Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LAPORAN AUDIT ( Audit Report)

Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Audit 1


Dosen :
Robertus Ary Novianto, S.E.,M.M., Ak.

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Cindy Lismayanti M (0117101174)
Rania Patin (0117101189)
Dwi Suci Rachmayanti (0117101202)

Febriani Pratama Putri (0117101203)

M Arga Devara (0117101207)

Venna Lestari H (0117101208)

Raden Melati Bunga P (0117101211)

Kelas : E

AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2019
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN

1. Cakupan dan ISA Acuan


Acuan utama bab ini ialah ISA 315 Identifying and Assessing the Risks of Material Misstatement
through Understanding the Entity and Its Environtment (Mengidentifikasi dan Menilai Risiko Salah Saji
yang Material Melalui Pemahaman terhadap Entitas dan Lingkungannya).

ISA 315 mendefinisikan asersi sebagai berikut:

Asersi –Representasi oleh manajemen, baik secara eksplisit maupun emplisit, yang terkandung dalam
laporan keuangan. Representasi ini digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji
dalam laporan keuangan, yang mungkin terjadi. [ISA 315 alinea 4(a)]

Dengan menyerahkan laporan keuangannya kepada auditor atau pihak lain, manajemen membuat
representasi baik secara sersurat maupun tersirat. Representasi oleh manajemen kepada auditor, yang
paling umum dikenal, ialah:

“laporan keuangan secara keseluruhan-atau secara menyeluruh- disajikan secara wajar sesuai degan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.”

Diagram 7 – 1

Pada diagram diatas menunjukan asersi-asersi laporan keuangan dan dampak keuangannya jika asersi
tersebut salah. Jika manajemen memberikan asersi yang benar, maka dampakkesalahan keuangannya tidak
ada. Hal ini digambarkan dalam bidang berwarna hijau, khusus untuk transaksi dan saldo.
Jika manajemen memberikan asersi yang salah, maka dampak kesalahan keuangannya bisa berupa angka-
angka yang dinyatakan terlalu rendah atau understated atau terlalu tinggi atau overstated. Kesalahan
manajemen dalam asersi laporan keuangan mempunyai dampak kuantitatif dan kualitatif. Auditor harus
memberikan perhatian terhadap asersi laporan keuangan.

1.1 Selayang Pandang

Asersi – asersi ini beruhungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dari berbagai
unsure laporan keuangan. Contoh-contoh asersi sebagai berikut:

1. Semua asset dalam laporan keuangan benar-benar ada.


2. Semua transaksi penjualan telah dicatat dalam periode terjadinya.
3. Persediaan dicantumkan dengan nilai yang tepat.
4. Utang merupakan kewajiban entitas.
5. Semua transaksi yang dicatat, terjadi dalam periode berjalan.
6. Semua jumlah disajikan dengan tepat dan diungkapkan dalam laporan keuangan.

Asersi-asersi ini disingkat dengan satu kata bahasa inggris, seperti: completeness (sesuatu itu lengkap),
existence (eksistensi, sesuatu itu ada), occurrence (sesuatu itu terjadi), accuracy (sesuatu itu akurat, secara
matemaris benar), valuation (sesuatu itu dinilai sesuai dengan kaidah kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku) dan seterusnya.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi kepada auditor bahwa saldo akun penjualan dalam pembukuan
telah mencakup seluruh transaksi penjualan, bahwa transaksi memang terjadi dan transaksi yang sah, dan
bahwa transaksi penjualan telah dibukukan sebagaimana mestinya dan dalam periode yang benar.

1.2 Penjualan mengenai Asersi

Isa 315 alinea A111 menjelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan
berbagai salah saji dalam laporan keuangan. Kelompok asersi untuk jenis-jenis transaksi dan peristiwa
untuk periode yang diaudit. Akan dijelaskan di table 7.1

Table 7.1

ASERSI PENJELASAN
Occurrence Transaksi dan peristiwa yang sudah dicatat, memang terjadi dan merupakan
transaksi dan peristiwa dari entitas yang bersangkutan
Completeness Semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya dicatat, memang sudah dicatat
Accuracy Angka-angka, jumlah-jumlah, dan data lain yang terkait dengan transaksi dan
peristiwa yang dicatat, sudah dicatat dengan akurat
Cut-off Transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode akuntansi yang benar
Classification Transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar
Kelompok asersi untuk saldo akun pada akhir periode di audit, dijelaskan dalam table 7.2

Table 7.2 Asersi untuk Saldo Akun

ASERSI PENJELASAN
Existence Aset, liabilitas, dan euitas benar ada
Rights and Obligations Entitas memiliki dan menguasai aset, dan utang merupakan kewajiban entitas
Completeness Semua aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya dicatat, sudah dicatat.
Valuation and Allocation Aset, liabilitas, dan ekuitas dicantumkan pada laporan keuangan dalam
jumlah yang benar, dan semua penyesuaian atau adjustment untuk penilaian
dan alokasi telah dicatat dengan benar.
Kelompok asersi yang berhubungan dengan penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan,
disajikan dalam table 7.3

Table 7.3 Asersi tentang penyajian dan pengungkapan

ASERSI PENJELASAN
Occurrence, Rights, and Transaksi, peristiwa, dan hal-hal lain yang sudah diungkapkan dalam laporan
Obligations keuangan, memang terjadi dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan
Completeness Semua pengungkapan yang seharusnya dicantumkan, memang sudah
dicantumkan dalam lpaoran keuangan
Classification and Informasi keuangan disajikan dan dijelaskan dengan tepat, dan
Undersanability pengungkapan dinyatakan dengan jelas
Accuracy and Valuation Informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan dengan wajar dan
dalam jumlah yang benar.

Penerapan asersi pada seluruh area laporan keuangan, diringkaskan pada table 7.4. Table 7.4 ini merangkum
seluruh asersi dalam ketiga kotak sebelumnya.

Kotak 7.4 Asersi-jenis transaksi, saldo akun, penyajian, dan pengungkapan


ASERSI CLASSES OF ACCOUNT PRESENTATIONS &
TRANSACTION BALANCES DISCLOSURES
Existence / Occurrence √ √ √
Completeness √ √ √
Rights & Obligations √ √
Accuracy / √ √
Classification
Cutoff √
Classification & √ √
Understandability
Valuation/Allocation √ √

2. Asersi Gabungan

ISA 315 membolehkan auditor menggunakan asersi seperti yang dijelaskan diatas, atau dengan cara
yang berbeda, sepanjang semua aspek yang dibahas diatas telah tercakup. Untuk memudahkan penggunaan
asersi dalam entitas kecil, asersi-asersi ini dapat digabungkan.

Penggabungan ini diperagakan pada kotak 7-5, dalam kotak ini asersi gabungan disingkat menjadi: C-
Completness, E-Existence, A-Accurary and Cutoff, dan V-Valuation. Penggabungan asersi dalam empat
kombinasi, memudahkan penerapan pada ketiga kategori (jenis transaksi, saldo akun, dan penyajian serta
pengungkapan).

