Kelas : E
AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2019
ASERSI DALAM LAPORAN KEUANGAN
Asersi –Representasi oleh manajemen, baik secara eksplisit maupun emplisit, yang terkandung dalam
laporan keuangan. Representasi ini digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji
dalam laporan keuangan, yang mungkin terjadi. [ISA 315 alinea 4(a)]
Dengan menyerahkan laporan keuangannya kepada auditor atau pihak lain, manajemen membuat
representasi baik secara sersurat maupun tersirat. Representasi oleh manajemen kepada auditor, yang
paling umum dikenal, ialah:
“laporan keuangan secara keseluruhan-atau secara menyeluruh- disajikan secara wajar sesuai degan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.”
Diagram 7 – 1
Pada diagram diatas menunjukan asersi-asersi laporan keuangan dan dampak keuangannya jika asersi
tersebut salah. Jika manajemen memberikan asersi yang benar, maka dampakkesalahan keuangannya tidak
ada. Hal ini digambarkan dalam bidang berwarna hijau, khusus untuk transaksi dan saldo.
Jika manajemen memberikan asersi yang salah, maka dampak kesalahan keuangannya bisa berupa angka-
angka yang dinyatakan terlalu rendah atau understated atau terlalu tinggi atau overstated. Kesalahan
manajemen dalam asersi laporan keuangan mempunyai dampak kuantitatif dan kualitatif. Auditor harus
memberikan perhatian terhadap asersi laporan keuangan.
Asersi – asersi ini beruhungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dari berbagai
unsure laporan keuangan. Contoh-contoh asersi sebagai berikut:
Asersi-asersi ini disingkat dengan satu kata bahasa inggris, seperti: completeness (sesuatu itu lengkap),
existence (eksistensi, sesuatu itu ada), occurrence (sesuatu itu terjadi), accuracy (sesuatu itu akurat, secara
matemaris benar), valuation (sesuatu itu dinilai sesuai dengan kaidah kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku) dan seterusnya.
Sebagai contoh, manajemen membuat asersi kepada auditor bahwa saldo akun penjualan dalam pembukuan
telah mencakup seluruh transaksi penjualan, bahwa transaksi memang terjadi dan transaksi yang sah, dan
bahwa transaksi penjualan telah dibukukan sebagaimana mestinya dan dalam periode yang benar.
Isa 315 alinea A111 menjelaskan kelompok asersi yang dapat digunakan auditor untuk mempertimbangkan
berbagai salah saji dalam laporan keuangan. Kelompok asersi untuk jenis-jenis transaksi dan peristiwa
untuk periode yang diaudit. Akan dijelaskan di table 7.1
Table 7.1
ASERSI PENJELASAN
Occurrence Transaksi dan peristiwa yang sudah dicatat, memang terjadi dan merupakan
transaksi dan peristiwa dari entitas yang bersangkutan
Completeness Semua transaksi dan peristiwa yang seharusnya dicatat, memang sudah dicatat
Accuracy Angka-angka, jumlah-jumlah, dan data lain yang terkait dengan transaksi dan
peristiwa yang dicatat, sudah dicatat dengan akurat
Cut-off Transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode akuntansi yang benar
Classification Transaksi dan peristiwa dicatat dalam akun yang benar
Kelompok asersi untuk saldo akun pada akhir periode di audit, dijelaskan dalam table 7.2
ASERSI PENJELASAN
Existence Aset, liabilitas, dan euitas benar ada
Rights and Obligations Entitas memiliki dan menguasai aset, dan utang merupakan kewajiban entitas
Completeness Semua aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya dicatat, sudah dicatat.
Valuation and Allocation Aset, liabilitas, dan ekuitas dicantumkan pada laporan keuangan dalam
jumlah yang benar, dan semua penyesuaian atau adjustment untuk penilaian
dan alokasi telah dicatat dengan benar.
Kelompok asersi yang berhubungan dengan penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan,
disajikan dalam table 7.3
ASERSI PENJELASAN
Occurrence, Rights, and Transaksi, peristiwa, dan hal-hal lain yang sudah diungkapkan dalam laporan
Obligations keuangan, memang terjadi dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan
Completeness Semua pengungkapan yang seharusnya dicantumkan, memang sudah
dicantumkan dalam lpaoran keuangan
Classification and Informasi keuangan disajikan dan dijelaskan dengan tepat, dan
Undersanability pengungkapan dinyatakan dengan jelas
Accuracy and Valuation Informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan dengan wajar dan
dalam jumlah yang benar.
Penerapan asersi pada seluruh area laporan keuangan, diringkaskan pada table 7.4. Table 7.4 ini merangkum
seluruh asersi dalam ketiga kotak sebelumnya.
2. Asersi Gabungan
ISA 315 membolehkan auditor menggunakan asersi seperti yang dijelaskan diatas, atau dengan cara
yang berbeda, sepanjang semua aspek yang dibahas diatas telah tercakup. Untuk memudahkan penggunaan
asersi dalam entitas kecil, asersi-asersi ini dapat digabungkan.
