KELOMPOK 2
NAMA : NIM :
1. Gede Eka Yasa 1607532016
2. Kadek Indri Pradnyavita 1607532020
3. Dwiki Vernanda Krisanayana Putra 1607532022
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI NON REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR BALI
2018
1. LATAR BELAKANG PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN
Seorang akuntan tidak harus mengerti tentang pengauditan akan tetapi seorang auditor
harus memahami akuntansi. Akuntansi menghasilkan laporan keuangan sedangkan pengauditan
menghasilkan nilai informasi yang dihasilkan dari proses akuntansi dengan cara melakukan
penilaian secara kritis atas informasi tersebut dan mengomunikasikan hasil penilaian tersebut
kepada pihak yang mempunyai kepentingan.
Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data laporan keuangan bisa diverifikasi. Data
dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang atau lebih yang memiliki kualitas tertentu, masing-
masing melakukan pemeriksaan secara independen atas data tertentu, dan dari hasil pemeriksaan
tersebut diperoleh kesimpulan yang sama tentang data yang diperiksanya. Masalah bisa tidaknya
data diverifikasi terutama berkaitan dengan ketersediaan bukti yang memiliki keabsahan sesuai
dengan audit yang dilakukan.
Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain yang tujuannya tidak selaras dengan
tujuan pengambil keputusan, maka informasi bisa menjadi bias demi keuntungan si pembuat
informasi.
Volume Data
Apabila organisasi menjadi semakin besar, maka data transaksi biayanya juga semakin
bertambah banyak. Bertambahnya jumlah transaksi ini bisa menyebabkan terjadinya kesalahan
dalam pencatatan.
Kerumitan Transaksi
Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, transaksi pertukaran antara organisasi semakin
bertambah kompleks dan akibatnya semakin sulit untuk mencatat secara tepat.
Audit tidak bisa memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan yang telah diauditnya
bebas dari kesalahan penyajian material yang timbul akibat kesalahan ataupun kecurangan.
Laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat benar-benar akural. Hal ini disebabkan oleh
proses akuntansi yang melahirkan laporan keuangan, maupun oleh proses pengauditan itu
sendiri.
MANAJEMEN
Menurut SA 260.9 tujuan auditor melakukan komunikasi dengan pihak yang bertanggung
jawab atas tata kelola adalah :
(a) Untuk mengomunikasikan secara jelas kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola tetang tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan audit
(b) Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola.
(c) Untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola secara tepat
waktu
(d) Untuk mendukung komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola.
AUDITOR INTERNAL
Auditor internal dan auditor eksternal diharuskan untuk saling berkomunikasi satu sama
lain dengan tujuan auditor eksternal dapat menggunakan pekerjaan auditor internal dan
kembali mengaudit laporan keuangan tersebut.
PEMEGANG SAHAM
Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit
untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan tanggungjawabnya
dengan baik. Oleh karena itu auditor memiliki tanggungjawab yang penting terhadap para
pemegang saham sebagai pemakai utama laporan auditor
3. STANDAR AUDIT
Standar audit adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam memenuhi
tanggungjawab professional mereka dalam pengauditan laporan keuangan historis. Standar
tersebut mencakup pertimbangan kualitas professional antara lain persyaratan kompetensi dan
independensi, pelaporan, dan bukti
SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) merupakan panduan utama yang wajib
dilaksanakan dalam pengauditan laporan keuangan historis berdasarkan standar audit.Walaupun
isinya mengandung banyak persamaan, sistimatika dan struktur SPAP yang sekarang berlaku
sangat berbeda bila dibandingkan dengan SPAP yang berlaku sebelumnya.
1) Pengantar
Materi pengantar bisa mencakup informasi yang berhubungan dengan tujuan, lingkup,
dan pokok bahasan dari standar audit yang bersangkutan, disamping itu dimuat pula
tanggungjawab auditor dan pihak lainnya dalam konteks standar audit yang bersangkutan.
2) Tujuan
Setiap standar audit (SA) berisi pernyataan yang jelas tentang tujuan auditor mengenai
hal-hal yang dibahas dalam SA tersebut.
