Anda di halaman 1dari 4

DIGITALISASI PELAYANAN PUBLIK PADA BIDANG PENDAPATAN DAERAH

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN, PENDAPATAN, DAN ASET DAERAH


KABUPATEN TUBAN

Oleh : Yudha Widiatmaji, S.E.


Tugas Essay Agenda III

A.PENDAHULUAN
Pajak daerah merupakan salah satu komponen pendapatan asli daerah (PAD).
Kewenangan pemungutan pajak daerah saat ini diatur dalam Undang-Undang No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD). Sesuai amanat UU
PDRD, kewenangan dan ketentuan pemungutan pajak daerah diberikan kepada masing-
masing pemerintah daerah.

Dalam hal ini, setiap daerah wajib untuk mengaturnya sendiri berdasarkan potensi yang
dimiliki ke dalam peraturan di tingkat daerah dengan tetap mengacu pada UU PDRD. Dalam
UU PDRD sendiri dijelaskan bahwa setiap daerah mempunyai hak dan kewajiban mengatur
serta mengurus sendiri berbagai keperluan pemerintahannya.

Dengan kata lain, pemungutan pajak daerah dilakukan dengan tujuan untuk membiayai
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan
kemasyarakatan secara berdaya guna dan berhasil untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat.

Adapun merujuk pada Pasal 1 angka 10 UU PDRD, pajak daerah didefinisikan sebagai
kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Sama halnya dengan pajak pusat, pajak daerah mempunyai peran penting dalam
melaksanaan beberapa fungsi, yakni fungsi budgetair dan fungsi regulerend. Sebagai fungsi
budgetair, pemungutan pajak daerah berguna untuk menghimpun dana dari masyarakat
untuk kepentingan pembiayaan pembangunan daerah. Fungsi tersebut tercermin dari
kehendak memperoleh penerimaan pajak daerah dalam jumlah besar dengan biaya
pemungutan yang sekecil-kecilnya.
Lebih lanjut, pemungutan pajak daerah harus memenuhi beberapa prinsip umum agar
pemungutan dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif. Adapun prinsip-prinsip yang
dimaksud ialah prinsip keadilan, prinsip kepastian, prinsip kemudahan, dan prinsip efisiensi.
Proses digitalisasi dalam sistem perpajakan diyakini dapat mengubah beberapa hal
fundamentalis, yang satu di antaranya adalah kepatuhan wajib pajak. Sebab, meningkatkan
kepatuhan dan pembayaran pajak merupakan salah satu tujuan utama otoritas pajak dalam
mengamankan penerimaan.
Teknologi dalam sistem perpajakan juga dapat memberikan pengalaman berbeda bagi wajib
pajak. Dengan adanya teknologi, beragam proses administrasi dapat disederhanakan dan
para wajib pajak pun akan mendapatkan kepastian dalam setiap proses pelayanan
perpajakan yang dijalankannya.
Selain secara umum dapat meningkatkan pemenuhan atas prinsip-prinsip pajak
sebagaimana tersebut sebelumnya, proses digitalisasi pajak juga memang merupakan salah
satu bagian penting dalam upaya pemerintah KabupatenTuban dalam menjalankan program
reformasi pajak yang digaungkan oleh pemerintah pusat. Digitalisasi merupakan proses
transformasi dari analog menuju digital. Digitalisasi ini memiliki beragam manfaat bagi
kehidupan masyarakat maupun pemerintah, oleh karena itu dalam rangka meningkatkan
pelayanan public terutama kepada wajib pajak daerah Badan Pengelolaan Keuangan,
Pendapatan dan Aset Daerah (BPKPAD) melalui Bidang Pendapatan harus melaksanakan
digitalisasi sistem pemungutan pajak, melakukan evaluasi dan selalu meningkatkan dan
memperbaiki atas kekurangan maupun kelemahan yang ada dalam sistem digital yang
dipakai.

B. PEMBAHASAN

Sebenarnya sebelum digitalisasi perpajakan digalakkan, BPKPAD yang sebelumnya


bernama Dinas Pengelola Keuangan Daerah telah memiliki sistem aplikasi pengelolaan
pajak daerah yang Bernama MAPADA, sebuah aplikasi pengelolaan pajak berbasis sistem
operasi DOS, hanya saja karena keterbatasan SDM pada waktu itu aplikasi ini hanya
dimanfaatkan sebagai aplikasi pencetakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Baru
pada tahun 2011 seiring dengan disahkannya Peraturan Daerah 5 Tahun 2011 tentang
Pajak Daerah yang berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak dan Retribusi Daerah disadari bahwa untuk melakukan pengelolaan pajak daerah
terutama pembukuan pajak darah diperlukan suatu aplikasi computer yang dapat membantu
melaksanakannya, sehingga saat itu dengan bantuan BPKP pemerintah kabupaten tuban
mulai melaksanakan digitalisasi pengelolaan pajak walaupun dengan segala keterbatasan
sistem SIMDA Pendapatan yang diberikan oleh BPKP. Sistem ini bersifat offline sehingga
akses atas sistem ini hanya dimiliki oleh petugas pajak di kantor BPKPAD sehingga wajib
pajak wajib pajak tetap harus datang ke UPTB Pelayanan Pajak Daerah kemudian mengisi
formulir Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) secara manual kemudian mendatangi
bank Jatim atau menitipkan pembayaran pajaknya kepada petugas pemungut pajak yang
keliling setiap bulan.

