Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM PADA

KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK RESTORAN PADA


TAHUN 2019-2020 DI KABUPATEN LAMONGAN

TUGAS AKHIR

Oleh :
MOCH SHOLAKHUDDIN FAHMI
NIM: 2001030106

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
LAMONGAN
2022
ii

PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM PADA


KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK RESTORAN PADA
TAHUN 2019-2020 DI KABUPATEN LAMONGAN

TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Ahli Madya pada

Program Studi D3 Perpajakan

Oleh :
MOCH SHOLAKHUDDIN FAHMI
NIM: 2001030106

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
LAMONGAN
2022

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak bagi pemerintah berperan sebagai sumber pendapatan yang utama

dan juga sebagai alat pengatur perekonomian. Pajak sebagai salah satu sumber

pendapatan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah,

baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran non-rutin seperti membiayai

administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, serta

menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan (Sahrani, 2020). Salah satu

sumber dana yang cukup berperan penting bagi kelangsungan pelaksanaan

pembangunan dan penyelenggaran urusan pemerintahan dalam melaksanakan

pelayanan kepada masyarakat serta mewujudkan kemandirian daerah adalah

penerimaan dari pendapatan asli daerah yang salah satunya berasal dari pajak

daerah. “Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya


(Damopolii, 2021).
kemakmuran rakyat”

Pajak pusat adalah pajak yang setiap pungutannya wajib dibayarkan oleh

wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan, kepada pemerintah pusat.

Dapat diartikan bahwa pajak pusat ini diatur oleh pemerintah pusat melalui

DJP dan hasilnya digunakan untuk kepentungan negara (sobatpajak.com,

2017). Selain adanya pajak pusat pajak juga terdapat di daerah yang dipungut

dari setiap daerah-daerah, hal ini berhubungan dengan otonomi daerah.


Sehingga daerah mempunyai wewenang dalam mengurus daerah sendiri,

sehingga pajak daerah menjadi sumber pendapatan negara.

Berdasarkan UU Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Nomor 28 Tahun

2007 pasal 1 ayat (1), Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Tidak hanya kepada negara, kontribusi pajak juga berpengaruh pada

pemerintah daerah, yaitu adanya pajak daerah.

Rahayu (2013: 46) menjelaskan bahwa pajak daerah adalah pungutan wajib

atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa

kontraprestasi secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan

daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional,

maka dalam hal ini sudah tentu memerlukan dana untuk membiayai

pembangunan. Dalam mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan

dan mengurus rumah tangganya sendiri, maka Pemerintah Daerah diberi

kesempatan untuk menggali sumber-sumber keuangan yang ada di daerah.

Salah satu sumber penerimaan daerah yang berasal dari pajak adalah pajak

restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan restoran. Restoran

adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan dipungut bayaran,

yang mencakup rumah makan, kantin, kafetaria, warung, dan sejenisnya yang

termasuk jasa boga atau katering


Di Indonesia bahkan telah terjadi beberapa kali perubahan dalam sistem

pemungutan pajaknya. Hal ini karena menyesuaikan dengan situasi dan

kondisi masyarakat pada saat itu. Dahulu, Indonesia menganut sistem

pemungutan pajak official assessment, yakni sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada fiskus atau petugas administrasi pajak dalam

menentukan besaran pajak terutang wajib pajak. Sistem ini berlangsung

hingga Indonesia memasuki masa reformasi perpajakan yakni di tahun 1983.

Sampai akhirnya, pada tahun tersebut Indonesia beralih dari sistem official

assessment menjadi self assessment system yang berlangsung hingga kini.

Mengapa? Karena pemerintah ingin memberikan kepercayaan kepada wajib

pajak dalam menentukan besarnya pajak terutang wajib pajak tersebut. Selain

itu, dengan sistem ini diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi wajib

pajak dalam melaksanakan kewajiban mereka kepada negara tanpa merasa

terbebani. Meskipun, tetap saja menimbulkan adanya keterpaksaan secara

tidak langsung bagi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

secara sukarela (pajak.com, 2022).

Kepatuhan wajib pajak menurut safri nurmantu dalam siti kurnia rahayu

(2010:1380). “Kepatuhan Wajib Pajak dapat didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan

melaksanakan hak perpajakannya.”

