Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AUDITING I

BAB 7 ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN


BAB 8 MATERIALITAS

OLEH:
KELOMPOK 16
1. HASNUN ADILAH (1401035096)
2. SORAYA PUTRI APRILLIA (1401035279)
3. TITIS PRAVESTI ELITA BUNGA (1401035160)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
diauditnya, bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan
yang ditarik oleh auditor. Oleh karena itu auditor harus mengumpulkan
dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar kesimpulan yang
diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak-pihak yang berkepentintingan di
kemudian hari apabila pendapat yang diberikannya tidak pantas.

Kompetensi bukti pemeriksaan dimaksudkan sebagai suatu tingkat


dimana bukti-bukti yang diperoleh dapat dipercaya. Jika bukti-bukti yang
diperoleh dipertimbangkan sangat kompeten, maka hal ini akan sangat
membantu auditor dalam menentukan bahwa laporan keuangan yang
diperiksanya telah disajikan secara wajar.

Seiring dengan berkembangnya kompleksitas bisnis dan semakin


terbukanya peluang
usaha dan investasi menyebabkan resiko terjadinya kecurangan pada
perusahaan semakin tinggi, mengacu ke berbagai kasus baik didalam
maupun diluar negeri, menunjukkan bahwa kecurangan dapat terjadi
dimana saja dan termasuk yang cukup besar ada disektor usaha.

Banyak perusahaan yang didalam perusahaannya terdapat


kecurangan, baik yang bersumber dari internal perusahaan maupun dari
eksternal perusahaan. Yang bersumber dari internal perusahaan adalah
terdiri dari anggota perusahaan, hal ini menunjukkan bahwa pihak-pihak
terkait mulai dari pegawai, pejabat teras dan direksi bahwa dewan
komisaris juga pemilik rentan terhadap konsekuensi hukum sebagai
dampak dari kecurangan. Sedangkan dari eksternal perusahaan adalah
orang diluar perusahaan.

Untuk mencegah terjadinya kecurangan, pemegang peran


utamanya adalah dari internal auditor sesuai dengan fungsinya yaitu
berupaya untuk menghilangkan/mengeleminir sebab-sebab timbulnya
kecurangan tersebut. Tidak hanya innternal auditor saja yang dapat
mencegah kecurangan, kesadaran dari pihak yang berperan dalam
perusahaan pun harus mengupayakan dirinya untuk tidak melakukan
kecurangan demi keberlangsungan perusahaan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Asersi? Jelaskan!
2. Jelaskan bagaimana penggabungan Asersi?
3. Bagaimana penilaian risiko di tingkat laporan keuangan dan
penilaian risiko di tingkat asersi?
4. Apa yang dimaksud dengan materialistis menurut ketentuan
Bapepam?
5. Jelaskan bagaimana proses penentuan materialitas!
6. Bagaimana tiga tahapan proses audit dalam penerapan
materialitas ?
7. Jelaskan empat konsep materialitas !
8. Apa saja macam-macam salah saji yang lazim ditemukan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Asersi.
2. Untuk mengetahui cara penggabungan asersi.
3. Untuk mengetahui penilaian risiko di tingkat laporan keuangan dan
penilaian risiko di tingkat asersi.
4. Mampu menjelaskan arti materialitas dan tujuannya menurut
Bapepam.
5. Mengetahui proses penentuan materialitas serta tahapan proses
audit dalam penerapan materialitas.
6. Agar pembaca memahami empat konsep materialitas.
7. Mampu menjelaskan macam-macam salah saji yang lazim
ditemukan.
BAB II
ISI

2.1 Asersi Dalam Laporan Keuangan

Cakupan dan ISA Acuan


ISA 315 mendefinisikan asersi sebagai berikut.
Asersi Repsentase oleh manajemen, baik secara eksplisit ( dalam
bentuk pernyataan ) maupun implisit ( tersirat ), yang terkandung
dalam laporan keuangan. Representasi ini digunakan oleh auditor
untuk memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan,
yang mungkin terjadi. [ISA 315 alinea 4 (a)]

Representasi oleh manajemen kepada auditor, yang paling umum


dikenal, ialah :
laporan keuangan secara keseluruhan-atau secara menyeluruh-disajikan
secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
(the financial statements as a whole are presented fairly in accordance
with the applicable financial reporting framework).

