Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Sosial Humaniora Terapan

Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021


P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ANALISIS PENERAPAN AZAS EASE OF ADMINSITRATION PADA APLIKASI
BUKTI POTONG ELEKTRONIK (E-BUPOT)
Fitria Arianty1, Desi2
1,2)
Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia
Corresponding Author’s Email: ariantyfitria@gmail.com

ABSTRAK
Aplikasi e-Bupot diterbitkan dalam rangkah memberikan kemudahan dalam adminsitrasi perpajakan khususnya
bagi pemotong pajak, di mana dengan menggunakan aplikasi ini pemenuhan kewajiban pemotong pajak menjadi
lebih sederhana, mudah, dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan aplikasi e-bupot
sebagai bentuk kemudahan administrasi bagi pemotong pajak, khususnya dalam PPh Pasal 23/26, untuk
menganalisis kelebihan dan kekurangan aplikasi e-bupot, dikaitkan dengan Azas Ease of Administration, serta
menganalisis dampak dari penggunaan aplikasi perpajakan berbasis online. Metodologi penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, pengumpulan data yang diperoleh dari studi
dokumentasi dan tinjauan pustaka. Hasil pembahasan menunjukan bahwa dengan menggunakan aplikasi e-
Bupot, kewajiban pemotong pajak dalam hal penghitungam, pembuatan bukti potong, serta pelaporan SPT Masa
PPh menjadi lebih mudah, sederhana, efisien. Penyederhanaan administrasi perpajakan dalam penggunaan
aplikasi e-Bupot telah memenuhi Azas Ease of Administration, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan
seperti adanya kendala teknis dalam pengoperasian aplikasi e-Bupot, ketidakstabilan jaringan dan server DJP
Online. Pemenuhan kewajiban perpajakan bagi pemotong pajak berbabis online memerlukan kesiapan
perangkat, jaringan, serta kemampuan mengoperasikan perangkat elektronik. Untuk itu Direktorat Jenderal
Pajak harus terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan dan memperluas sosialisasi penggunaan aplikasi
berbasis elektronik ini kepada wajib pajak.
Kata kunci : e-Bupot, Ease of Administration, Withholding Tax

ABSTRACT
e-Bupot application is published in order to provide convenience in tax administration, especially for tax
cutters, where by using this application fulfilling the obligations of tax cutters becomes simpler, easier, and
more efficient. The purpose of this study is to describe the e-bupot application as a form of administrative
convenience for tax cutters, especially in PPh Article 23/26, to analyze the advantages and disadvantages of the
e-bupot application, associated with the Ease of Administration Principle, and to analyze the impact of using
the application. online-based taxation. The research methodology used in this research is descriptive analysis,
collecting data obtained from study documentation and literature. The results of the discussion show that by
using the e-Bupot application, the obligation of tax cutters in terms of calculating, making withholding
evidence, and reporting SPT Masa PPh becomes easier, simpler, and more efficient. Simplification of tax
administration in the use of the e-Bupot application has fulfilled the Ease of Administration Principle, although
there are still some shortcomings such as technical problems in operating the e-Bupot application, network
instability and DJP Online server. Fulfillment of tax obligations for online-based tax cutters requires the
readiness of devices, networks, and the ability to operate electronic devices. For this reason, the Directorate
General of Taxes must continue to improve the quality of services and expand the socialization of the use of this
electronic-based application to taxpayers.
Keywords: e-Bupot, Ease of Administration, Withholding Tax

67
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN mempertimbangkan siapa-siapa yang
Latar Belakang Penelitian terpotong/terpungut.
Sistem administrasi perpajakan yang baik dapat
menunjang keberhasilan penerimaan pajak di Pemberlakuan e-Bupot yang berdasar pada
Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh adalah Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-04/PJ/2017 ini
dengan melakukan penyederhanaan sistem hanya berlaku untuk pemotongan PPh Pasal 23 dan
administrasi perpajakan melalui kebijakan baru yang 26. Untuk tahap awal, penerapannya hanya terbatas
mengatur mengenai pembuatan SPT atau Bukti pada beberapa kantor pajak di Jakarta, tepatnya
Pemotongan pajak secara elektronik (e-Bupot). hanya di KPP Madya Jakarta. Akan tetapi, mulai
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah Masa Pajak Agustus 2020 melalui KEP
mengembangkan aplikasi berbasis web yang di- 269/PJ/2020, DJP menetapkan Wajib Pajak yang
namakan Aplikasi e-Bupot. Berdasarkan pasal 1 berstatus Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang
ayat (10) PER-04/PJ/2017 aplikasi e-Bupot adalah terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
perangkat lunak yang disediakan di laman milik di seluruh Indonesia sebagai Pemotong Pajak
Direktorat Jenderal Pajak atau saluran tertentu yang Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang dapat diharuskan membuat Bukti Pemotongan dan
digunakan untuk membuat Bukti Pemotongan, diwajibkan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23
membuat dan melaporkan SPT Masa PPh pasal 23 dan/atau Pasal 26 berdasarkan Peraturan ini.
dan/atau 26 dalam bentuk dokumen elektronik. Pemotong pajak diharuskan membuat bukti
Penggunaan aplikasi e-Bupot PPh 23/26 diharapkan pemotongan elektronik dan diwajibkan
dapat memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa elektronik PPh Pasal 23
untuk membuat dan melaporkan SPT Masa PPh mulai masa pajak September 2020.
pasal 23 dan/atau pasal 26, meningkatkan pelayanan
kepada Pemotong Pajak PPh pasal 23 dan/atau pasal OECD (2017) dalam penelitiannya menekankan
26 dengan memudahkan proses pelaporan secara bahwa sistem perpajakan harus ditransformasikan
online dan real time, serta menjamin keamanan data dan diubah secara terus menerus sesuai dengan
dengan memberikan kepastian hukum terkait status pesatnya kemajuan teknologi dan digitalisasi, serta
keandalan Bukti Pemotongan (tersimpan dalam perkembangan pola bisnis. Tujuan utamanya adalah
sistem Direktorat Jenderal Pajak). untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Indonesia dalam sistem pemungutan pajaknya perpajakan, atau mengurangi biaya dan
menerapkan 3 (tiga) jenis sistem pemungutan, salah meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak,
satunya adalah Withholding Tax System . sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
Withholding Tax System merupakan sistem dan investasi. Sistem perpajakan yang ideal di era
pemungutan pajak yang memberikan wewenang digital menurut OECD adalah dengan kriteria
kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menen- sebagai berikut: (1) terkoneksi secara global; (2)
tukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib diaktifkan secara teknologi; (3) kolaboratif dan
Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan terpadu (collaborative and integrated); (4)
perpajakan yang berlaku. Sistem pemungutan ini, mengutamakan data dan wawasan (data and insight
diterapkan dalam pengenaan Pajak Penghasilan led); (5) pengelolaan kepatuhan informasi yang
(PPh), yaitu dalam pengenaan PPh Pasal 21, PPh lebih baik; memiliki sumber daya manusia yang
Pasal 22, PPh Pasal 23/26, PPh Pasal 4 ayat 2, dan mumpuni (tenaga kerja yang mumpuni); (6) dan
PPh Pasal 15. Withholding Tax System diterapkan di terakhir, melanjutkan transformasi dan terus
Indonesia dikarenakan memiliki keunggulan- berubah secara signifikan mengikuti tren teknologi
keunggulan (Nurmantu ; 2004) , diantaranya : digital dan bisnis terkini.
a. Memperlancar dana yang masuk ke kas
negara; Integrasi teknologi informasi dalam administrasi
b. Menghemat biaya pemungutan pajak; perpajakan menghasilkan sebagian besar aktivitas
c. Membuat Wajib Pajak merasa nyaman proses bisnis perpajakan dalam jaringan. Jika
(convenience) karena dipotong pajak secara dilengkapi dengan proses perpajakan konvensional,
tidak terasa dan ini berarti Wajib Pajak maka tujuan reformasi perpajakan tahun 1983
telah memenuhi sebagian kewajiban tercapai, yaitu (a) penyederhanaan struktur
perpajakannya, yakni membayar pajak; perpajakan, dan (b) depersonalisasi administrasi.
d. Mencegah penyelundupan pajak karena Digitalisasi administrasi dapat meningkatkan kinerja
pemotong/pemungut pada dasarnya administrasi perpajakan di berbagai proses bisnis,
melaksanakan tugasnya tanpa seperti pelayanan, pengawasan, penagihan,
penegakan hukum dan penerimaan dan rasio pajak,

