Anda di halaman 1dari 6

Mengulik Digitalisasi Layanan Terhadap Wajib Pajak

Disusun oleh: Dikson

Di era globalisasi saat ini membuat kemajuan teknologi berkembang pesat.


Perkembangan teknologi yang terjadi di seluruh dunia menuntut Indonesia turut
serta dalam meningkatkan teknologi dalam negeri. Salah satu sektor yang
terdampak ialah sektor ekonomi. Dalam menyikapi hal tersebut pemerintah terus
berupaya memajukan ekonomi digital. “Saat ini, Kemenko Perekonomian sedang
menyiapkan Strategi Nasional Ekonomi Digital yang akan menjadi pedoman atau
juga acuan agar visi ataupun tujuan bersama, dalam mendorong perkembangan
digital yang berkelanjutan dan inklusif,” pungkas Airlangga Hartarto selaku
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.

Kemajuan teknologi ini membuat berkembangnya ekonomi digital. Hal tersebut


memengaruhi sistem-sistem birokrasi di pemerintahan. Salah satu bidang yang
terpengaruh ialah perpajakan. Pemerintah mulai melakukan digitalisasi perpajakan
pertama kali dengan meluncurkan e-SPT pada 2002, kemudian di tahun 2007
peluncuran e-registration, e-filing di tahun 2012, e-billing di tahun 2014, e-faktur
dan e-faktur Host to Host/H2H (2015), serta e-bupot (2018). Pemerintah dalam
hal ini Direktorat Jenderal Pajak terus melanjutkan peningkatan digitalisasi dalam
sektor perpajakan. “Setidaknya ada 3 (tiga) tema strategis DJP dalam melanjutkan
program digitalisasi pajak di masa depan,” ujar Direktur Teknologi Informasi dan
Komunikasi Iwan Djuniardi. Ketiganya adalah migrasi ke ekosistem digital,
membangun sistem yang terintegrasi dan interaktif, serta membangun Digital
Auto-Regulation Ecosystem yang memungkinkan Wajib Pajak memenuhi hak dan
kewajibannya dengan intervensi yang minimal.

Keseriusan pemerintah dalam melakukan reformasi perpajakan sangat tinggi. Hal


tersebut terbukti dengan adanya peluncuran program-program baru yang dapat
mempermudah wajib pajak dalam melakukan aktivitas perpajakan. Hal tersebut
juga membuat peluang meningkatnya pajak untuk negara, tetapi apakah
digitalisasi pajak sudah terprogram dengan baik?
Namun, untuk mengetahui sejauh mana digitalisasi pajak yang diupayakan
pemerintah perlu melihat prosedur pemenuhan kewajiban pajak. Prosedur tersebut
dimulai dari kewajiban mendaftarkan diri, kewajiban menghitung pajak,
kewajiban membayar pajak, dan kewajiban melaporkan pajak.

Pertama, kewajiban mendaftarkan diri. Indonesia secara umum menggunakan self


assessment system. Wajib pajak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP merupakan identitas wajib pajak untuk
memenuhi administrasi dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
Peraturan mengenai tata cara pendaftaran wajib pajak dan pemberian NPWP
secara elektronik tertuang dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
20/PJ/2018 tentang Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Pemberian Nomor
Pokok Wajib Pajak Secara Elektronik Melalui Sistem Administrasi Badan Hukum
dan Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

Seperti yang dimaksud dalam peraturan tersebut Dirjen Pajak menyediakan situs
e-registration pajak. Wajib pajak diminta untuk mengikuti alur pendaftaran
NPWP serta mengunggah berkas yang diperlukan serta mengisi data, setelah
semua prosedur dijalankan dan pendaftaran disetujui maka NPWP akan
dikirimkan ke alamat wajib pajak. Metode pendaftaran secara online mengubah
stigma masyarakat yang berkaitan dengan birokrasi pemerintah akan
membutuhkan banyak waktu dan mengenai keamanan data wajib pajak diawasi
langsung oleh Dirjen Pajak sehingga data akan masuk ke dalam database Dirjen
Pajak. Tetapi masih banyak masyarakat mengalami kendala mengenai tata cara
pembuatan NPWP secara online dan pengisian data yang dikarenakan kurangnya
pemahaman akan hal tersebut.

Kedua, kewajiban menghitung pajak. Penggunaan self assessment system dalam


menghitung pajak memang merumitkan bagi wajib pajak. Hambatan ini bisa
diatasi dengan penggunaan metode with holding system. Metode ini menggunakan
pihak ketiga dalam menghitung pajak. Penghitungan pajak dengan with holding
system menggunakan badan wajib pajak yang telah diberi kepercayaan oleh
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan kewajiban memotong atau
memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan.

Dalam tahap penghitungan pajak dengan self assessment system memang


membuat sebagian masyarakat kesulitan. Akan tetapi wajib pajak bisa mengguna
metode with holding system dengan menggunakan jasa pihak ketiga dalam
menghitung pajak. Penggunaan jasa pihak ketiga mengharuskan masyarakat
mengeluarkan biaya terhadap jasa tersebut. Selain itu ada juga official system,
yaitu sistem yang memberi tanggung jawab kepada pemerintah untuk menentukan
besarnya pajak. Sistem tersebut diterpakan dalam Pajak Bumi Bangunan (PBB)
dan masyarakat dapat melihat besaran pajak melalui website pajak pemerintahan
daerah

Ketiga, kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui jumlah pajak yang


terhutang, kewajiban sebagai wajib pajak ialah membayar pajak tersebut. Dalam
hal ini wajib pajak dapat membayar pajak dengan cara mengangsur setiap bulan
sesuai ketentuan PPh pasal 25. Dengan cara tersebut dapat meringankan wajib
pajak dalam memenuhi kewajibannya. Selain pembayaran pajak dengan cara
mengangsur, wajib pajak juga dapat membayar pajak pada saat akhir tahun ketika
Surat Pemberian Tahunan Pajak (SPT) diberikan kepada wajib pajak.