Penggabungan ini diperagakan pada kotak 7-5, dalam kotak ini asersi gabungan disingkat menjadi: C-
Completness, E-Existence, A-Accurary and Cutoff, dan V-Valuation. Penggabungan asersi dalam empat
kombinasi, memudahkan penerapan pada ketiga kategori (jenis transaksi, saldo akun, dan penyajian serta
pengungkapan).
Classification Classification
Understandability
V-Valuation Valuation and Allocation Valuation
Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung bersifat pervasive
(tersebar luas) dan karenanya mencakup semua asersi. Contoh, jika akuntan senior tidak cukup kompeten,
sangat boleh jadi kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini seringkali tidak
terbatas pada satu saldo akun, atau satu jenis transaksi, atau suatu pengungkapan saja. Kekeliruan juga tidak
terbatas pada satu asersi saja, seperti lengkapnya (completeness) transaksi penjualan. Kekeliruan dengan
mudah merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan valuation.
Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo akun tertentu (secara indivudu) pada saat tertentu
(misalnya akhir tahun), atau untuk transaksi tertentu untuk suatu periode tertentu (misalnya dalam tahun
buku bersangkutan), dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan keuangan.
Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis transaksi, atau penyajian dan pengungkapan)
tertentu, akan berbeda, tergantung pada ciri saldo aku itu dan potensi salah saji yang material. Contoh,
ketika menilai valuation assertion, auditor mungkin menilai risiko terjadinya kekeliruan sebagai rendah.
Namun, untuk persediaan dimana keuasangan (obsolescene) merupakan faktor penting, auditor meniai
valuation risk tinggi. Contoh lain, karena kemungkinan hilangnya persediaan relative kecil, auditor menilai
risiko salah saji yang material berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Tetapi kelemahan dalam
menangani transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai risiko salah saji karena tidak lengkapnya
saldo akun penjualan, sebagai tinggi.
Perbedaan dalam penilaian risiko pada kedua tingkat ini (tingkat laporan keuangan dan tingkat
asersi), digambarkan dalam Diagram 7-2. Untuk menyederhanakan penyajian, hanya bebrapa saldo akun,
jenis transaksi, dan pengungkapan yang dicantumkan dalam Diagram 7-2.
Diagram 7-2 Penilaian Risiko pada Tingkat Laporan Keuangan & Asersi
Penjelasan Diagram 7-2
1. Risiko pada tingkat laporan keuangan bersifat pervasif dan dapat terjadi pada banyak asersi. Dalam
contoh ini, risiko tersebut disebut Rendah (Low).
2. Bidang berwarna merah menunjukkan risiko ditingkat asersi. Yang disajikan hanyalah beberapa contoh
seperti:
a. Inventory (Persediaan), Cash (Kas dan Bank), dan Payables (Utang) untuk saldo akun.
c. Commitments (Komitmen) dan Related Parties (Pihak-Pihak yang Berelasi) untuk penyajian dan
pengungkapan.
3. Risiko untung masing-masing asersi harus dinilai, dan hasilnya dikelompokkan sebagai Low(Rendah),
Moderate(Sedang), atau High(Tinggi).
3. Merancang prosedur audit selanjutnya(further audit procedures) sebagai jawaban atau tanggapan
terhadap risiko yang dinilai (responsive to the assessed risks).
Dalam langkah ini auditor melaksanakan prosedur penilaian risiko Sebagai contoh, auditor dapat
mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
4. Apakah saldo persediaan disesuaikan untuk barang yang lambat perputarannya (slow-moving) dan usang
(obsolete) ? (valuation)
5. Apakah saldo utang sudah meliputi semua kewajiban pada akhir periode ? (completeness)
6. Apakah transaksi dicatat dalam periode yang benar ? (cut-off)
7. Apakah jumlah yang benar disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan ? (accuracy )
Risiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari risiko bawaan (inherent risk) dan risiko
pengendalian (control risk). Oleh karena itu, proses penilaian (assessment process) meliputi keduanya.
Mengenai risiko bawaan, auditor menentukan potensi salah saji yang berkenaan dengan asersi yang mana.
Ia kemudian menilai seberapa besarnya kemungkinan terjadinya risiko ini, dan taksiran atau "ancer-ancer"
jumlahnya
3. Laporan Audit
3.1 Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian Untuk Entitas Nonpublik
Agar para pemakai laporan dapat memahami laporan audit, standar auditing AICPA telah
menyediakan kata0kata baku untuk laporan audit. Masing-masiing auditor dapat mengubah sedikit
kata-kata atau penyajian, tetapi artinya harus sama.
Laporan audit standar tanpa pengecualian berisi delapan bagian yang berbeda.
1. Judul laporan. Standar auditing mensyaratjjan bahwa laporan harus diberi judul yang
mengandung kata indeenden. Sebagai contoh, judul yang tepat mencakup “laporan auditor
independen,” atau “pendapat akuntan independen” kewajiban mencantumkan kata independen
dimaksudkan untuk memberi tahu para pemakai laporan bahwa audit tersebut dalam segala aspeknya
dilaksanakan secara tidak memihak atau tidak bias.
2. Alamat laporan audit. Laporan ini umunya ditujukan kepada perusahaan para pemegang saham,
atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini, telaj menjadi hal yang biasa
mengalamatkan laporan ini kepada dewan direksi dan para pemegang saham untuk menunjukkan
bahwa auditor independen terhadao perusahaan.