Adapun menurut Machfud Sidik dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:19),

mengemukakan bahwa: “kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara

sukarela (voluntary of complince) merupakan tulang punggung sistem self

assessment, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri


kewajiban perpajakan dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar

dan melaporkan pajaknya tersebut.”

Berdsarkan peraturan Menteri Keuangan Nomor: 74/PMK.03/2012, tentang

kriteria kepatuhan wajib pajak adalah: Tepat waktu dalam menyampaikan

SPT; Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali

telah memperoleh izin untuk mengamgsur atau menunda pembayaran pajak;

Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan

keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3

(tiga) tahun berturut-turut; dan tidak pernah dipidana karena melakukan tindak

pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

terakhir.

Pengertian Pajak Restoran menurut para ahli adalah : Menurut Powers

(2003:17), restoran adalah setiap tempat umum yang kusus menjual makanan

untuk dikonsumsi di suatu tempat. Sedangkan menurut Walker (2004:18),

Restoran adalah salah satu tempat dimana pengunjung dapat menggunakan

alat indra untuk menikmati pelayanan tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah

dan retribusi daerah, wajib pajak restoran mempunyai hak untuk memungut

pajak atas pelayanan yang diberikan kepada konsumen dan mempunyai

kewajiban hak untuk melaporkan dan membayarkan pajak tersebut kepada

pemerintah daerah. Pajak restoran merupakan pajak daerah yang dikenakan

kepada subjek pajak yaitu konsumen yang telah menikmati jasa pelayanan

yang diberikan pengelola restoran.


Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir pajak restoran mengalami penurunan

dikarenakan pandemic Covid-19 yang mengakibatkan sektor penerimaan pajak

restoran menurun dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat (PPKM). Berikut adalah tabel data realisasi pajak daerah

Kabupaten Lamongan

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Restoran Kabupaten Lamongan Tahun 2019-2021
(dalam jutaan rupiah)

tahun target realisasi Prosentase%

Jumlah Kendaraan Tahun


Bermotor 2019 2020 2021
Pajak Hotel 1.687 1.215 1.347
Pajak Restoran 9.014 6.495 5.433
Pajak Hiburan 7.430 3.091 1.671
Pajak Reklame 2.801 2.517 2.628
Pajak Penerangan 54.291 53.431 55.572
Jalan
Pajak Parkir 889 846 833
Pajak Air Bawah 387 470 647
Tanah
Pajak Sarang Burung 18 9 1
Walet
Pajak Mineral Bukan 1.064 881 1.448
Logam dan Batuan
Pajak Bumi Dan 42.110 42.863 43.621
Bangunan Perdesaan
Dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak 25.223 22.227 21.171
Atas Tanah Dan
Bangunan
Jumlah Pajak Daerah 144.919 134.050 134.375
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kab. Lamongan (data diolah)

Jika melihat tabel 1.1 Jumlah penerimaan pajak pajak restoran mengalami

penurunan diakibatkan berkurangnya jumlah wajib pajak restoran. Pengusaha

restoran yang tidak mampu megimbangi pandami Covid-19 dan memilih

gulung tikar, hal tersebut dibuktikan dengan data berkurangnya data wajib

pajak restoran pada tahun 2020-2021


Tabel 1.1 Wajib Pajak Restoran Tahun 2019-2021

Tahun Wajib Pajak Restoran


2019 176
2020 176
2021 158
Sumber : Badan Pendapatan Daerah Kab. Lamongan (data diolah)

Jika wajib pajak tidak mengetahui tentang pentingnya kepatuhsn dalam

membayar pajak hal ini dapat menimbulkan permasalahan dalam penerimaan

pajak restoran. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengambil judul

“PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM PADA KEPATUHAN

MEMBAYAR PAJAK RESTORAN 2019 – 2021 DI KABUPATEN

LAMONGAN”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah penelitian yang

akan dikaji pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme penerapan self assessment system pada pajak

restoran di Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan pajak

restoran di Kabupaten Lamongan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan mekanisme penerapan self assessment system pada

pajak restoran di Kabupaten Lamongan

2. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap penerimaan

pajak restoran di Kabupaten Lamongan


1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Bagi kampus diharahapkan penelitian ini dapat menambah literatur yang

dapat digunakan sebagai bahan referensi yang berkaitan dengan penerimaan

pajak terutama tentang pajak restoran.

2. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pengalaman

penulis baik secara teori maupun praktik mengenai Penerapan self assessment

system pada kepatuhan membayar pajak restoran tahun 2019 – 2021 di

Kabupaten Lamongan dan juga untuk peneliti mendatang diharapkan hasil

penelitian ini dapat dijadikan referensi dan bahan pembanding yang relevan

untuk penelitian selanjutnya serta dapat menambah pengetahuan terapan dan

kepustakaan

1.5 Batasan Masalah

Dalam suatu penelitian terdapat berbagai masalah yang mungkin akan

diteliti, akan tetapi pada penelitian ini penulis membahas ruang lingkup

pembahasan, agar terarah pada pokok permasalahan yang dituju sebagai

berikut

1. Membahas mengenai Penerapan self assessment system pada

kepatuhan membayar pajak restoran tahun 2019 – 2021 di

Kabupaten Lamongan

2. Membahas mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

penerimaan pajak restoran di Kabupaten Lamongan


3. Tidak membahas mengenai pajak daerah secara keseluruhan hanya

berfokus pada pajak restoran yang terdaftar pada BAPPENDA

Lamongan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Konseptual Perpajakan

a. Definisi Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 adalah

“kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat paksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

Menurut Sukardji (2015) Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor

swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan

dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat

ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang

digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai

tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara.

Menurut Mardiasmo (2018: 3) pajak dalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-

peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat

ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan

pemerintahan.

Menurut R.Santoso (2009:4) mengatakan bahwa “Pajak adalah iuran

kepada negara (yang dapat dipaksa) yang terutang oleh wajib pajak dalam
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan

prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan berguna untuk

membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas

negara yang harus diselenggarakan pemerintahan.”

Menurut fadhilah (2018) Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang

yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup

biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan

umum

b. Fungsi Pajak

Dalam perpajakan memiliki 2 fungsi pajak antara lain :

1. Fungsi Pembiayaan/anggaran (budgeting)

Pajak adalah sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran negara. Dalam fungsi pembiayaan ini sektor publik

mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai undang-

undang yang berlaku dalam pembiayaan pengeluaran negara serta

sebagai sumber pendapatan negara melalui penyempurnaan

peraturan dalam berbagai jenis seperti Pajak Penghasilan (PPh),

Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan pajak-pajak lainnya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Dalam fungsi mengatur, pajak dijadikan alat bagi pemerintah dalam

mencapai tujuan tertentu baik dalam bidang ekonomi maupun

politik. Contohnya seperti Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM) dikenakan saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong


mewah. Semakin mewah barang yang dijual atau dibeli maka

semakin tinggi juga tarif pajaknnya.

c. Jenis-jenis Pajak

Jenis pajak dibedakan beberapa golongan berdasarkan sudut pandang

masing-masing adapun jenis-jenis pajak adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan golongannya

Pembagian pajak berdasarkan golongan berkaitan dengan

pelaksanaan pemungutan pajak yang dilakukan oleh fiskus terhadap

wajib pajak, pembebanan pajak terutang ini terbagi atas:

a) Pajak langsung yaitu pajak yang harus ditanggung oleh wajib

pajak itu sendiri dan tidak dapat dibebankan kepada siapapun.

Pajak ini dipungut secara periodik atau berkala contohnya

pajak penghasilan.

b) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain, pajak ini dipungut secara

insidentil yaitu saat terjadi kejadian yang ditentukan oleh

undang-undang contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

d. Jenis jenis pajak

Setelah dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 muncul berbagai

jenis pajak para ahli sesuai dengan keahlian dan persepsinya banyak

menggolongkan jenis perpajakan pada beberapa golongan berdasarkan sudut

pandang masing-masing adapun jenis-jenis pajak adalah sebagai berikut:

a. Jenis jenis pajak


Setelah dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 muncul

berbagai jenis pajak para ahli sesuai dengan keahlian dan persepsinya

banyak menggolongkan jenis perpajakan pada beberapa golongan

berdasarkan sudut pandang masing-masing adapun jenis-jenis pajak

adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan golongannya

Pembagian pajak berdasarkan golongan ini berkaitan dengan

pelaksanaan pemungutan pajak yang dilakukan oleh fiskus terhadap

wajib pajak masalah utama pada penggolongan ini adalah

pembebanan atas pajak terutang pajak ini terbagi atas :

a) Pajak langsung yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh

wajib pajak dan tidak dapat dibebankan kepada siapapun pajak

ini dipungut secara periodik atau berkala contohnya pajak

penghasilan.

b) Pajak tidak langsung pajak ini dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain baca ini dipungut secara

insidentil yaitu saat terjadi kejadian yang ditentukan oleh

undang-undang contoh pajak pertambahan nilai (PPN).