68
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
serta meluruskan penerapan sistem self assessment menyulitkan dalam mengawasi pelaksanaan
dengan kepatuhan sukarela sesuai dengan undang- kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
undang perpajakan ( Gunadi, 2018).
Batasan Penelitian
Siginifikasi Penelitian Penelitian ini terbatas pada penggunaan aplikasi e-
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bupot pada salah satu klien dari Kantor Konsultan
bagi pihak-pihak terkait yang dapat dijabarkan Pajak KWR Consulting yang telah menggunakan
sebagai berikut : aplikasi tersebut sejak Tahun 2020. Data yang
a. Signifikansi Akademis digunakan sebagai objek penelitian ini adalah data
Penelitian ini diharapkan dapat menambah penggunaan aplikasi e-bupot pada masa Januari-
pengetahuan bagi para akademisi, terutama pada Maret Tahun 2021.
praktek penerapan aplikasi e-bupot di lapangan.
Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA (LITERATURE
bahan referensi bagi pihak-pihak terkait yang akan REVIEW)
melakukan penelitian dengan permasalahan yang
serupa dengan topik pembahasan yang terdapat Penelitian Terdahulu
dalam penelitian ini. (Natasha Graciela Hastika, 2019) mengemukakan
b. Signifikansi Praktisi bahwa pada masa lampau, bukti potong pajak
Peneltian ini diharapkan dapat menjadi referensi penghasilan dibuat secara manual,namun sekarang
bagi para praktisi dalam pemanfaatan aplikasi e- telah ada bukti potong elektronik. Peralihan bukti
bupot, serta untuk mencari solusi dari permasalahan potong dari sistem manual ke elektronik diharap
yang timbul dari penggunaan aplikasi tersebut. akan memudahkan bagi Pemotong Pajak dalam
c. Siginifikasi Kebijakan menyiapkan formular bukti potong dan SPT Masa
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran yang harus dilaporkan dalam bentuk prepopulated
bagi pembuat kebijakan tentang bagaimana atau siap saji. Keuntungan tersebut akan dinikmati
penerapan aplikasi e-bupot di lapangan, kendala- oleh Pemotong Pajak maupun oleh Wajib Pajak
kendala yang dihadapi oleh para pengguna aplikasi terpotong. Bukti potong elektronik juga dapat
tersebut, serta dapat memberi masukan untuk mengurangi beban adminstrasi KPP(Kantor
perbaikan aplikasi tersebut secara khusus dan Pelayanan Pajak) dan meningkatkan kualitas data
perbaikan kebijakan perpajakan di waktu pihak ketiga. Umumnya, bukti potong berbentuk
berikutnya. kertas menyulitkan karyawan ataupun perusahaan,
sementara bukti potong elektronik lebih mudah
Tujuan Penelitian untuk didokumentasikan. Selain kemudahan-
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: kemudahan yang diberikan, tentunya e-bupot inipun
1. menggambarkan penggunaan aplikasi e- suatu saat akan menimbulkan masalah.
bupot bagi pemotong pajak, khususnya Perlindungan hukum Wajib Pajak terhadap e-bupot,
dalam PPh Pasal 23/26, tentu menjadi isu penting di kalangan pajak apabila
2. menganalisis penerapan azas ease of timbul kekeliruan atas kesalahan teknis yang timbul
administration pada aplikasi e-bupot, dalam prosesnya. Dimana memberikan kepastian
3. menganalisis kelebihan dan kekurangan hukum bagi masyarakat merupakan tujuan negara
aplikasi e-bupot, serta menganalisis hukum dalam memenuhi rasa keadilan bagi setiap
dampak dari penggunaan aplikasi Wajib Pajak. Pada saat ini, pemberlakuan e-bupot
perpajakan berbasis online. masih membutuhkan tahap penyempurnaan lebih
Penggunaan azas ease of administration sebagai lanjut, karena e-bupot masih tergolong baru dalam
bahan analisis dalam penelitian ini didasarkan pada pelaksaannya.
pertimbangan bahwa azas ease of administration
merupakan azas yang sangat penting untuk (Andi Muhammad Dahlan,2021) mengungkapkan
diterapkan dalam pemungutan pajak karena azas ini bahwa Aplikasi e-Bupot 23/26 adalah aplikasi resmi
menyangkut kepentingan semua pihak, baik yang dirancang dan disediakan oleh Direktorat
kepentingan pemerintah maupun kepentingan wajib Jenderal Pajak (DJP) untuk membuatbukti
pajak (R.Mansury, 2000). Prosedur pemungutan pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 23/26 dalam
pajak itu harus sederhana, mudah dilaksanakan, bentuk dokumen elektronik (Lathifa, 2019).
tidak boleh berbelit-belit. Prosedur pemungutan Hadirnya aplikasi tersebut memberikan kemudahan
pajak yang rumit dapat menyebabkan Wajib Pajak bagi Wajib Pajak untuk membuat bukti pemotongan
tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23/26 secara
dengan baik dan benar, dan bagi fiskus, akan online dan realtime. Sehingga wajib pajak dapat