Selayang Pandang
Asersi-asersi ini berhubungan dengan pengakuan (recognition),
pengukuran (measurement), penyajian (presentation), dan pengungkapan
(disclosure) dari berbagai unsur dalam laporan keuangan. Contoh-contoh
asersi adalah berikut ini.
1. Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada (exist).
2. Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya.
3. Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat.
4. Utang merupakan kewajiban entitas.
5. Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan.
6. Semua jumlah disajikan dengan tepat dan diungkapkan dalam
laporan keuangan.

Penjelasan Mengenai Asersi


ISA 315 alinea A111 menjelaskan kelompok asersi yang dapat
digunakan auditor untuk mempertimbangkan berbagai salah saji dalam
laporan keuangan. Kelompok asersi untuk jenis-jenis transaksi dan
peristiwa untuk periode yang diaudit, dijelaskan dalam kotak 7-1.
Kotak 7-1 Asersi untuk Jenis Transaksi
ASERSI PENJELASAN
Occurence Transaksi dan peristiwa yang sudah dicatat, memang
terjadi dan merupakan transaksi dan peristiwa dari
entitas yang bersangkutan.
Completen Semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya
ess dicatat, memang sudah dicatat.
Accuracy Angka-angka, jumlah-jumlah, dan data laain yang
terkait dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat,
sudah dicatat dengan akurat.
Cut-of Transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode
akuntansi yang benar.
Classificati Transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yaang
on benar.

Kelompok asersiuntuk saldo akun pada akhir periode yang diaudit,


dielaskan dalam kotak 7-2.
ASERSI PENJELASAN
Existence Aset, liabilitas, dan ekuitas benar ada.
Rights and Entitas memiliki dan menguasai aset, dan utang
obligations merupakan kewajiban entitas.
Completene Semua aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya
ss dicatat, sudah dicatat.
Valuation Aset, liabilitas, dan ekuitas dicantumkan pada laporan
and keuangan dalam jumlah yang benar , dan semua
allocation penyesuaian atau adjustments untuk penilaian dan
alokasi telah dicatat dengan benar.

Kotak 7-3 Asersi tentang Penyajian & Pengungkapan


ASERSI PENJELASAN
Occurrence, Transaksi, peristiwa, dan hal-hal lain yang sudah
Rights, and diungkapkan dalam laporan keuangan, memang terjadi
Obligations dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan
Completeness Semua pengungkapan yang seharusnya dicantumkan,
memang sudah dicantumkan dalam laporan keuangan.
Classification and Informasi keuangan disajikan dan dijelaskan dengan
understandability tepat, dan pengungkapan dinyatakan dengan jelas.
Accuracy and Informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan
valuation dengan wajar (fairly disclosed) dan dalam jumlah yang
benar (appropriate amounts)

Kotak 7-4 Asersi Jenis Transaksi, Saldo Akun, Penyajian & Pengungkapan
CLASSES OF PRESENTATION
ASERSI TRANSACTIONS ACCOUNT S&
(JENIS BALANCE DISCLOSURES
TRANSAKSI) (SALDO AKUN) (PENYAJIAN &
PENGUNGKAP
AN)
Existence/occurre
nce
completeness
Rights &
obligations
Accuracy/classific
ation
cutof
Classification &
understandability
Valuation/allocati
on

Asersi Gabungan
Untuk memudahkan penggunaan asersi dalam entitas kecil, asersi-asersi
ini dapat digabungkan. Penggabungan ini diperagakan dalam kotak 7-5.
ASERSI JENIS SALDO AKUN PENYAJIAN
GABUNGAN TRANSAKSI DAN
PENGUNGKAP
AN
C Completeness Completeness Completeness
Completeness
E Existence Occurrence Existence Occurrence
A - Accuracy Accuracy Accuracy
and Cutof Cutof Rights and
Classification obligations
Understandabil
ity
V Valuation Valuation and Valuation
Allocation

