Anda di halaman 1dari 5

E-Faktur : Satu Aplikasi Berbagai Manfaat

Oleh : Arie Widodo dan Putu Agung Widyadnyana, ortax.org, 26 Mei 2015

LATAR BELAKANG

Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2014, Indonesia merupakan negara


dengan luas wilayah geografi 1.910.931,32 Km2 dan memilik penduduk
sebanyak 248.818.100 orang. Indonesia masuk ke dalam katagori negara
berkembang yang memiliki banyak potensi ekonomi. Sehingga banyak
terdapat industri-industri dari berbagai sektor terdapat di Indonesia. Banyak
investor-investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia. Jumlah
perusahaan yang ada di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik
tahun 2012 sekitar 23,257 unit dan terus berkembang sampai tahun 2014.
Begitu banyak juga perusahaan yang akan melakukan berbagai transaksi di
Indonesia.

Atas dasar tersebut akan timbul kewajiban-kewajiban di bidang perpajakan, mulai dari mendaftarkan usaha,
menghitung pajak terhutang, melaporkan pajak serta kewajiban membuat faktur pajak bagi pengusaha. Faktur
pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

Dalam sejarahnya, faktur pajak pertama kali diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
432/KMK.04/1984. Faktur pada tahun 1984 hanya terdapat satu jenis dan diisi secara manual. Pada tahun
1985 diterbitkan juga faktur pajak sederhana untuk Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan secara
eceran dan berupa barang kena pajak yang sudah jadi. Faktur pajak sederhana digunakan sampai tahun 2012
lalu peraturannya dicabut. Sehingga sekarang hanya ada faktur pajak standar rupiah dan faktur pajak mata
uang asing.

Faktur pajak adalah sebuah dokumen yang sangat penting untuk penjual karena merupakan bukti otentik telah
memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari pihak pembeli. Sedangkan bagi pihak pembeli, dengan adanya
faktur pajak maka PKP dapat mengkreditkan atau mengurangi PPN yang harus dibayar. Namun faktur pajak
dapat menyebabkan terjadinya lebih bayar jika faktur pajak pembelian lebih tinggi daripada faktur pajak
penjualan dan dapat direstitusi atau diminta kembali ke negara yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.
Menurut data Direktorat Jenderal Pajak sepanjang 2008-2013 terdapat 100 kasus faktur pajak bodong yang
merugikan negara sekitar Rp 1,5 triliun. Bisa dikatakan, sebanyak 50 persen kasus pengemplangan pajak
bermodus laporan faktur pajak fiktif. Sehingga Direktorat Jenderal Pajak membuat Satuan Tugas Khusus
terkait faktur pajak fiktif.

Untuk menanggulangi terjadinya praktek faktur pajak fiktif, pada tahun 2013 Direktorat Jenderal Pajak
membuat E-Tax Invoice (e-Faktur) yaitu sebuah aplikasi elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak yang digunakan untuk membuat faktur pajak. Penggunaan aplikasi e-faktur
dilakukan secara bertahap oleh Pengusaha Kena Pajak. Mulai tanggal 1 Juli 2014, diberlakukan kepada 45
Pengusaha Kena Pajak. Mulai tanggal 1 Juli 2015, diberlakukan kepada PKP yang terdaftar di lingkungan Kantor
Wilayah DJP Wajib Pajak Besar, Jakarta Khusus, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI
Yogyakarta dan Bali. Sedangkan secara nasional baru mulai tanggal 1 Juli 2016.

E-FAKTUR DAN SOLUSI MENANGGULANGI FAKTUR PAJAK FIKTIF

Data Direktorat Jenderal Pajak pada tahun 2009 – 2013 menunjukan bahwa kenaikan penerimaan negara dari
sektor PPN dan PPnBM pada 2009 193,07 triliun rupiah menjadi 384,72 triliun rupiah di 2013. Ini menunjukan
peningkatan yang sangat baik dari wajib pajak tentang kesadaran PKP dalam melaksanakan kewajiban di
bidang perpajakan khususnya PPN. Namun dari peningkatan dari penerimaan negara dari PPN masih belum
efektif karena masih banyak ditemukannya peredaran dan penggunaan faktur pajak fiktif. Dari data DJP tahun
2009-2013 :

Grafik 2.1 Data Penyalahgunaan Faktur Pajak


Sumber : Laporan Tahunan DJP
Ini menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 1,5 triliun menurut Direktorat Jenderal Pajak. Untuk

TaxBase 6.0 Document - Page : 1


menanggulangi hal tersebut DJP membuat sebuah sistem yaitu e-Faktur. Latar belakang DJP mengeluarkan
e-Faktur adalah
1. Penyalahgunaan wewenang PKP dalam menggunakan faktur pajak.
2. Beban administrasi dari faktur pajak terus meningkat.