3) Definisi
Agar diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang SA, istilah-istilah terkait
didefinisikan dalam setiap SA
4) Ketentuan
Setiap tujuan didukung dengan ketentuan yang jelas. Ketentuan selalu dinyatakan dengan
frasa “auditor harus”
Materi penerapan dan penjelasan lain menjelaskan secara lebih tepat makna dari suatu
ketentuan atau apa yang dimaksud untuk dicakup, atau menyertakan contoh-contoh prosedur
yang mungkin cocok dalam situasi yang dihadapi.
4. LAPORAN AUDITOR
1. Judul Laporan. Standar audit mewajibkan bahwa laporan auditor harus memiliki sebuah
judul yang mengindikasikan secara jelas bahwa laporan tersebut adalah laporan seorang
auditor independen.
2. Pihak yang Dituju. Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang
diharuskan menurut ketentuan perikatan.
3. Paragraf Pendahuluan. Paragraph pendahuluan dalam laporan auditor harus:
a. Mengidentifikasi entitas yang laporan keuangannya diaudit
b. Menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit
c. Mengidentifikasi judul setiap laporan keuangan yang menjadi bagian dari laporan
keuangan
d. Merujuk pada ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan
lainnya
e. Menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan keuangan
4. Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan. Laporan auditor harus mencakup
suatu bagian dengan judul “Tanggungjawab Manajemen (atau istilah semestinya yang
lainnya) atas laporan keuangan. Bagian dari laporan auditor ini menjelaskan
tanggungjawab pihak-pihak dalam organisasi yang bertanggungjawab atas penyusuan
laporan keuangan.
5. Tanggungjawab Auditor. Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul
“Tanggungjawab Auditor”. Laporan auditor menyatakan bahwa tanggungjawab auditor
adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan audit untuk
mengontraskannya dengan tanggungjawab manajemen atas penyusunan laporan
keuangan.
6. Opini Auditor. Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul “Opini”.
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan yang disusun
berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, laporan auditor harus, kecuali jika
diharuskan lain oleh peraturan perundang-undangan menggunakan frasa dibawah ini:
“laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,…..sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia”.
7. Tanggungjawab Pelaporan Lainnya. Jika auditor menyatakan tanggungjawab pelaporan
lainya dalam laporan auditor atas laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap
tanggungjawab auditor berdasarkan SA untuk melaporkan laporan keuangan , maka
tanggungjawab pelaporan lain tersebut harus dinyatakan dalam suatu bagian terpisah
dalam laporan auditor yang diberi judul “Pelaporan Lain Atas Ketentuan Hukum dan
Regulasi”, atau judul lain yang dianggap tepat menurut isi bagian ini.
8. Tanda Tangan Auditor. Laporan auditor harus ditandatangani. Tanda tangan auditor
dilakukan dalam nama kantor akuntan public (KAP) dan nama rekan
9. Tanggal Laporan Audit. Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari
tanggal ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
mendasari opini auditor atas laporan keuangan, termasuk bukti bahwa:
a. Seluruh laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan
keuangan terkait, telah disusun; dan
b. Pihak-pihak dengan wewenang yang diakui telah menyatakan bahwa mereka telah
mengambil tanggungjawab atas laporan keuangan tersebut.
KONDISI-KONDISI UNTUK PERUMUSAN OPINI WAJAR TANPA PENGECUALIAN
Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas
dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
(a) Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan
keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material; atau
(b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan
penyajian material.
Sifat Kesalahan Penyajian Material
SA 700 mengharuskan auditor, untuk untuk merumuskan suatu opini atas laporan
keuangan, untuk menyimpulkan apakah keyakinan memadai telah diperoleh tentang apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material. SA 450
mendefinisikan suatu kesalahan penyajian sebagai suatu selisih antara angka, klasifikasi,
penyajian, atau pengungkapan dari suatu pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan beserta
angka, klasifikasi, penyajian atau pengungkapan yang diharuskan untuk pos tersebut sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Oleh karena itu, suatu kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan dapat timbul dalam kaitannya dengan:
Sifat Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
Ketidak mampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (disebut
juga sebagai pembatasan ruang lingkup audit) dapat timbul dari:
(a) Kondisi diluar pengendalian entitas;
(b) Kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu dari pekerjaan auditor; atau
(c) Pembatasan yang dilakukan oleh manajemen.