Kotak 7-6 Penjelasan Asersi Gabungan


ASERSI PENJELASAN
GABUNGAN
C- Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan
Completeness dalam laporan keuangan, telah dicakup.
Tidak ada asset, utang, dan liabilitas, transaksi yang
belum dicatat atau diungkapkan; tidak ada catatan dalam
laporan keuangan, yang hilang/dihilangkan atau tidak
lengkap
E - Existence Segala sesuatu yang harus dicatat atau diungkapkan
dalam laporan keuangan, memang ada pada tanggal
yang bersangkutan, dan memang harus dicakup.
Asset, utang, dan liabilitas, transaksi, dan hal-hal lain
dalam catatan laporan keuangan, memang ada, terjadi,
dan terkait dengan entitas
A Accuracy Semua liabilitas, pendapatan, beban, dan hak atas asset
and cutof (yang dikuasi atau di bawah pengendalian) merupakan
kewajiban atau kekayaan entitas dan telah dicatat dalam
jumlah yang benar dan dialokasikan ke periode yang
benar. Juga telah dilakukan pengklasifikasian dan
pengungkapan yang benar dalam laporan keuangan.
V - Valuation Aset, libilitas, dan ekuitas dicatat dalam jumlah atau nilai
(at the appropriate value) dalam laporan keuangan.
Penyesuaian (adjustments) untuk penilaian atau alokasi
yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan, telah dicatat
sebagaimana mestinya.
Asersi dalam Auditing
Berikut ini kutipan dari ISA 315 alinea 25:

Auditor wajib mengindetifikasi dan menilai risiko salah saji pada:

(a) Tingkat laporan keuangan; dan


(b)Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan
untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya.

Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan


Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung
bersifat pervasif (tersebar luas) dan karenanya mencakup semua asersi.
Contoh, jika akuntan senior tidak cukup kompeten, sangat boleh jadi
kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliuran juga tidak terbatas
pada satu asersi saja, seperti lengkapnya transaksi penjualan. Kekeliruan
dengan mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan
valuation.

Penilaian Risiko di Tingkat Asersi


Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu pada
saat tertentu, atu untuk transaksi tertentu untuk suatu periode tertentu,
dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam
laporan keuangan. Relevansi setiap asersi untuk saldo akun tertentu, akan
berbeda, tergantung pada ciri saldo akun itu dan potensi salah saji yang
material.

Auditor menggunakan asersi untuk:


1. Menentukan jenis risiko salah saji yang bisa terjadi.
2. Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji
yang material; dan
3. Merancang prosedur audit selanjutnya sebagi jawaban atau
tanggapan terhadap risiko yang dinilai.

Apa Jenis Risiko Salah Saji?


Dalam langkah ini auditor melaksanakan prosedur penilaian risiko.
Sebagai contoh, auditor dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah aset memang ada? (Existence)
2. Apakah entitas memiliki aset tersebut? (Rights and Obligations)
3. Apakah transaksi penjualan dicatat dengan benar? (Completeness)
4. Apakah saldo persediaan disesuiakan untuk barang yang lambat
perputarannya (slow moving) dan usang (obsolete)? (Valuation)
5. Apakah saldo utang sudah meliputi semua liabilitas pada akhir
periode? (Completeness)
6. Apakah transaksi dicatat dalam periode yang benar? (Cutof)
7. Apakah jumlah yang benar disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan? (Accuracy)

Seberapa Besar Kemungkinan Terjadinya Resiko itu?


Resiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari resiko bawaan
(inherent risk) dan resiko pengendalian (control risk). Oleh karena itu, proses
penilaian (assessment process) meliputi keduanya.
Mengenai resiko bawaan, auditor menentukan potensi salah saji yang
berkenaan dengan asersi yang mana. Ia kemudian menilai seberapa besarnya
kemungkinan terjadi resiko ini, dan taksiran atau ancer-ancer jumlahnya.
Mengenai resiko pengendalian, auditor menentukan apakah ada
pengendalian internal yang relevan untuk mencegah dan menekan (mitigate)
assessed risks, dan dampaknya terhadap asersi terkait.

Apa Prosedur Audit Selanjutnya?


Langkah terakhir ialah merancang prosedur audit yang menjawab assessed risks
untuk setiap asersi terkait. Contoh, jika resiko piutang dinyatakan lebih besar
dari sesungguhnya (overstated), itu tinggi,maka prosedur audit harus dirancang
untuk menjawab asersi tersebut (dalam hal ini, existence assertion).

2.2 Materialitas
ISA (International Standards on Auditing) adalah standar audit berbasIs
prinsip, atau principles-based. Standar berbasis prinsip, diawali dengan
kerangka berpikir atau framework yang menjelaskan tujuan (apa yang
harus dicapai) dan rambu-rambunya. Auditor mencari jalan untuk
mencapai tujuan tersebut, dengan memperhatikan kondisi (circumstance)
dilapangan.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada
ukuran dan sifatnya serta apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan keuangan, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna laporan keuangan.
Materialitas untuk tujuan agregasi dalam Peraturan ini adalah sebagai
berikut.
a) 5% dari jumlah seluruh asset untuk pos-pos asset.
b) 5% dari jumlah seluruh liabilitas untuk pos-pos liabilitas.
c) 5% dari jumlah seluruh ekuitas untuk pos-pos ekuitas.
d) 10% dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi komprehensif; atau
e) 10% dari laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak, untuk
pengaruh suatu peristiwa atau transaksi.

Proses Penentuan Materialitas


Langkah pertama, auditor mempelajari informasi yang berkenaan
dengan laporan keuangan yang akan diauditnya (informasi pokok
penugasan / subject matter information). Auditor mengidentifikasi
risiko salah saji pada akun mana, atau tentang pengungkapan apa,
dalam laporan keuangan yang mana. Auditor membaca peta
bencana, dann berusaha melokasikan wilayah bencana.
Langkah kedua, auditor menggeser titik pandangnya kepada
pengguna laporan keuangan (pengguna berakal sehat atau
reasonable user). Reasonable user menggunakan laporan keuangan
untuk membuat bermacam-macam keputusan ekonomis seperti
menanam modal dalam perusahaan. Investor sebagai reasonable
user dipasar modal, ia membuat keputusan tentang: a) membeli
saham atau surat berharga lainnya dari perusahaan emiten;
menahan saham atau surat berharga lainnya yang ada dalam
portofolio; atau menjual saham atau surat berharga lainnya.
Langkah ketiga, auditor menentukan besarnya materialitas.
Menentukan materialitas dalam rangka menakar salah saji, apakah
salah saji material dapat diabaikan, atau material dan harus menjadi
perhatian auditor. Menakar berarti menerapkan angka materiality
pada temuanpada tahap perencanaan, angka materiality dijadikan
patokan ketika menemukan salah saji juga dalam tahap menyusun
opini audit, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor
mengiventarisasi materiality untuk masing-masing temuan.

Materialitas dalam proses audit


Penerapan materialitas dalam tiga tahap:
1. Risk assessment ( penilaian risiko) :
Menentukan dua macam materialitas, yakni
materiaalitas untuk laporan keuangan secara menyuruh
dan materialitas perencanaan
Marencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus
dilaksanakan
Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material.
2. Risk Response (menanggapi risiko) :
Menetukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit
selanjutnya.
Merevisi angka materilitas karena adanya perubahan
situasi selama audit berlangsung.
3. Reporting (pelaporan)
Mengevaluasai salah saji yang belum dikoreksi oleh
antitas itu.
Merumuskan pendapat auditor.