2. Berdasarkan wewenang/lembaga pemungut

Dengan merujuk pada rasa keadilan dalam memperoleh

pendapatan pada masing-masing tingkat hierarki inilah maka terjadi

perbedaan wewenang atau lembaga pemungut pajak setiap tingkatan

pemerintahan hanya dapat menjadi kewenangannya dan tidak boleh


memungut pajak di luar kewenangannya agar tidak terjadi tumpang

tindih dan pajak ganda setiap pelaksanaan kewajiban pajak.

a) Pajak pusat

Sebelum membahas tentang pengertian dari pajak daerah,

penulis akan membahas tentang pajak pusat agar pembaca

paham pajak mana saja yang masih dikategorikan menjadi pajak

pusat setelah adanya pengalihan sebagian pajak pusat menjadi

pajak daerah. Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh

pemerintah pusat yang tugasnya dilaksanakan oleh Kementrian

Keuangan Direktorat Jenderal Pajak. Hasil pemungutan pajak

tersebut dikumpulkan dan dimasukkan sebagai penerimaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam

pelaksanaanya di tiap-tiap kota/kabupaten, tugas pemungutan

tersebut dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

(Ilyas, 2013:40).

Jenis-jenis pajak pusat atau juga disebut pajak negara

menurut Mardiasmo (2011:11) adalah sebagai berikut :

1) Pajak Penghasilan (PPh)

Dasar hukumnya adalah Undang-undang No. 7 Tahun

1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-undang No.36 Tahun 2008.


2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah (PPN dan PPn BM)

Dasar hukumnya adalah Undang-undang No. 8 Tahun

1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-undang No. 42 Tahun 2009.

3) Bea Meterai

Dasar hukumnya adalah Undang-undang No. 13 Tahun

1985.

Ketiga jenis pajak pusat diataslah yang sampai sekarang

menjadi sumber penerimaan terbesar negara.

b) Pajak daerah

Waluyo (2013:12) memberi definisi tentang pajak daerah

yaitu “pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah”. Sedangkan

jika dilihat definisi pajak daerah dan retribusi daerah yakni

berdasarkan dengan Undang-Undang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah No 18 Tahun 1999 yang telah diubah terakhir

dengan Undang-Undang No 28 Tahun 2009, “Pajak Daerah

adalah iuran wajib yang dilakukan orang pribadi atau badan

kepada daerah tanpa ada imbalan langsung yang seimbang, yang

dapat dipaksakan perundang-undangan yang berlaku, yang

digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”.
Dari dua definisi pajak daerah diatas, dapat disimpulkan

bahwa definisi definisi tersebut tidak jauh berbeda dengan

definisi pajak pusat yang sifatnya memaksa dan digunakan

untuk keperluan rakyat. Perbedaannya hanya terletak dalam hal

pelaksana pemungutannya.

e. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut (Mardiasmo 2018:9) Dalam perpajak terdapat 3 sistem

pemungutan pajak anata lain :

1. Official Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang dilakukan dengan cara

memberi wewenang kepada aparatur perpajakan untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2. Self Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang dimana wajib pajak

diberikan wewenang dalam menentukan sendiri pajak yang terutang

setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini kegiatan

menghitung,memungut dan melaporkan pajak sepenuhnya berada

ditangan wajib pajak.

3. With holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang terhadap pihak ketiga yang ditunjuk (bukan fiskus dan

bukan wajib pajak) unutuk menentukan besarnya pajak yang


terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang beraku.

Dari ketiga sistem diatas dapat disimpulkan bahwa sistem-sistem

diatas mampu membantu dan mempermuda wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dan dengan diadakannya

ketiga sistem tersebut diharapkan mampu menjadikan wajib pajak

lebih patuh terhadap pembayaran.