Kotak 7-5 Penggabungan Asersi

ASERSI GABUNGAN JENIS TRANSAKSI SALDO AKUN PENYAJIAN DAN


PENGAKUAN

C-Completeness Completeness Completness Completness

E-Existence Occurrence Existence Occurrence

A-Accurary and Cutoff Accuracy Rights and Obligation Accuracy

Cutoff Rights and Obligation

Classification Classification

Understandability
V-Valuation Valuation and Allocation Valuation

Penjelasan mengenai asersi gabungan dapat dilihat dalam Kotak 7-6

ASERSI GABUNGAN PENJELASAN


C-Completeness Segala sesuatu yang harus dicatat dan diungkapkan
dalam laporan keuangan, telah dicakup.
Tidak ada asset, utang, dan liabilitas, transaksi
yang belum dicatat atau diungkapkan; tidak ada
catatan dalam laporan keuangan, yang
hilang/dihilangkan atau tidak lengkap
E-Existence Segala sesuatu yang harus diungkapkan dalam
laporan keuangan, memang ada pada tanggal yang
bersangkutan, dan memang harus dicakup.
Asset, utang, dan liabilitas, transaksi, dan hal-hal
lain dalam catatan laporan keuangan, memang ada,
terjadi, dan terkait dengan entitas.
A-Accurary and Cutoff Semua liabilitas, pendapatan, beban, dan hak atas
asset (yang dikuasai atau dibawah pengendalian)
merupakan kewajiban atau kekayaan atas entitas
dan telah dicatat dalam jumlah yang benar dan
dialokasikan ke periode yang benar. Juga telah
dilakukan pengklasifikasian dan pengungkapan
yang benar dalam laporan keuangan.
V-Valuation Asset, liabilitas, dan ekuitas dicatat dalam jumlah
atau nilai (at the appropriate value) dalam laporan
keuangan.
Penyesuaian (adjustments) untuk penilaian atau
alokasi yang diperlukan karena sifatnya atau sesuai
dengan prinsip akuntansi yang diterapkan, telah
dicatat sebagaimana mestinya.

2.1 Asersi dalam Auditing


Berikut ini kutipan dari ISA 25 (terjemahan bebas):

Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji pada:


(a) Tingkat laporan keuangan; dan
(b) Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk merancang dan
melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
Seperti disebutkan diatas, laporan keuangan mengandung berbagai asersi. Asersi ini dapat digunakan
auditor dalam menilai resiko ditingkat laporan keuangan dan dtingkat asersi.

2.2 Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan

Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat pervasive
(tersebar luas) dan karenanya mencakup semua asersi. Contoh, jika akuntan senior tidak cukup kompeten,
sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini seringkali tidak
terbatas pada satu saldo akun, atau satu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan saja. Kekeliruan juga tidak
terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya (completeness) transaksi penjualan. Kekeliruan dengan
mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan valuation.

2.3 Penilaian Risiko di Tingkat Asersi

Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo akun tertentu (secara indivudu) pada saat tertentu
(misalnya akhir tahun), atau untuk transaksi tertentu untuk suatu periode tertentu (misalnya dalam tahun
buku bersangkutan), dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan.
Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis transaksi, atau penyajian dan pengungkapan)
tertentu, akan berbeda, tergantung pada ciri saldo aku itu dan potensi salah saji yang material. Contoh,
ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin menilai risiko terjadinya kekeliruan sebagai rendah.
Namun, untuk persediaan dimana keuasangan (obsolescene) merupakan faktor penting, auditor meniai
valuation risk tinggi. Contoh lain, karena kemungkinan hilangnya persediaan relative kecil, auditor menilai
risiko salah saji yang material berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Tetapi kelemahan dalam
menangani transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai risiko salah saji karena tidak lengkapnya
saldo akun penjualan, sebagai tinggi.
Perbedaan dalam penilaian risiko pada kedua tingkat ini (tingkat laporan keuangan dan tingkat
asersi), digambarkan dalam Diagram 7-2. Untuk menyederhanakan penyajian, hanya bebrapa saldo akun,
jenis transaksi, dan pengungkapan yang dicantumkan dalam Diagram 7-2.

Diagram 7-2 Penilaian Risiko pada Tingkat Laporan Keuangan & Asersi
Penjelasan Diagram 7-2

1. Risiko pada tingkat laporan keuangan bersifat pervasif dan dapat terjadi pada banyak asersi. Dalam
contoh ini, risiko tersebut disebut Rendah (Low).

2. Bidang berwarna merah menunjukkan risiko ditingkat asersi. Yang disajikan hanyalah beberapa contoh
seperti:

a. Inventory (Persediaan), Cash (Kas dan Bank), dan Payables (Utang) untuk saldo akun.

b. Revenue (Pendapatan) dan Expenses (Beban) untuk jenis transaksi.

c. Commitments (Komitmen) dan Related Parties (Pihak-Pihak yang Berelasi) untuk penyajian dan
pengungkapan.

3. Risiko untung masing-masing asersi harus dinilai, dan hasilnya dikelompokkan sebagai Low(Rendah),
Moderate(Sedang), atau High(Tinggi).

Auditor menggunakan asersi untuk :

1. Menentukan jenis risiko salah saji yang bisa terjadi.

2. Menilai seberapa besar kemungkinan risiko terjadinya salah saji material

3. Merancang prosedur audit selanjutnya(further audit procedures) sebagai jawaban atau tanggapan
terhadap risiko yang dinilai (responsive to the assessed risks).

2.4 Apa Jenis Risiko Salah Saji

Dalam langkah ini auditor melaksanakan prosedur penilaian risiko Sebagai contoh, auditor dapat
mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah aset memang ada ? (existence)

2. Apakah entitas memiliki aset tersebut ? (right and obligations)

3. Apakah transaksi penjualan dicatat dengan benar ? (completeness)

4. Apakah saldo persediaan disesuaikan untuk barang yang lambat perputarannya (slow-moving) dan usang
(obsolete) ? (valuation)

5. Apakah saldo utang sudah meliputi semua kewajiban pada akhir periode ? (completeness)
6. Apakah transaksi dicatat dalam periode yang benar ? (cut-off)

7. Apakah jumlah yang benar disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan ? (accuracy )

2.5 Seberapa Besar Kemungkinan Terjadinya Risiko Itu?

Risiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari risiko bawaan (inherent risk) dan risiko
pengendalian (control risk). Oleh karena itu, proses penilaian (assessment process) meliputi keduanya.

