Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB 4 : ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Disusun oleh :
Kelompok 4 Kelas E-Akuntansi

Millah Baydhia (17013010163)


Irna Amelia Moehardiono. (17013010164)
Wahyu Mas Bayu Anggah. (17013010186)
Lutfiana Ayu Pradita. (17013010192)
Andreansyah Firman Maulana (17013010194)
Anggraeni Nur Siswiraningtyas (17013010198)
Fabiola Dinda Effendi. (17013010199)
Arya Pratama Putra (17013010295)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena tanpa rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kami senantiasa masih diberi kesempatan untuk menulis Makalah yang berjudul
Perkembangan Akuntansi Sektor Publik yang bertujuan untuk menuntaskan tugas mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik semester 4.
Harapan kami semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman maupun
petunjuk bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini dapat menambah
wawasan para pembaca mengenai materi yang kami bahas dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan banyak perbaikan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang
membangun sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah-makalah
kami yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT membalas jasa-jasanya dan senantiasa meridhai kita semua. Amin.

Surabaya, 23 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………………… 1
1.3. Tujuan Penulisan ……………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ……………………………… 2
2.2. Dasar Hukum APBN …………………………………………………… 2
2.3. Fungsi APBN …………………………………………………………... 2
2.4. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Tangan Presiden ……….. 3
2.5. Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga …………………………………….. 3
2.6. Siklus APBN …………………………………………………………… 4
2.7. Prinsip penyusunan APBN …………………………………………….. 5
2.8. Azas penyusunan APBN ………………………………………………. 5
2.9. Penetapan/Persetujuan APBN ………………………………………… 6
2.10. Pelaksanaan APBN ……………………………………………………. 6
2.11. Pelaporan dan Pencatatan APBN ……………………………………… 6
2.12. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN ………………………… 6
2.13. Penyusunan APBN …………………………………………………….. 7
2.14. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal ……… 7
2.15. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga ……….. 7
2.16. Pembentukan Undang-Undang APBN ………………………………… 8
2.17. Struktur APBN ………………………………………………………… 8
2.18. Pendapatan Negara ……………………………………………………. 9
2.19. Penerimaan Perpajakan ……………………………………………….. 9
2.20. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) ……………………………. 9
2.21. Belanja Negara ………………………………………………………… 10
2.22. Belanja Pemerintah Pusat ……………………………………………… 10
2.23. Transfer ke Daerah …………………………………………………….. 11
2.24. Pembiayaan ……………………………………………………………. 11
2.25. Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN ………………………………… 12
KASUS ……………………………………………………………………………. 13
BAB III KESIMPULAN
3.1. Opini …………………………………………………………………….... 15
3.2. Kesimpulan ……………………………………………………………..… 15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran
perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola
perekonomian negara.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)?
2. Apa saja Sumber penerimaan Pendapatan Negara dalam APBN?
3. Bagaimana Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi ?
4. Bagaimana proses penyusunan APBN?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk Mengetahui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Sumber Penerimaan Pendapatan Negara Dalam APBN
3. Untuk Mengetahui Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi
4. Untuk mengetahui tahapan dalam RAPBN sehingga bisa digunakan dalam mengolah
dana.

1
BAB II
PEMBAHASAN

BAB 4 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2.1. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


APBN adalah rencana keuangan tahunanan pemerintah negara Indonesia yang
disetujui oleh DPR, berisi data sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan
dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran.
APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetap dengan Undang-
Undang. APBN terdiri atas anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Pendapatan
negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan hibah. Dalam pungutan
perpajakan termasuk pungutan bea masuk dan cukai.
Belanja negara :
 Rincian belanja negara menurut organisasi
 Rincian belanja negara menurut fungsi
 Rincian belanja negara menurut jenis belanja

2.2. Dasar Hukum APBN


Dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 amandemen IV pasal 23 mengatur
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bunyi pasal 23 :
• Ayat (1) : Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan
secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
• Ayat (2) : Rancangan undang-undang APBN diajukan oleh Presiden untuk dibahas
bersama DPR dengan memperhatikan pertimbanagn DPD
• Ayat (3) : “Apabila DPR tidak menyetujui rancangan APBN yang diusulkan Presiden.
Pemrintah menjalankan APBN tahun yang lalu.”