69
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
membuat dan melaporkan pajaknya dimana saja dan
kapan saja. Selain itu aplikasi ini juga memberikan. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, yang ingin diuji adalah Withholding Tax System
mengenai pengaruh persepsi kegunaan (usefulness), Menurut Mardiasmo (2019 : 11), sistem pemungu-
kemudahan (ease of use), dan kontrol perilaku tan Withholding System adalah suatu sistem
(behavior control) terhadap penggunaan e-Bupot pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
23/26, kepastian hukum terkait status dan keandalan pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak
Bukti Pemotongan. Persepsi kemudahan (perceived yang bersangkutan) untuk memotong atau
ease of use) juga merupakan salah satu konstruk dari memungut pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
TAM. Persepsi ini merupakan gambaran sejauh Ciri-ciri Withholding Tax System yaitu wewenang
mana individu percaya bahwa penggunaan teknologi memotong atau memungut pajak yang terutang ada
tertentu tidak membutuhkan banyak usaha (Chen pada pihak ketiga, yaitu pihak selain fiskus atau
dkk, 2011). Dengan demikian, jika seseorang Wajib Pajak.
percaya bahwa sistem informasi itu mudah Menurut Siti Resmi (2019:11), Withholding Tax
digunakan maka dia akan menggunakannya dan System merupakan Sistem pemungutan pajak yang
begitu pula sebaliknya. Tenriwaru, dkk. (2014) mem-berikan wewenang kepada pihak ketiga yang
dalam penelitiannya mengenai Tax Application ditunjuk un-tuk menentukan besarnya pajak yang
Insepecton Report (ALPP) user menyebutkan bahwa terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan
persepsi kemudahan berpengaruh positif dan perundang-undangan perpa-jakan yang berlaku.
signifikan terhadap kinerja pengguna Tax Penunjukkan pihak ketiga ini dil-akukan sesuai
Application Insepecton Report (ALPP). Hal ini peraturan perundang-undangan perpajakan,
menunjukkan bahwa persepsi kemudahan memiliki keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk
pengaruh positif terhadap penggunaan sistem memo-tong serta memungut pajak, menyetor, dan
teknologi administrasi perpajakan. Kemudahan memper-tanggungjawabkan melalui sarana
dalam pengoperasian suatu teknologi akan perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya
memengaruhi seseorang dalam menggunakan pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung
teknologi tersebut. Aplikasi e-Bupot 23/26. pada pihak ketiga yang ditunjuk.
memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam Di Indonesia, sistem pemungutan Withholding Tax
proses pembuatan bukti pemotongan dan pelaporan System diterapkan dalam pemotongan / pemungutan
SPT Masa PPh Pasal 23/26. Oleh karena itu, pajak penghasilan diantaranya : PPh pasal 21, PPh
berdasarkan tinjauan teori dan empirik yang ada, pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal 24, PPh pasal 26,
maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai PPh pasal 4 ayat (2) (final), dan PPh pasal 15.
berikut:H2: Persepsi kemudahan (perceived ease of
use) berpengaruh positif terhadap penggunaan e- Withholding Tax System ini diterapkan di Indonesia
Bupot 23/26. dikarenakan memiliki keunggulan-keunggulan
(Nurmantu, 2003) , diantaranya (a) memperlancar
(Bojuwon, m, 2018) mengemukakan bahwa sistem dana yang masuk ke kas negara; (b) menghemat
perpajakan online telah mendapat perhatian besar biaya pemungutan pajak;
secara global melalui perkembangan teknologi (c) membuat Wajib Pajak merasa nyaman
informasi yang mempengaruhi sistem administrasi (convenience) karena dipotong pajak secara tidak
perpajakan. Dengan munculnya teknologi informasi terasa dan ini berarti Wajib Pajak telah memenuhi
(TI), dimungkinkan bagi para pengelola pajak untuk sebagian kewajiban perpa-jakannya, yakni
memperbaiki sistem administrasi perpajakan dengan membayar pajak; (d) mencegah penyelundupan
menciptakan kesadaran tentang struktur perpajakan pajak karena pemo-tong/pemungut pada dasarnya
mereka bahwa sebagian besar wajib pajak memiliki melaksanakan tugasnya tanpa mempertimbangkan
pengetahuan yang terbatas tentang teknologi siapa-siapa yang terpotong/terpungut.
informasi membuat kemajuan dan layanan yang
ditawarkan kepada masyarakat menjadi lebih baik. Asas Ease of Administration
menjadi sederhana. Penggunaan teknologi informasi Salah satu asas penting dalam menyusun sistem
telah memberikan perspektif baru bagi perpajakan adalah ease of administration. Menurut
perkembangan dan integrasi sistem administrasi buku The Encyclopedia Americana (1994)
perpajakan Pemahaman administrator pajak tentang disebutkan bahwa ada tiga administrative principles,
sistem pajak online (OTS) adalah untuk yaitu asas certainty, convenience, dan economy.
meningkatkan tingkat layanan yang diberikan dan Sedangkan menurut Fritz Neumark dalam buku
mendorong pengguna sistem untuk mematuhi yang yang berjudul The New Encyclopedia Britannica
mengarah pada peningkatan pendapatan. (1992) menyebutkan bahwa prinsip ease of