E-Faktur adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan PER 16/PJ/2014. Setiap Pengusaha Kena Pajak
nantinya tidak lagi membuat faktur pajak dalam bentuk manual tetapi dalam bentuk elektronik.

Direktorat Jenderal Pajak dalam upaya menanggulangi peredaran dan penggunaan faktur pajak fiktif sebelum
memberlakukan e-Faktur DJP melakukan registrasi Ulang PKP, yakni suatu program yang bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan dan penertiban administrasi pengawasan dari PKP. Berdasarkan data DJP tahun 2011
terdapat 870 ribu PKP. Registrasi ulang ini diatur dalam PER 05/PJ/2012. Selanjutnya program DJP adalah
e-Nofa ( Elektronik Nomor Faktur ) merupakan makanisme untuk penomoran faktur pajak yang berupa
kumpulan angka, huruf, atau kombinasi angka dan huruf, dimana penomoran ini ditentukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak sesuai dengan PER 24/PJ/2012.

Bagan 2.1 Roadmap Implementasi e-Faktur

Tidak hanya registrasi ulang PKP dan penerbitan e-Nofa, dalam e-Faktur juga diterapkan QR-Code. QR-Code
adalah sebuah kode yang berisi tentang informasi transaksi dari PKP. Informasi ini dapat dilihat menggunakan
aplikasi QR code scanner yang terdapat dismartphone atau gadget lainnya. Sehingga pengaman dan
pencegahan dari penggunaan faktur pajak fiktif jadi semakin meninngkat.

MANFAAT E-FAKTUR DAN KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PENERAPAN DI INDONESIA.

1. Manfaat bagi Pengusaha Kena Pajak

Dalam PER 16/PJ/2014 sudah dijabarkan kemudahan-kemudahan dari penggunaan e-Faktur yaitu :
a. Bagi PKP Penjual :
1. Tanda tangan basah digantikan tanda tangan elektronik.
2. E-Faktur Pajak tidak harus dicetak sehingga mengurangi biaya kertas, biaya cetak, dan
biaya penyimpanan dokumen.
3. Aplikasi e-Faktur Pajak juga membuat SPT masa PPN sehingga PKP tidak perlu lagi
membuatnya.
4. PKP yang menggunakan e-Faktur Pajak juga dapat meminta nomor seri faktur pajak
melalui situs pajak & tidak perlu lagi datang ke KPP.

b. Bagi PKP Pembeli :


1. Terlindungi dari penyalahgunaan faktur pajak yang tidak sah, karena cetakan e-Faktur
dilengkapi dengan pengaman berupa QR code. QR code menampilkan informasi tentang
transaksi penyerahan : nilai DPP dan PPN dan lain-lain.
2. Informasi dalam QR code dapat dilihat menggunakan aplikasi QR code scanner yang
terdapat dismartphone atau gadget lainnya.
3. Apabila Informasi yang terdapat dalam QR code tersebut berbeda dengan yang ada dalam
cetakan e-Faktur Pajak maka Faktur Pajak tersebut tidak valid.

2. Manfaat dari Aspek Lingkungan

TaxBase 6.0 Document - Page : 2


Pada era global ini sering diisukan tentang global warming atau pemanasan global. Apa hubungan global
warming dengan aspek pepajakan terutama e-faktur? Hubungannya sangat jelas sekali dari tahun 1983
faktur pajak dibuat secara manual menggunakan kertas, kertas dibuat dari bubur kayu, kayu diambil
dari hutan. Sehingga dapat merusak paru-paru dunia dan menyebakan global warming. Mungkin ini
terlihat sangat sederhana namun dampak dari penggunaan kertas ini sangat besar bagi lingkungan.
Menurut data Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2011 terdapat 870 ribu PKP, kalau kita perhitungkan
seperti tabel dibawah :

Jumlah yang kecil di awal tapi akan menjadi besar jika digunakan secara kolektif. Berapa pohon yang
harus ditebang untuk membuat sebanyak 751.680 juta lembar kertas pertahun untuk membuat faktur
pajak. Itulah kenapa kita harus menerapkan green tax.

