Anda di halaman 1dari 30

ISU KONTEMPORER PERPAJAKAN PERUSAHAAN

Digitalization of Tax
Administration
Jakarta, 04 Maret 2023

KELOMPOK B :
1. SANDRO TORANG H. SIRAIT
2. FURQAN
3. MUHAMMAD RIDHO SATYANUGRAHA
4. YOLLA ANGELA R. SIBARANI
5. RAFAEL TAMBUNAN
6. FADEL
7. ANDRI ADI NUGROHO
Material Facts

Digitalisasi Administrasi Perpajakan Indonesia


< 2008 Pelaporan SPT menggunakan kertas,
perekaman SPT manual oleh petugas

Historis
Pelaporan SPT menggunakan kertas hasil
2008 cetakan e-SPT dan file elektronik atau
menggunakan e-Filing

Pelaporan 2014
Pembuatan faktur pajak melalui e-Faktur

SPT 2017
Pembuatan bukti potong dan pelaporan PPh
pasal 23/26 melalui e-Bupot

Pembuatan bukti potong dan pelaporan PPh


2022
Pasal 23/26, 4 ayat (2), 15, 22, menggunakan
SPT Masa PPh Unifikasi
Kewajiban Utama Perpajakan

DAFTAR

HITUNG

BAYAR

LAPOR
Layanan perpajakan yang sudah
mengalami digitalisasi

Layanan pembuatan Layanan pembuatan Layanan


NPWP secara konfirmasi status Wajib pemindahbukuan
elektronik Pajak secara elektronik

Pelaporan Program Pengajuan keberatan


Pengungkapan Sukarela secara elektronik
Layanan perpajakan yang sudah
mengalami digitalisasi

Pembelian dan pembubuhan


meterai secara elektronik Permohonan Penelitian Bukti Aplikasi perekaman surat
Pemenuhan Kewajiban keterangan domisili
Penyetoran PPHTB

Konfirmasi validitas dokumen


Aplikasi penyampaian perpajakan yang diterbitkan
laporan realisasi pemanfaatan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
insentif pajak COVID-19.
Issue
Digitalisasi Administrasi Perpajakan Indonesia

Beberapa masalah yang muncul terkait digitalisasi administrasi perpajakan di Indonesia adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak digitalisasi administrasi perpajakan terhadap Wajib Pajak?
2. Apa tujuan digitalisasi administrasi perpajakan di Indonesia?
3. Bagaimana kesiapan Direktorat Jenderal Perpajakan maupun Wajib Pajak dalam menghadapi
digitalisasi ini?
4. Apakah digitalisasi administrasi perpajakan dapat meningkatkan kepatuhan perpajakan?
Regulation,
Research, dan
Resources
Digitalisasi Administrasi Perpajakan Indonesia
Regulation, Research, dan Resources

Dasar Hukum ❏ Undang-Undang KUP;


❏ Undang-Undang PPh;
❏ Undang-Undang PPN;
❏ PP nomor 50 tahun 2022 tentang Tata cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan;
❏ Perpres Nomor 40 Tahun 2018 tentang Pembaruan
Sistem Administrasi Perpajakan;
❏ PMK nomor 242 tahun 2014 tentang Tata cara
Pembayaran dan Penyetoran Pajak;
❏ PMK nomor 12 tahun 2017 tentang Bukti
Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh;
❏ PMK nomor 243 tahun 2014 tentang SPT s.t.d.d
PMK nomor 18 tahun 2021.
PER 41/PJ/2015 Tentang Pengamanan
2015
Dasar Hukum Transaksi Elektronik Layanan Pajak Online

Turunan 2017
PER 32/PJ/2017 Tentang Perubahan PER-
41/PJ/2015

Digitalisasi PER 06/PJ/2018 Tentang Perubahan Kedua


2018
Administrasi PER-41/PJ/2015

Perpajakan (DJP 2019


PER 06/PJ/2019 Tentang Perubahan Ketiga
PER-41/PJ/2015

Online)
Regulation, Research, dan Resources
SE-80/PJ/2015 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Peraturan
2015
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER-41/PJ/2015 tentang Pengamanan

Turunan
Transaksi Elektronik Layanan Pajak Online;
yang dicabut oleh

2017 SE-42/PJ/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan (Petunjuk


Pengamanan Transaksi Elektronik Layanan
Pajak Online; yang dicabut oleh:
Pelaksanaan)
2018 SE-01/PJ/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengamanan Transaksi Elektronik Layanan
Pajak Online