2.1.2 Pajak Daerah

a. Definisi pajak dearah


Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya

kemakmuran rakyat. Pengertian pajak daerah di atas tertuang dalam UU

N0. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(PDRD). Aturan ini menggantikan UU N0. 18 Tahun 1997

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000.

Menurut Mardiasmo (2011:12) Pajak Daerah adalah kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia.
Raharjo (2009:72) pajak daerah yaitu kewajiban penduduk

masyarakat menyerahkan sebagian dari kekayaan kepada daerah

disebabkan suatu keadaan, kejadian atau perbuatan yang memberikan

kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai suatu sanksi atau hukum.

a. Ciri-ciri pajak daerah


Berikut ini ciri-ciri pajak daerah yang membedakannya

dengan pajak pusat:

1. Pajak daerah bisa berasal dari pajak asli daerah atau pajak pusat

yang diserahkan ke daerah sebagai pajak daerah.

2. Pajak daerah hanya dipungut di wilayah administrasi yang

dikuasainya. 3. Pajak daerah diguna kan untuk membiayai urusan

atau pengeluaran untuk pembangunan dan pemerintahan daerah

Pajak daerah dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA)

dan Undangundang sehingga pajaknya dapat dipaksakan kepada

subjek pajaknya. Unsur-unsur yang ada dalam pajak daerah pada

dasarnya sama seperti unsur pajak lainnya yakni subjek pajak

daerah, objek pajak daerah, dan tarif pajak daerah.

2.1.3 Penerimaan Pajak Daerah

Restoran adalah fasilitas penyedia makan dan/ minuman yang dipungut

bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar,

dan sejenisnya termasuk jasa boga/ katering. Pajak Restoran dipungut pajak

atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Menurut Undang-Undang


Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak

Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Sedangkan yang dimaksud dengan restoran adalah fasilitas penyedia makanan

dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah

makan, kriteria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa

boga/catering.

A. Objek pajak restoran

Objek pajak restoran menurut pasal 37 ayat (1) dan (2) UU PDRD adalah

pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pelayanan yang disediakan restoran

meliputi pelayanan penjualan makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh

pembeli, baik dikonsumsi ditempat maupun dibawa pulang. Objek yang tidak

termasuk pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan pengelolah restoran

yang nilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 12 Tahun 2010 nilai

penjualannya tidak melebihi dari 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per hari.

B. Subjek Pajak Restoran

Subjek pajak restoran adalah orang bpribadi atau badan yang membeli

makanan atau minuman restoran.

C. Wajib Pajak Restoran

Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau badan pengusaha restoran.

D. Tarif Pajak Restoran

Tarif pajak restoran sesuai Perda Kabupaten Lamongan Nomor 12 Tahun

2010 sebesar 10%


E. Pokok Pajak Terutang

Berdasarkan pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif pajak yaitu 10% dengan dasar pengenaan pajak yaitu

jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran

2.1.4 Self Assessment System

Self assessment system menuntut adanya peran aktif dari

masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Faktor terpenting

dari self assessment system adalah kepatuhan dan kesadaran yang tinggi

dari wajib pajak, karena dengan system ini memungkinkan wajib pajak

tidak melaksanan kewajiban perpajakan dengan baik.

Menurut Ilyas (2013:37) Self Assessment System, penentuan

besarnya pajak terutang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) sendiri tanpa

bantuan dari fiskus.

Menurut Waluyo (2007) Self Assessment System adalah sistem

pemungutan pajak yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak

untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

Dalam Self Assessment System pemungutan pajak, Wajib Pajak

dibebani kewajiban untuk melaporkan semua informasi yang relevan

dalam laporan pajaknya (SPT), menghitung Dasar Pengenaan Pajak

(DPP), mengkalkulasi jumlah pajak yang terutang, dan mengangsur

jumlah pajak yang terutang.

Ciri-ciri Self Assessment System:


a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada

wajib pajak itu sendiri.

b. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor, dan

melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Adapun peranan positif dari Self Assessment System Pajak

Penghasilan adalah Wajib Pajak dapat mengerti dan mempunyai

pemahaman yang benar terhadap perpajakan. Akan tetapi, masih ada

wajib pajak yang mempunyai pemahaman dan persepsi negatif terhadap

Self Assessment System. Hal tersebut mengakibatkan wajib pajak tidak

melaksanakan kewajibannya dan dapat merugikan negara. Oleh sebab

itu, pemerintah membentuk undangundang mengenai sanksi pajak yaitu

berdasarkan pasal 7 UU KUP No.28 Tahun 2007 dan Undang-undang

No.17 Tahun 2000.