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan bahwa kantor akuntansi publik
bersangkutan telah melaksanakan audit, yang memedakan laporan audit dari laporan komplikaso atau
laporan review. Paragraf pertama juga menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit, termasuk
catatan atas laporan keuangan dan tanggal neraca serta periode akuntansi untuk laporan audit harus
identik dengan yang digunkan oleh manajeman pad alaporan keuangan tersebut.
4. Tagunggung jawab manajemen. Judul dan paragraf ini menyatakan bahwa laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajeman. Tanggung jawab ini meliputi prinsip-prinsip akuntansi yang
tepat dan penyelenggaraanpengendalian internal atas pelaporan keuangan yang mencukupi untuk
penyajian laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang material akibat ecurangan atau kesalahan.
5. Tanggug jawab auditor. Bagian pada tanggung jawab auditor berisi tiga paragraf.
Paragraf pertama menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang
berlaku umum di A.S. Paragraf ini juga menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa laporankeuangan telah bebas dari salah saji yang material (material
misstatement). Pencantuman kata material menunjukkan bahwa auditor hanya bertanggung jawab
mencari salah saji yang signifikan, bukan salah saji kecil yang tidak memperngaruhi keputusan para
pemakai laporan keuangan. Istilah keyakinan yang memadai (reason able assurance) digunakan untuk
menunjukan bahwa audit tidak dapat diharapkan menghapus seluruh kemungkinan adanya salah daji
yang material dalam laporan keuangan. Dengan kata lain, audit memang memberikan tingkat
assurance yang tinggi, tetapi bukan suatu jaminan.
Paragraf kedua menguraikan ruang lingkup audit dan bukti audit yang dikumpulkan. Paragraf ini
menunjukkan bahwa prosedur yang digunakan tergantung pada pertimbangan auditor dan mencakup
penilaian risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Paragraf ini juga menunjukkan
bahwa auditor mempertimbangkan pengendalian interna yang relevan terhadap penyususnan dan
penyajian wwajar laporan keuanggan ketika merancang prosedur audit yang akan dilaksanakan, tetapi
penilaian pengendalian internal ini bukan untuk tujuan serta tidak cukup untuk menyatakan pendapat
tentang keefektifan pengendalian internal entitas. Kalimat terakhir dari paragraf ini menunjukan bahwa
audit mencakup pengevaluasian kebijakan akuntansi yang dipilih, kelayakan estimasi akuntansi, dan
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Paragraf ketiga menunjukkan auditor yakin bahwa bukti audit yang tapat dan mencukupi telah
diperoleh demi mendukung pendapat auditor.
6. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit standar menyatakan kesimpulan
auditor berdasarkan hasil audit dinyatakan secara sederhana sebagai pendapat auditor. Paragraf
pendapat dinyatakan sebagai suatu pendapat saja bukan sebagai pernyataan yang mutlak atau sebagai
jaminan. Maksudnya adalah untuk menunjukkan bahwa kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan
pertimbanganprofesional. Frasa menurut pendapat kami menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa
risiko informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut meskipun telah diaudit.
Salah satu bagian dalam laporan auditor yang kontroversional adalah arti istilah menyajiakan
secara wajar (present fairly). Apakah ini berarti jika prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
telah dipatuhi, maka laporan keuangan telah disajikan secara wajar, atau lebih dari itu? Terkadang
pengadilan menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab mencari lebih dari sekedar kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk menentukan apakah pemakai laporan
tidak disesatkan, sekalipun prinsip-prinsip tersebut telah dipatuhi. Sebagian besar auditor percaya
bahwa laporan keuangan “telah disajikan secara wajar” apabila disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum, tetapi auditor juga harus menguji substansi transaksi serta akun
terhadap kemungkinan adanya informasi yang salah.
7. Nama dan alamat KAP. Nama mengidentifikasi kantor akuntan publik (KAP) atau praktisi
yang melaksanakan audit. Biasanya yang ditulisakan adalah nama kantor akuntan publik, karena
seluruh bagian dari kantor akuntan publik mempunyai tanggung jawab hukum dan profesional untuk
memastikan bahwa kualitas audit memenuhi standar profesional. Kota dan negara bagian lokasi KAP
itu juga harus dicantumkan.
8. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan audit adalah
ketika auditor menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan. Tanggal ini merupakan hal yang
penting bagi para pemakai laporan karena menunjukkan hari terakhir dari tanggung jawab auditor
untuk mereview peristiwa-peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan.
Laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
1. Semua laporan – neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan akuntansi pemegang saham, dan
laporan arus kas – sudah termasuk dalam laporan keuangan.
2. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumppul, dan auditor telah melaksanakan penugasan
audit ini dengan cara yang memungkinnannya untuk menyimpulkan bahwa audit telah
dilaksanakan susai dengan standar auditing.
3. Laporan keuangan telah disajikan susai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau
kerangka kerja akuntansi lainnya yang susai. Hal itu juga berarti bahwa pengungkapan yang
memadai telah tercantum dalam catatan kaki dan bagian-bagian lain daari laporan keuangan.