Regulation, Research, dan Resources


PER-41/PJ/2015 tentang Pengamanan Transaksi
Elektronik Layanan Pajak Online
1. Pengenalan definisi-definisi baru tentang layanan digital yang disediakan oleh DJP yaitu sebagai berikut:
– Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan informasi elektronik:
– Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer,
dan/atau media elektronik lainnya;
– Dokumen Elektronik setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam
bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar
melalui komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya;
– Layanan Pajak Online adalah sistem elektronik yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau pihak lain yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melakukan Transaksi Elektronik dengan
Direktorat Jenderal Pajak meliputi DJP Online dan Penyedia Layanan SPT Elektronik;
– EFIN adalah nomor identitas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak yang melakukan
Transaksi Elektronik dengan Direktorat Jenderal Pajak;
– SPT Elektronik adalah SPT dalam bentuk Dokumen Elektronik.
2. Mengatur tentang tata cara pemanfaatan layanan pajak online yang telah disediakan oleh DJP.
Regulation, Research, dan Resources
PER-32/PJ/2017 tentang Perubahan PER-41/PJ/2015
1. Menambahkan definisi Bendahara, Pegawai Aparatur Sipil Negara, Anggota
Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Republik Indonesia.
2. Menambahkan tata cara pengajuan aktivasi EFIN bagi Wajib Pajak Bendahara
Pemerintah.
3. Menambahkan aturan bahwa EFIN dapat disampaikan melalui email
(sebelumnya diberikan dalam bentuk tercetak yang langsung diterima oleh
Wajib Pajak).
4. Menambahkan tata cara permohonan EFIN bagi Pegawai Aparatur Sipil
Negara, Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian
Republik Indonesia.

Regulation, Research, dan Resources


PER-06/PJ/2018 tentang Perubahan Kedua PER-41/PJ/2015

1. Menambahkan definisi KPP, Tempat Tertentu di Luar Kantor,


Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Layanan Pajak di Luar Kantor.
2. Pengajuan permohonan pemanfaatan layanan online dapat
dilakukan di luar KPP terdaftar (Pelayanan Terpadu Satu Pintu
dan Layanan Pajak di Luar Kantor).
3. Menambahkan aturan bahwa pengajuak aktivasi EFIN WP
Badan dapat dilakukan oleh selain pengurus selama memiliki
surat kuasa Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Layanan Pajak di
Luar Kantor.
Regulation, Research, dan Resources
PER-06/PJ/2019 tentang Perubahan Ketiga
PER-41/PJ/2015
1. Menambahkan ketentuan tentang tata cara permohonan EFIN
bagi WP Badan yang salah satu atau seluruh pengurusnya
merupakan WNA baik yang telah ber-NPWP ataupun yang
belum wajib ber-NPWP.
2. Mengatur tentang tata cara pemanfaatan layanan lupa password
pada layanan pajak online atau lupa EFIN.
3. Mengatur tentang tata cara cetak ulang EFIN.
4. Mengatur tentang tata cara permohonan pengganti EFIN.

Regulation, Research, dan Resources


Transformasi Digitalisasi
Administrasi Perpajakan
(Menurut Asian Development
Bank)

Gray dan Regan dalam OECD (2016) menyatakan bahwa


keberhasilan dalam pengaplikasian teknologi informasi merupakan
kunci yang akan menentukan keberhasilan otoritas pajak di masa
mendatang dalam mengelola compliance risk dan peningkatan
pelayanan secara efektif-efisien.
Tujuan Transformasi Digital Administrasi Perpajakan
menurut ADB
1.Seamless → peningkatan efisiensi pengumpulan penerimaan pajak;
2.Meningkatkan kepercayaan dan keamanan transparansi data;
3.Meminimalisasi beban kepatuhan;
4.Meningkatkan efisiensi administrasi perpajakan;
5.Meningkatkan pertumbuhan dan tujuan dari kebijakan;
6.Memanfaatkan peningkatan data Wajib Pajak untuk dilakukan
analisis.