Pada tahap pembayaran pajak pemerintah menyediakan layanan pembayaran


secara online. Wajib pajak hanya perlu membuat kode biling dengan cara
mengakses situs resmi Penyedia Jasa Aplikasi Perpajakan (PJAP). Setelah kode
biling diterima wajib pajak dapat membayar langsung melalui virtual account
bank, kantor Pos, atau melalui metode pembayaran elektronik yang disediakan
lainnya. Permasalahan yang umum terjadi Ketika melakukan pembayaran pajak
secara online ialah kurangnya pemahaman masyarakat dalam mengakses situs
pembayaran pajak tersebut. Wajib pajak dituntut untuk terampil dalam
menggunakan teknologi tersebut.
Kewajiban terakhir bagi wajib pajak ialah melaporkan pajak. Tahap ini bertujuan
Untuk mempertanggungjawabkan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam satu
masa pajak, maka wajib pajak melaporkan kepada otoritas pajak menggunakan
Surat Pemberitahuan (SPT). Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib
Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Ketentuan
mengenai Surat Pemberitahuan (SPT) tertuang dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 243 tentang Surat Pemberitahuan

Dalam hal ini pemerintah menyediakan layanan e-filing. Layanan tersebut


berfungsi untuk melaporkan pajak secara online dan real time. Pemerintah
menyediakan situs Direktorat Jenderal Pajak dan Penyedia Jasa Aplikasi
Perpajakan (PJAP). Wajib pajak dengan mudah melaporkan pajaknya dengan
memilih bagian e-filing pada salah satu situs yang telah disediakan dan mengikuti
prosedur pelaporan SPT. Akan tetapi wajib pajak terkadang mengalami
permasalahan seperti server yang eror dan hambatan terkait pengisian data.

Perkembangan globalisasi memicu perkembangan teknologi di segala bidang


kehidupan. Bidang ekonomi dan secara menjurus mengenai perpajakan terus
mengalami reformasi. Pemerintah terus melakukan digitalisasi disetiap kegiatan
perpajakan. Upaya pemerintah dalam hal ini yaitu Direktorat Jenderal Pajak telah
membuat kemudahan dalam memenuhi kewajiban pajak bagi wajib pajak. Hal
tersebut bisa kita lihat melalui website Direktorat Jenderal Pajak yang
menyediakan layanan mulai dari pendaftaran diri, penghitungan pajak,
pembayaran pajak, serta pelaporan pajak.

Layanan digital secara online yang diberikan pemerintah memang memberikan


kemudahan. Akan tetapi masyarakat acap kali mengalami hambatan seperti
kurangnya pemahaman dalam menggunakan layanan pajak secara online,
kesulitan dalam pengisian data, serta kendala ketika website mengalami
gangguan. Oleh karena sering terjadinya permasalahan tersebut Direktorat
Jenderal Pajak perlu melakukan sosialisasi dalam penggunaan layanan perpajakan
secara online dan terkait layanan website yang eror Direktorat Jenderal Pajak
dalam websitenya menyediakan panduan penanganan layanan. Wajib pajak dapat
menemui solusi atas permasalahan layanan yang terjadi.

Semakin berkembangnya teknologi yang memberi kemudahan terhadap aktivitas


manusia diharapkan juga digitalisasi perpajakan dapat membuat masyarakat
semakin sadar pentingnya akan kewajibannya membayar pajak. Kesadaran akan
pentingnya membayar pajak dapat membantu dalam meningkatkan perekonomian
negara dan memajukan negara. Mari Bersama-sama membayar pajak demi
kemajuan bangsa dan negara.
Daftar Pustaka

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. (2021, April


09). Pemerintah Dorong Pertumbuhan Ekonomi Melalui Transformasi
Digital. Diambil kembali dari ekon.go.id:
https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/2814/pemerintah-dorong-
pertumbuhan-ekonomi-melalui-transformasi-digital

Direktorat Jenderal Pajak. (t.thn.). Perjalanan 18 Tahun Digitalisasi Pajak.


Diambil kembali dari pajak.go.id:
https://www.pajak.go.id/id/berita/perjalanan-18-tahun-digitalisasi-pajak

Direktorat Jenderal Pajak. (2016). Bagaimana Prosedur Pemenuhan Kewajiban


Perpajakan? Dalam T. E. Pajak, Materi Terbuka Kesadaran Pajak untuk
Perguruan Tinggi (hal. 152-163). Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak,
Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Prabandaru, A. (2019, April 23). 4 Hal Penghambat Pendaftaran NPWP Online


di Masyarakat. Diambil kembali dari klikpajak.id:
https://klikpajak.id/blog/berita-pajak/4-hal-penghambat-pendaftaran-
npwp-online/

Fitriya. (2021, Februari 03). Cara Bayar Pajak Online yang Mudah, Begini
Langkah-langkahnya. Retrieved from klikpajak.id:
https://klikpajak.id/blog/perencanaan-pajak/cara-bayar-pajak-online/
#Taat_Bayar_Pajak_dengan_Cara_Bayar_Pajak_Online

Anda mungkin juga menyukai