Green tax adalah sebuah kebijakan untuk mengurangi penggunaan kertas sebagai sarana administrasi
serta menjaga alam dari pemanasan global. Gerakan ini sudah dilakukan oleh negara-negara maju untuk
mengurangi pemanasan global. Grafik dibawah menunjukan negara yang telah menerapkan green tax.

Sumber :
http://www.kpmg.com/global/en/issuesandinsights/articlespublications/green-tax/pages/default.aspx

Untuk menjalankan green tax kita harus beralih dari penggunaan kertas ke e-Tax (elektronik tax).
Indonesia dengan menerapka e-Faktur merupakan pilot project dari mulai diberlakukan e-Tax yang
dimulai dari tahun 2013. Sistem e-Tax nantinya di harapkan sudah tersinkronisasi antara faktur yang
dibuat dengan surat pemberitahuan masa PPN sehingga antara PKP yang menginput Pajak Masukan
(PM) dan PKP yang menginput Pajak Keluaran (PK) terkonfirmasi dengan jelas sehingga tidak ada lagi
penggelapan pajak dan pembuatan serta penggunaan faktur pajak fiktif. Sebagai perbandingan korea
selatan yang menempati urutan no 5 dalam rangking green tax mengunakan e-Tax Invoice sejak 2011.
Sistem yang dipakai menggunakan sistem online, penjual dapat menerbitkan faktur kepada pembeli
dengan cara registrasi dahulu di esero.go.kr atau bisa menggunakan jaringan telepon, begitu juga
pembeli dapat melihat transaksi yang terjadi. Bahkan di 2013 Korea Selatan sudah menerapkan e-Tax
invoice melalui ponsel pintar atau smartphone. Sehingga pelaporan dan pembayaran atas value added
tax lebih mudah dan cepat.

3. Manfaat dari Aspek Pemerintah


Bagi pemerintah penggunaann e-Faktur sangat berguna dalam :
1. kemudahan pengawasan dengan adanya proses validasi Pajak Keluaran-Pajak Masukan (PK-PM)
dan adanya data lengkap dari setiap faktur pajak.
2. mempermudah pelayanan karena akan mempercepat proses pemeriksaan, pelaporan, dan
pemberian nomor seri faktur pajak.
3. Sistem berbasis elektronik ini akan meminimalkan penyalahgunaan penggunaan faktur pajak oleh
perusahaan fiktif atau pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga potensi pajak yang hilang
menjadi sangat kecil.

TaxBase 6.0 Document - Page : 3


KENDALA PENERAPAN E-FAKTUR

Tidak dipungkiri juga ada kendala-kendala yang harus diperhatikan untuk diterapkan di Indonesia. Adapun
kendala tersebut adalah :

1. Kendala gerografis di Indonesia.


Indonesia adalah negara kepulauan, dengan kondisi geografis sepert ini tentu akan terjadi perbedaan
pembangunan dan fasilitas dalam penggunaan sistem elektronik atau internet. Tidak semua wilayah
Indonesai mempunyai fasilitas komputer dan internet yang dapat menopang kinerja dari e-Faktur.
Sehingga ditakutkan di daerah-daerah terpencil penerapan e-Faktur tidak berjalan secara maksimal.

2. Kendala sumber daya manusia yang menggunakan e-Faktur dan kendala dari aplikasi e-Faktur
itu sendiri.
Dengan kecangihan dari e-Faktur, harus dilihat juga kemampuan dari penggunanya. Agar tidak terjadi
human error dalam penggunaan dari e-faktur. Kemampuan sumber daya manusia sangat penting dalam
penggunaan e-Faktur. Sehingga perlu dilakukan pelatihan dan sosialisasi menyeluruh ke seluruh wilayah
di Indonesia sebelum e-Faktur di terapkan di seluruh Indonesia pada 2016 nanti. E-Faktur sebagai
sistem elektronik tentu antara bahasa pemrograman yang digunakan tidak akan sama dengan bahasa
yang digunakan oleh undang-undang perpajakan. Ini menyebabkan ada kemungkinan ketidak sesuaian
penerapan aturan dengan pelaksanaan dari aplikasi e-Faktur itu sendiri. Pasti akan terjadi perbedaan
yang perlu kita evaluasi.

