Tahun Pertama-
Saldo Awal. SA 520 Prosedur Analitis. SA 530 Sampling Audit. SA 540 Audit atas
Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan
yang Bersangkutan. SA 550 Pihak Berelasi. SA 560 Peristiwa Kemudian. SA 570
Kelangsungan Usaha. SA 580 Representasi Tertulis
600-699 Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain
SA 600 Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk
Pekerjaan Auditor Komponen). SA 610 Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal. SA
620 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor.
700-799 Kesimpulan Audit dan Pelaporan
SA 700 Perumusan suatu Pendapat dan Pelaporan atas Laporan Keuangan. SA 705
Modifikasi atas Opini dalam Laporan Auditor Independen. SA 706 Paragraf
Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor Independen.
SA 710 Informasi Komparatif – Angka-angka yang Berkaitan dan Laporan
Keuangan Komparatif. SA 720 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Informasi
Lain dalam Dokumen-dokumen yang Berisi Laporan Keuangan Auditan.
4
800-899 Area-area Khusus
SA 800 Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai
dengan Kerangka Bertujuan Khusus. SA 805 Pertimbangan Khusus – Audit atas
Laporan Keuangan Tunggal dan suatu Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam
Laporan Keuangan. SA 810 Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan
Keuangan.

STRUKTUR STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


1. Pengantar
Materi pengantar bisa mencakup informasi yang berhubungan dengan tujuan, lingkup, dan
pokok bahasan dari standar audit yang bersangkutan, disamping itu dimuat pula tanggung
jawab auditor dan pihak lainnya dalam konteks standar audit yang bersangkutan.
2. Tujuan
Setiap standar audit (SA) berisi pernyataan yang jelas tentang tujuan auditor mengenai hal
– hal yang dibahas dalam SA tersebut.
3. Definisi
Agar diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang SA, istilah-istilah terkait didefiisikan
dalam setiap SA
4. Ketentuan
Setiap tujuan didukung dengan ketentuan yang jelas. Ketentuan selalu dinyatakan dengan
frasa “auditor harus”
5. Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
Materi Penerapan dan Penjelasan Lain menjelaskan secara lebih tepat makna dari suatu
ketentuan atau apa yang dimaksudkan untuk dicakup, atau menyertakan contoh – contoh
prosedur yang mungkin cocok dalam situasi yang dihadapi.

LAPORAN AUDITOR
Laporan auditor sangat penting dalam penugasan audit dan asurans karena laporan
mengomunikasikan temuan auditor. Penggunaan laporan keuangan mengandalkan pada laporan
auditor untuk mendapatkan asurans tentang laporan leuangan entitas (perusahaan).
1. Bagian-bagian Dalam Laporan Auditor
1) Judul laporan : standar audit harus memiliki judul yang bertujuan agar
mengeidentasikansecara jelas bahwa laporan tersebut adalah laporan seorang auditor
independen.
2) Pihak yang Dituju : laporan auditor harus ditunjukan kepada pihak sebagaimana yang
diharuskan menurut ketentuan perikatan.

5
3) Paragraph Pendahuluan : untuk mengindentifakasi entitas yang laporan keuangannya
diaudit, menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit, mengidentifikasi judul setiap
laporan keuangan menjadi bagian dari laporan keuangan.
4) Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan. Bagian dari laporan auditor ini
menjelaskan tanggungjawab pihak – pihak dalam organisasi dalam organisasi yang
bertanggungjawab atas penyusunan laporan keuangan.
5) Tanggungjawab Auditor. Laporan auditor menyatakan bahwa tanggung jawab auditor
adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan audit untuk
mengontaskannya dengan tanggung jawab manajemen atas penyusunan laporan keuangan.
6) Opini Auditor. Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasi atas laporan keuangan
yang disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, laporan auditor hasrus, kecuali
jika diharuskan lain oleh peraturan perundang – undangan.
7) Tanggungjawab Pelaporan Lainnya. Jika auditor menyatakan tanggungjawab pelaporan
lainnya dalam laporan auditor atas laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap
tanggung jawab auditor berdasarkan Standar Akuntansi untuk melaporkan laporan
keuangan, maka tanggung jawab pelaporan lain tersebut harus dinyatakan dalam suatu
bagian terpisah dalam laporan auditor yang diberi judul “Pelaporan Lain atas Ketentuan
Hukum dan Regulasi”
8) Tanda Tangan Auditor. Laporan auditor harus ditandatngani. Tanda tangan auditor
dilakukan dalam nama kantor akuntan public (KAP) dan nama rekan. Selain itu, laporan
auditor harus mancantumkan nomor izin KAP dan nomor izin rekan yang menandatangani
laporan audit.
9) Tanggal Laporan Audit. Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari
tanggal krtika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari
opini auditor atas laporan keuangan.