70
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
administration ada empat prinsip, yaitu clarity, Pada umumnya peraturan yang sederhana akan lebih
continuity, cost-effectiveness, dan convenience. pasti, jelas dan mudah dimengerti oleh Wajib Pajak.
Berdasarkan dari dua referensi diatas, Rosdiana & Karena itu, dalam menyusun suatu undang-undang
Irianto (2012) berpendapat bahwa clarity dan perpajakan, maka harus diperhatikan juga asas
continuity merupakan bagian dari asas certainty. kesederhanaan, sebagaimana dikemukakan oleh
Dengan demikian berdasarkan Teori Fritz Neumark C.V. Brown dan P.M. Jackson: “Taxes should be
tersebut, maka Rosdiana & Irianto mengembangkan sufficiently simple so that those affected can be
unsur-unsur yang membentuk asas ease of understand them”.
administration menjadi empat yaitu asas certainty,
efficiency, convenience, dan simplicity (2012, pp.
166-167). METODOLOGI PENELITIAN
a. Asas Certainty Berdasarkan tujuan penelitiannya, penelitian ini
Asas certainty (kepastian) menyatakan bahwa harus termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif.
ada kepastian, baik bagi petugas pajak maupun Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menciptakan
semua Wajib Pajak dan seluruh masyarakat. Asas seperangkat kategori atau pola dan menggambarkan
kepastian antara lain mencakup kepastian mengenai mekanisme sebuah proses. Tujuan menggunakan
siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, apa-apa penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah
saja yang dijadikan sebagai ojek pajak, serta diharapkan dapat memberikan gambaran secara jelas
besarnya jumlah pajak yang harus dibayar dan mengenai penerapan aplikasi e-bupot bagi
bagaimana jumlah pajak yang terutang itu harus pemotonga pajak ditinjau dari Asas Ease of
dibayar. Artinya, kepastian bukan hanya Administration. Metodologi penelitian yang
menyangkut kepastian mengenai subjek pajak (dan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
pengecualiannya), objek pajak (dan deskriptif, pengumpulan data yang diperoleh dari
pengecualiannya), dasar pengenaan pajak serta studi dokumentasi dan tinjauan pustaka. Penelitian
besarnya tarif pajak, tetapi juga mengenai prosedur ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian
pemenuhan kewajibannya antara lain prosedur kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
pembayaran dan pelaporan serta pelaksanaan hak- deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan orang
hak Wajib Pajak. dan perilaku yang dapat diamati. Pengumpulan data
b. Asas Convenience yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
Asas convenience (kemudahan / kenyamanan) dua cara, yaitu studi pustaka dan studi lapangan.
menyatakan bahwa saat pembayaran pajak Kedua teknik pengumpulan data ini digunakan
hendaklah dimungkinkan pada saat yang bertujuan untuk mendapatkan jawaban yang lebih
“menyenangkan” / memu-dahkan Wajib Pajak, komprehensif mengenai permasalahan yang akan
misalnya pada saat menerima gaji atau penghasilan diteliti dalam penelitian ini. Pertama, studi
lain seperti saat menerima bunga deposito. Asas . kepustakaan yang dilakukan dalam penelitian ini
bias juga dilakukan dengan cara membayar terlebih meliputi mengumpulkan, membaca serta
dahulu pajak yang terutang selama satu tahun pajak mempelajari literatur berupa buku, artikel, jurnal,
secara berangsur-angsur setiap bulan (seperti PPh undang-undang, peraturan menteri keuangan,
pasal 25). Dengan demikian, pada akhir tahun pajak, maupun peraturan terkait, baik yang berbentuk
Wajib Pajak tidak terlalu berat dalam membayar media dan juga elektronik. Kedua, studi lapangan
pajaknya, dibandingkan dengan jika pajak yang yang dilakukan pada periode Januari – Juni Tahun
terutang selama satu tahun pajak tersebut dibayar 2021. Jenis data yang digunakan merupakan data
sekaligus pada akhir tahun. sekunder, yang didapat dari hasil hasil praktek kerja
c. Asas Efficiency pada salah satu kantor konsultan pajak di Jakarta,
Asas efisiensi dapat dilihat dari dua sisi : dari sisi dengan mengambil studi kasus pada salah satu klien
fiskus pemungutan pajak dikatakan efisien jika dari kantor konsultan pajak dimaksud. Data
biaya pemungutan pajak yang dilakukan oleh sekunder yang didapat berupa data dokumen dan
Kantor Pajak (antara lain dalam rangka pengawasan keterangan lisan maupun tertulis dari pihak-pihak
kewajiban Wajib Pajak) lebih kecil daripada jumlah yang terkait.
pajak yang berhasil dikumpulkan. Dari sisi Wajib
Pajak, sistem pemungutan pajak dikatakan efisien
jika biaya yang harus dikeluarkan oleh Wajib Pajak HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya bisa
seminimal mungkin. Dengan kata lain,pemungutan Aplikasi e-Bupot PPh Pasal 23/26 Berdasarkan
pajak dikatakan efisien jika cost of taxation rendah. Ketentuan Perpajakan Yang Berlaku
d. Asas Simplicity