4. Tidak terjadi situasi yang membuat auditoor merasa perlu untuk menambahkan sebuah paragraf
penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
Apabila kondisi tersebut terpenuhi maka laporan audit standar tanpa pengecualian untuk audit
perusahaan nonpublik. Laporan audit standar tanpa pengecualian kadang-kadang disebut sebagai pendapat
yang bersih (clean opinion) karena tidak da kesalahan yang memerlukan pengecualian (kualifikasi) atau
modifikasi atas pendapat auditing. Laporan audit standar tanpa pengecualian adalah pendapat audit yang
paling umum. Terkadang situasi yang berada di luar kendali klien atau auditor menghalangi diterbitkannya
suatu pendapat yang bersih. Akan tetapi, dalam sebagian besar kasus, perusahaan akan melakkan beberapa
perubahan yang tepat pada catatan akuntansi guna menghindari pengecualian atau modifikasi oleh auditor.
Jika salah satu dari empat persyaratan laporan audit standar tanpa pengecualian tidak dapat dipenuhi,
maka laporan audit tersebut tidak dapat diterbitkan. Para pemakai laporan keuangan umumnya akan lebih
memperhatikan pernyataan menolak menerbitkan pendapat atau pendapat tidak wajar ketimbang laporan
audit standar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Kegita laporan audit lainnya ini akan dibahas
dalam bagian-bagian berikut.
3.2 Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian dan Laporan Tentang Pengendalian Internal
Atas Pelaporan Keuangan Menurut Standar Auditing PCAOB
Terdapat dua perbedaan audit yang signifikan untuk perusahaan publik. Pertama laporan audit standar
tanpa pengecualian berbeda untuk audit laporan keuangan perusahaan publik. Kedua, auditor perusahaan
publik berukuran besar juga harus menerbitkan pendapat tentang pengendalian internal atas pelaporan
keuangan.
Paragraf pertama adalah paragraf pendahuluan dan menunjukkan bahwa audit telah dilaksanakan
serta laporan keuangan telah diaudit. Paragraf pendahuluan juga menunjukkan bahwa laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat tentang
laporan keuangan.
Paragraf ruang lingkup serupa dengan paragraf kedua menurut tanggung jawab auditor dan
menunjukkan bahwa audit dirancang untuk memberikan kepastian yang layak bahwa laporan keuangan
telah bebas dari salah saji yang material. Paragraf ruang lingkup menyatakan bahwa audit telah dilakukan
atas dasar pengujian.
Paragraf ketiga merupakan paragraf pendapat. Jika auditor juga mengeluarkan laporan terpisah
tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan, paragraf keempat akan mengikuti paragraf
pendapat yang disebut laporan audit tentang pengendalian internal.
Sebagaimana dibahas pada Bab 1, Section 404(b) dari Sarbanes-Oxley Act mengharuskan auditor
perusahaan publik untuk mengatestasi laporan manajemen tentang keefektifan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Sejak tahun 2004, perusahaan publik berukuran besar (dikenal sebagai accelerated
filers) telah diwajibkan oleh SEC untuk menyerahkan laporan auditor tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan setiap tahunnya, Seperti disinggung di Bab 1, non-accelerated filers dikecualikan dari
persyaratan ini dan disahkan oleh Congress melalui pembuatan legislasi reformasi keuangan Dodd-Frank
2010 tentang pengecualian permanen bagi non-accelerated filers.
PCAOB Auditing Standard 5 mewajibkan audit atas pengendalian internal dipadukan dengen audit
atas laporan keuangan. Namun, auditor dapat memilih untuk menerbitkan laporan audit terpisah, seperti
laporan terpisah tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan atau pada laporan gabungan.
Laporan gabungan tentang laporan keuangan dan pengendalian internal atas pelaporan keuangan
menyajikan baik laporan keuangan maupun laporan manajemen tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan. Meskipun laporan gabungan diizinkan, laporan terpisah tentang pengendalian internal
atas pelaporan keuangan jauh lebih umum.
Paragraf pendahuluan, ruang lingkup, dan pendapat menguraikan ruang lingkup pekerjaan auditor
serta pendapat tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan, sementara paragraf
pendahuluan meryoroti tanggung jawab manajemen serta penilaian terpisah tentang pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
Paragraf pendahuluan dan pendapat juga mengacu pada kerangka kerja yang digunakan untuk
mengevaluasi pengendalian internal.
Laporan itu menyertakan paragraf sesudah paragraf ruang lingkup yang menetapkan pegendalian
internal atas pelaporan keuangan.
Laporan itu juga menyertakan paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat yang menyatakan
keterbatasan yang melekat dari pengendalian internal.
Meskipun pendapat audit atas laporan keuangan mencakup banyak periode pelaporan, pendapat
auditor tentang efektivitas pengendalian internal adalah untuk akhir tahun fiskal terkini.
Paragraf terakhir dari laporan itu menyertakan sebuah referensi-silang ke laporan terpisah auditor
tentang laporan keuangan.