2. Kondisi – Kondisi Untuk Perumusan Opini Wajar Tanpa Pengecualian


Untuk merumusakn opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material. Kesimpulan tersebut harus memperhitungkan (1)
kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, bahwa bukti audit yang cukup dan tepat telah
diperoleh, (2) kesimpulan auditor, berdasarkan SA 50, bahwa kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi adalah tidak material, baik secara individual maupun secara kolektif, dan (3) evaluasi
yang diharuskan oleh paragraph 12 -15 SA 700. Apabila semua persyaratan sudah terpenuhi,
suatu laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian dapat diterbitkan untuk laporan
keuangan bertujuan umum yang disusun berdasar kerangkan pelaporan keuangan yang
berlaku.
3. Modifikasi Terhadap Opini Auditor
Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika auditor menyimpulkan
bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak
6
bebas dari kesalahan penyajian material atau auditor tidak dapat memperole bukti audit yang
cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material.
1) Sifat Kesalahan Penyajian Material, SA 700 mengharuskan auditor, untuk
merumusakan suatu opini atas laporang keunagan, untuk menyimpulkan apakah keyakinan
memadai telah diperoleh tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalhan penyajian material. SA 450 mendefinisikan suatu kesalahan penyajian sebagai
suatu selisih antara angka, klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan dari suatu pos yang
dilaporkan dlaam laporan keuangan beserta angka, klasifikasi, penyajian atau
pengungkapan yang diharuskan untuk pos tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku
2) Ketepatan Kebijakan Akuntansi yang Dipilih, dalam hubungannya dengan ketepatan
kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajemen, kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan dapat timbul ketika (1) kebijakan akuntansi yang dipilih tidak onsste
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku atau laporan keuangan, termasuk
catatan atas laporan keuangan, tidak mencerminkan transaksi dan peristiwa dalam suatu
cara untuk mencapai penyajian wajar. Serta (2) kerangka pelaporan keuangan seringkali
mrngandung ketentuan akuntansi untuk, dan pengungkapan tentang, perubahan dalam
kebijakan akuntansi.
3) Penerapan Kebijakan Akuntansi yang Dipilih, kesalahan penyajian material dalam
laporan keuangan dapat timbul ketika manajemen menerpakan kebijakan akuntansi secara
konsisten atau karena metode penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih.
4) Ketepatan Kecukupan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan, kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan dapat timbul ketika laporan keuangan tidak
mencantumkan seluruh pengungkapan yang diharuskan oleh kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku, pengungkapan dalam laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, atau laporan keuangan tidak menyajikan
pengungkapan yang diperlukan untuk mencapai penyajian wajar.
5) Sifat Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat,
ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat dapat timbul
dari kondisi diluar pengendalian entitas, kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu
dari pekerjaan auditor, atau pembatasan yang dilakukan oleh manajamen.
6) Contoh – contoh kondisi di luar pengendalian entitas, mencakup sebagai berikut, yaitu
catatan akuntansi entitas telah musnah dan catatan akuntansi suatu komponen signifikan
disita oleh otoritas pemerintah hingga waktu yang tidak dapat ditentukan.
7) Contoh – contoh kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu pekerjaan auditor,
mencakup entitas diharuskan untuk menggunakan metoda akuntansi ekuitas untuk suatu
entitas terasosiasi, dan auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang informasi keuangan entitas terasosiasi tersebut untuk mengevaluasi apakah metoda
ekuitas tersebut telah diterapkan dengan tepat, waktu penunjukkan auditor menyebabkan
7
auditor tidak dapat mengobservasi perhitungan fisik persediaan, dan auditor menentukan
bahwa pelaksanaan prosedur substantive saja adalh tidak cukup, tetapi pengendalian entitas
tidak efektif.