71
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pengertian aplikasi e-Bupot sebagaimana tertuang 23. Adapun langkah-langkah penggunaan aplikasi e-
pada Pasal 1 ayat (10) PER-04/PJ/2017 adalah bupot PPh Pasal 23 adalah sebagai berikut :
perangkat lunak yang disediakan di laman milik
Direktorat Jenderal Pajak atau saluran tertentu yang 1. Login aplikasi e-Bupot dapat diakses
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dengan mengunjungi laman DJP Online,
dapat digunakan untuk membuat Bukti Pemotongan, 2. Mengakses menu e-Bupot pada laman DJP
membuat dan melaporkan SPT Masa PPh pasal 23 online
dan/atau pasal 26 dalam bentuk dokumen elektronik. 3. Pembuatan Bukti Potong PPh Pasal 23
Persyaratan Wajib Pajak pemotong PPh Pasal 23 4. Posting ke SPT Masa PPh Pasal 23
yang harus membuat bukti potong elektronik dan 5. Perekaman Bukti Penyetoran
menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dalam 6. Penyiapan SPT Masa PPh Pasal 23
bentuk elektronik berdasarkan pasal 6 ayat (1) PER 7. Kirim SPT Masa PPh Pasal 23
04/PJ/2017 yaitu :
1. Menerbitkan lebih dari 20 (dua puluh)
Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau Analisis Penerapan Azas Ease of Administration
Pasal 26 dalam 1 (satu) masa pajak; pada Aplikasi e-bupot
2. Jumlah penghasilan bruto yang menjadi Di era yang serba digital, pemerintah tampaknya
dasar pengenaan Pa-jak Penghasilan lebih cukup tanggap agar tidak ketinggalan zaman. Salah
dari Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) satu kiatnya adalah memanfaatkan teknologi guna
dalam satu Bukti Pemotongan; mempermudah segala urusan perpajakan di
3. Sudah pernah menyampaikan SPT Masa Indonesia. Salah satu terobosan yang paling dinanti
Elektronik; dan/atau oleh wajib pajak adalah kehadiran aplikasi bukti
4. Terdaftar di KPP Madya, KPP di potong PPh Pasal 23/26 atau e-Bupot PPh 23/26.
Lingkungan Kantor Wila-yah Direktorat Aplikasi e-Bupot merupakan aplikasi yang
Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar atau diciptakan untuk membuat bukti pemotongan,
Wajib Pajak yang namanya tercantum membuat dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal
dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal 23/26 dalam bentuk dokumen elektronik. Sebelum
Pajak yang diwajibkan untuk menyam- adanya e-Bupot, membuat bukti pemotongan,
paikan SPT Elektronik. membuat dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal
Berdasarkan Pasal 7 PER-04/PJ/2017 Pemotong 23/26 dilakukan secara manual, yakni dengan
pajak terlebih dahulu harus memiliki Sertifikat datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Elektronik untuk dapat menyampaikan SPT Masa Hanya saja, cara tersebut tentu tidak efektif karena
PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dengan wajib pajak harus mengantre. Terlebih di masa
menggunakan aplikasi e-Bupot 23/26. Pengertian pandemi Covid-19 saat ini, rasanya akan sangat sulit
sertifikat el-ektronik menurut Pasal 1 PER- bahkan berbahaya jika segalanya dilakukan secara
04/PJ/2017, adalah sertifikat yang bersifat manual dan harus berada di tengah kerumunan.
elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik Namun, mulai masa pajak Agustus 2020, seluruh
dan identitas yang menunjukkan status subjek Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar di KPP
hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang Pratama sudah wajib menggunakan e-Bupot untuk
dikeluarkan oleh DJP atau penyelenggara sertifikat membuat bukti pemotongan PPh Pasal 23 dan/atau
elektronik. Sementara itu, Tanda Tangan Elektronik PPh Pasal 26 dan melaporkannya.
adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi
elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait Dengan diberlakukannya aplikasi e-bupot, pemotong
dengan informasi elektronik lainnya yang digunakan pajak diharapkan dapat lebih memperoleh kepastian
sebagai alat verifikasi dan autentifikasi. hukum, kemudahan dalam pemenuhan kewajiban
Alur penggunaan aplikasi e-Bupot dimulai dari perpajakannya, dan tentunya efisiensi dari segi
Wajib Pajak mengajukan pembuatan Sertifikat waktu dan biaya. Bila dikaitkan dengan penerapan
Elektronik dengan mendatangi langsung Kantor azas ease of administration, maka dapat dilihat dari
Pelayanan Pajak (KPP). Apabila KPP telah unsur-unsur yang membentuk asas ease of
memberikan Sertifikat Elektronik kepada Wajib administration yang terdiri dari empat yaitu asas
Pajak, maka Wajib Pajak dapat menerapkan certainty, efficiency, convenience, dan simplicity.
penggunaan aplikasi e-Bupot dengan Berikut penulis jabarkan analisis ringkas penerapan
mengakses/login ke laman website DJP , melakukan dari setiap unsur tersebut pada aplikasi e-bupot :
penyetingan penandatangan, membuat bukti
pemotongan PPh Pasal 23, membuat SPT Masa PPh Aplikasi e-bupot ditinjau dari unsur Certainty
Pasal 23, dan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal

72
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Azas Certainty menghendaki adanya kepastian seringkali menimbulkan antrian yang panjang, yang
hukum bagi wajib pajak dalam menjalankan hak dan tentunya akan memakan waktu lebih lama.
kewajiban perpajakannya. Dalam hal ini harus ada
kepastian hukum tidak hanya menyangkut ketentuan Aplikasi e-bupot ditinjau dari unsur Convenience
mengenai subyek pajak, obyek pajak, dasar Asas convenience menghendaki adanya kemudahan
pengenaan dan tarif pajak, namun juga kepastian atau kenyamanan bagi Wajib Pajak dalam
hukum tentang prosedur atau tata cara pemenuhan memenuhi kewajiban perpajakannya. Dengan
kewajiban perpajakan. Aplikasi e-bupot hadir menggunakan aplikasi e-bupot, pemotong pajak
dengan kepastian hukum yang jelas dan telah dapat melakukan kewajiban perpajakannya yakni
tertuang dalam sejumlah peraturan yang membuat bukti potong dan melaporkan SPT Masa di
membentuknya. Di dalam peraturan tersebut telah waktu yang nyaman bagi pemotong pajak. Dalam
disebutkan dengan jelas mengenai ketentuan teknis hal ini pemotong pajak dapat menantukan sendiri
dan adminsitratif penggunaan aplikasi e-bupot. kapan waktu dan di mana tempat yang nyaman
Dengan demikian para pengguna aplikasi tersebut baginya untuk membuat bukti potong dan SPT Masa
dapat memperoleh informasi yang memadai, elektronik tersebut. Namun pemotong pajak juga
lengkap, jelas, dan mudah untuk dipahami sehingga tetap harus memperhatikan ketentuan mengenai
para pengguna dapat menerapkan aplikasi tersebut batas waktu pembuatan bukti potong dan batas
sesuai ketentuan yang berlaku. waktu pelaporan SPT Masa elektronik sesuai
Dalam penggunaan aplikasi e-bupot, ketika ketentuan yang berlaku. Hal ini disebabkan karena
melakukan pengiriman SPT Masa Elektronik, jika batas waktu tersebut telah terlewati, maka
Pemotong Pajak diminta untuk upload sertifikat secara otomatis sistem di aplikasi e-bupot akan
elektronik dan input passphrase, setelah berhasil terkunci.
maka akan muncul tampilan Dashboard Daftar SPT
yang telah dikirim. Pemotong Pajak dapat Aplikasi e-bupot ditinjau dari unsur Simplicity
mengunduh dokumen berupa Bukti Penerimaan El- Azas Simplicity mengehendaki agar peraturan
ektronik, Bukti Pemotongan, dan SPT Masa PPh perpajakan harus dibuat sederhana agar menjadi
Pasal 23. Dengan demikian pemotong pajak dapat lebih pasti, jelas dan mudah dimengerti oleh Wajib
memperoleh kepastian hukum, bahwa SPT Masa Pajak. Ketentuan teknis dan adminsitratif yang
Elektronik beserta lampiran-lampiran yang telah tertuang dalam serangkaian peraturan mengenai
dibuat sudah benar dan sudah terlapor tepat waktu. aplikasi e-bupot sejauh ini telah dapat dimengerti
Hal ini berarti pemotong pajak telah menjalankan dan diikuti oleh para penggunanya. Ketentuan
salah satu kewajibannya dengan baik dan benar tersebut dapat dengan mudah diterapkan dalam
sesuai ketentuan yang berlaku. pemenuhan kewajiban pemotong pajak. Tidak hanya
tertuang dalam peraturan, namun langkah-langkah
Aplikasi e-bupot ditinjau dari unsur Efficiency teknis penggunaan aplikasi e-bupot juga bisa dilihat
Menurut azas Efficiency, pemungutan pajak di website resmi Direktorat Jenderal Pajak. Dengan
dikatakan efisien jika cost of taxation rendah. demikian pemotong pajak dapat dengan mudah
Dengan aplikasi e-bupot, pemotong pajak tidak mengikuti langkah demi langkah penggunaan
perlu lagi melaporkan SPT Masa secara manual aplikasi e-bupot sesuai dengan petunjuk teknis yang
dengan mendatangi KPP secara lamgsung maupun tertera dalam website tersebut.
lewat pengiriman dengan pos tercatat ataupun lewat
kurir. Pemotong pajak cukup membuat bukti potong Dari penjabaran tersebut dapat dilihat bahwa bila
dan melaporkan SPT Masa elektronik dengan ditinjau dari asas Ease of Administration, kewajiban
menggunakan perangkat elektronik yang dimilikinya menggunakan aplikasi e-Bupot ini merupakan salah
di manapun dan kapanpun selagi belum melewati satu upaya yang ditempuh pemerintah untuk
batas waktu pelaporan SPT Masa yang telah menyederhanakan pemenuhan kewajiban perpajakan
ditetapkan. Hal ini berarti ada efisiensi dari segi khususnya bagi pemotong pajak. Hal ini disebabkan
biaya untuk memenuhi kewajiban perpajakan, di karena beberapa hal diantaranya : asas certainty
mana pemotong pajak tidak perlu mengeluarkan (kepastian) yang dimana penggunaan aplikasi e-
biaya perjalanan untuk menuju ke KPP, atau biaya Bupot dapat memberikan kepastian bagi Pemotong
pengiriman dokumen lewat pos atau kurir. Efisiensi Pajak mengenai prosedur pemenuhan kewajiban
juga dapat dilihat dari segi waktu pelaporan, di mana pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan
pemotong pajak tidak harus melaporkan SPT Masa kepastian terkait keamanan data pemotongan Pajak
pada waktu jam kerja saja, sebagaimana ketentuan Penghasilan (PPh) Pasal 23. Berdasarkan asas
dalam pelaporan SPT Masa secara manual yang certainty (kepastian) penggunaan aplikasi e-Bupot
telah ter-penuhi, namun tetap terdapat beberapa

73
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
kendala yang ditemukan diantaranya diperlukan Berikut analisis beberapa kelebihan dan kekurangan
kepastian mengenai masa pemberlakuan sertifikat dari aplikasi e-Bupot :
elektronik yang memiliki peranan pada penggunaan Keunggulan :
e-Bupot yang dimana harus terdapatnya penjelasan 1. Aplikasi elektronik bukti potong (e-Bupot)
yang mengatur mengenai hal ini. berbeda dengan Aplikasi e-SPT Masa PPh
Selain itu, penggunaan aplikasi e-Bupot dapat pasal 23/26 yang memerlukan
memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam penginstalan, aplikasi elektronik bukti
melakukan kewajiban pemenuhan pemotongan potong (e-Bupot) berbasis web maka secara
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dikarenakan otomatis tidak memerlukan penginstalan.
aplikasi e-Bupot yang mudah digunakan oleh Dalam hal ini Wajib Pajak hanya
Pemotong Pajak dan dapat diakses dengan mudah memerlukan koneksi internet untuk dapat
tanpa harus melakukan proses penginstalan dan mengakses Aplikasi e-Bupot pada laman
aplikasi e-Bupot yang menyatu dengan layanan DJP Online;
lainnya pada laman DJP online. Maka dari itu, asas 2. Aplikasi e-Bupot lebih praktis dikarenakan
convenience telah dapat terpenuhi. dengan hanya menggunakan satu aplikasi
Jika ditinjau berdasarkan asas efficiency dan e-Bupot dapat terintegrasi langsung oleh
simplicity , penggunaan aplikasi e-Bupot sudah jelas sistem yang dapat terhubung pula dengan
memenuhi asas-asas ini. Apabila dibandingkan jenis pajak lainnya (seperti PPh Tahunan
dengan ketentuan pemotongan pajak sebelum Badan);
menggunakan aplikasi e-Bupot (e-SPT Masa PPh 3. Membantu pemotong pajak dalam
Pasal 23) , penggunaan aplikasi e-Bupot jelas lebih membuat bukti pemotongan elektronik,
efisien. Pemotong Pajak dapat mengakses aplikasi e- tanpa memerlukan tanda tangan basah. Hal
Bupot tanpa harus melakukan penginstalan dapat ini dapat membuat pihak penandatangan
dapat diakses realtime selama memiliki koneksi dapat mengefisienkan waktunya untuk hal
internet. Aplikasi e-Bupot yang dapat diakses lain;
melalui laman DJP online juga terintegrasi dengan 4. Menjamin keamanan data terkait PPh Pasal
beberapa layanan lainnya dalam satu laman website 23 dikarenakan data yang telah tersimpan
DJP online. dalam server DJP, dengan demikian dapat
mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan seperti kehilangan data.
Berikut adalah beberapa kelemahan dari aplikasi e-
bupot
Analisis Kelebihan dan Kekurangan Aplikasi e- 1. Berdasarkan hasil tinjauan yang dilakukan
Bupot selama menggunakan aplikasi e-Bupot
beberapa kali terjadi gangguan pada
Aplikasi e-Bupot Online Pajak merupakan aplikasi aplikasi e-Bupot atau laman DJP online
resmi yang dirancang untuk membuat bukti yang menyebabkan terkendalanya
pemotongan dan pelaporan pajak PPh Pasal 23/26 pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23
dalam bentuk dokumen elektronik yang diawasi sehingga diperlukan penyempurnaan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak). sistem.
Adanya aplikasi ini memudahkan pemotong pajak 2. Pengurusan masa berlaku sertifikat
dalam melakukan salah satu kewajiban perpajakan. elektronik yang harus di-perpanjang secara
Pemotong pajak dapat membuat dan menerbitkan berkala setelah 2 (dua) tahun, hal ini dapat
bukti pemotongan pajak elektronik tanpa perlu tanda menjadi kendala atau permasalahan baru
tangan basah (menggunakan tinta). Nantinya bukti apabila Wajib Pajak terlambat melakukan
pemotongan juga akan tersimpan dengan aman perpanjangan sertifikat elektronik namun
dalam sistem administrasi resmi. Dengan kata lain, kegiatan pemotongan PPh Pasal 23 masih
e-Bupot ini merupakan bentuk kemajuan layanan berlangsung.
pajak bagi masyarakat mengingat saat ini teknologi 3. Pengurusan sertifikat elektronik yang tidak
sudah semakin canggih. Aplikasi e-Bupot dapat diwakilkan oleh kuasa, hal ini
diterbitkan dalam rangkah memberikan kemudahan kemungkinan dapat menghambat kegiatan
dalam adminsitrasi perpajakan khususnya bagi perusahaan apabila pihak penandatangan
pemotong pajak, di mana dengan menggunakan sedang berhalangan atau tidak dapat
aplikasi ini pemenuhan kewajiban pemotong pajak melakukan pengurusan sertifikat tersebut
menjadi lebih sederhana, mudah, dan efisien. dan harus diwakilkan.