Materialitas pada dua tingkat


Pelaksanaan audit dilakukan pada tingkat dibawah tingkat laporan
keuangan secara menyeluruh.
a) Tingkat laporan keungan secara menyeluruh (financial
statement level)
b) Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan
(account balance,class of transaction, and disclosure)
Dalam melaksanakan auditnya, auditor harus turun ketingkat kedua
untuk memastikan apakah saldo akun, transaksi, dan pengungkapan
sudah disajikan sesuai asesri yang dibuat manajemen. Sehingga
auditor harus menetapkan materialitas untuk unsur-unsur laporan
keuangan.

Empat Konsep Materialitas


1. Overall matreriality
Materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh
(Overall matreriality) didasarkaan atas persepsi auditor mengenai
kebutuhan informasi keuangan pemakai laporan keuangan. Ini
ditetapkan sebesar angka materialitas yang digunakan pembuat
laporan keuangan. Auditor menetapkan materialitas sebesar angka
saalah saji tertinggi yang tidak akan berdampak pada keputusan
ekonomis yang dibuat pemakai laporan keuangan. Overall
matreriality digunakan untuk merumuskan opini auditor. Karena
ditetapkan sehubungan dengan kebutuhan pemakai laaporan
keuangan, angka Overall matreriality tidak diubah sebagai akibat
temuan audit dan perubahan dalam risiko yang dinilai (assessed
risks).
Overall matreriality harus dimutakhirkan ketika audit
mengetahui adanya informasi yang menyebabkan penetapan angka
materialitas seharusnya berbeda dari apa yang ditetapkan semula.
Overall matreriality juga akan digunakan untuk mengevaluasi
dampak salah saji yang tidak terindentivikasi dalam laporan
keuangan dan tepatnya pendapat auditor.

2. Performance Materiality
Performance Materiality memungkinkan auditor mengani risiko
salah saji dalam jenis transaksi, saldo akun atau dislosures tanpa
harus mengubah overall materiality. Performance Materiality
memungkinkan auditor menetapkan angk materialitas berdasarkan
overall materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality unutk
mencerminkan risiko yang diidentifikasi dan dinilai serta risiko
terdeteksinya salah saji oleh auditor. Menetapkan Performance
Materiality memerlukan kearifan professional dan bukan sekadar
hitung-hitungan sederhana atau penerapan table-tabel.
Performance Materiality secara keseluruhan atau untuk saldo,
transaksi, dan disclosures secara individual mungkin harus diubah
pada setiap waktu selama audit (tanpa mengetahui overall
materiality) untuk mencerminkan penilaian risiko yang diubah
(revised risk assessments), temuan audit, dan informasi baru.

3. Specific Materiality
Ada situasi dimana salah saji yang lebih kecil dari overall
materiality dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan.

Table 8-2 Salah saji kecil yang berdampak terhadap pengguna


SUMBER-SUMBER CONTOH-CONTOH
MEMPENGARUHI
KEPUTUSAN
Ketentuan Disclosures yang sensitive, seperti remunerasi
perundang- manajeman dan TCWG
undangan dan Related-party transactions (transaksi istimewa)
kerangka pelaporan Ketidakpatuhan terhadap penyajian pinjaman,
keuangan perikatan lainnya, ketentuan perundangan, dan
kewajiban pelaporan statute atau yang
ditetapkan regulator
Pengeluaran tertentu seperti illegal payments
(suap, gratifikasi) atau biaya eksekutif
Pengungkapan Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi
utama dalam dalam perusahaan tambang
industry yang Besarnya biaya penelitian dan pengembangan
bersangkutan dalam perusahaan farmasi
Pengungkapan Bisnis yang baru diakuisisi atau perluasan
peristiwa penting, usaha
perubahan penting Kegiatan usaha yang dihentikan
dalam operasi
Peristiwa luar biasa atau contingencies (seperti
tuntutan hukum)
Perkenalan produk atau jasa baru

Salah saji yang berdampak pada pengguna laporan keuangan


menunjukkan bahwa materialitas bukan saja diukur dair kuantitatif, tetapi
juga kualitatif. Suatu informasi disebut material jika ia berdampak
terhadap pemakai informasi atau putusan yang dibuat (secara kualitatif).

