A.PENDAHULUAN
Pajak daerah merupakan salah satu komponen pendapatan asli daerah (PAD).
Kewenangan pemungutan pajak daerah saat ini diatur dalam Undang-Undang No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD). Sesuai amanat UU
PDRD, kewenangan dan ketentuan pemungutan pajak daerah diberikan kepada masing-
masing pemerintah daerah.
Dalam hal ini, setiap daerah wajib untuk mengaturnya sendiri berdasarkan potensi yang
dimiliki ke dalam peraturan di tingkat daerah dengan tetap mengacu pada UU PDRD. Dalam
UU PDRD sendiri dijelaskan bahwa setiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur
serta mengurus sendiri berbagai keperluan pemerintahannya.
Dengan kata lain, pemungutan pajak daerah dilakukan dengan tujuan untuk membiayai
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan
kemasyarakatan secara berdaya guna dan berhasil untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Adapun merujuk pada Pasal 1 angka 10 UU PDRD, pajak daerah didefinisikan sebagai
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Sama halnya dengan pajak pusat, pajak daerah mempunyai peran penting dalam
melaksanaan beberapa fungsi, yakni fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Sebagai fungsi
budgetair, pemungutan pajak daerah berguna untuk menghimpun dana dari masyarakat
untuk kepentingan pembiayaan pembangunan daerah. Fungsi tersebut tercermin dari
kehendak memperoleh penerimaan pajak daerah dalam jumlah besar dengan biaya
pemungutan yang sekecil-kecilnya.
Lebih lanjut, pemungutan pajak daerah harus memenuhi beberapa prinsip umum agar
pemungutan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Adapun prinsip-prinsip yang
dimaksud ialah prinsip keadilan, prinsip kepastian, prinsip kemudahan, dan prinsip efisiensi.
Proses digitalisasi dalam sistem perpajakan diyakini dapat mengubah beberapa hal
fundamentalis, yang satu di antaranya adalah kepatuhan wajib pajak. Sebab, meningkatkan
kepatuhan dan pembayaran pajak merupakan salah satu tujuan utama otoritas pajak dalam
mengamankan penerimaan.
Teknologi dalam sistem perpajakan juga dapat memberikan pengalaman berbeda bagi wajib
pajak. Dengan adanya teknologi, beragam proses administrasi dapat disederhanakan dan
para wajib pajak pun akan mendapatkan kepastian dalam setiap proses pelayanan
perpajakan yang dijalankannya.
Selain secara umum dapat meningkatkan pemenuhan atas prinsip-prinsip pajak
sebagaimana tersebut sebelumnya, proses digitalisasi pajak juga memang merupakan salah
satu bagian penting dalam upaya pemerintah KabupatenTuban dalam menjalankan program
reformasi pajak yang digaungkan oleh pemerintah pusat. Digitalisasi merupakan proses
transformasi dari analog menuju digital. Digitalisasi ini memiliki beragam manfaat bagi
kehidupan masyarakat maupun pemerintah, oleh karena itu dalam rangka meningkatkan
pelayanan public terutama kepada wajib pajak daerah Badan Pengelolaan Keuangan,
Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) melalui Bidang Pendapatan harus melaksanakan
digitalisasi sistem pemungutan pajak, melakukan evaluasi dan selalu meningkatkan dan
memperbaiki atas kekurangan maupun kelemahan yang ada dalam sistem digital yang
dipakai.
B. PEMBAHASAN
Cara konvensional seperti itu secara bertahap mulai ditinggalkan dalam penatausahaan
pajak pada BPKPAD Kabupaten Tuban dan mulai berganti menjadi serba digital. Wajib pajak
tinggal mengisi formulir SPTPD online dimanapun selama ada perangkat komunikasi dan
jaringan internet melalui aplikasi e-SPTPD.
Sesuai dengan definisi manajemen menurut oleh Griffin (2006),yang mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien, aplikasi e-
SPTPD yang sebenarnya merupakan aplikasi pelayanan pajak sebagai bagian dari
SIMPATDA sebagai aplikasi utama pengelolaan pajak daerah disusun dan di aplikasikan
sesuai dengan proses tersebut, dengan penjabaran sebagai berikut :
Berdasarkan data Laporan Akuntabilitas kinerja (LAKIP) tahun 2020 sampai dengan tahun
2022 implenetasi atas sistem e-SPTPD meningkatkan prosentasi kepatuhan wajib pajak dari
sebelumnya dibawah 90% menjadi 94% - 96%. Selain meningkatkan tingkat kepatuhan
wajib pajak, implikasi dari implementasi sistem e-SPTPD juga dapat berdampak positif
dalam menjaga penerimaan pajak tetap meningkat walaupun dalam masa pandemic covid-
19. Secara total dari tahun 2019 sampai dengan aklhir tahun 2022 sesuai dengan data
realisasi APBD, pendapatan pajak daerah Kabupaten Tuban relatif meningkat secara
signifikan, hal ini dapat di lihat dari tabel realisasi penerimaan pendapatan per jenis pajak
daerah dibawah ini ;
REALISASI
JENIS PAJAK
2019 2020 2021 2022
Pajak Hotel 2.000.967.193,00 1.229.226.736,00 1.560.938.367,00 1.919.971.540,00
Pajak Restoran 6.662.900.106,11 4.933.278.030,00 5.893.859.157,00 8.351.381.163,00
Pajak Hiburan 555.254.410,00 176.521.020,00 59.850.420,00 254.595.674,00
Pajak Reklame 1.432.716.802,50 1.118.540.880,00 1.247.240.267,00 1.712.158.285,00
Pajak Penerangan Jalan 87.708.365.156,00 82.180.875.789,00 81.068.579.411,00 83.496.173.254,00
Pajak Parkir 398.384.800,00 268.899.474,00 291.342.900,00 404.669.025,00
Pajak Air Tanah 557.298.232,00 539.515.610,00 505.059.566,00 580.199.802,00
Pajak Sarang Burung Walet 24.277.800,00 20.220.000,00 20.835.000,00 19.065.000,00
Pajak Mineral Bukan Logam 92.652.142.133,00 161.243.422.745,00 156.502.303.916,00 126.743.457.433,00
dan Batuan
PBB-P2 28.198.121.264,00 36.792.388.358,00 37.033.945.594,00 47.143.805.399,00
BPHTB 16.234.357.610,70 18.427.787.507,00 25.899.004.522,00 25.356.576.627,00
JUMLAH 236.424.785.507,31 306.930.676.149,00 310.082.959.120,00 295.982.053.202,00
C. KESIMPULAN
Perubahan pada sistem pelaporan dan pembayaran pajak pada bidang pendapatan
BPKPAD Kabupaten Tuban tersebut bukan hanya sekadar perubahan teknologi informasi,
melainkan juga mendesain ulang proses bisnis untuk mempersingkat proses administrasi
perpajakan dan memotong fase yang tidak perlu sehingga wajib pajak selaku pihak yang
mendapatkan pelayanan dapat merasa dipermudah, hal ini menjadikan Wajib Pajak untuk
lebih tertib dalam melakukan pelaporan dan pembayarannya. Selain berdampak positif
terhadap wajib pajak, implementasi sistem e-SPTPD juga menjaga penerimaan pajak tetap
meningkat walaupun dalam masa pandemic covid-19 sehingga target pendapatan maupun
pembiayaan belanja daerah tidak terganggu.