2.3. Fungsi APBN


• Fungsi otorisasi : bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Dengan demikian,
pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
• Fungsi perencanaan : anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk
merencanakan kegiatan pada tahun tersebut.
• Fungsi pengawasan : anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.

2
• Fungsi alokasi : anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran
dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
• Fungsi distribusi : kebijakan anggaran negara harus memperhatikan keadilan dan
kepatutan.
• Fungsi stabilisasi : anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara


2.4. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Tangan Presiden
Kekuasaan pengelolaan keuangan negara yang dimaksud meliputi :
 Bersifat umum : penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam
pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan rencana kerja
kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan tunjangan, serta pedoman
pengelolaan Penerimaan Negara.
 Bersifat khusus : keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengeloaan
APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan
rincian APBN, keputusan dana perimbangan dan penghapusan aset dan piutang
negara.

Kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh Presiden:


• Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah
dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan
• Dikuasakan kepada menteri / pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran /
Pengguna Barang kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya .
• Diserahkan kepada gubernur / bupati / walikota selaku kepala pemerintahan daerah
untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan .
• Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara mengeluarkan
dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.
Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan untuk mencapai tujuan
bernegara. Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan
bernegara dimaksud setiap tahun disusun APBN dan APBD.

2.5. Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga


Menteri / pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran / Pengguna Barang
kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai berikut:
• Menyusun rancangan anggaran kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya

3
• Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
• Melaksanakan anggaran kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya
• Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke
kas negara.
• Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
negara / lembaga yang dipimpinnya
• Mengelola barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
negara / lembaga yang dipimpinnya
• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara / lembaga
dipimpinnya
• Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan
ketentuan undang-undang.

Yang dimaksud dengan piutang dan utang negara adalah sebagai berikut:
• Yang dimaksud dengan piutang adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara
bukan pajak yang pemungutannya menjadi tanggung jawab kementerian negara /
lembaga yang bersangkutan
• Yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban negara kepada pihak ketiga dalam
eangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya merupakan tanggung jawab
kementerian negara/lembaga berkaitan sebagai unit pengguna anggaran dan/atau
kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan undang – undang / keputusan pengadian.

Perencanaan dan Penganggaran APBN


2.6. Siklus APBN
Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rangkaian kegiatan
dalam proses penganggaran yang dimulai pada saa anggaran negara mulai disusun sampai
dengan perhitungan anggaran disahkan dengan undang-undang. Ada 5 tahapan pokok dalam
satu siklus APBN di Indonesia. Dari kelima tahapan itu, tahapan ke-2 (kedua) dan ke-5
(kelima) dilaksanakan bukan oleh pemerintah, yaitu masing-masing tahap kedua
penetapan/persetujuan APBN dilaksanakan oleh DPR (lembaga legislatif), dan tahap kelima
pemeriksaan dan pertanggungjawaban dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sedangkan tahaparn lainnya dilaksanakan oleh pemerintah. Tahapan kegiatan dalam siklus
APBN adalah sebagai berikut:
Tahapan kegiatan dalam siklus APBN adalah sebagai berikut :
Dua tahap kegiatan yanng dilakukan sebelum anggaran tersebut dilaksanakan Dua kegiatan
yaitu, perencanaan dan penganggaran.
Tahap perencanaan dimulai dari:
• Penyusunan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional

4
• Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan
anggaran
• Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru
berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan kelayakan dan efisiensi
indikasikebutuhan dananya
• Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan;
• K/L menyusun rencana kerja (Renja);
• Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian
Perencanaan, dan Kementerian Keuangan;
• Rancangan awal RKP disempurnakan;
• RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR; RKP
ditetapkan.

Tahap penganggaran dimulai dari:


• Penyusunan kapasitas fiskal yang menjadi bahan penetapan pagu indikatif;
• Penetapan pagu indikatif penetapan pagu anggaran K/L;
• Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L (RKA-K/L);
• Penelaahan RKA-K/L sebagai bahan penyusunan nota keuangan dan rancangan
undang-undang tentang APBN:
• Penyampaian Nota Keuangan, Rancangan APBN, dan Rancangan UU tentang APBN
kepada DPR.

2.7. Prinsip penyusunan APBN


Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:
• Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
• Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
• Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan denda.

berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:


• Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
• Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
• Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.