2.1.5 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua jenis faktor

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

faktor yang berasal dari diri Wajib Pajak sendiri dan berhubungan

dengan karakteristik individu yang menjadi pemicu dalam menjalankan

kewajiban perpajakannya (Jotopurnomo dan Mangoting, 2013).

Kepatuhan wajib pajak merupakan sebuah tindakan yang

mencerminkan patuh dan sadar terhadap ketertiban dalam kewajiban

perpajakan wajib pajak dengan melakukan pembayaran dan pelaporan

atas perpajakan masa dan tahunan dari wajib pajak yang bersangkutan
baik untuk kelompok orang atau modal sendiri sebagai modal usaha

sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku (Dirgahayusa &

Yasa, 2020).
2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel Penelitian Terdahulu

Nama dan Variabel yang


No. Judul penelitian Objek dan subjek Teknik analisis data Hasil penelitian
tahun diteliti

1 Masrullah, Penerapan Self Penerapan Objek penelitian Sumber data Penerapan self
Asriati, Nur Assessment Self ini adalah menggunakan data assessment system pada
Reski Alfiah S, System dalam AssessmentSy penerapan self dilapangan secara Badan Pendapatan
(2021) Meningkatkan stem assessment berkesinambungan Daerah Kabupaten Gowa
Kesadaran atas (Variabel system sedangkan dengan Teknik reduksi pada tahun 2018- 2019
Kepatuhan Bebas) Subjeknya adalah data, penyajian data, dan Efektif dalam
Membayar Kesadaran kepathan menarik kesimpulan penerapannya, dan
Pajak atas membayar pajak dengan meningkatnya
diKabupaten Kepatuhan oleh wajib pajak kepatuhan wajib pajak
Gowa Membayar badan yang ada akan
Pajak bisa meningkatkan
(Variabel penerimaan pajak
Terikat) nantinya, karena faktor
utama yang
mempengaruhi
penerimaan pajak
2. Amirah Pengaruh Pengaruh Objek penelitian Dalam penelitian ini Hasil penelitian ini
Febtrina, Pelaksanaan Pelaksanaan ini adalah teknik yang digunakan bahwasanya pelaksanaan
Afridian Self Assessment Self Pengaruh adalah Teknik analisis self assessment
Wirahadi System, Assessment Pelaksanaan Self regresi linear berganda systemdan pengetahuan
Ahmad, Pengetahuan System, Assessment perpajakan berpengaruh
Rasyidah Perpajakan, dan Pengetahuan System, signifikan terhadap
Mustika, Sanksi Perpajakan, Pengetahuan kepatuhan wajib pajak
(2022) Perpajakan dan Sanksi Perpajakan, dan restoransedangkan sanksi
Terhadap Perpajakan Sanksi perpajakan tidak
Kepatuhan (Variabel Perpajakan berpengaruhsignifikan
Wajib Pajak Bebas) Sedangkan terhadap kepatuhan
Restoran di Kepatuhan Subyek nya pajak wajib pajak restoran.
Kota Padang Wajib Pajak restoran Hal ini menunjukkan
Restoran di bahwa: 1) Wajib pajak
Kota Padang yang melaksanakan self
(Variabel assessment systemdapat
Terkat) memiliki tanggung
jawab secara penuh
untuk menghitung dan
melaporkan kewajiban
pajaknya sendiri dengan
kejujuran, 2) Wajib
pajak yang memiliki
pengetahuan akan pajak
restoran akan cenderung
memiliki sikap patuh
dalam memenuhi
kewajiban pajak
restorannya, 3) Adanya
penerapan sanksi
perpajakantidak
mendorong
meningkatnya kepatuhan
wajib pajak restoran.
Hal ini dapat disebabkan
karena wajib pajak
menganggap sanksi
yang dikenakan tidak
wajar dan tidak
memberikan efek jera.