Mengenai risiko bawaan, auditor menentukan potensi salah saji yang berkenaan dengan asersi yang mana.
Ia kemudian menilai seberapa besarnya kemungkinan terjadinya risiko ini, dan taksiran atau "ancer-ancer"
jumlahnya

3. Laporan Audit
3.1 Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian Untuk Entitas Nonpublik
Agar para pemakai laporan dapat memahami laporan audit, standar auditing AICPA telah
menyediakan kata0kata baku untuk laporan audit. Masing-masiing auditor dapat mengubah sedikit
kata-kata atau penyajian, tetapi artinya harus sama.
Laporan audit standar tanpa pengecualian berisi delapan bagian yang berbeda.
1. Judul laporan. Standar auditing mensyaratjjan bahwa laporan harus diberi judul yang
mengandung kata indeenden. Sebagai contoh, judul yang tepat mencakup “laporan auditor
independen,” atau “pendapat akuntan independen” kewajiban mencantumkan kata independen
dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya
dilaksanakan secara tidak memihak atau tidak bias.
2. Alamat laporan audit. Laporan ini umunya ditujukan kepada perusahaan para pemegang saham,
atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telaj menjadi hal yang biasa
mengalamatkan laporan ini kepada dewan direksi dan para pemegang saham untuk menunjukkan
bahwa auditor independen terhadao perusahaan.
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan bahwa kantor akuntansi publik
bersangkutan telah melaksanakan audit, yang memedakan laporan audit dari laporan komplikaso atau
laporan review. Paragraf pertama juga menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit, termasuk
catatan atas laporan keuangan dan tanggal neraca serta periode akuntansi untuk laporan audit harus
identik dengan yang digunkan oleh manajeman pad alaporan keuangan tersebut.
4. Tagunggung jawab manajemen. Judul dan paragraf ini menyatakan bahwa laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajeman. Tanggung jawab ini meliputi prinsip-prinsip akuntansi yang
tepat dan penyelenggaraanpengendalian internal atas pelaporan keuangan yang mencukupi untuk
penyajian laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang material akibat ecurangan atau kesalahan.
5. Tanggug jawab auditor. Bagian pada tanggung jawab auditor berisi tiga paragraf.
Paragraf pertama menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang
berlaku umum di A.S. Paragraf ini juga menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa laporankeuangan telah bebas dari salah saji yang material (material
misstatement). Pencantuman kata material menunjukkan bahwa auditor hanya bertanggung jawab
mencari salah saji yang signifikan, bukan salah saji kecil yang tidak memperngaruhi keputusan para
pemakai laporan keuangan. Istilah keyakinan yang memadai (reason able assurance) digunakan untuk
menunjukan bahwa audit tidak dapat diharapkan menghapus seluruh kemungkinan adanya salah daji
yang material dalam laporan keuangan. Dengan kata lain, audit memang memberikan tingkat
assurance yang tinggi, tetapi bukan suatu jaminan.
Paragraf kedua menguraikan ruang lingkup audit dan bukti audit yang dikumpulkan. Paragraf ini
menunjukkan bahwa prosedur yang digunakan tergantung pada pertimbangan auditor dan mencakup
penilaian risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Paragraf ini juga menunjukkan
bahwa auditor mempertimbangkan pengendalian interna yang relevan terhadap penyususnan dan
penyajian wwajar laporan keuanggan ketika merancang prosedur audit yang akan dilaksanakan, tetapi
penilaian pengendalian internal ini bukan untuk tujuan serta tidak cukup untuk menyatakan pendapat
tentang keefektifan pengendalian internal entitas. Kalimat terakhir dari paragraf ini menunjukan bahwa
audit mencakup pengevaluasian kebijakan akuntansi yang dipilih, kelayakan estimasi akuntansi, dan
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Paragraf ketiga menunjukkan auditor yakin bahwa bukti audit yang tapat dan mencukupi telah
diperoleh demi mendukung pendapat auditor.
6. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit standar menyatakan kesimpulan
auditor berdasarkan hasil audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor. Paragraf
pendapat dinyatakan sebagai suatu pendapat saja bukan sebagai pernyataan yang mutlak atau sebagai
jaminan. Maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan
pertimbanganprofesional. Frasa menurut pendapat kami menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa
risiko informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut meskipun telah diaudit.
Salah satu bagian dalam laporan auditor yang kontroversional adalah arti istilah menyajiakan
secara wajar (present fairly). Apakah ini berarti jika prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
telah dipatuhi, maka laporan keuangan telah disajikan secara wajar, atau lebih dari itu? Terkadang
pengadilan menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab mencari lebih dari sekedar kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menentukan apakah pemakai laporan
tidak disesatkan, sekalipun prinsip-prinsip tersebut telah dipatuhi. Sebagian besar auditor percaya
bahwa laporan keuangan “telah disajikan secara wajar” apabila disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum, tetapi auditor juga harus menguji substansi transaksi serta akun
terhadap kemungkinan adanya informasi yang salah.
7. Nama dan alamat KAP. Nama mengidentifikasi kantor akuntan publik (KAP) atau praktisi
yang melaksanakan audit. Biasanya yang ditulisakan adalah nama kantor akuntan publik, karena
seluruh bagian dari kantor akuntan publik mempunyai tanggung jawab hukum dan profesional untuk
memastikan bahwa kualitas audit memenuhi standar profesional. Kota dan negara bagian lokasi KAP
itu juga harus dicantumkan.
8. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan audit adalah
ketika auditor menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan hal yang
penting bagi para pemakai laporan karena menunjukkan hari terakhir dari tanggung jawab auditor
untuk mereview peristiwa-peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan.

Laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
1. Semua laporan – neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan akuntansi pemegang saham, dan
laporan arus kas – sudah termasuk dalam laporan keuangan.
2. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumppul, dan auditor telah melaksanakan penugasan
audit ini dengan cara yang memungkinnannya untuk menyimpulkan bahwa audit telah
dilaksanakan susai dengan standar auditing.
3. Laporan keuangan telah disajikan susai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau
kerangka kerja akuntansi lainnya yang susai. Hal itu juga berarti bahwa pengungkapan yang
memadai telah tercantum dalam catatan kaki dan bagian-bagian lain daari laporan keuangan.
4. Tidak terjadi situasi yang membuat auditoor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf
penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
Apabila kondisi tersebut terpenuhi maka laporan audit standar tanpa pengecualian untuk audit
perusahaan nonpublik. Laporan audit standar tanpa pengecualian kadang-kadang disebut sebagai pendapat
yang bersih (clean opinion) karena tidak da kesalahan yang memerlukan pengecualian (kualifikasi) atau
modifikasi atas pendapat auditing. Laporan audit standar tanpa pengecualian adalah pendapat audit yang
paling umum. Terkadang situasi yang berada di luar kendali klien atau auditor menghalangi diterbitkannya
suatu pendapat yang bersih. Akan tetapi, dalam sebagian besar kasus, perusahaan akan melakkan beberapa
perubahan yang tepat pada catatan akuntansi guna menghindari pengecualian atau modifikasi oleh auditor.
Jika salah satu dari empat persyaratan laporan audit standar tanpa pengecualian tidak dapat dipenuhi,
maka laporan audit tersebut tidak dapat diterbitkan. Para pemakai laporan keuangan umumnya akan lebih
memperhatikan pernyataan menolak menerbitkan pendapat atau pendapat tidak wajar ketimbang laporan
audit standar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Kegita laporan audit lainnya ini akan dibahas
dalam bagian-bagian berikut.

3.2 Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian dan Laporan Tentang Pengendalian Internal
Atas Pelaporan Keuangan Menurut Standar Auditing PCAOB
Terdapat dua perbedaan audit yang signifikan untuk perusahaan publik. Pertama laporan audit standar
tanpa pengecualian berbeda untuk audit laporan keuangan perusahaan publik. Kedua, auditor perusahaan
publik berukuran besar juga harus menerbitkan pendapat tentang pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.