Modifikasi yang harus dilakukan terhadap opini auditor, tergantung pada materialisasi
dan seberapa pervasife dampak dari faktor penyebab modifikasi tersebut terhadap kewajaran
laporan keuangan sebagai keseluruhan. Pengaruh yang pervasif terhadap laporan keuangan
adalah pengaruh yang, menurut pertimbangan auditor :
Konsekuensi dari Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan
Tepat yang Disebabkan oleh Pembatasan yang Dilakukan oleh Manajeman Setelah
Auditor Menerima Perikatan
Jika, setelah menerima perikatan auditor menyadari bahwa manajeman telah melakukan
pembatasan terhadap ruang lingkup yang menurun.
Jika manajemen menolak mencabut pembatasan tersebut, maka auditor harus
mengomunikasikan hal tersebut kepada pihak yang bertanggungjawab.
Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat maka auditor harus
menentukan implikasi.
Jika auditor menarik diri maka auditor harus mengomunikasikan kesalahan penyajian
yang teridentifikasi selama audit yang dapat menyebabkan modifikasi.
Pertimbangan Lain yang Berkaitan dengan Opini Tidak Wajar atau Opini Tidak
Menyatakan Pendapat
Ketika menurut auditor suatu opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat
perlu dinyatakan atas laporan keuangan secara keseluruhan, laporan auditor juga tidak
diperkenankan untuk mencantumkan opini tanpa modifikasi, berdasarkan kerangka pelaporan
keuangan yang sama.
Auditor diharuskan mencamtukan suatu paragraf dalam laporan yang menjelaskan tentang hal-
hal yang menyebabkan adanya modifikasi tersebut.
2) Paragraf Opini
Ketika auditor memodifikasi opini audit, auditor harus menggunakan judul “Opini Wajar dengan
Pengecualian”, “Opini Tidak Wajar”. Atau “Opini Tidak Menyatakan Pendapat”, sesuai dengan
kondisinya, untuk paragraf opini.
Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar,
auditor harus mengubah suatu penjelasan tentang tanggungjawab auditor untuk menyatakan
auditor yakin bahwa bukti audit yang diperoleh oleh auditor adalam cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi opini modifikasi.
Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena kemampuan auditor untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus mengubah paragraf pendahuluan dalam laporan
auditor untuk menyatakan bahwa auditor ditugasi untuk menyatakan sebagai berikut:
“Tanggungjawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
pelaksanaan audit yang seusai dengan Standar Audit yang telah ditetapkan oleh Institusi Akuntan
Publik Indonesia. Namun, oleh karena hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini
TIdak Menyatakan Pendapat, kami tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis untuk opini audit”.
Ketika auditor berharap untuk memodifikasi opininya dalam laporan auditor, auditor
harus berkomunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi yang
menuntun pada modifikasi yang diharapkan tersebut dan usulan susunan kata- kata atas
modifikasi tersebut.
SA 706 mengatur komunikasi tambahan dalam laporan auditor ketika auditor menganggap
perlu untuk:
(a) Penarik perhaian pengguna laporan keuangan pada suatu hal atau beberapa hal yang
disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang sedemikian penting, yang
bersifat fundamental bagi pemahaman pengguna laporan keuangan; atau
(b) Menarik perhatian pengguna laporan keuangan pada suatu hal atau beberapa hal selain
yang disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang relevan bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan atas audit, tanggung jawab auditor atau laporan auditor.
Ketika auditor mencantumkan suatu paragraph Penekanan Suatu Hal dalam laporannya,
auditor harus:
(a) Meletakkan paragraph tersebut segera setelah paragraph opini dalam laporan auditor;
(b) Menggunakan judul “Penekanan Suatu Hal” atau judul lain yang tepat;
(c) Mencantumkan dalam parafraf tersebut suatu pengacuan yang jelas tentang hal yang
ditekankan dan rujukan pada catatan atas laporan keuangan yang relevan tempat hal
tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan; dan
(d) Mengindikasikan bahwa opini auditor tidak dimodifikasi sehubungan dengan hal ynag
ditekankan tersebut.
.
Jika menurut auditor perlu untuk mengomunikasikan suatu hal lain selain yang telah
disajiakan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang menurut pertimbangan auditor
relevan dengan pemahaman pengguna laporan keuangan atas audit, tanggungjawab auditor, atau
laporan auditor, dan hal tersebut tidak dilarang oleh peraturan perundang- undangan, maka
auditor harus mencantumkan suatu paragraf dalam laporan auditor dengan judul “Hal Lain” atau
judul lain yang tepat.