4. Penentuan Tipe Modifikasi Terhadap Opini Auditor


Modifikasi terhadap opini auditor terdiri dari: Opini Wajar, Opini Tidak Wajar, dan Opini
Tidak Menyatakan Pendapat
1) Konsekuensi ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
yang disebabkan oleh pembatasan yang dilakukan oleh manajemen setlah audiot
menerima perikatan, jika setelah menerima perikatan, auditor menyadari bahwa
manajemen telah melakukan pembatasan terhadap ruang lingkup audit yang menurut
auditor kemungkinan akan menyebabkan opini wajar dengan pengecualian atau opini
tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan, maka auditor harus meminta
manjemen untuk mecabut pembatasan tersebut.
2) Pertimbangan lain yang berkaitan dengan opini tidak wajar atau opini tidak
menyatakan pendapat, Ketika menurut auditor suatu opini tidak wajar atau opini tidak
menyatakan pendapat perlu dinyatakan atas laporan keuangan secara keseluruhan, laporan
auditor juga tidak diperkenankan untuk mencantumkan opini tanpa modifikasian,
berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang sama, atau suatu aporan keuangan
tunggal atau satu atau lebih unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan.

5. Bentuk dan Isi Laporan Auditor Ketika Opini Dimodifikasi


1) Basis untuk Paragraf Modifikasi. Harus mencantumkan suatu paragraph dalam laporan
auditor yang menyediakan penjelasan tentang hal – hal yang menyebabkan modifikasi.
2) Paragraph Opini. Auditor harus menggunakan judul “Opini Wajar dengan
Pengecualian”, “Opini Tidak Wajar”, atau “Opini Tidak Menyatakan Pendapat”, sesuai
dengan kondisinya, untuk paragraph opini.
3) Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Menyatakan suatu
Opini Wajar dengan Pengecualian atau Opini Tidak Wajar. Auditor harus mengubah
penjelasan tentang tanggungjawab auditor untuk menyatakan bahwa auditor yakin bahwa
bukti audit yang diper oleh auditor adalah cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis
bagi opini modifikasian.
4) Penjelasan tentang Tanggungjaawab Auditor Ketika Auditor Tidak Menyatakan
Pendapat. Auditor harus mengubah paragraph pendahuluan dalam laporan auditor untuk
menyatakan bahwa auditor ditugasi untuk mengaudit laporan keuangan.

6. Komunikasi Dengan Pihak Yang Bertanggungjawab Atas Tata Kelola


Ketika auditor berharap untuk memodifikasi opininya dalam laporan auditor, auditor harus
berkomunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi yang

8
menuntun pada modifikasi yang diharapkan tersebut dan usulan susunan kata – kata ats
modifikasi tersebut.