3 Farda Triada Analisis Analisis Objek dalam Penelitian ini Bahwa penerapan self
Damopolii, Penerapan Self Penerapan penelitian ini menggunakan penelitian assessment system pada
Tinneke Assesment Self adalah Analisis deskriptif kualitatif. tahap pendaftaran wajib
Sumual, system terhadap Assesment Penerapan Self Metode pengumpulan pajak hiburan di Kab.
Michael Miran pajak hiburan di system Assesment data yang digunakan Bolaang Mongondow
(2021) Kabupaten (Variabel system adalah wawancara dan Timur tidak berjalan
Bolaang Bebas) pajak Sedangkan subjek dokumen. sesuai dengan ketentuan
Mongondow hiburan penelitian ini yang semestinya atau
Timur (Variabel adalah pajak dapat dikatakan tidak
Terkat) hiburan di sesuai dengan sistem
Kabupaten pemungutan pajak
Bolaang hiburan yakni self
Mongondow assessment sytem. Hal ini
Timur dipengaruhi oleh
minimnya kesadaran dari
wajib pajak itu sendiri
dalam melaporkan usaha
pajak hiburannya sebagai
objek pajak hiburan.
4 Sri Wahyu Faktor Yang Faktor yang Objek penelitian Pengumpulan data dalam Kepatuhan pemilik restoran
untuk membayarkan pajak
Ningsih, Amir Memengaruhi mempengaruh ini adalah penelitian ini
restorannya dipengaruhi oleh
Hidayatulloh Kepatuhan i Kepatuhan Kepatuhan menggunakan metode
pemahaman perpajakan.
(2021) Pemilik Pemilik Pemilik Restoran, survei dengan Sehingga, ketika wajib
Restoran Untuk Restoran Sedangkan menyebarkan kuesioner memiliki pemahaman mengenai
Membayarkan (Variabel Subjeknya adalah kepada responden yang peraturan perpajakan, maka

Pajak Restoran Bebas) Pajak Pajak Restoran ditemui peneliti. wajib pajak tersebut akan
mengerti kewajibannya
Restoran Responden dalam
sehingga wajib pajak tersebut
(Variabel penelitian ini berjumlah akan berupaya untuk
Terikat) 47 responden. Teknik memenuhi kewajibannya.
analisis data dalam Keterbatasan penelitian ini

penelitian ini adalah sedikitnya jumlah


responden. Hal ini disebabkan
menggunakan analisis
karena beberapa responden
regresi berganda dengan yang ditemui peneliti enggan
untuk mengisi kuesioner.
bantuan alat SPSS
Sehingga, penelitian
selanjutnya dapat menambah
jumlah responden atau
memperluas lokasi penelitian.