74
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Apabila Wajib Pajak telah 1. Aplikasi e-Bupot ini merupakan bentuk
memperhitungkan sendiri jumlah pajak kemajuan layanan pajak bagi masyarakat
terutang dan menyetorkan Pajak mengingat saat ini teknologi sudah semakin
Penghasilan (PPh) Pasal 23 sebelum canggih. Aplikasi e-Bupot diterbitkan dalam
dilakukannya pembuatan bukti pemotongan rangkah memberikan kemudahan dalam
dan pelaporan PPh Pasal 23 pada aplikasi adminsitrasi perpajakan khususnya bagi
e-Bupot, maka akan terdapat selisih antara pemotong pajak, di mana dengan menggunakan
yang telah disetorkan dengan apa yang aplikasi ini pemenuhan kewajiban pemotong
tertera pada aplikasi e-Bupot. pajak menjadi lebih sederhana, mudah, dan
efisien.
Penggunaan teknologi informasi dengan sistem
2. Aplikasi e-bupot ditinjau dari azas ease of
online dalam administrasi perpajakan tidak selalu
administration telah memenuhi unsur-unsur
berdampak positif. Ada juga dampak negatif yang
certainty, efficiency, convenience, dan simplicity.
ditimbulkan. Sistem online dalam pemenuhan
kewajiban administrasi perpajakan membutuhkan 3. Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan
adanya jaringan internet yang luas dengan kecepatan dari aplikasi e-Bupot. Dengan menggunakan
yang stabil. Untuk itu, negara harus menyediakan aplikasi e-Bupot PPh Pasal 23/26 pemenuhan
infrastruktur yang memadai agar seluruh wajib kewajiban perpajakan bagi pemotong pajak,
pajak di wilayah manapun dapat menggunakan yang meliputi pembuatan Bukti Pemotongan
jaringan internet dengan lancar. Perlu banyak dana PPh Pasal 23/26, penyetoran pajak, dan
bagi pemerintah untuk dapat menyediakan fasilitas pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23/26 menjadi
tersebut. Selain itu, dengan penggunaan internet lebih mudah dan sederhana. Namun terdapat
yang tinggi tentunya menyebabkan penggunaan pula beberapa kelemahan dari aplikasi ini seperti
listrik yang tinggi pula. Dampak negatif dari gangguan koneksi internet atau sinyal pada saat
penggunaan listrik yang tinggi ini adalah semakin mengakses aplikasi dan batas masa berlaku
menguras sumber listrik, dan membuat suhu bumi sertifikat elektronik yang harus diperpanjang.
semakin panas yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pemanasan global.
Selain itu penggunaan sistem perpajakan online SARAN (RECOMMENDATION)
dalam administrasi perpajakan mengharuskan wajib Direktorat Jenderal Pajak (DJP) disarankan untuk
pajak harus mampu mengoperasikan teknologi terus melakukan penyempurnaan aplikasi e-Bupot
informasi. Pemerintah khususnya di Indonesia harus PPh Pasal 23 terkait dengan beberapa kelemahan
menyadari bahwa karakteristik masyarakat wajib yang ditemukan, di antaranya terkait kendala
pajak di Indonesia sangat beragam, dengan berbagai gangguan aplikasi e-Bupot PPh Pasal 23/26 yang
latar belakang budaya dan tingkat pendidikan yang tidak dapat diakses ketika terjadi kunjungan maka
beragam. Pemerintah harus melihat fakta bahwa Direktorat Jenderal Pajak wajib melakukan
masih banyak wajib pajak yang belum memahami perbaikan agar Pemotong Pajak merasakan
cara mengoperasikan teknologi informasi, baik kenyamanan dalam melakukan pemenuhan
berupa komputer, laptop, gadget, smartphone, kewajiban perpajakan. Terkait dengan masa berlaku
maupun media online lainnya. Hal ini terlihat dari sertifikat elektronik yang harus dil-akukan
sejumlah Wajib Pajak yang masih meminta bantuan perpanjangan setiap 2 (dua) tahun sekali, disarankan
kepada pejabat di KPP atau pihak lain untuk Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memberikan sebuah
menginput data pembayaran pajaknya melalui e- peringatan untuk memberikan tanda batas waktu
billing atau pengisian sistem SPT secara elektronik perpanjangan sertifikat elektronik karena apabila
karena ketidakmampuan mengoperasikan perangkat Wajib Pajak tidak atau terlambat melakukan
teknologi informasi. . Untuk itu pemerintah perpanjangan sertifikat elektronik maka akan
khususnya direktorat jenderal pajak harus berusaha menghambat proses pelaporan PPh Pasal 23 karena
lebih keras untuk memberikan pendidikan, aplikasi e-Bupot PPh Pasal 23/26 yang tidak dapat
pelatihan, penyuluhan dan sebagainya tentang digunakan.
penggunaan sistem pajak online kepada wajib pajak.
Hal ini tentu menjadi beban tambahan bagi aparat DAFTAR PUSTAKA
pajak.
Andi M. D. (2021).Pengaruh Persepsi Kegunaan,
SIMPULAN Kemudahan, Dan Kontrol Perilaku Terhadap
Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat ditarik Penggunaan E-Bupot 23/26 Pada Kantor
kesimpulan sebagai berikut : Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara.