7. Ilustrasi Laporan Auditor Dengan Modifikasi Terhadap Opini


Iustrasi 1: laporan auditor yang berisi opini wajar dengan pengecualian karena kesalaha penyajian
material dalam laporan keuangan.
Kondisi yang melingkupi laporan audit independen mencakup hal – hal berikut, yaitu audit
atas suatu laporan keuangan lengkap bertujuan umum yang disusun oleh manajemen enttas
seusai dengan SAK di Indonesia, syarat – syarat perikatan audit mencerminkan penjelasan
tentang tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210, kesalahan
penyajian dipandnag material namun tidak pervasive terhadap laporan keuangan, dan
sebagai tambahan untuk audit atas laporan keuangan.
Ilustrasi 2: Laporan auditor yang berisi opini tidak wajar karena kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan.
Kondisi yang melingkupi laporan auditor independen mencakup hal – hal berikut, yaitu
audit atas laporan keuangan konsolidasian bertujuan umum yang disusun oleh manajemen
entitas induk sesuai dengan SAK di Indonesia, syarat – syarat perikatan audit
mencerminkan tentang tanggungjawab manjemen atas laporan keuangan dalam SA 210,
laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material karena tidak
mengonsolidasikan suatu entitas anak, dan sebagai tambahan untuk audit atas laporan
keuangn.
Ilustrasi 3: Laporan Auditor yang Berisi Opini Wajar dengan Pengecualian karena
Ketidakmampuan Auditor untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat.
Kondisi yang melingkupi laporan auditor independen yaitu: audit atas suatu laporan
keuangan lengkap bertujuan umum yang disusun oleh manajemen entitas seusai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, Syarat-syarat perikatan audit mencerminkan
tentang tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210, Auditor tidak
dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat berkaitan dengan investasi dalam suatu
afiliasi asing.
Ilustrasi 4: Laporan Auditor yang Berisi Opini tidak Menyatakan Pendapat karena
Ketidaknyamanan Auditor untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat tentang Suatu
Unsur Tunggal dalam Laporan Keuangan.
Yaitu, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit tentang informasi keuangan dari suatu
ventura bersama (joint venture) yang mencerminkan lebih dari 90% dari asset bersih
perusahaan, dampak yang mungkin timbul dari ketidaknyamanan untuk memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat dipandang material dan pervasif terhadap laporan keuangan,
sebagai tambahan untuk audit atas laporan keuangan, auditor memiliki tanggungjawab
pelaporan lain yang disyaratkan oleh ketentuan hukum tertentu.

9
Ilustrasi 5: Laporan Auditor yang Berisi Opini tidak Menyatakan Pendapat karena
Ketidaknyamanan Auditor untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat tentang Banyak
Unsur dalam Laporan Keuangan.
Kondisi yang melingkupi laporan auditor independen yaitu: audit atas suatu laporan
keuangan lengkap bertujuan umum yang disusun oleh manajemen entitas seusai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia, syarat-syarat perikatan audit mencerminkan
tentang tanggungjawab manajemen atas laporan keuangan dalam SA 210, auditor tidak
dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang suatu unsur tunggal laporan
keuangan. Yaitu, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit tentang informasi keuangan
dari suatu ventura bersama (joint venture) yang mencerminkan lebih dari 90% dari asset
bersih perusahaan.

8. Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor
Independen
Paragraf Penekanan Suatu Hal dalam Laporan Auditor
Ketika auditor mencantumkan suatu paragraph Penekanan Suatu Hal dalam laporannya,
auditor harus: (1) Meletakkan paragraf tersebut segera setelah paragraf opini dalam laporan
auditor; (2) Menggunakan judul “Penekanan Suatu Hal” atau judul lain yang tepat; (3)
Mencantumkan dalam paragraf tersebut suatu pengacuan yang jelas tentang hal yang ditekankan
dan rujukan pada catatan atas laporan keuangan
Pencantuman paragraf Penekanan Suatu Hal dalam laporan auditor tidak memengaruhi opini
auditor. Paragraf Penekanan Suatu Hal bukan merupakan pengganti bagi hal-hal sebagai berikut:
(1) Auditor menyatakan opini wajar dengan pengecualian, atau opini tidak wajar, atau tidak
menyatakan pendapat, ketika diharuskan oleh kondisi suatu perikatan audit. (2) Pengungkapan
dalam laporan keuangan yang diharuskan untuk dibuat oleh manajemen menurut kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor
Jika menurut auditor perlu untuk mengomunikasikan suatu hal lain selain yang telah
disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang menurut pertimbangan auditor, relevan
dengan pemahaman pengguna laporan keuangan atas audit, tanggung jawab auditor, atau laporan
auditor, dan hal tersebut tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan, maka auditor harus
mencantumkan paragraf tersebut segera sesudah paragraf Opini dan paragraf Penekanan Suatu Hal
atau di tempat lain dalam laporan auditor.

10

Anda mungkin juga menyukai