2.8. Azas penyusunan APBN


APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:

5
• Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
• Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
• Penajaman prioritas pembangunan
• Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara.

2.9. Penetapan/Persetujuan APBN


Sekitar bulan Oktober-Desember kegiatan ini dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap ini
berupa pembahasan Rancangan APBN dan Rancangan Undang-undang APBN serta
penetapannya oleh DPR. Selanjutnya berdasarkan persetujuan DPR, Rancangan UU APBN
ditetapkan menjadi UU APBN. Penetapan UU APBN ini diikuti dengan penetapan Keppres
mengenai rincian APBN sebagai lampiran UU APBN dimaksud.

2.10. Pelaksanaan APBN


Kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan pada tahun berjalan (APBN t). Dari
Januari Desember. K/L mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke Kementerian
Keuangan untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN. Berdasarkan DIPA
inilah para pengelola anggaran K/L (Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan
Pembantu Pengguna Anggaran) melaksanakan berbagai macam kegiatan sesuai tugas dan
fungsi instansinya.

2.11. Pelaporan dan Pencatatan APBN


Tahap pelaporan dan pencatatan APBN dilaksanakan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan APBN, 1 Januari-31 Desember. Laporan keuangan pemerintah dihasilkan
melalui proses akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah
yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Laporan Arus Kas, serta
catatan atas laporan keuangan.

2.12. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN


Tahap terakhir siklus APBN adalah tahap pemeriksaan dan pertanggungjawaban yang
dilaksanakan setelah tahap pelaksanaan berakhir (APBN t+1), sekitar bulan Januari-Juli.
Contoh, jika APBN dilaksanakan tahun 2013, tahap pemeriksaan dan
pertanggungjawabannya dilakukan pada tahun 2014. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Untuk pertanggungjawaban pengelolaan dan pelaksanaan APBN secara keseluruhan
selama satu tahun anggaran, Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa BPK, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir

6
Penyusunan dan Penetapan APBN
2.13. Penyusunan APBN
 APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun APBN
dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam
tahun anggaran yang bersangkutan.
 Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud berpedoman kepada rencana
kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
 Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan
untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Defisit
anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah
pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.
 Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan
rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban
antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang,
pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

2.14. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal


 Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat
selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan. Pemerintah Pusat dan
Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal yang diajukan oleh Pemerintah Pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.
 Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal, Pemerintah
Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan prioritas
anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam
penyusun usulan anggaran.

2.15. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga


 Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku
pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga (RKA-K/L) tahun berikutnya. Rencana kerja dan
anggaran sebagaimana dimaksud disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai dengan prakiraan belanja untuk tahun
berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun. Rencana kerja dan anggaran
disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN.

7
 Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun
berikutnya.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah. Saat artikel ini terakhir
disunting, Peraturan Pemerintah yang berlaku adalah Peraturan Pemerintah Nomor 90
Tahun 2010.

2.16. Pembentukan Undang-Undang APBN


 Pemerintah Pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN, disertai
nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan
Rakyat pada bulan Agustus tahun sebelumnya. Pembahasan Rancangan Undang-
undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur
susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat dapat
mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran
dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN.
 Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan
Undang-undang tentang APBN dilakukan selambat- lambatnya 2 bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Perubahan rancangan UU tentang APBN
dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit
anggaran.

2.17. Struktur APBN


1. Pendapatan Negara
a. Penerimaan perpajakan
b. Penerimaan negara bukan pajak
2. Belanja Negara
a. Belanja pemerintah pusat
b. Transfer ke daerah
3. Pembiayaan
a. Pembiayaan dalam negeri
b. Pembiayaan luar negeri
Secara garis besar struktur APBN adalah :
• Pendapatan Negara Dan Hibah,
• Belanja Negara,
• Keseimbangan Primer,
• Surplus/Defisit Anggaran,
• Pembiayaan.
Stuktur APBN dituangkan dalam i-account. Isi dari i-account sering disebut postur APBN.
Beberapa faktor penentu postur APBN :

8
2.18. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
 Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
 Kebijakan pendapatan negara;
 Kebijakan pembangunan ekonomi;
 Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
 Kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran
asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan
perpajakan ditentukan oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti
perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan
jumlah wajib pajak lainnya.