75
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
(skripsi). Departemen Akuntansi Fakultas Union). Chicago: Encyclopedia Britannica,
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Hasanuddin Inc
Makassar Natasha Graciela Hastika, Universitas Airlangga
Barata, A. A., & Djuhadiat, J. (2006). POT-PUT & Surabaya, dalam skripsinya yang berjudul
KEPALU Pemotongan Pemungutan Pajak “Keabsahan Elektronik Bukti Pemotongan
Penghasilan dan Kredit Pajak Luar Negeri Pajak Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang
Edisi Revisi. Jakarta: PT Alex Media Nomor 36 Tahun 2008”.
Komputindo. Nurmantu, S.(2004). Pengantar Ilmu Perpajakan.
Bojuwon, M., … A. A.-O., & 2018, undefined. OECD, Tax Administration 2017: Comparative
(n.d.). The Application Of Structural Information on OECD and Other Advanced
Equation Modeling On The Usage Of Online and Emerging Economies, OECD
Tax System Among Self-Employed Publishing, Paris, 2017.
Taxpayers In Nigeria. Republik Indonesia, Undang-Undang Republik
Osogbojournalofmanagement.Com. Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Desi (2021). “Tinjauan Atas Mekanisme perubahan keempat atas Undang-Undang
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
dengan Menggunakan Aplikasi Bukti Potong Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Elektronik (Studi Kasus PT.MAS)”. Republik Indonesia, Undang-Undang Republik
Dhaniswara, A. S. (2020). 30 Menit Paham e-Bupot. Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak. perubahan keempat atas Udang-Undang
Diana, S. (2013). Konsep Dasar Perpajakan. Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Bandung: PT.Refika Aditama. Penghasilan.
Direktorat Jenderal Pajak. (2017) “Sosialisasi SPT Republik Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal
Masa & Bukti Pemotongan Pajak Penghasila Pajak Nomor PER-04/PJ/2017 tentang
Pasal 23/26”. Diambil dari : Bentuk, Isi, Tata Cara Pengisian dan
https://hsiconsulting.co.id/wp- Penyampaian Surat Pember-itahuan Masa
content/uploads/2017/09/Sosialisasi-SPT- Pajak Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26
masa-PPH23.pdf , diakses pada Mei 2021. Serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak
Fitriya. (2020). “Cara Mendapatkan Sertifikat Penghasilan Pasal 23 dan/atau Pasal 26.
Elektronik dan Syarat Pengajuann-ya”. Republik Indonesia, Keputusan Direktur Jenderal
Diambil dari Pajak Nomor KEP-36/PJ/2020 tentang
(https://klikpajak.id/blog/perencanaan- Penetapan Pemotong Pajak Penghasilan
pajak/cara-mendapatkan-sertifikat- Pasal 23 dan/atau Pasal 26 Yang Diharuskan
elektronik-dan-syarat-pengajuannya/ , Membuat Bukti Pemotongan dan Diwajibkan
diakses pa-da Mei 2021. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa
Gunadi. (2018), Administrasi Pemajakan Revolusi Pajak Penghasilan Pasal 23 dan./atau Pasal
Industri 4.0. Pajak 4.0 Tantangan dan 26 Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
dinamika perpajakan di tengah revolusi Pajak Nomor PER-04/PJ/2017.
industri digital dari kacamata akademisi dan Resmi, S. (2019). Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi
praktisi. MUC Consulting 11-Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Grolier Incorporated. (1994). The Encyclopedia Rohmani, E. (2020). “Serba-Serbi Pembetulan dan
Americana. (1994). Danbury, CT: Grolier. Pembatalan e-Bupot”. Diambil dari :
Lukmanul Hakim Al Khoiry, Ning Rahayu https://www.pajak.go.id/id/artikel/serba-
“Analisis Sidang Sengketa Pajak oleh serbi-pembetulan-dan-pembatalan-e-bupot ,
Pengadilan Pajak yang Dilaksanakan Diluar diakses pada April 2021.
Daerah Jakarta Ditinjau dari Azas Ease of Rosdiana, H., & Irianto, E. S. (2014). Pengantar
Administration” Jurnal Ilmiah Administrasi Ilmu Pajak : Kebijakan dan Implementasi di
Publik (JIAP) JIAP Vol 6, No 2, pp 288-296, Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
2020 © 2020 FIA UB. Serba-Serbi e-Bupot, Aplikasi Resmi untuk Bukti
Mansury, R. (2000). Kebijakan Perpajakan. Jakarta: Pemotongan Oleh Dina Lathifa, November 9,
Yayasan Pengembangan dan Penyebaran 2019, diakses dari https://www.online-
Pengetahuan. pajak.com/tips-bukti-potong/mengenal-e-
Mardiasmo. (2019). Perpajakan-Edisi 2019. bupot-onlinepajak, diakses pada Oktober
Yogyakarta: ANDI. 2021.
McHenry, Robert. (1992). The New Encyclopedia Setiawan, A. (2006). PPh Pemotongan Pemungutan.
Britannica Volume 28: Macropedia (Spain Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Borg,

76
Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 4 No. 1 Juli – Desember 2021
P-ISSN 2622-1764
E-ISSN 2622-1152
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Simak 6 Manfaat e-Bupot yang Wajib Pajak Harus
Ketahui!, Rani Maulida, 3 Juli 2020,
https://www.online-pajak.com/seputar-bukti-
potong/manfaat-ebupot.
Tim e-Bukti Pemotongan Direktorat TTKI. (2020).
“ User Manual e-Bukti Pemo-tongan PPh
Pasal 23/26”. Diambil dari :
https://ebupotlearning.com/wp-
content/uploads/2020/07/User-Manual-
Aplikasi-e-Bupot-2018.pdf , di-akses pada
Mei 2021

77

Anda mungkin juga menyukai