Disusun oleh :
Kelompok 4 Kelas E-Akuntansi
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena tanpa rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kami senantiasa masih diberi kesempatan untuk menulis Makalah yang berjudul
Perkembangan Akuntansi Sektor Publik yang bertujuan untuk menuntaskan tugas mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik semester 4.
Harapan kami semoga makalah ini dapat digunakan sebagai acuan, pedoman maupun
petunjuk bagi para pembaca, namun yang paling utama semoga makalah ini dapat menambah
wawasan para pembaca mengenai materi yang kami bahas dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan banyak perbaikan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang
membangun sangat kami butuhkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah-makalah
kami yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT membalas jasa-jasanya dan senantiasa meridhai kita semua. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ……………………………… 2
2.2. Dasar Hukum APBN …………………………………………………… 2
2.3. Fungsi APBN …………………………………………………………... 2
2.4. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara di Tangan Presiden ……….. 3
2.5. Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga …………………………………….. 3
2.6. Siklus APBN …………………………………………………………… 4
2.7. Prinsip penyusunan APBN …………………………………………….. 5
2.8. Azas penyusunan APBN ………………………………………………. 5
2.9. Penetapan/Persetujuan APBN ………………………………………… 6
2.10. Pelaksanaan APBN ……………………………………………………. 6
2.11. Pelaporan dan Pencatatan APBN ……………………………………… 6
2.12. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN ………………………… 6
2.13. Penyusunan APBN …………………………………………………….. 7
2.14. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal ……… 7
2.15. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga ……….. 7
2.16. Pembentukan Undang-Undang APBN ………………………………… 8
2.17. Struktur APBN ………………………………………………………… 8
2.18. Pendapatan Negara ……………………………………………………. 9
2.19. Penerimaan Perpajakan ……………………………………………….. 9
2.20. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) ……………………………. 9
2.21. Belanja Negara ………………………………………………………… 10
2.22. Belanja Pemerintah Pusat ……………………………………………… 10
2.23. Transfer ke Daerah …………………………………………………….. 11
2.24. Pembiayaan ……………………………………………………………. 11
2.25. Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN ………………………………… 12
KASUS ……………………………………………………………………………. 13
BAB III KESIMPULAN
3.1. Opini …………………………………………………………………….... 15
3.2. Kesimpulan ……………………………………………………………..… 15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
• Fungsi alokasi : anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran
dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
• Fungsi distribusi : kebijakan anggaran negara harus memperhatikan keadilan dan
kepatutan.
• Fungsi stabilisasi : anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
3
• Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
• Melaksanakan anggaran kementerian negara / lembaga yang dipimpinnya
• Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke
kas negara.
• Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
negara / lembaga yang dipimpinnya
• Mengelola barang milik / kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian
negara / lembaga yang dipimpinnya
• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara / lembaga
dipimpinnya
• Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan
ketentuan undang-undang.
Yang dimaksud dengan piutang dan utang negara adalah sebagai berikut:
• Yang dimaksud dengan piutang adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara
bukan pajak yang pemungutannya menjadi tanggung jawab kementerian negara /
lembaga yang bersangkutan
• Yang dimaksud dengan utang adalah kewajiban negara kepada pihak ketiga dalam
eangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya merupakan tanggung jawab
kementerian negara/lembaga berkaitan sebagai unit pengguna anggaran dan/atau
kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan undang – undang / keputusan pengadian.
4
• Kementerian Negara/Lembaga (K/L) melakukan evaluasi pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun berjalan, menyusun rencana inisiatif baru dan indikasi kebutuhan
anggaran
• Kementerian Perencanaan dan Kementerian Keuangan mengevaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan yang sedang berjalan dan mengkaji usulan inisiatif baru
berdasarkan prioritas pembangunan serta analisa pemenuhan kelayakan dan efisiensi
indikasikebutuhan dananya
• Pagu indikatif dan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah ditetapkan;
• K/L menyusun rencana kerja (Renja);
• Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dilaksanakan antara K/L, Kementerian
Perencanaan, dan Kementerian Keuangan;
• Rancangan awal RKP disempurnakan;
• RKP dibahas dalam pembicaraan pendahuluan antara Pemerintah dengan DPR; RKP
ditetapkan.
5
• Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.
• Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
• Penajaman prioritas pembangunan
• Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara.
6
Penyusunan dan Penetapan APBN
2.13. Penyusunan APBN
APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan
kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam menyusun APBN
dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak melampaui pendapatan dalam
tahun anggaran yang bersangkutan.
Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud berpedoman kepada rencana
kerja Pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara.
Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan
untuk menutup defisit tersebut dalam Undang-undang tentang APBN. Defisit
anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari Produk Domestik Bruto. Jumlah
pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto.
Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat mengajukan
rencana penggunaan surplus anggaran kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban
antargenerasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan utang,
pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.
7
Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun
berikutnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga diatur dengan Peraturan Pemerintah. Saat artikel ini terakhir
disunting, Peraturan Pemerintah yang berlaku adalah Peraturan Pemerintah Nomor 90
Tahun 2010.
8
2.18. Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi;
Kebijakan pendapatan negara;
Kebijakan pembangunan ekonomi;
Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
Kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran
asumsi lifting minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan
perpajakan ditentukan oleh target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti
perubahan besaran pendapatan tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan
jumlah wajib pajak lainnya.