2.19. Penerimaan Perpajakan


 Pendapatan Pajak Dalam Negeri
1. Pendapatan pajak penghasian (PPh)
2. Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah
3. Pendapatan cukai
4. Pendapatan pajak lainnya
 Pendapatan Pajak Internasional
1. Pendapatan bea masuk
2. Pendapatan bea keluar

2.20. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB)


 Penerimaan sumber daya alam
1. Penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)
2. Penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas)
 Pendapatan bagian laba BUMN
1. Pendapatan lama BUMN perbankan
2. Pendapatan lama BUMN non perbankan
 PNBP lainnya
1. Pendapatan dari pengelolaan BUMN

9
2. Pendapatan jasa
3. Pendapatan bunga
4. Pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi
5. Pendapatan pendidikan
6. Pendapatan grafikasi dan uang sitaan hasil korupsi
7. Pendapatan iuran dan denda
 Pendapatan BLU
1. Pendapatan jasa layanan umum
2. Pendapatan hibah badan layanan umum
3. Pendapatan hasil kerja sama BLU
4. Pendapatan BLU lainnya

2.21. Belanja Negara


Subsidi 200 s.d 2015
Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
• Asumsi dasar makro ekonomi
• Kebutuhan penyelenggaraan negara
• Kebijakan pembangunan
• Resiko (bencana alam, dampak krisis global)
• Kondisi dan kebijakan lainnya

2.22. Belanja Pemerintah Pusat


Belanja Pemerintah Pusat menurut fungsi adalah:
1. Fungsi pelayanan umum
2. Fungsi pertahanan
3. Fungsi ketertiban dan keamanan
4. Fungsi ekonomi
5. Fungsi lingkungan hidup
6. Fungsi perumahan dan fasilitas umum
7. Fungsi kesehatan
8. Fungsi pariwisata
9. Fungsi agama
10. Fungsi pendidikan
11. Fungsi perlindungan sosial
Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis adalah:
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
3. Belanja modal
4. Pembayaran bunga utang

10
5. Subsidi
6. Belnaja hibah
7. Bantuan sosial
8. Belanja lain-lain

2.23. Transfer ke Daerah


Transfer ke daerah dan dana desa 2004 s.d 2015
Rincian anggaran transfer ke daerah adalah:
• Dana Perimbangan
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus
• Dana Otonomi Khusus
• Dana Penyesuaian

2.24. Pembiayaan
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor:
 Asumsi dasar ekonomi makro ekonomi.
 Kebijakan pembiayaan.
 Kondisi dan kebijakan lainnya.
Pembiayaan dalam negeri:
 Pembiayaan perbankan dalam negeri
 Pembiayaan nonperbankan dalam negeri
o Hasil pengelolaan aset.
o Surat berharga negara neto.
o Pinjaman dalam negeri neto.
o Dana investasi pemerintah.
o Kewajiban penjaminan.
Pembiayaan Luar negeri:
 Penarikan pinajamn luar negeri, terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek.
 Penerusan pinjaman.
 Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, terdiri atas jatuh tempo dan moratorium.

11
2.25. Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN
 Pertumbuhan ekonomi
 Nominal produk domestic bruto
 Inflasi y-o-y
 Rata-rata tingkat bunga SPN 3 bulan
 Nilai tukar tupiah terhadap dollar AS
 Harga minyak (USD/barel)
 Produk/lifting minyak (MBPD)
 Lifting gas (MBOEPD)
Indikator lainnya:
 Jumlah penduduk
 Pendapatan perkapita
 Tingkat kemiskinan
 Tingkat pengangguran

12
ALOKASI APBN UNTUK JATIM TERBESAR KETIGA

Selasa, 18 Desember 2018 | 08:59:13

Pakde Karwo menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran/DIPA. Foto: SP/IST


SURABAYAPAGI.com, Surabaya - Gubernur Jatim Soekarwo menyerahkan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran/DIPA Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/APBN Tahun
Anggaran 2019 kepada Satuan Kerja Instansi Vertikal Kementrian Negara/Lembaga serta
Bupati/Walikota se Jatim di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Senin
(17/12).
Pakde Karwo - sapaan akrab Gubernur Jatim menyampaikan enam pesan sesuai arahan
Presiden RI Joko Widodo saat penyerahan DIPA di Jakarta. Arahan pertama yaitu mulai
mempersiapkan lelang lebih awal sehingga program-program pembangunan bisa berjalan
efektif sejak awal tahun 2019.