Cara konvensional seperti itu secara bertahap mulai ditinggalkan dalam penatausahaan
pajak pada BPKPAD Kabupaten Tuban dan mulai berganti menjadi serba digital. Wajib pajak
tinggal mengisi formulir SPTPD online dimanapun selama ada perangkat komunikasi dan
jaringan internet melalui aplikasi e-SPTPD.
Sesuai dengan definisi manajemen menurut oleh Griffin (2006),yang mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian,
dan

pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien, aplikasi e-
SPTPD yang sebenarnya merupakan aplikasi pelayanan pajak sebagai bagian dari
SIMPATDA sebagai aplikasi utama pengelolaan pajak daerah disusun dan di aplikasikan
sesuai dengan proses tersebut, dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Perencanaan : Perencanaan aplikasi e-SPTPD dimulai dengan saat adanya


kebutuhan untuk meningkatkan pelayanan publik kepada wajib pajak demi
tercapainya peningkatan dan kelancaran pembayaran pajak. Sehingga dibutuhkan
suatu aplikasi yang dapat memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk
melaporkan dan membayar pajaknya.
2. Pengorganisasian : setelah dilakukan perencanaan kemudian dilakukan
pengorganisasian dalam rangka pengendalian atas sistem e-SPTPD dengan
menunjuk tim teknisi, administrator aplikasi, dan pejabat eselon IV selaku pengawas.
3. Pengkoordinasian : sebagai fungsi aktif dalam pengaplikasian e-SPTPD
dilaksanakan pengkoordinasian terkait pelaksanaan tatacara penggunaan aplikasi
kepada wajib pajak dan dengan fungsi-fungsi lain baik pada OPD BPKPAD seperti
pada bidang perbendaharaan dan bidang akuntansi sebagai bidang yang
melaksanakan pencatatan penerimaan dan pelaporan pendapatan maupun dengan
pihak lain seperti unsur perbankan dan collecting agent (CA) lain yang menyediakan
kanal-kanal pembayaran pajak kepada para wajib pajak untuk dimanfaatkan.
4. Pengontrolan : dalam rangka evaluasi atas implementasi aplikasi e-SPTPD dilakukan
dengan melakukan evaluasi atas kelancaran pelaksanaan pelaporan dan
pembayaran yang dilihat dari perbandingan atas jumlah wajib pajak yang terekam
pada database dengan jumlah laporan dan pembayaran pajaknya selain itu juga
selalu dilakukan perbaikan sistem sesuai dengan masukan yang diberikan WP
selaku pengguna aplikasi ini.

Berdasarkan data Laporan Akuntabilitas kinerja (LAKIP) tahun 2020 sampai dengan tahun
2022 implenetasi atas sistem e-SPTPD meningkatkan prosentasi kepatuhan wajib pajak dari
sebelumnya dibawah 90% menjadi 94% - 96%. Selain meningkatkan tingkat kepatuhan
wajib pajak, implikasi dari implementasi sistem e-SPTPD juga dapat berdampak positif
dalam menjaga penerimaan pajak tetap meningkat walaupun dalam masa pandemic covid-
19. Secara total dari tahun 2019 sampai dengan aklhir tahun 2022 sesuai dengan data
realisasi APBD, pendapatan pajak daerah Kabupaten Tuban relatif meningkat secara
signifikan, hal ini dapat di lihat dari tabel realisasi penerimaan pendapatan per jenis pajak
daerah dibawah ini ;

REALISASI
JENIS PAJAK
2019 2020 2021 2022
Pajak Hotel 2.000.967.193,00 1.229.226.736,00 1.560.938.367,00 1.919.971.540,00
Pajak Restoran 6.662.900.106,11 4.933.278.030,00 5.893.859.157,00 8.351.381.163,00
Pajak Hiburan 555.254.410,00 176.521.020,00 59.850.420,00 254.595.674,00
Pajak Reklame 1.432.716.802,50 1.118.540.880,00 1.247.240.267,00 1.712.158.285,00
Pajak Penerangan Jalan 87.708.365.156,00 82.180.875.789,00 81.068.579.411,00 83.496.173.254,00
Pajak Parkir 398.384.800,00 268.899.474,00 291.342.900,00 404.669.025,00
Pajak Air Tanah 557.298.232,00 539.515.610,00 505.059.566,00 580.199.802,00
Pajak Sarang Burung Walet 24.277.800,00 20.220.000,00 20.835.000,00 19.065.000,00
Pajak Mineral Bukan Logam 92.652.142.133,00 161.243.422.745,00 156.502.303.916,00 126.743.457.433,00
dan Batuan
PBB-P2 28.198.121.264,00 36.792.388.358,00 37.033.945.594,00 47.143.805.399,00
BPHTB 16.234.357.610,70 18.427.787.507,00 25.899.004.522,00 25.356.576.627,00
JUMLAH 236.424.785.507,31 306.930.676.149,00 310.082.959.120,00 295.982.053.202,00

C. KESIMPULAN
Perubahan pada sistem pelaporan dan pembayaran pajak pada bidang pendapatan
BPKPAD Kabupaten Tuban tersebut bukan hanya sekadar perubahan teknologi informasi,
melainkan juga mendesain ulang proses bisnis untuk mempersingkat proses administrasi
perpajakan dan memotong fase yang tidak perlu sehingga wajib pajak selaku pihak yang
mendapatkan pelayanan dapat merasa dipermudah, hal ini menjadikan Wajib Pajak untuk
lebih tertib dalam melakukan pelaporan dan pembayarannya. Selain berdampak positif
terhadap wajib pajak, implementasi sistem e-SPTPD juga menjaga penerimaan pajak tetap
meningkat walaupun dalam masa pandemic covid-19 sehingga target pendapatan maupun
pembiayaan belanja daerah tidak terganggu.

Anda mungkin juga menyukai