4. Specific Performance Materiality


Specific Performance Materiality ditetapkan lebih rendah dari
angka specific materiality untuk memastikan pekerjaan audit yang
cukup, dilaksanakan untuk mengurangi ke tingkat rendah yang
tepat, probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan yang tidak
terdeteksi melebihi specific materiality.

Auditor menentukan materiaalitas berdasarkan persepsinya mengenai


kebutuhan pengguna laporan keuangan. Dalam menerapkan kearifan
profesionalnya, layak bagi aauditor mengasumsikan pengguna laporan
keuangan:
1. Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan
ekonomis, akuntansi, dan punya keinginan untuk mempelajari
informaasi dalam laporan keuangan dengan cukup cermat;
2. Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada
tingkat materialitas (dan mengabaikan yang tidak material)
3. Menerima ketidakpastikan yang inherit dalam penggunaan estimasi,
jugdement, dan pertimbangan mengenai peristiwa dikemudian hari.
4. Membuat keputusan ekonomis yang wajar atas dasar informasi
dalam laporan keuangan.

Salah saji yang lazim ditentukan adalah :


1. Kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud);
2. Penyimpangan terhadap kerangka pelaporan keuangan yang
digunakan;
3. Kecurangan yang dilakukan karyawan atau manajemen;
4. Kesalahan manajemen;
5. Pembuatan estimasi yang tidak akurat atau tidak tepat;
6. Penjelasan yang keliru, tidak tepat atau tidan lengkap mengenai
kebijakan akuntansi atau hal lain dalam catatan atas laporan
keuangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menarik
kesimpulan yang menjadi pemberian dasar opini auditnya. ISA 500
menggunakan istilah dengan makna khusus, yaitu: Accounting records,
Appropriateness, Auditing Evidence, Managements expert, dan
Sufficiency. Kewajiban auditor untuk, mendapatkan bukti audit yang cukup
dan tepat, informasi yang digunakan sebagai bukti audit, sampling untuk
memperoleh bukti audit, dan inkonsistensi dalam bukti audit atau ragu
mengenai keandalan. Prosedur-prosedur yang dapat digunakan sebagai
prosedur-prosedur penilaian risiko atau prosedur-prosedur substantif
tergantung konteks dimana prosedur itu diterapkan auditor adalah:
Inspection, Observation, External confirmation, Recalculation,
Reperformance, Analytical prosedures, dan Inquiry.
Pengendalian internal merupakan tanggapan manajemen terhadap
risiko yang diketahui. Dengan lain perkataaan, pengendalian internal ingin
mencapai tujuan pengendalian tertentu. Pengendalian internal dirancang,
diimplementasi,dan dipelihara, manajemen dan karyawan lain untuk
menangani risiko bisnis dan risiko kecurangan yang mengancam
pencapaian tujuan entitas, seperti pelaporan keuangan yang andal/dapat
dipercaya. Pengendalian merupakan tanggapan terhadap suatu ancaman.
Pengendalian yang tidak merupakan jawaban terhadap ancaman, adalah
kesia-siaan. Oleh karena itu, langkah pertama bagi manajemen, maupun
auditor, ketika mengevaluasi rancangan pengendalian adalah: tentukan
risiko apa yang perlu ditangkal atau dimitigasi. Langkah kedua, bagi
manajemen maupun auditor adalah: pastikan bahwa sistem pengendalian
yang dibangun, memang menangkal risiko tersebut.

1.2 SARAN

Diharapkan setelah membaca makalah ini, para membaca dengan mudah


memahami bukti audit dan pengendalian internal. Diharapkan juga
kepada pembuat makalah selanjutnya agar lebih mengembangkan
pembahasan tentang pengauditan yang telah kita buat.

Anda mungkin juga menyukai