“Persiapan lelang paralel di awal ini harus segera dilakukan karena sebagai pengungkit
pembangunan daerah yang bisa memberi manfaat sebesar-besarnya pada masyarakat,”
ungkap Pakde Karwo.

Kedua, lanjut Pakde Karwo, memastikan alokasi anggaran difokuskan untuk kegiatan
prioritas utama yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. “Karenanya tahun 2019
pemerintah pusat sangat menekankan untuk penerapan remunerasi pegawai,” imbuhnya.

13
Ditambahkan, yang ketiga yaitu melakukan pemantauan efektifitas kegiatan dan anggaran
secara berkala baik bulanan maupun triwulan. Hal ini penting dilakukan agar semua program
kementrian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah/pemda bisa berjalan maksimal.

Keempat, para pelaksana anggaran seminimal mungkin menghilangkan penyalahgunaan


anggaran. Kelima, memperbaiki koordinasi dan sinergi antar pemda, maupun antara pusat dan
daerah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian output kegiatan
pembangunan.

Terakhir yaitu, para pelaksana anggaran supaya melakukan komunikasi dan sosialisasi
mengenai kegiatan anggaran dan hasil yang telah dicapai.

Sementara itu, Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Jawa Timur Ludiro, SE., MM
mengatakan, belanja negara dalam APBN tahun 2019 mencapai Rp 2.461,1 triliun atau
meningkat 11,1 % dari tahun sebelumnya.

Dari total APBN tersebut Provinsi Jatim mendapat alokasi sebesar Rp. 130,251 triliun yang
terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat/BPP sebesar Rp 47,22 triliun dan Dana Transfer/DT dan
Dana Desa/DD sebesar Rp 83,029 triliun.

“Dalam hal alokasi APBN 2019, Pemprov Jatim menempati urutan ketiga terbesar setelah
DKI Jakarta dan Jawa Barat,” terang Ludiro sembari menambahkan bahwa alokasi kenaikan
baik BPP, DT maupun DD untuk Prvinsi Jatim mengalami peningkatan.

Terkait fokus pembangunan tahun 2019, Ludiro menjelaskan ada empat hal. Antara lain yaitu
peningkatan kapasitas SDM, penguatan infrastruktur, peningkatan efektivitas perlindungan
sosial, serta pelaksanaan agenda demokrasi dan penguatan birokrasi yang efisien dan efektif.

14
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Opini
Anggaran pendapatan dan belanja negara ini merupakan salah satu instrument penting
bagi pembangunan di Indonesia. Anggaran pendapatan dan belanja negara harus dipermudah
dan dipercepat lagi perumusannya agar tidak terhambatnya aktivitas ekonomi di berbagai
sektor negara ini. Dalam merancang APBN pemerintah harus membaginya secara adil di
berbagai sektor yang ada sesuai dengan porsi kebutuhannya masing-masing. Dan dalam
penggunaanya diperketat lagi atau diawasi lebih ketat lagi agar tidak terjadi kebocoran dana
APBN yang digunakan selain tujuan yang telah ditetapkan.

3.2. Kesimpulan
Anggaran pendapatan dan belanja negara, (APBN), merupakan perwujudan dari usaha
dan kewajidan pemerintah dalam mengolah keuangan negara. Menurut pasal 23 ayat (1) UUD
1945, menyebutkan bahwa “Anggaran pendapatan dan belanja negara adalah perwujudan dari
pengolahan keuangan negara,di tetapkan setiap tahun menurut UU dan di laksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Anggaran pendapatan dan belanja negara, (APBN), adalah rencana tahunan keuangan
pemerintah republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. Masa anggaran APBN mulai dari
tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember. Dalam penggunaan APBN harus sesuai prinsip
anggaran yang telah di tetapkan pada perundang-udangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Priono, Hero. dkk. (2019). Akuntansi Sektor Publik. Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur.
Makalah.co.id. (2016). Makalah APBN di Indonesia.
http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-apbn-di-indonesia.html. Diakses pada Selasa,
26 Februari 2019.

16

Anda mungkin juga menyukai