Laporan terpisah menyajikan pendapat wajar tanpa pengecualian tentang efektivitas pengendalian
internal atas pelaporan keuangan yang disusun sesuai dengan PCAOB Auditing Standard 5. Auditor dapat
mengeluarkan pendapat dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, atau menolak memberikan pendapat
tentang efektivitas operasi pengendalian irternal atas pelaporan keuangan. Kondisi-kondisi yang
mengharuskan auditor mengeluarkan laporan selain dari pendapat wajar tanpa pengecualian menyangkut
efektivitas aperasi pegendalian internal.
Berikut ini adalah penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi
kata-kata pada laporan wajar tanpa pengecualian standar baik menurut standar auditing AICPA maupun
PCAOB:
Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
Keraguan yang substansial mengenai going concern
Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan
Penekanan pada suatu hal atau masalah lain
Laporan yang melibatkan auditor lain
Hanya laporan yang pembuatannya melibatkan auditor lain yang memerlukan modifikasi kata-kata.
Empat laporan yang pertama memerlukan suatu paragraf penjelasan. Pada setiap kasus, paragraf laporan
standar tetap disertakan tanpa modifikasi, dan paragraf penjelasan yang terpisah akan diikuti dengan
paragraf pendapat.
Istilah "paragraf penjelasan" telah diganti dalam standar auditing A1CPA dengan paragraf
"penekanan pada masalah" atau "masalah lain". Jika pelaporan tentang entitas non-publik dilakukan
menurut standar auditing AICPA, paragraf penjelasan harus didahului dengan judul "Penekanan pada
Masalah".
Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) mengharuskan bahwa perubahan prinsip
akuntansi atau metode aplikasinya ke prinsip yang diinginkan serta sifat dan dampak perubahannya harus
diungkapkan secara layak. Apabila terjadi perubahan yang material, auditor harus memodifikasi laporannya
dengan menambahkan paragraf penjelasan setelah paragraf pendapat, yang membahas sifat perubahan
tersebut serta mengarahkan para pembaca ke catatan kaki yang membahas perubahan itu.
Konsistensi vs Komparabilitas. Auditor harus mampu membedakan antara perubahan yang
mempengaruhi konsistensi pelaporan dengan perubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas tetapi
tidak mempengaruhi konsistensi. Contoh-contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan
karenanya, memerlukan paragraf penjelasan jika perubahan tersebut bersifat material:
1. Perubahan prindip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi
LIFO.
2. Perubahan entitas pelaporan, seperti penambahan perusahaan baru dalam laporan keuangan
gabungan.
3. Koreksi kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan mengubah prinsip
akuntansi yang tidak berlaku umum menjadi prinsip akuntansi yang berlaku umum, termasuk
koreksi kesalahan yang diakibatkannya.
Sekalipun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, auditor
memiliki tanggung jawab menurut standar auditing untuk mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai
kemungkinan untuk tetap bertahan (going concern). Sebaga contoh, keberadaan satu atau lebih faktor-
faktor berikut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus bertahan:
1. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi
atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat
membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi
Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang substansial tentang kemampuan
perusahan untuk terus going concern, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan
harus diterbitkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Standar auditing memperkenankan tetapi tidak mewajibkan untuk menolak memberikan pendapat
apabila ada keraguan yang substansial tentang going concern. Kriteria untuk menerbitkan penolakan
memberikan pendapat ketimbang menambakan suatu paragraf penjelasan tidak dinyatakan dalam standar,
dan dalam praktik jenis pendapat ini jarang diberikan.
Peraturan 203 dari Kode Perilaku Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam situai yang tidak
biasa, penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum mungkin tidak memerlukan pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
Dalam situasi tertentu, akuntan publik mungkin ingin menekankan beberapa masalah tertentu
berkaitan dengan laporan keuangan, walaupun ia bermaksud mengekspresikan suatu pendapat wajar tanpa
pengecualian. Biasanya, informasi penjelas harus dicantumkan dalam suatu paragraf terpisah pada laporan
audit. Contoh informasi penjelas di mana auditor dapat melaporkannya sebagai penekanan pada suatu
masalah adalah sebagai berikut:
Ada transaksi dengan pihak terkait yang bernilai besar
Peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca
Uraian tentang masalah akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan tahun
berjalan dengan tahun sebelumnya
Ketidakpastian yang material yang diungkapkan dalam catatan kaki
CPA atau akuntan publik sering mengandalkan kantor akuntan publik (KAP) yang berbeda untuk
melakukan sebagian audit apabila kliennya memiliki operasi yang luas. Auditor utama yang mengeluarkan
pendapat tentang laporan keuangan disebut auditor utama (principal auditor). Auditor lain yang
melaksanakan pekerjaan atas informasi keuangan komponen disebut auditor komponen menurut standar
auditing AICPA.
6. MATERIALITAS
Materialitas adalah pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk
diterbitkan dalam situasi tertentu. Definisi umum dari materialitas yang diterapkan dalam bidang
akuntansi dan selanjutnya berlaku dalam pelaporan audit adalah Suatu salah saji dalam laporan keuangan
dapat dianggap materiai jika pengetahuan akan salah saji tersebut akan mempengaruhi keputusan pata
pemakai laporan tersebut.
Dalam penerapan definisi ini, tiga tingkat materialitas digunakan untuk menetukan jenis pendapat yang
akan diterbitkan.
