AUDITING I
OLEH:
KELOMPOK 16
1. HASNUN ADILAH (1401035096)
2. SORAYA PUTRI APRILLIA (1401035279)
3. TITIS PRAVESTI ELITA BUNGA (1401035160)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Asersi.
2. Untuk mengetahui cara penggabungan asersi.
3. Untuk mengetahui penilaian risiko di tingkat laporan keuangan dan
penilaian risiko di tingkat asersi.
4. Mampu menjelaskan arti materialitas dan tujuannya menurut
Bapepam.
5. Mengetahui proses penentuan materialitas serta tahapan proses
audit dalam penerapan materialitas.
6. Agar pembaca memahami empat konsep materialitas.
7. Mampu menjelaskan macam-macam salah saji yang lazim
ditemukan.
BAB II
ISI
Selayang Pandang
Asersi-asersi ini berhubungan dengan pengakuan (recognition),
pengukuran (measurement), penyajian (presentation), dan pengungkapan
(disclosure) dari berbagai unsur dalam laporan keuangan. Contoh-contoh
asersi adalah berikut ini.
1. Semua aset dalam laporan keuangan benar-benar ada (exist).
2. Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya.
3. Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat.
4. Utang merupakan kewajiban entitas.
5. Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan.
6. Semua jumlah disajikan dengan tepat dan diungkapkan dalam
laporan keuangan.
Kotak 7-4 Asersi Jenis Transaksi, Saldo Akun, Penyajian & Pengungkapan
CLASSES OF PRESENTATION
ASERSI TRANSACTIONS ACCOUNT S&
(JENIS BALANCE DISCLOSURES
TRANSAKSI) (SALDO AKUN) (PENYAJIAN &
PENGUNGKAP
AN)
Existence/occurre
nce
completeness
Rights &
obligations
Accuracy/classific
ation
cutof
Classification &
understandability
Valuation/allocati
on
Asersi Gabungan
Untuk memudahkan penggunaan asersi dalam entitas kecil, asersi-asersi
ini dapat digabungkan. Penggabungan ini diperagakan dalam kotak 7-5.
ASERSI JENIS SALDO AKUN PENYAJIAN
GABUNGAN TRANSAKSI DAN
PENGUNGKAP
AN
C Completeness Completeness Completeness
Completeness
E Existence Occurrence Existence Occurrence
A - Accuracy Accuracy Accuracy
and Cutof Cutof Rights and
Classification obligations
Understandabil
ity
V Valuation Valuation and Valuation
Allocation
2.2 Materialitas
ISA (International Standards on Auditing) adalah standar audit berbasIs
prinsip, atau principles-based. Standar berbasis prinsip, diawali dengan
kerangka berpikir atau framework yang menjelaskan tujuan (apa yang
harus dicapai) dan rambu-rambunya. Auditor mencari jalan untuk
mencapai tujuan tersebut, dengan memperhatikan kondisi (circumstance)
dilapangan.
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada
ukuran dan sifatnya serta apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat pos-pos laporan keuangan, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna laporan keuangan.
Materialitas untuk tujuan agregasi dalam Peraturan ini adalah sebagai
berikut.
a) 5% dari jumlah seluruh asset untuk pos-pos asset.
b) 5% dari jumlah seluruh liabilitas untuk pos-pos liabilitas.
c) 5% dari jumlah seluruh ekuitas untuk pos-pos ekuitas.
d) 10% dari pendapatan untuk pos-pos laba rugi komprehensif; atau
e) 10% dari laba dari operasi yang dilanjutkan sebelum pajak, untuk
pengaruh suatu peristiwa atau transaksi.
2. Performance Materiality
Performance Materiality memungkinkan auditor mengani risiko
salah saji dalam jenis transaksi, saldo akun atau dislosures tanpa
harus mengubah overall materiality. Performance Materiality
memungkinkan auditor menetapkan angk materialitas berdasarkan
overall materiality, tetapi lebih rendah dari overall materiality unutk
mencerminkan risiko yang diidentifikasi dan dinilai serta risiko
terdeteksinya salah saji oleh auditor. Menetapkan Performance
Materiality memerlukan kearifan professional dan bukan sekadar
hitung-hitungan sederhana atau penerapan table-tabel.
Performance Materiality secara keseluruhan atau untuk saldo,
transaksi, dan disclosures secara individual mungkin harus diubah
pada setiap waktu selama audit (tanpa mengetahui overall
materiality) untuk mencerminkan penilaian risiko yang diubah
(revised risk assessments), temuan audit, dan informasi baru.
3. Specific Materiality
Ada situasi dimana salah saji yang lebih kecil dari overall
materiality dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan.
3.1 KESIMPULAN
Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor untuk menarik
kesimpulan yang menjadi pemberian dasar opini auditnya. ISA 500
menggunakan istilah dengan makna khusus, yaitu: Accounting records,
Appropriateness, Auditing Evidence, Managements expert, dan
Sufficiency. Kewajiban auditor untuk, mendapatkan bukti audit yang cukup
dan tepat, informasi yang digunakan sebagai bukti audit, sampling untuk
memperoleh bukti audit, dan inkonsistensi dalam bukti audit atau ragu
mengenai keandalan. Prosedur-prosedur yang dapat digunakan sebagai
prosedur-prosedur penilaian risiko atau prosedur-prosedur substantif
tergantung konteks dimana prosedur itu diterapkan auditor adalah:
Inspection, Observation, External confirmation, Recalculation,
Reperformance, Analytical prosedures, dan Inquiry.
Pengendalian internal merupakan tanggapan manajemen terhadap
risiko yang diketahui. Dengan lain perkataaan, pengendalian internal ingin
mencapai tujuan pengendalian tertentu. Pengendalian internal dirancang,
diimplementasi,dan dipelihara, manajemen dan karyawan lain untuk
menangani risiko bisnis dan risiko kecurangan yang mengancam
pencapaian tujuan entitas, seperti pelaporan keuangan yang andal/dapat
dipercaya. Pengendalian merupakan tanggapan terhadap suatu ancaman.
Pengendalian yang tidak merupakan jawaban terhadap ancaman, adalah
kesia-siaan. Oleh karena itu, langkah pertama bagi manajemen, maupun
auditor, ketika mengevaluasi rancangan pengendalian adalah: tentukan
risiko apa yang perlu ditangkal atau dimitigasi. Langkah kedua, bagi
manajemen maupun auditor adalah: pastikan bahwa sistem pengendalian
yang dibangun, memang menangkal risiko tersebut.
1.2 SARAN