9
2. Pendapatan jasa
3. Pendapatan bunga
4. Pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi
5. Pendapatan pendidikan
6. Pendapatan grafikasi dan uang sitaan hasil korupsi
7. Pendapatan iuran dan denda
Pendapatan BLU
1. Pendapatan jasa layanan umum
2. Pendapatan hibah badan layanan umum
3. Pendapatan hasil kerja sama BLU
4. Pendapatan BLU lainnya
10
5. Subsidi
6. Belnaja hibah
7. Bantuan sosial
8. Belanja lain-lain
2.24. Pembiayaan
Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor:
Asumsi dasar ekonomi makro ekonomi.
Kebijakan pembiayaan.
Kondisi dan kebijakan lainnya.
Pembiayaan dalam negeri:
Pembiayaan perbankan dalam negeri
Pembiayaan nonperbankan dalam negeri
o Hasil pengelolaan aset.
o Surat berharga negara neto.
o Pinjaman dalam negeri neto.
o Dana investasi pemerintah.
o Kewajiban penjaminan.
Pembiayaan Luar negeri:
Penarikan pinajamn luar negeri, terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek.
Penerusan pinjaman.
Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, terdiri atas jatuh tempo dan moratorium.
11
2.25. Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBN
Pertumbuhan ekonomi
Nominal produk domestic bruto
Inflasi y-o-y
Rata-rata tingkat bunga SPN 3 bulan
Nilai tukar tupiah terhadap dollar AS
Harga minyak (USD/barel)
Produk/lifting minyak (MBPD)
Lifting gas (MBOEPD)
Indikator lainnya:
Jumlah penduduk
Pendapatan perkapita
Tingkat kemiskinan
Tingkat pengangguran
12
ALOKASI APBN UNTUK JATIM TERBESAR KETIGA
“Persiapan lelang paralel di awal ini harus segera dilakukan karena sebagai pengungkit
pembangunan daerah yang bisa memberi manfaat sebesar-besarnya pada masyarakat,”
ungkap Pakde Karwo.
Kedua, lanjut Pakde Karwo, memastikan alokasi anggaran difokuskan untuk kegiatan
prioritas utama yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. “Karenanya tahun 2019
pemerintah pusat sangat menekankan untuk penerapan remunerasi pegawai,” imbuhnya.
13
Ditambahkan, yang ketiga yaitu melakukan pemantauan efektifitas kegiatan dan anggaran
secara berkala baik bulanan maupun triwulan. Hal ini penting dilakukan agar semua program
kementrian/lembaga (K/L) dan pemerintah daerah/pemda bisa berjalan maksimal.
Terakhir yaitu, para pelaksana anggaran supaya melakukan komunikasi dan sosialisasi
mengenai kegiatan anggaran dan hasil yang telah dicapai.
Sementara itu, Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Jawa Timur Ludiro, SE., MM
mengatakan, belanja negara dalam APBN tahun 2019 mencapai Rp 2.461,1 triliun atau
meningkat 11,1 % dari tahun sebelumnya.
Dari total APBN tersebut Provinsi Jatim mendapat alokasi sebesar Rp. 130,251 triliun yang
terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat/BPP sebesar Rp 47,22 triliun dan Dana Transfer/DT dan
Dana Desa/DD sebesar Rp 83,029 triliun.
“Dalam hal alokasi APBN 2019, Pemprov Jatim menempati urutan ketiga terbesar setelah
DKI Jakarta dan Jawa Barat,” terang Ludiro sembari menambahkan bahwa alokasi kenaikan
baik BPP, DT maupun DD untuk Prvinsi Jatim mengalami peningkatan.
Terkait fokus pembangunan tahun 2019, Ludiro menjelaskan ada empat hal. Antara lain yaitu
peningkatan kapasitas SDM, penguatan infrastruktur, peningkatan efektivitas perlindungan
sosial, serta pelaksanaan agenda demokrasi dan penguatan birokrasi yang efisien dan efektif.
14
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Opini
Anggaran pendapatan dan belanja negara ini merupakan salah satu instrument penting
bagi pembangunan di Indonesia. Anggaran pendapatan dan belanja negara harus dipermudah
dan dipercepat lagi perumusannya agar tidak terhambatnya aktivitas ekonomi di berbagai
sektor negara ini. Dalam merancang APBN pemerintah harus membaginya secara adil di
berbagai sektor yang ada sesuai dengan porsi kebutuhannya masing-masing. Dan dalam
penggunaanya diperketat lagi atau diawasi lebih ketat lagi agar tidak terjadi kebocoran dana
APBN yang digunakan selain tujuan yang telah ditetapkan.
3.2. Kesimpulan
Anggaran pendapatan dan belanja negara, (APBN), merupakan perwujudan dari usaha
dan kewajidan pemerintah dalam mengolah keuangan negara. Menurut pasal 23 ayat (1) UUD
1945, menyebutkan bahwa “Anggaran pendapatan dan belanja negara adalah perwujudan dari
pengolahan keuangan negara,di tetapkan setiap tahun menurut UU dan di laksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab sebesar – besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Anggaran pendapatan dan belanja negara, (APBN), adalah rencana tahunan keuangan
pemerintah republik ndonesia yang di setujui oleh DPR. Masa anggaran APBN mulai dari
tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember. Dalam penggunaan APBN harus sesuai prinsip
anggaran yang telah di tetapkan pada perundang-udangan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Priono, Hero. dkk. (2019). Akuntansi Sektor Publik. Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur.
Makalah.co.id. (2016). Makalah APBN di Indonesia.
http://www.makalah.co.id/2016/10/makalah-apbn-di-indonesia.html. Diakses pada Selasa,
26 Februari 2019.
16