3. Jumlahnya sangat material atau begitu pervasive sehingga kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan diragukan.
Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila pemakai mungkin akan membuat keputusan yang tidak
benar jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan,\. Kembali pada contoh
sebelumnya, jika persediaan merupakan saldo terbesar dalam laporan keuangan, maka salah saji
yang besar mungkin akan begitu material sehingga laporan auditor harus menunjukan bahwa
laporan keuangan secara keseluruhan tidak dapat dipandang sebagai telah disajikan secara wajar.
Apabila terwujud tingkat materialitas yang tertinggi, audior harus menolak memberikan pendapat
atau memberikan pendapat tidak wajar, tergantung pada kondisi yang ada.
Apabila klien gagal dalam mengikuti GAAP, maka laporan audit akan berupa pendapat wajar tanpa
pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas
dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek materialitas harus dipertimbangkan.
Jumlah dollar dibandingkan dengan dasar tertentu, Masalah utama dalam mengukur materialitas
apakah klien gagal mematuhi GAAP biasanya adalah total dollar salah saji pada akun-akun yang terlibat,
yang dibandingkan dengan beberapa dasar pengukuran. Salah saji sebesar $10.000 mungkin material bagi
perusahaan kecil, tetapi tidak material bagi perusahaan besar. Oleh karenanya, salah saji harus
dibandingkan dengan beberapa dasar pengukuran sebelum keputusan dapat diambil tentang materialitas
dari kelalaian mematuhi GAAP. Dasar yang umum mencakup laba bersih, total asset, asset lancar, dan
modal kerja.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa auditor yakin bahwa persediaan telah ditetapkan terlalu tinggi
sebesar $100.000 akibat kelalaian klien mematuhi GAAP. Asumsikan juga saldo persediaan tercatat sebesar
$1 juta, asset lancar sebesar $3 juta, dan laba bersih sebelum pajak sebelum pajak sebesar $2 juta. Dalam
kasus ini, auditor harus mengevaluasi materialitas dari salah saji persediaan sebesar 10%, asset lancar
sebesar 3,3% dan laba bersih sebelum pajak sebesar 5%.
Untuk mengevaluasi materialitas secara keseluruhan, auditor juga harus menggabungkan semua
salah saji yang tidak material yang jika digabungkan akan mempengaruhi laporan keuangan secra
signifikan. Dalam contoh persediaan tersebut, asumsikan bahwa auditor juga yakin adanya lebih saji
piutang usaha sebesar $150.000. jadi pengaruh total terhadap asset lancar sekarang adalah 8,3% ($250.000
dibagi dengan $3.000.000) dan sebesar 12,5% terhadap laba bersih sebelum pajak ($250.000 dibagi dengan
$2.000.000)
Ketika membandingkan salah saji yang potensial dengan suatu dasar tertentu, auditor harus
mempertimbangkan dengan cermat semua akun yang dipengaruhi oleh salah saji tersebut (pervasiveness).
Sebagai contoh, sangatlah penting untuk tidak melupakan pengaruh kurang saji persediaan terhadap harga
pokok penjualan, laba sebelum pajak, beban pajak penghasilan, serta utang pajak penghasilan akrual.
Dapat diukur jumlah dolar dari beberapa jenis salah saji tidak dapat diukur secara akurat. Sebagai
contoh, keengganan klien untuk mengungkapkan suatu tuntutan hukum yang sedang berlangsung atau
akuisisi perusahaan baru yang dilakukan setelah tanggal neraca adalah sulit, bahkan tidak mungkin, diukur
dalam satuan uang. Pertanyaan tentang materialitas yang harus dievaluasi auditor dalam situasi seperti ini
adalah pengaruh kegagalan mengungkapkan hal-hal tersebut terhadap para pemakai laporan.
Sifat pos keputusan seorang pemakai laporan mungkin dipengaruhi juga oleh jenis salah saji. Berikut
ini adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pemakai laporan, dan demikian juga, pendapat
auditor, dalam cara yang berbeda ketimbang pada kebanyakan salah saji.
Keputusan materialitas kondisi pembatasan ruang lingkup audit apabila terdapat pembatasan
ruang lingkup audit, laporan audit dapat berupa pendapat wajar tanpa pengecualian, ruang lingkup dan
pendapat wajar dengan pengecualian, atau menolak memberikan pendapat, tergantung pada materialitas
pembatasan ruang lingkup audit tersebut. Auditor akan mempertimbangkan ketiga faktor yang sama
seperti pada pembahasan sebelumnya tentang keputusan materialitas untuk kegagalan mengikuti GAAP,
tetapi akan dipertimbangkan secara berbeda. Ukuran salah saji yang potensial, bukan salah saji yang
diketahui, menjadi penting dalam menentukan apakah pendapat wajar tanpa pengecualian, pendapat wajar
dengan pengecualian, atau memberikan pendapat yang tepat bagi pembatasan ruang lingkup audit.
Sebagai contoh, jika utang usaha sebesar $400.000 belum diaudit, auditor harus mengevaluasi salah saji
yang potensial dalam utang usaha tersebut serta memutuskan seberapa material pegaruhnya terhadap
laporan keuangan. Penyebaran salah saji yang potensial ini juga harus dipertimbangkan.