SUMBER: ASIAN DEVELOPMENT BANK (2022)


Regulation, Research, dan Resources
Tingkatan Transformasi Digital Administrasi Perpajakan
menurut OECD
1. Tax Administration 1.0
• Paper based, fungsi tradisional
2. Tax Administration 2.0
• E-administration (sebagian besar fungsinya telah di-digitaliasi walaupun secara fundamental
prosesnya masih relatif sama tetapi lebih cepat dan lebih efisien).
3. Tax Administration 3.0
• Terjadi perubahan paradigma yaitu sistem wajib pajak dan administrasi perpajakan saling
terhubung, kepatuhan bersifat otomatis dan fungsi pengambilan keputusan diambil alih oleh
teknologi
• Endpoint
Semua administrasi perpajakan telah terdigitalisasi. Otomatisasi administrasi dipicu oleh data
yang berasal dari Wajib Pajak akan diolah untuk menentukan risiko, pemeriksaan, keberatan dan
proses lainnya.

SUMBER: ASIAN DEVELOPMENT BANK (2022)


Regulation, Research, dan Resources
Regulation, Research, dan Resources

Tingkatan Transformasi Digital Administrasi Perpajakan menurut OECD

SUMBER: ASIAN DEVELOPMENT BANK (2022)


Perbedaan Tax Administration 1.0 vs 3.0

SUMBER: ASIAN DEVELOPMENT BANK (2022)


Regulation, Research, dan Resources
Argument and
Application
Digitalisasi Administrasi Perpajakan Indonesia
Bagaimana dampak digitalisasi perpajakan terhadap Wajib Pajak ?
Dampak digitalisasi administrasi perpajakan terhadap Wajib Pajak diambil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
dengan rincian sebagai berikut :
 Menurut Putra (2020) dalam proses pembayaran dan pelaporan yang mudah dilakukan, cenderung menggugah minat
wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya;
 Hasil penelitian Aini et al. (2022) menyimpulkan bahwa dengan adanya digitalisasi layanan pajak maka semakin
meningkatkan daya tarik Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan untuk melakukan proses kepatuhan Wajib Pajak
dalam menghitung, membayar serta melaporkan kewajiban pajaknya dengan proses yang cepat, aman, mudah, gratis
dan paperless;
 Penelitian yang dilakukan oleh James & Sawyer (2018) memberi kesimpulan bahwa digitalisasi juga meminimalisir
segala bentuk penghindaran pajak serta kecurangan – kecurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak;
 Penelitian yang dilakukan Wulandari, D. S. (2021) menyimpulkan bahwa penerapan e-Filling dan e-Faktur
berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak, sedangkan penerapan e-Billing tidak berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.
Apa tujuan digitalisasi administrasi
perpajakan di Indonesia?

Tujuan diterapkannya digitalisasi administrasi


perpajakan di Indonesia berdasarkan Peraturan Presiden
No. 40 Tahun 2018 tentang Pembaruan Sistem
Administrasi Perpajakan adalah mengembangkan sistem
informasi yang dapat dipercaya dan handal untuk
mengolah data perpajakan yang akurat berbasis
tekonologi sesuai dengan proses bisnis utama.
Bagaimana kesiapan DJP maupun Wajib Pajak
dalam menghadapi digitalisasi ini?
 Secara konsep, persepsi individu terhadap perubahan merupakan salah satu
poin penting dalam mengukur kesiapan sebuah organisasi.
 Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penulis menemukan ada lima sub
indikator yang menjadi pembahasan utama, yaitu terkait
1. Proses Bisnis, Regulasi;
2. Tata Kelola;
3. Data dan Informasi;
4. Potensi Penerimaan Pajak, dan
5. Keamanan Data.

Berdasarkan tinjauan dari dimensi Faktor Individual, penelitian ini menyimpulkan


bahwa DJP telah memiliki kesiapan dalam melakukan pemungutan pajak
digital di Indonesia. Kesimpulan ini diperolah dengan berlandaskan hasil
penelitian bahwa pemahaman akan adanya perubahan lingkungan bisnis yang
mengarah pada digitalisasi ekonomi telah disadari oleh aparatur pajak di kantor
pusat DJP.
Bagaimana kesiapan DJP maupun Wajib Pajak
dalam menghadapi digitalisasi ini?