4. Laporan Audit Standar


Laporan audit standar tanpa pengecualian untuk perusahaan publik meliputi tiga paragraf.
Judul laporan, alamat, nama kantor akuntan, dan tanggal laporan audit adalah serupa bagi perusahaan publik
dan entitas non-publik. Laporan itu sangat mirip dengan laporan audit untuk entitas non publik yang
berbeda hanya beberapa kata-kata.

Paragraf pertama adalah paragraf pendahuluan dan menunjukkan bahwa audit telah dilaksanakan
serta laporan keuangan telah diaudit. Paragraf pendahuluan juga menunjukkan bahwa laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat tentang
laporan keuangan.

Paragraf ruang lingkup serupa dengan paragraf kedua menurut tanggung jawab auditor dan
menunjukkan bahwa audit dirancang untuk memberikan kepastian yang layak bahwa laporan keuangan
telah bebas dari salah saji yang material. Paragraf ruang lingkup menyatakan bahwa audit telah dilakukan
atas dasar pengujian.

Paragraf ketiga merupakan paragraf pendapat. Jika auditor juga mengeluarkan laporan terpisah
tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan, paragraf keempat akan mengikuti paragraf
pendapat yang disebut laporan audit tentang pengendalian internal.

Sebagaimana dibahas pada Bab 1, Section 404(b) dari Sarbanes-Oxley Act mengharuskan auditor
perusahaan publik untuk mengatestasi laporan manajemen tentang keefektifan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Sejak tahun 2004, perusahaan publik berukuran besar (dikenal sebagai accelerated
filers) telah diwajibkan oleh SEC untuk menyerahkan laporan auditor tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan setiap tahunnya, Seperti disinggung di Bab 1, non-accelerated filers dikecualikan dari
persyaratan ini dan disahkan oleh Congress melalui pembuatan legislasi reformasi keuangan Dodd-Frank
2010 tentang pengecualian permanen bagi non-accelerated filers.

PCAOB Auditing Standard 5 mewajibkan audit atas pengendalian internal dipadukan dengen audit
atas laporan keuangan. Namun, auditor dapat memilih untuk menerbitkan laporan audit terpisah, seperti
laporan terpisah tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan atau pada laporan gabungan.
Laporan gabungan tentang laporan keuangan dan pengendalian internal atas pelaporan keuangan
menyajikan baik laporan keuangan maupun laporan manajemen tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Meskipun laporan gabungan diizinkan, laporan terpisah tentang pengendalian internal
atas pelaporan keuangan jauh lebih umum.
 Paragraf pendahuluan, ruang lingkup, dan pendapat menguraikan ruang lingkup pekerjaan auditor
serta pendapat tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan, sementara paragraf
pendahuluan meryoroti tanggung jawab manajemen serta penilaian terpisah tentang pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
 Paragraf pendahuluan dan pendapat juga mengacu pada kerangka kerja yang digunakan untuk
mengevaluasi pengendalian internal.
 Laporan itu menyertakan paragraf sesudah paragraf ruang lingkup yang menetapkan pegendalian
internal atas pelaporan keuangan.
 Laporan itu juga menyertakan paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat yang menyatakan
keterbatasan yang melekat dari pengendalian internal.
 Meskipun pendapat audit atas laporan keuangan mencakup banyak periode pelaporan, pendapat
auditor tentang efektivitas pengendalian internal adalah untuk akhir tahun fiskal terkini.
 Paragraf terakhir dari laporan itu menyertakan sebuah referensi-silang ke laporan terpisah auditor
tentang laporan keuangan.

Laporan terpisah menyajikan pendapat wajar tanpa pengecualian tentang efektivitas pengendalian
internal atas pelaporan keuangan yang disusun sesuai dengan PCAOB Auditing Standard 5. Auditor dapat
mengeluarkan pendapat dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, atau menolak memberikan pendapat
tentang efektivitas operasi pengendalian irternal atas pelaporan keuangan. Kondisi-kondisi yang
mengharuskan auditor mengeluarkan laporan selain dari pendapat wajar tanpa pengecualian menyangkut
efektivitas aperasi pegendalian internal.

4.1 LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN DENGAN PARAGRAF


PENJELASAN ATAU MODIFIKASI KATA KATA
Pada situasi tertentu, diterbitkan laporan audit wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan,
tetapi dengan kata-kata yang berlainan dari laporan wajar standar tanpa pengecualian. Laporan audit wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan memenuhi kriteria audit yang
lengkap dengan hasil yang memuaskan dan laporan keuangan yang disajikan secara wajar, tetapi auditor
merasa penting atau wajib untuk memberikan informasi tambahan. Dalam laporan audit wajar dengan
pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), atau menolak memberikan pendapat (disclaimer), auditor
tidak melaksanakan audit yang memuaskan, tidak yakin bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar,
atau tidak independen.

Berikut ini adalah penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi
kata-kata pada laporan wajar tanpa pengecualian standar baik menurut standar auditing AICPA maupun
PCAOB:
 Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
 Keraguan yang substansial mengenai going concern
 Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan
 Penekanan pada suatu hal atau masalah lain
 Laporan yang melibatkan auditor lain

Hanya laporan yang pembuatannya melibatkan auditor lain yang memerlukan modifikasi kata-kata.
Empat laporan yang pertama memerlukan suatu paragraf penjelasan. Pada setiap kasus, paragraf laporan
standar tetap disertakan tanpa modifikasi, dan paragraf penjelasan yang terpisah akan diikuti dengan
paragraf pendapat.

Istilah "paragraf penjelasan" telah diganti dalam standar auditing A1CPA dengan paragraf
"penekanan pada masalah" atau "masalah lain". Jika pelaporan tentang entitas non-publik dilakukan
menurut standar auditing AICPA, paragraf penjelasan harus didahului dengan judul "Penekanan pada
Masalah".

Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) mengharuskan bahwa perubahan prinsip
akuntansi atau metode aplikasinya ke prinsip yang diinginkan serta sifat dan dampak perubahannya harus
diungkapkan secara layak. Apabila terjadi perubahan yang material, auditor harus memodifikasi laporannya
dengan menambahkan paragraf penjelasan setelah paragraf pendapat, yang membahas sifat perubahan
tersebut serta mengarahkan para pembaca ke catatan kaki yang membahas perubahan itu.
Konsistensi vs Komparabilitas. Auditor harus mampu membedakan antara perubahan yang
mempengaruhi konsistensi pelaporan dengan perubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas tetapi
tidak mempengaruhi konsistensi. Contoh-contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan
karenanya, memerlukan paragraf penjelasan jika perubahan tersebut bersifat material:
1. Perubahan prindip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi
LIFO.
2. Perubahan entitas pelaporan, seperti penambahan perusahaan baru dalam laporan keuangan
gabungan.
3. Koreksi kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan mengubah prinsip
akuntansi yang tidak berlaku umum menjadi prinsip akuntansi yang berlaku umum, termasuk
koreksi kesalahan yang diakibatkannya.