Salah saji yang diakibatkan oleh kegagalan mengikuti GAAP dapat diketahui. Sementara salah saji yang
diakibatkan oleh pembatasan ruang lingkup audit biasanya harus diukur secara subjektif dalam pengertian
salah saji yang potensial atau yang mungkin.
Untuk pembataan yang disebabkan oleh klien, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan
bahwa manajemen berusaha mencegah ditemukannya informasi yang salah saji. Dalam kasus ini, standar
auditing menyarakan menolak memberikan pendapat bila materialitasnya diragukan. Apabila pembatasan
ruang lingkup audit disebabkan oleh kondisi-kondisi yang berada diluar kendali klien, maka ruang lingkup
dan pendapat wajar dengan penecualian mungkun akan diterbitkan.
Kasus yang paling umum terjadi adalah, di mana kondisi yang berada diluar kendali klien dan auditor
menyebabkan pembatasan ruang lingkup audit, adalah penugasan yang disepakati setelah tanggal neraca
klien. Apabila auditor tidak dapat melaksanakan prosedur yang menurutnya harus dilakukan tetapi dapat
dipenuhi dengan prosedur alternatif bahwa informasi yang diuji telah disajikan secara wajar, maka
pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diterbitkan. Jika prosedur alternatif tersebut tidak dapat
dilaksanakan, maka ruang lingkup dan pendapat wajar dengan penecualian atau menolak memberikan
pendapat perlu diterbitkan, tergantung pada materialitasnya.
Pembatasan pada ruang lingkup pemeriksaan auditor memerlukan paragraf pengecualian yang
mendahului pendapat untuk menjelaskan pembatasannya. Apabila auditor mengetahui bahwa laporan
keuangan dapat menyesatkan karena tidak disiapkan sesuai dengan GAAP, dan klien tidak mampu atau
tidak bersedia mngoreksi salah saji itu, ia harus menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas pos yang dipertanyakan. Pendapat itu harus dengan
jelas menyatakan sifat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum serta jumlah salah saji
tersebut, jika diketahui.
Apabila jumlahnya sangat material atau pervasif sehingga diperlukan pendapat tidak wajar, maka
ruang lingkup paragraf pendapat wajar tanpa pengecualian dan dengan pengecualian masih tetap sama.
Apabila klien gagal memasukkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan secara wajar
laporan keuangan didalam laporan tersebut atau dalam catatan kaki terkait, maka merupakan tanggung
jawab auditor untuk menyajikan informasi tersebut dalam laporan audit dan menerbitkan pendapat wajar
dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. Jadi, sudah umum untuk menuliskan jenis kualifikasi
atau pengecualian ini dalam paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat dan merujuk ke paragraf
tambahan dalam paragraf pendapat.
Laporan peraturan 203 menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP
dapat menjadi tugas yang sulit. Peraturan 203 dalam kode perilaku profesional memperkenalkan
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum apabila auditor yakin bahwa ketaatan pada
prinsip tersebut akan mengahsilkan laporan keuangan yang menyesatkan, meskipun situasi ini jarang
terjadi.
Apabila auditor memutuskan bahwa ketaatan pada GAAP dapat menghasilkan laporan keuangan
yang menyesatkan, harus ada penjelasan yang lengkap dalam paragraf tambahan. Paragraf ini harus
menjelaskan secara lengkap penyimpangan yang terjadi serta serta mengapa GAAP dapat menghasilkan
laporan keuangan yang menyesatkan. Kemudian paragraf pendapat harus berisi pendapat wajar tanpa
pengecualian kecuali untuk hal-hal yang dibahas dalam paragraf penjelasan tambahan. Sebagaimana
telah dibahas sebelumnya, laporan audit seperti ini disebut sebagai laporan audit wajar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan penekanan pada masalah.
Jika auditor tidak dapat memenuhi persyaratan independensi yang dinyatakan dalam kode
perilaku profesional, maka penolakan memberikan pendapat harus dilakukan walaupun semua prosedur
audit yang dianggap perlu dalam sitausi tersebut telah dilaksanakan.
Tidak adanya indoendensi akan mengesampingkan semua pembatasan ruang lingkup audit lainnya.
Karena itu, tidak ada alasan lain untuk menolak memberikan pendapat yang harus disinggung lagi. Tidak
boleh ada perkataan tentang pelaksanaan prosedur audit apa pun dalam laporan. Akibatnya, laporan
audit ini merupakan laporan audit satu paragraf.
Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun dengan baik dalam memutuskan
laporan audit yang tepat pada serangkaian situasi tertentu. Pertama, auditor harus menilai apakah ada
kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian standar.
Jika ada kondisi tersebut, auditor kemudian harus menilai materialitas kondisi tersebut dan
menentukan jenis laporan audit yang tepat.
Menentukan apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian standar. Para auditor mengedentifikasi kondisi-kondisi tersebut ketika mereka
melaksanakan audit dan mencantumkan informais tentang kondisi itu dalam file audit sebagai bahan
diskusi guna pelaporan audit. Jika kondisi tersebut tidak ada, yang terjadi pada sebagian besar
penugasan audit, auditor akan menerbitkan laporan audit wajar tanpa pengecualian standar.