5 Diah Retno Pengaruh Self Pengaruh Self Objek penelitian Jenis penelitian ini Semua variabel bebas
Febriantini, Assessment Assessment ini adalah adalah penelitian yang terdiri dari self
Umaimah System, System, Pengaruh Self asosiatif dengan assessment system,
(2022) Sosialisasi Sosialisasi Assessment pendekatan asosiatif, sosialisasi pajak, dan
Pajak, dan Pajak, dan System, yaitu bertujuan untuk sanksi pajak berpengaruh
Sanksi Pajak Sanksi Pajak Sosialisasi Pajak, menguji teori, secara simultan terhadap
Terhadap (Variabel dan Sanksi menyajikan kepatuhan wajib pajak.
Kepatuhan Bebas) Pajak, Subjeknya fakta/mendeskripsikan
Wajib Pajak Kepatuhan adalah Kepatuhan statistik, menunjukkan
Wajib Pajak Wajib Pajak hubungan antar variabel
(Variabel serta mengembangkan
Terikat) konsep dan pemahaman
6 Anzala IMPLEMENTA Implementasi Objek penelitian Metode yang digunakan penerapan kebijakan
Sakinah (2018) SI Kebijakan ini adalah dalam teknik penelitian sistem pemungutan pajak
KEBIJAKAN Sistem Implementasi ini adalah metode self-assessment pada
SISTEM (Vriabel kebijakan system, penelitian kualitatif. pajak restoran masih
PEMUNGUTA Bebas) subjek nya adalah Pemilihan informan belum dikelola
N PAJAK Self Pajak Restoran dilakukan dengan metode sepenuhnya untuk
SELF Assesment Pedesaan Dan Purporsive Sampling diterapkan di Kota
ASSESSMENT system Perkotaan yaitu pengambilan Probolinggo karena
(Studi Kasus (Variabel sampel berdasarkan beberapa faktor menjadi
pada Pajak Terikat) kriteria tertentu. Jumlah kendala seperti
Restoran di informan yang kurangnya kesadaran
Kota diwawancarai sebanyak para wajib pajak,
Probolinggo 18 orang kejujuran para wajib
Provinsi Jawa pajak, kesediaan atau
Timur) keinginan untuk
membayar pajak, disiplin
dari para wajib pajak
dalam menerapkan
undang-undang
perpajakan, undang-
undangnya masih lemah
dan beberapa hambatan
lainnya
7 Abdillah Kepatuhan Kepatuhan Objek penelitan Penelitian ini Terdapat beberapa
Hamdi, Ferry Wajib Pajak Wajib Pajak ini adalah menggunakan metode hambatan bagi wajib
Irawan (2021) Pelaku Usaha (Variabel Kepatuhan Wajib Kualitatif dengan pajak pelaku usaha
Restoran di Bebas) Pelaku Pajak Subyek pendekatan studi restoran di Kabupaten
Kabupaten Usaha pada penelitian kepustakan yang Asahan dalam
Asahan Restoran ini adalah Pelaku dilakukan dengan teknik melaksanakan kewajiban
(Variabel Usaha Restoran di pengumpulan informasi perpajakannya. Hambatan
Terikat) Kabupaten yang relevan terkait topik utama yang menjadi
Asahan dan masalah penelitian. kendala wajib pajak
Informasi tersebut dalam melaksanakan
diperoleh dari buku-buku kewajiban perpajakannya
ilmiah, karangan ilmiah, adalah kurangnya
peraturan-peraturan, kesadaran dan
laporan penelitian dan pengetahuan wajib pajak
sumber tertulis ilmiah mengenai kewajiban
lain. perpajakan yang harus ia
lakukan setelah memiliki
NPWP
8 Mohamad Pengaruh Objek penelitian Teknik analisis Hasil penelitian ini adalah
Pengaruh Kualitas
Shahibi Ahya ini adalah menggunakan Kualitas
kualitas Pelayanan
(2019) Pengaruh menggunakan purposive pelayanantidakberpengaru
pelayanan (Variabel Bebas)
Kepatuhan
Kualitas sampling, artinya sampel h terhadap kepatuhan
pajak,
Wajib Pajak Pelayanan, yang digunakan dalam wajib pajak. Artinya
pengetahuan
(Variabel subjeknya adalah penelitian ini adalah kualitas pelayanan masih
pajak, kondisi
Terikat) Wajib Pajak sampel yang memenuhi belum dapat
keuangan dan
pengusaha kriteria tertentu. Tujuan meningkatkan kepatuhan
pemeriksaan
restoran di penggunaan metode wajib pajak dalam
pajak terhadap
Kabupaten ini adalah untuk melaksanakan kewajiban
kepatuhan wajib
Magelang. mendapatkan sampel membayar dan
pajak (Studi
yang representative melaporkan pajaknya.
Empiris pada
Pengusaha
Restoran di
Kabupaten
Magelang
9 Fadhillah Pengaruh Objek penelitian Analisis data penelitian Hasil penelitian penelitian
Pengaruh
(2018) kesadaran ini adalah ini menggunakan sumber kuantitatif dengan
kesadaran wajib
wajib pajak Pengaruh dari data sekunder yang pendekatan asosiatif
pajak,
(Variabel kesadaran wajib kemudian dianalisis yang dilakukan pada
pelayanan
Bebas) pajak , Subjeknya melalui perhitungan Kantor Pelayanan Pajak
perpajakan dan
Penerimaan adalah tingkat efektifitas dan Pratama Medan Timur.
kepatuhan wajib
Pajak Pada Penerimaan Pajak kontribusi Tujuan dari penelitianini
pajak terhadap
Kantor KPP Pada Kantor KPP untuk mengetahui
penerimaan
Pratama Pratama Medan bagaimana pengaruh
pajak pada
Medan Timur Timur kesadaran wajib pajak,
kantor pajak
(Variabel pelayanan perpajakan
pratama medan
Terikat) dan kepatuhan wajib
timur
pajak terhadap
penerimaan pajak.
Penelitian ini
menggunakan data primer.
Sampel diambil dengan
teknik insidental
sampling, dengan jumlah
sampel sebanyak 100
responden

10

Anda mungkin juga menyukai