Perubahan yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi sehingga


tidak perlu dimasukkan dalam laporan audit, sebagai berikut:
1. Perubahan estimasi, seperti penurunan unsur manfaat aset untuk tujuan penyusutan.
2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, seperti kesalahan matematid tahun
sebelumnya.
3. Variasi format dan penyajian informasi keuangan.
4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti usaha dalam
riset dan pengembangan yang baru atau penjualan anak perusahaan.

Pos-pos yang secara material mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan umunya


memerlukan suatu pengungkapan dalam catatan kaki. Laporan audit wajar dengan pengecualian
menyangkut pengungkapan yang tidak memadai mungkin diperlukan bila klien menolak mengungkapan
secara layak pos tersebut.

Sekalipun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, auditor
memiliki tanggung jawab menurut standar auditing untuk mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai
kemungkinan untuk tetap bertahan (going concern). Sebaga contoh, keberadaan satu atau lebih faktor-
faktor berikut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus bertahan:
1. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi
atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat
membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi
Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang substansial tentang kemampuan
perusahan untuk terus going concern, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
harus diterbitkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Standar auditing memperkenankan tetapi tidak mewajibkan untuk menolak memberikan pendapat
apabila ada keraguan yang substansial tentang going concern. Kriteria untuk menerbitkan penolakan
memberikan pendapat ketimbang menambakan suatu paragraf penjelasan tidak dinyatakan dalam standar,
dan dalam praktik jenis pendapat ini jarang diberikan.

Peraturan 203 dari Kode Perilaku Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam situai yang tidak
biasa, penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum mungkin tidak memerlukan pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.

Dalam situasi tertentu, akuntan publik mungkin ingin menekankan beberapa masalah tertentu
berkaitan dengan laporan keuangan, walaupun ia bermaksud mengekspresikan suatu pendapat wajar tanpa
pengecualian. Biasanya, informasi penjelas harus dicantumkan dalam suatu paragraf terpisah pada laporan
audit. Contoh informasi penjelas di mana auditor dapat melaporkannya sebagai penekanan pada suatu
masalah adalah sebagai berikut:
 Ada transaksi dengan pihak terkait yang bernilai besar
 Peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca
 Uraian tentang masalah akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan tahun
berjalan dengan tahun sebelumnya
 Ketidakpastian yang material yang diungkapkan dalam catatan kaki

CPA atau akuntan publik sering mengandalkan kantor akuntan publik (KAP) yang berbeda untuk
melakukan sebagian audit apabila kliennya memiliki operasi yang luas. Auditor utama yang mengeluarkan
pendapat tentang laporan keuangan disebut auditor utama (principal auditor). Auditor lain yang
melaksanakan pekerjaan atas informasi keuangan komponen disebut auditor komponen menurut standar
auditing AICPA.

1. Tidak memberikan referensi dalam laporan audit


Apabila tidak ada referensi yang diberikan kepada auditor lainnya, maka pendapat wajar tanpa
pengecualian standard akan diberikan kecuali ada situasi lain yang mengharuskan adanya
penyimpangan. Pendekatan ini biasanya diikuti pada saat auditor lain mengaudit bagian yang tidak
material dari laporan keuangan. Auditor lain tersebut sangat dikenal atau diawasi secara ketat oleh
auditor utama, atau auditor utama telah melakukan review yang mandalam atas pekerjaan auditor
lain tersebut. Namun auditor lain itu tetap bertanggung jawab atas laporan dan auditnya sendiri jika
terjadi tuntutan hokum atau tindakan dari SEC.
2. Memberikan referensi dalam laporan (laporan dengan modifikasi kata-kata).
Jenis laporan ini disebut juga sebagai laporan atau pendapat bersama. Laporan bersama yang wajar
tanpa pengecualian adalah laporan yang tepat untuk diterbitkan apabila proporsi laporan keuangan
yang diaudit oleh auditor lain bersifat material terhadap keseluruhan laporan.
3. Mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian
Dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat, bergantung pada materialitas,
diperlukan jika auditor utama tidak ingin memikul tanggung jawab apapun atas pekerjaan auditor
lain. Auditor utama dapat juga memutuskan bahwa diperlukan kualifikasi bagi keseluruhan
laporam jika auditor lain memberikan pendapat wajar dengan pengecuaian atas sebagian laporan
keuangan yang telah diauditnya. Pendapat wajar dengan pengecualian dan menolak memberikan
pendapat akan dibahas dalam bagian selanjutnya.

5. PENYIMPANGAN DARI LAPORAN AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN


5.1 Ruang lingkup audit dibatasi (pembatasan ruang lingkup)
Apabila auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang mencukupi untuk menyimpulkan apakah
laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan kerangka kerja pelaporan keuangan yang tepat, maka
terjadi pembatasan ruang lingkup audit. Ada dua penyebab utama pembatasan ruang lingkup audit:
pembatasan oleh klien dan pembatasan yang disebabkan oleh situasi yang berada diluar kendali klien atau
auditor. Suatu contoh pembatasan oleh klien adalah penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor
menginformasikan piutang yang material atau pemeriksaan fisik persediaan. Suatu contoh pembatasan
yang disebabkan situasi yang berada diluar kendali adalah apabila penugasan audit belum disepakati
hingga setelah akhir periode keuangan klien
5.2 Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (penyimpangan GAAP)
Jika klien bersikeras menggunakan biaya pengganti (replacement cost) untuk asset tetapnya
atau menilai persediaaannya pada harga jual ketimbang biaya historis sebagaimana diharuskan oleh
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka diperlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian. Apabila prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di A.S atau International Financial
Reporting Standards (IFRS) diterapkan dalam konteks ini, maka pertimbangan auditor atas memadainya
seluruh pengungkapan informatif, termasuk catatan kaki, secara khusus sangat penting. Meskipun
kebanyakan perusahaan A.S menyusun laporan keuangannya sesuai GAAP, beberapa entitas mungkin
menggunakan kerangka kerja pelaporan keuangan lain, seperti IFRS. Referensi ke GAAP di bab ini juga
berlaku pada situasi dimana klien telah memilih kerangka kerja pelaporan keuangan yang layak lainnya.
5.3 Auditor tidak independen
umumnya ditentukan oleh peraturan 101 dari aturan Kode Prilaku Profesional. Apabila salah satu
dari ketiga kondisi itu memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian yang ada dan
bernilai material, maka laporan selain laporan wajar tanpa pengecualian harus diterbitkan menurut
ketiga kondisi tersebut adalah pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak
wajar (adverse opinion), serta menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).
a. Laporan pendapat wajar dengan penecualian (qualified opinion)
Akibat pembatasan ruang lingkup audit atau kelalaian untuk mematuhi prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Laporan pendapat wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan hanya apabila
auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara
wajar. Laporan pendapat tidak wajar atau menolak memberikan pendapat harus diterbitkan jika
auditor merasa yakin bahwa kondisi yang dilaporkan tersebut bersifat sangat material. Karena
itu, pendapat wajar dengan pengecualian dianggap sebagai penyimpangan yang paling ringan
dari laporan wajar tanpa pengecualian.
b. Pendapat ridak wajar (adverse opinion)
Digunakan hanya apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
mengandung salah saji yang material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan atau hasil operasi dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP). Laporan pendapat tidak wajar hanya dapat diterbitkan apabila auditor
memiliki pengetahuan, setelah melakukan investigasi yang mendalam, bahwa tidak ada
kesesuaian dengan GAAP/PSAK. Hal ini jarang terjadi sehingga pendapat tidak wajar jarang
sekali diterbitkan.
c. Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Diterbitkan apabila auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan telah disajikan secara wajar. Kebutuhan untuk menolak memberikan
pendapat akan timbul apabila terdapat pembatasan ruang lingkup audit atau terdapat hubungan
yang tidak independen menurut kode prilaku professional anatar auditor dan kliennya. Kedua
situasi ini menghalangi auditor untuk mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara
keseluruhan. Auditor juga memiliki opsi untuk menolak memberikan pendapat pada masalah
kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