Memutuskan materialitas untuk setiap kondisi. Apabila ada kondisi yang memerlukan
penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian satndar, auditor mengevalasi pengaruh
potensialnya terhadap laporan keuangan.
Penyimpangan dari GAAP atau pembatasan ruang lingkup audit, auditor harus memutuskan antara
tidak material,material atau sangat material.
Semua kondisi lainnya, kecuali tidak adanya indenpendensi auditor, hanya memerlukan pembedaan
antara tidak material atau material. Memutuskan materialitas merupakan hal yang sulit, yang membutuhkan
pertimbangan yang matang.
Sebagai contoh, asumsikan bahwa ada pembatasan ruang lingkup audit dalam mengaudit persediaan.
Jadi, sulit untuk menilai salah saji yang potensial dari suatu akun yang belum di audit oleh auditor.
9. Memutuskan Jenis Laporan Audit yang tepat untuk kondisi tertentu berdasarkan Tingkat
Materialitas
Setelah membuat 2 keputusan pertama, maka mudah untuk memutuskan jenis pendapat yang tepat
dengan menggunakan alat bantu pembuat keputusan. Sebagai contoh, asumsikan auditor menyimpulkan
bahwa ada penyimpangan dari GAAP yang bersifat material, tetapi tidak sangat material. Tabel 3-2
menunjukan bahwa jenis laporan audit yang tepat adalah pendapat wajar dengan pengecualian yang disertai
dengan paragraf tambhan yang membahas penyimpangan tersebut.
Paragraf pendahluan dan paragraf ruang lingkup akan dimasukkan dengan menggunakan kata-kata
standar.
Sebagian besar kantor akuntan publik memiliki template komputer yang berisi kata-kata yang tepat
untuk situasi yang berbeda guna membantu auditor menuliskan laporan audit. Selain itu, satu atau lebih
partner dalam sebagian besar kantor akuntan publik juga memiliki keahlian khusus dalam menulis laporan
audit. Para Partner ini umumnya menulis atau mereview seluruh laporan audit sebelum laporan-laporan itu
diterbitkan.
Auditor sering kali menghadapi situasi yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang membutuhkan
penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian atau modifikasi dari laporan wajar tanpa pengecualian
standar.
Dalam situasi ini, auditor harus memodifikasi pendapatnya pada setiap kondisi tersebut kecuali ada
satu kondisi yang dapat menetralisir pengaruh kondisi lainnya. Sebagai contoh, jika ada pembatasan ruang
lingkup audit dan situasi yang membuat auditor tidak independen, maka pembatasan ruang lingkup audit
tersebut tidak perlu diungkapkan.
Situasi-situasi berikut merupakan contoh ketika diperlukan lebih dari satu modifikasi dalam laporan
Auditor tidak independen serta mengetahui bahwa perusahaan tidak mengikuti prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum
Terdapat pembatasan ruang lingkup audit dan ada keraguan yang substansial tentang kemampuan
perusahaan untuk terus bertahan
Terdapat keraguan yang substansial tentang kemampuan perusahaan untuk terus bertahan (going
concern), dan informasi mengenai penyebab ketidakpastian ini tidak dapat diungkapkan secara
memadai pada catatan kaki
Terdapat Deviasi (penyimpangan) terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan dan prinsip
akuntansi lainnya telah diterapkan atas dasar yang tidak konsisten dengan tahun sebelumnya
Meningkatnya globalisasi pasar modal dunia dan semakin luasnya operasi bisnis dibeberapa negara
telah menimbulkan kebutuhan untuk menetapkan suatu standar akuntansi yang akan digunakan diseluruh
dunia. IFRS semakin diterima di seluruh dunia sebagai dasar akuntansi yang digunakan untuk menyusun
laporan keuangan di negara lain.
Saat ini, perusahan publik Amerika Serikat diwajibkan untuk menyiapkan laporan keuangan yang akan
diajukan kepada securuties and Exchange Commission(SEC) sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Amerika Serikat.
SEC sedang mengembangkan rencana kerja untuk menentukan apakah akan memasukan IFRS
kedalam sistem pelaporan keuangan Amerika Serikat. Persetujuan atas rencana kerja ini akan
mengharuskan IFRS digunakan oleh perusahaan publik Amerika Serikat pada awal tahun 2015.
Auditor dapat ditugaskan untuk membuat laporan tentang laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan IFRS. Ketika membuat laporan tentang laporan keuangan yang disusun sesuai dengan IFRS auditor
mengacu pada standar tersebut dan bukan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Amerika Serikat.
International Auditing and Asurance Standars Board (IAASB) menerbitkan International Standards on
Auditing (ISA).
Standar Auditing di Amerika Serikat sekarang memungkinkan auditor untuk melakukan audit atas
laporan keuangan entitas Amerika Serikat sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum di Amerika
Serikat dan juga ISA.
Paragraf ruang lingkup yang dibuat oleh auditor dimodifikasi untuk menunjukkan bahwa audit telah
dilakukan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum di Amerika Serikat dan sesuai dengan
International Standar on Auditing
PERTANYAAN