Aparatur pajak memahami bahwa transformasi digital telah semakin


berkembang, di mana hal ini akan berimplikasi terhadap munculnya
model bisnis baru yang berbasis teknologi dan meningkatnya
potensi penerimaan pajak dari sektor digital .Oleh karena itu perlu
dilakukan perubahan atau penyesuaian kebijakan perpajakan yang
berlaku saat ini agar dapat melindungi basis penerimaan pajak dari
sektor digital, baik itu ketentuan untuk PPMSE dalam negeri ataupun
PPMSE luar negeri.
Apakah digitalisasi administrasi perpajakan dapat
meningkatkan kepatuhan?
Dampak digitalisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan perpajakan diambil
dari beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan rincian sebagai berikut :
 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mimi dan Susi (2022) menyebutkan
bahwa digitalisasi administrasi perpajakan akan memudahkan fiskus untuk
memberikan pelayanan pajak karena fiskus mempunyai data yang lengkap dan
terperinci atas Wajib Pajak tersebut. Di lain pihak, adanya dukungan layanan
digital pada laman DJP online akan memudahkan Wajib Pajak untuk
melaksanakan pembayaran dan pelaporan pajaknya;
 Penelitian Obert, et al (2018) menjelaskan bahwa penggunaan e-Filing yang
mudah membuat Wajib Pajak dapat lebih cepat untuk melaporkan pajaknya
sehingga ada peningkatan kepatuhan Wajib Pajak;
 Hasil yang sama untuk penelitian Night and Bananuka (2020), menunjukkan
penerapan e-tax system serta sikap Wajib Pajak terhadap e-tax system secara
signifikan mempunyai pengaruh positif terhadap kepatuhan pajak;
Apakah digitalisasi administrasi perpajakan dapat
meningkatkan kepatuhan?
Dampak digitalisasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan perpajakan diambil
(cont’d) :
 Penelitian Astana dan Merkusiwati (2017) serta penelitian Antari (2019)
memperlihatkan hasil bahwa adanya pengaruh yang positif atas diterapkannya
sistem administrasi perpajakan yang modern terhadap kepatuhan Wajib Pajak;
 Penelitian Wahyuni et al. (2020) menyatakan bahwa kemudahan penggunaan e-tax
system juga mempunyai positif terhadap kepatuhan perpajakan;
 Hasil penelitian Yosefin et al. (2022) menunjukkan WP semakin patuh setelah
penerapan electronic system. Terlihat dari jumlah penerimaan yang semakin
meningkat, serta hasil kinerja yang diukur dengan WP terdaftar, WP aktif, WP
yang melaporkan Surat pemberitahuan secarar elektronik. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa kepatuhan WP dipengaruhi oleh factor-faktor : kesadaran
WP, pengetahuan WP, pengetahuan perpajakan, penerapan e-SPT dan e Filling.
Tentative Conclusion
Digitalisasi administrasi perpajakan di Indonesia memberikan kemudahan bagi
Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran dan pelaporan kewajiban perpajakan,
sehingga terdapat pengaruh yang positif terhadap kepatuhan perpajakan. Dari sisi
fiskus sendiri, digitalisasi administrasi juga memberikan kemudahan bagi fiskus
untuk memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak dan meminimalisir terjadinya
penghindaran maupun kecurangan di bidang perpajakan.

Dengan adanya perubahan lingkungan bisnis yang semakin menuju kepada


transaksi digital telah disadari oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai otoritas yang
melaksanakan peraturan perundang-undangan di Indonesia. DJP telah memiliki
kesiapan dalam melakukan pemungutan pajak digital di Indonesia.
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Putra, A. F. (2020). kepatuhan wajib pajak UMKM: pengetahuan pajak, sanksi pajak, dan modernisasi sistem. Jurnal Riset Akuntansi
& Perpajakan (JRAP), 7(01), 1–12.

Aini, N. Q., Nurhayati, N., Akuntansi, P., Ekonomi, F., & Islam, U. (2022). Pengaruh Kebijakan Insentif Pajak Penghasilan bagi
UMKM dan Digitalisasi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Jenderal Pajak dalam beberapa tahun terakhir . Direktorat. Bandung
Conference Series: Accountancy, 2, 341–346.

James, S., & Sawyer, A. (2018). Digitalization of Tax: Comparing New Zealand and United Kingdom Approaches. EJournal of Tax
Research

Wulandari, D. S. (2021). Digitalisasi Sistem Administrasi Perpajakan Dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi. Journal of Accounting Science/, 5(1), 36–70

Radithia, Inayati. 2021. Kesiapan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Dalam Pemungutan Pajak Digital Berdasarkan Faktor Individual.
Syntax Literature: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol.6, No. 12, Desember 2021

Mimi dan Susi. 2022. Pengaruh Pelayanan, Pengawasan, dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Yang
Dimoderasi Digitalisasi Administrasi Perpajakan. Jurnal Magister Akuntansi Vol.9 No.1 Maret 2022 : hal 37 -54

Anda mungkin juga menyukai