6. MATERIALITAS

Materialitas adalah pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk
diterbitkan dalam situasi tertentu. Definisi umum dari materialitas yang diterapkan dalam bidang
akuntansi dan selanjutnya berlaku dalam pelaporan audit adalah Suatu salah saji dalam laporan keuangan
dapat dianggap materiai jika pengetahuan akan salah saji tersebut akan mempengaruhi keputusan pata
pemakai laporan tersebut.

Dalam penerapan definisi ini, tiga tingkat materialitas digunakan untuk menetukan jenis pendapat yang
akan diterbitkan.

1. Jumlahnya tidak material.


Apabila ada salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan
pemakai laporan, hal tersebut dianggap sebagai tidak material. Karena itu, pendapat wajar tanpa
pengecualian layak diterbitkan. Sebagai contoh,asumsiakn bahwa manajemen mencatat asuransi
dibayar dimuka sebagai asset pada tahun sebelumnya dan memutuskan untuk membebankannya
dalam tahun berjalan guna mengurangi biaya pemeliharaan catatan. Ini berarti manajemen gagal
mematuhi GAAP/PSAK, tetapi jika jumlahnya sedikit, maka salah saji tersebut tidak material dan
laporan audit wajar tanpa pengecualian standard tepat untuk diterbitkan.
2. Jumlahnya material tetapi tidak memperburuk laporan keuangan secara keseluruhan.
Tingkat materialitas yang kedua terjadi apabila salah saji dalam laporan keuangan akan
mampengaruhi keputusan para pemakai laporan itu, tetapi laporan keuangan secara keseluruhan
tetap disajikan secara wajar sehingga masih berguna. Sebagai contoh, pengetahuan akan salah saji
yang besar dalam asset tetap mungkin mempengaruhi keinginan pemakai untuk meminjam uang
kepada perusahaan jika asset itu adalah jaminannya. Salah saji dalam persediaan tidak berarti
bahwa kas, piutang usaha, dan unsur-unsur laporan keuangan lainnya, atau lapora keuangan secara
keseluruhan, tidak benar secara material.
Untuk mengambil keputusan tentang tingkat materialitas apabila terdapat kondisi yang
memerlukan penyimpangan dari pendapat diluar pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor harus
mengevaluasi semua pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Apabila auditor menyimpulkan
bahwa salah saji material teatpi mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan, maka
pendapat yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian (dengan menggunakan “kecuali
untuk”.

3. Jumlahnya sangat material atau begitu pervasive sehingga kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan diragukan.
Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila pemakai mungkin akan membuat keputusan yang tidak
benar jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan,\. Kembali pada contoh
sebelumnya, jika persediaan merupakan saldo terbesar dalam laporan keuangan, maka salah saji
yang besar mungkin akan begitu material sehingga laporan auditor harus menunjukan bahwa
laporan keuangan secara keseluruhan tidak dapat dipandang sebagai telah disajikan secara wajar.
Apabila terwujud tingkat materialitas yang tertinggi, audior harus menolak memberikan pendapat
atau memberikan pendapat tidak wajar, tergantung pada kondisi yang ada.

7. KEPUTUSAN MATERIALITAS- KONDISI NON-GAAP

Apabila klien gagal dalam mengikuti GAAP, maka laporan audit akan berupa pendapat wajar tanpa
pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas
dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek materialitas harus dipertimbangkan.

Jumlah dollar dibandingkan dengan dasar tertentu, Masalah utama dalam mengukur materialitas
apakah klien gagal mematuhi GAAP biasanya adalah total dollar salah saji pada akun-akun yang terlibat,
yang dibandingkan dengan beberapa dasar pengukuran. Salah saji sebesar $10.000 mungkin material bagi
perusahaan kecil, tetapi tidak material bagi perusahaan besar. Oleh karenanya, salah saji harus
dibandingkan dengan beberapa dasar pengukuran sebelum keputusan dapat diambil tentang materialitas
dari kelalaian mematuhi GAAP. Dasar yang umum mencakup laba bersih, total asset, asset lancar, dan
modal kerja.

Sebagai contoh, asumsikan bahwa auditor yakin bahwa persediaan telah ditetapkan terlalu tinggi
sebesar $100.000 akibat kelalaian klien mematuhi GAAP. Asumsikan juga saldo persediaan tercatat sebesar
$1 juta, asset lancar sebesar $3 juta, dan laba bersih sebelum pajak sebelum pajak sebesar $2 juta. Dalam
kasus ini, auditor harus mengevaluasi materialitas dari salah saji persediaan sebesar 10%, asset lancar
sebesar 3,3% dan laba bersih sebelum pajak sebesar 5%.

Untuk mengevaluasi materialitas secara keseluruhan, auditor juga harus menggabungkan semua
salah saji yang tidak material yang jika digabungkan akan mempengaruhi laporan keuangan secra
signifikan. Dalam contoh persediaan tersebut, asumsikan bahwa auditor juga yakin adanya lebih saji
piutang usaha sebesar $150.000. jadi pengaruh total terhadap asset lancar sekarang adalah 8,3% ($250.000
dibagi dengan $3.000.000) dan sebesar 12,5% terhadap laba bersih sebelum pajak ($250.000 dibagi dengan
$2.000.000)

Ketika membandingkan salah saji yang potensial dengan suatu dasar tertentu, auditor harus
mempertimbangkan dengan cermat semua akun yang dipengaruhi oleh salah saji tersebut (pervasiveness).
Sebagai contoh, sangatlah penting untuk tidak melupakan pengaruh kurang saji persediaan terhadap harga
pokok penjualan, laba sebelum pajak, beban pajak penghasilan, serta utang pajak penghasilan akrual.

Dapat diukur jumlah dolar dari beberapa jenis salah saji tidak dapat diukur secara akurat. Sebagai
contoh, keengganan klien untuk mengungkapkan suatu tuntutan hukum yang sedang berlangsung atau
akuisisi perusahaan baru yang dilakukan setelah tanggal neraca adalah sulit, bahkan tidak mungkin, diukur
dalam satuan uang. Pertanyaan tentang materialitas yang harus dievaluasi auditor dalam situasi seperti ini
adalah pengaruh kegagalan mengungkapkan hal-hal tersebut terhadap para pemakai laporan.