SIMPULAN

E-Faktur adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Merupak sebuah sarana yang sangat efektif dalam penanggulangi
dan mencegah penggunaan faktur pajak fiktif. Dalam e-Faktur terdapat berbagai macam sistem pengamanan
mulai dari e-Nofa, sistem tanda tangan elektronik, QR Code di setiap cetakan e-Faktur, dan setiap e-Faktur
yang dibuat oleh PKP akan terintegrasi antara PK dan PM dari masing-masing PKP yang bertransaksi.

Selain efektif dalam mencegah PKP menggunakan faktur pajak fiktif penggunaan e-Faktur juga sangat berguna
dalam meningkatkan green tax di Indonesia. Penggunaa e-Faktur dapat mengurangi penggunaan kertas dalam
pembuatan faktur pajak secara manual. Sehingga kita tidak usah lagi merusak alam untuk membuat kertas
untuk digunakan sabagai faktur pajak. Dari segi pemerintah penerapan e-Faktur sangan membantu dalam hal
pengawasan penggunaan faktur pajak oleh Pengusaha Kena Pajak serta mengurangi beban administasi dari
kantor pajak dalam hal penerbitan faktur pajak.

Walaupun banyak kemudahan dalam penerapan e-faktur perlu dilihat juga kendala yang dapat timbul dalam
penggunaan e-Faktur di Indonesia. Kendala yang dapat terjadi adalah :
1. Kendala gerografis di Indonesia.
2. E-Faktur merupakan produk elektronik yang rentan dengan virus dan malware.
3. Kendala sumber daya manusia yang menggunakan e-Faktur dan kendala dari aplikasi e-Faktur itu
sendiri.

Sehingga kita perlu melakukan evalusai bersama dalam penerapan e-faktur di Indonesia. Dihaparkan
kedepannya penerapan e-Faktur sama seperti di korea dapat digunakan di smartphone dan berbasis online.
Semata-mata untuk memudahkan pengguna dari faktur pajak dan meningkatkan penerimaan negara secara
umum dan dari sektor PPN dan PPnBm khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Sukarji,Untung.2012.Pokok-Pokok PPN Pajak Pertambahan Nilai Indonesia Edisi Revisi 2012.Jakarta: Rajawali
Pers

Peraturan Perpajakan
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Perubahan
Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069)

TaxBase 6.0 Document - Page : 4


Republik Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 20/PJ/2012 Perubahan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor PER-05/PJ/2012 Tentang Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012

Republik Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 17/PJ/2014 Perubahan Kedua Atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-24/PJ/2012 Tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian
Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian,
Dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

Republik Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 16/PJ/2014 Tentang Tata Cara Pembuatan
dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

Republik Indonesia, Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 136/PJ/2014 Tentang Penetapan
Pengusaha Kena Pajak yang Diwajibkan Membuat Faktur Pajak Berbentuk Elektronik

Sumber Lain
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013. 2014. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2012. 2013. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak
Laporan Tahunan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2011. 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak
Presentasi Sosialisasi e-Faktur. 2014. Direktorat Jenderal Pajak
Statistik Indonesia 2014. 2014. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Adilla, Raisa. 2014. Penerbitan Faktur Pajak Fiktif Capai 57 Kasus.


http://economy.okezone.com/read/2014/11/04/20/1060968/penerbitan-faktur-pajak-fiktif-capai-57-kasus.
(Tanggal akses : 17 April 2015)

Ditjen Pajak Fokus Tangani Pelaku Bisnis Faktur Pajak Fiktif.


http://www.pajak.go.id/content/ditjen-pajak-fokus-tangani-pelaku-bisnis-faktur-pajak-fiktif. (Tanggal akses:
17 April 2015 )

E-Tax Incoive.
http://www.kdi.re.kr/kdi_eng/highlights/govern_view.jsp?no=3662&page=315&rowcnt=10. (Tanggal akses: 19
April 2015)

KPMG Green Tax Index.


http://www.kpmg.com/global/en/issuesandinsights/articlespublications/green-tax/pages/default.aspx. (Tanggal
akses: 19 April 2015)

Seluruh PKP wajib Registrasi Ulang.


http://www.pajak.go.id/content/seluruh-pkp-wajib-registrasi-ulang. ( Tanggal akses : 17 April 2015 )

TaxBase 6.0 Document - Page : 5

Anda mungkin juga menyukai