Sifat pos keputusan seorang pemakai laporan mungkin dipengaruhi juga oleh jenis salah saji. Berikut
ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pemakai laporan, dan demikian juga, pendapat
auditor, dalam cara yang berbeda ketimbang pada kebanyakan salah saji.

1. Transaksi yang ilegal atau curang


2. Suatu pos yang secara material dapat mempengaruhi beberpa periode di masa depan, walaupun
salah saji tersebut tidak material apabila hanya periode berjalan yang dipertimbangkan
3. Suatu pos yang memounyai pengaruh “psikis” (sebagai contoh, pos yang mengubah kerugian yang
kecil menjadi laba yang kecil, mempertahankan tren laba yang meningkat, atau mengusahakan laba
melebihi harapan para analis).
4. Suatu pos mungkin penting dalam kaitannya dengan konsekuensi yang mungkin timbul dari
kewajiban kontraktual (sebagai contoh, pengaruh kegagalan mematuhi pembatasan utang dapat
mengakibatkan penarikan pinjaman yang material).

Keputusan materialitas kondisi pembatasan ruang lingkup audit apabila terdapat pembatasan
ruang lingkup audit, laporan audit dapat berupa pendapat wajar tanpa pengecualian, ruang lingkup dan
pendapat wajar dengan pengecualian, atau menolak memberikan pendapat, tergantung pada materialitas
pembatasan ruang lingkup audit tersebut. Auditor akan mempertimbangkan ketiga faktor yang sama
seperti pada pembahasan sebelumnya tentang keputusan materialitas untuk kegagalan mengikuti GAAP,
tetapi akan dipertimbangkan secara berbeda. Ukuran salah saji yang potensial, bukan salah saji yang
diketahui, menjadi penting dalam menentukan apakah pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar
dengan pengecualian, atau memberikan pendapat yang tepat bagi pembatasan ruang lingkup audit.
Sebagai contoh, jika utang usaha sebesar $400.000 belum diaudit, auditor harus mengevaluasi salah saji
yang potensial dalam utang usaha tersebut serta memutuskan seberapa material pegaruhnya terhadap
laporan keuangan. Penyebaran salah saji yang potensial ini juga harus dipertimbangkan.

Salah saji yang diakibatkan oleh kegagalan mengikuti GAAP dapat diketahui. Sementara salah saji yang
diakibatkan oleh pembatasan ruang lingkup audit biasanya harus diukur secara subjektif dalam pengertian
salah saji yang potensial atau yang mungkin.

7.1 PEMBAHASAN TENTANG KONDISI YANG MEMERLUKAN PENYIMPANGAN


Ada dua kategori utama pembatasan ruang lingkup audit: pembatasan yang disebabkan oleh klien dan
yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang berada di luar kendali klien maupun auditor. Keduanya
memiliki pengaruh yang sama terhadap laporan auditor, tetapi interpretasi materialitasnya mungkin
berbeda. Bila ada pembatasan ruang lingkup audit, maka respons yang tepat adalah menerbitkan pendapat
wajar tanpa pengecualian, kualifikasi ruang lingkup dan pendapat audit, atau menolak memberikan
pendapat, tergantung pada materialitasnya.

Untuk pembataan yang disebabkan oleh klien, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan
bahwa manajemen berusaha mencegah ditemukannya informasi yang salah saji. Dalam kasus ini, standar
auditing menyarakan menolak memberikan pendapat bila materialitasnya diragukan. Apabila pembatasan
ruang lingkup audit disebabkan oleh kondisi-kondisi yang berada diluar kendali klien, maka ruang lingkup
dan pendapat wajar dengan penecualian mungkun akan diterbitkan.

Kasus yang paling umum terjadi adalah, di mana kondisi yang berada diluar kendali klien dan auditor
menyebabkan pembatasan ruang lingkup audit, adalah penugasan yang disepakati setelah tanggal neraca
klien. Apabila auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang menurutnya harus dilakukan tetapi dapat
dipenuhi dengan prosedur alternatif bahwa informasi yang diuji telah disajikan secara wajar, maka
pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diterbitkan. Jika prosedur alternatif tersebut tidak dapat
dilaksanakan, maka ruang lingkup dan pendapat wajar dengan penecualian atau menolak memberikan
pendapat perlu diterbitkan, tergantung pada materialitasnya.

Pembatasan pada ruang lingkup pemeriksaan auditor memerlukan paragraf pengecualian yang
mendahului pendapat untuk menjelaskan pembatasannya. Apabila auditor mengetahui bahwa laporan
keuangan dapat menyesatkan karena tidak disiapkan sesuai dengan GAAP, dan klien tidak mampu atau
tidak bersedia mngoreksi salah saji itu, ia harus menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas pos yang dipertanyakan. Pendapat itu harus dengan
jelas menyatakan sifat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum serta jumlah salah saji
tersebut, jika diketahui.

Apabila jumlahnya sangat material atau pervasif sehingga diperlukan pendapat tidak wajar, maka
ruang lingkup paragraf pendapat wajar tanpa pengecualian dan dengan pengecualian masih tetap sama.
Apabila klien gagal memasukkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan secara wajar
laporan keuangan didalam laporan tersebut atau dalam catatan kaki terkait, maka merupakan tanggung
jawab auditor untuk menyajikan informasi tersebut dalam laporan audit dan menerbitkan pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. Jadi, sudah umum untuk menuliskan jenis kualifikasi
atau pengecualian ini dalam paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat dan merujuk ke paragraf
tambahan dalam paragraf pendapat.

Laporan peraturan 203 menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP
dapat menjadi tugas yang sulit. Peraturan 203 dalam kode perilaku profesional memperkenalkan
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum apabila auditor yakin bahwa ketaatan pada
prinsip tersebut akan mengahsilkan laporan keuangan yang menyesatkan, meskipun situasi ini jarang
terjadi.
Apabila auditor memutuskan bahwa ketaatan pada GAAP dapat menghasilkan laporan keuangan
yang menyesatkan, harus ada penjelasan yang lengkap dalam paragraf tambahan. Paragraf ini harus
menjelaskan secara lengkap penyimpangan yang terjadi serta serta mengapa GAAP dapat menghasilkan
laporan keuangan yang menyesatkan. Kemudian paragraf pendapat harus berisi pendapat wajar tanpa
pengecualian kecuali untuk hal-hal yang dibahas dalam paragraf penjelasan tambahan. Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, laporan audit seperti ini disebut sebagai laporan audit wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan penekanan pada masalah.

Jika auditor tidak dapat memenuhi persyaratan independensi yang dinyatakan dalam kode
perilaku profesional, maka penolakan memberikan pendapat harus dilakukan walaupun semua prosedur
audit yang dianggap perlu dalam sitausi tersebut telah dilaksanakan.

Tidak adanya indoendensi akan mengesampingkan semua pembatasan ruang lingkup audit lainnya.
Karena itu, tidak ada alasan lain untuk menolak memberikan pendapat yang harus disinggung lagi. Tidak
boleh ada perkataan tentang pelaksanaan prosedur audit apa pun dalam laporan. Akibatnya, laporan
audit ini merupakan laporan audit satu paragraf.

8. PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN AUDITOR UNTUK LAPORAN AUDIT

Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun dengan baik dalam memutuskan
laporan audit yang tepat pada serangkaian situasi tertentu. Pertama, auditor harus menilai apakah ada
kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian standar.
Jika ada kondisi tersebut, auditor kemudian harus menilai materialitas kondisi tersebut dan
menentukan jenis laporan audit yang tepat.

Menentukan apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian standar. Para auditor mengedentifikasi kondisi-kondisi tersebut ketika mereka
melaksanakan audit dan mencantumkan informais tentang kondisi itu dalam file audit sebagai bahan
diskusi guna pelaporan audit. Jika kondisi tersebut tidak ada, yang terjadi pada sebagian besar
penugasan audit, auditor akan menerbitkan laporan audit wajar tanpa pengecualian standar.

Memutuskan materialitas untuk setiap kondisi. Apabila ada kondisi yang memerlukan
penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian satndar, auditor mengevalasi pengaruh
potensialnya terhadap laporan keuangan.
Penyimpangan dari GAAP atau pembatasan ruang lingkup audit, auditor harus memutuskan antara
tidak material,material atau sangat material.

Semua kondisi lainnya, kecuali tidak adanya indenpendensi auditor, hanya memerlukan pembedaan
antara tidak material atau material. Memutuskan materialitas merupakan hal yang sulit, yang membutuhkan
pertimbangan yang matang.

Sebagai contoh, asumsikan bahwa ada pembatasan ruang lingkup audit dalam mengaudit persediaan.
Jadi, sulit untuk menilai salah saji yang potensial dari suatu akun yang belum di audit oleh auditor.

9. Memutuskan Jenis Laporan Audit yang tepat untuk kondisi tertentu berdasarkan Tingkat
Materialitas

Setelah membuat 2 keputusan pertama, maka mudah untuk memutuskan jenis pendapat yang tepat
dengan menggunakan alat bantu pembuat keputusan. Sebagai contoh, asumsikan auditor menyimpulkan
bahwa ada penyimpangan dari GAAP yang bersifat material, tetapi tidak sangat material. Tabel 3-2
menunjukan bahwa jenis laporan audit yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian yang disertai
dengan paragraf tambhan yang membahas penyimpangan tersebut.
Paragraf pendahluan dan paragraf ruang lingkup akan dimasukkan dengan menggunakan kata-kata
standar.

10. Menuliskan Laporan Audit

Sebagian besar kantor akuntan publik memiliki template komputer yang berisi kata-kata yang tepat
untuk situasi yang berbeda guna membantu auditor menuliskan laporan audit. Selain itu, satu atau lebih
partner dalam sebagian besar kantor akuntan publik juga memiliki keahlian khusus dalam menulis laporan
audit. Para Partner ini umumnya menulis atau mereview seluruh laporan audit sebelum laporan-laporan itu
diterbitkan.

Auditor sering kali menghadapi situasi yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang membutuhkan
penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian atau modifikasi dari laporan wajar tanpa pengecualian
standar.

Dalam situasi ini, auditor harus memodifikasi pendapatnya pada setiap kondisi tersebut kecuali ada
satu kondisi yang dapat menetralisir pengaruh kondisi lainnya. Sebagai contoh, jika ada pembatasan ruang
lingkup audit dan situasi yang membuat auditor tidak independen, maka pembatasan ruang lingkup audit
tersebut tidak perlu diungkapkan.

Situasi-situasi berikut merupakan contoh ketika diperlukan lebih dari satu modifikasi dalam laporan

 Auditor tidak independen serta mengetahui bahwa perusahaan tidak mengikuti prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum
 Terdapat pembatasan ruang lingkup audit dan ada keraguan yang substansial tentang kemampuan
perusahaan untuk terus bertahan
 Terdapat keraguan yang substansial tentang kemampuan perusahaan untuk terus bertahan (going
concern), dan informasi mengenai penyebab ketidakpastian ini tidak dapat diungkapkan secara
memadai pada catatan kaki
 Terdapat Deviasi (penyimpangan) terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan dan prinsip
akuntansi lainnya telah diterapkan atas dasar yang tidak konsisten dengan tahun sebelumnya

11. AKUNTANSI INTERNASIONAL DAN STANDAR AUDITING

Meningkatnya globalisasi pasar modal dunia dan semakin luasnya operasi bisnis dibeberapa negara
telah menimbulkan kebutuhan untuk menetapkan suatu standar akuntansi yang akan digunakan diseluruh
dunia. IFRS semakin diterima di seluruh dunia sebagai dasar akuntansi yang digunakan untuk menyusun
laporan keuangan di negara lain.

Saat ini, perusahan publik Amerika Serikat diwajibkan untuk menyiapkan laporan keuangan yang akan
diajukan kepada securuties and Exchange Commission(SEC) sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Amerika Serikat.
SEC sedang mengembangkan rencana kerja untuk menentukan apakah akan memasukan IFRS
kedalam sistem pelaporan keuangan Amerika Serikat. Persetujuan atas rencana kerja ini akan
mengharuskan IFRS digunakan oleh perusahaan publik Amerika Serikat pada awal tahun 2015.

Auditor dapat ditugaskan untuk membuat laporan tentang laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan IFRS. Ketika membuat laporan tentang laporan keuangan yang disusun sesuai dengan IFRS auditor
mengacu pada standar tersebut dan bukan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Amerika Serikat.

International Auditing and Asurance Standars Board (IAASB) menerbitkan International Standards on
Auditing (ISA).

Standar Auditing di Amerika Serikat sekarang memungkinkan auditor untuk melakukan audit atas
laporan keuangan entitas Amerika Serikat sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum di Amerika
Serikat dan juga ISA.

Paragraf ruang lingkup yang dibuat oleh auditor dimodifikasi untuk menunjukkan bahwa audit telah
dilakukan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum di Amerika Serikat dan sesuai dengan
International Standar on Auditing

PERTANYAAN

1. Cindy Lismayanti M (0117101174)


Apa dampak yang terjadi pada laporan keuangan jika seorang manajemen membuat asersi
yang salah?
2. Rania Patin (0117101189)
Jelaskan bagaimana materialitas dapat berbeda dalam kelalaian mengikuti GAAP dan dalam tidak
adanya indepensi?
3. Dwi Suci R (0117101202)
Apa dampak yang terjadi pada laporan keuangan jika seorang manajemen membuat asersi
yang salah?
4. Febriani Pratama P (0117101203)
Apa saja tipe-tipe modifikasi terhadap opini auditor dan jelaskan factor-faktor apa yang
menyebabkan auditor memberikan masing-masing opini?
5. M. Arga Devara (0117101207)
6. Venna Lestari H (0117101208)
Pada asersi gabungan (valuation) kenapa diperlukan penyesuaian untuk penilaian?
7. R. Melati Bunga P (0117101211)
Contoh representasi secara eksplisit dan emplisit yang dilakukan oleh manajemen dalam laporan
keuangan ?

Anda mungkin juga menyukai