Anda di halaman 1dari 27

PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM PADA

KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK RESTORAN 2019 – 2021


DI KABUPATEN LAMONGAN

TUGAS AKHIR

Oleh :
MOCH SHOLAKHUDDIN FAHMI
NIM: 2001030106

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
LAMONGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022
PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM PADA
KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK RESTORAN 2019 – 2021
DI KABUPATEN LAMONGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Ahli Madya pada
Program Studi D3 Perpajakan

Oleh :
MOCH SHOLAKHUDDIN FAHMI
NIM: 2001030106

PROGRAM STUDI D3 PERPAJAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS AHMAD DAHLAN
LAMONGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
2022
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pajak bagi pemerintah berperan sebagai sumber pendapatan yang

utama dan juga sebagai alat pengatur perekonomian. Pajak sebagai salah

satu sumber pendapatan digunakan untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran non-

rutin seperti membiayai administrasi pemerintah, membangun dan

memperbaiki infrastruktur, serta menyediakan fasilitas pendidikan dan


<<(Sahrani, 2020).>>
kesehatan

Salah satu sumber dana yang cukup berperan penting bagi

kelangsungan pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaran urusan

pemerintahan dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat serta

mewujudkan kemandirian daerah adalah penerimaan dari pendapatan asli

daerah yang salah satunya berasal dari pajak daerah. “Pajak daerah, yang

selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya


<<(Damopolii, 2021).>>
kemakmuran rakyat”

Dalam sistem pemungutaan perpajakan yang Indonesia terapkan

salah-sattu dari sitem tersebut adalah Self Assestment System yang

merupakan administrasi perpajakan yang tugasnya melakukan pembinaan,

pengawasan maupun penerapan sanksi atas penundaan kewajiban

membayar pajak. Dalam Self Assestment System yang berlaku di


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Indonesia memuat akan pengawasan itu sama halnya Self Assestment

System menentukan besar atau tidaknya penerimaan pajak di Indonesia


<<(Masrullah, 2021)>>
.

Upaya peningkatan yang salah satunya dengan meningkatkan

efektifitas pemungutan yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada

serta terus diupayakan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang

potensinya memungkinkan sehingga dapat dipungut pajak daerah.

Di Kabupaten Lamongan sendiri kontribusi pajak dapat dilihat

dibawah ini

Tabel 1.1
Realisasi PAD Kabupaten Lamongan Tahun 2019-2021
(Dalam jutaan rupiah)
Keterangan
Penerimaan

2019
2020
2021

Pajak daerah
144.919
134.050
134.375

Retribusi daerah
15.725
15.570
14.298

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan


26.463
11.584
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

19.176

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah


284.894
320.547
465.481

Jumlah PAD
472.002
481.752
633.332

Sumber : BAPPENDA KAB. LAMONGAN (Data Diolah)

Salah satu jenis pajak daerah yang turut berkontribusi dalam pajak

daerah adalah pajak restoran. Pajak restoran adalah jenis pajak daerah

yang dimana wajib pajak merupakan orang pribadi atau badan yang

memiliki usaha pada bidang restoran yang menjadi wajib atas pungutan

pajak atau objek pajak dan setiao pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak

daerah dan retribusi daerah, wajib pajak restoran mempunyai hak untuk

memungut pajak atas pelayanan yang diberikan kepada konsumen dan

mempunyai kewajiban hak untuk melaporkan dan membayarkan pajak

tersebut kepada pemerintah daerah. Pajak retoran merupajak pajak daerah

yang dikenakan kepada subjek pajak yaitu konsumen yang telah

menikmati jasa pelayanan yang diberikan pengelola restoran.

Dalam waktu 3 tahun terakhir pajak restoran di kabupaten

lamongan mengalami penurunan dikarenakan pandemic covid 19 yang


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

mengakibatkan sektor pemnerimaan restoran menurun dengan adanya

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pemberlakuan Pembatasan

Kegiatan Masyarakat (PPKM). Berikut adalah tabel data realisasi pajak

daerah Kabupaten Lamongan. (Kompas ta opo.com, 2022)

Tabel Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2019-


2021
(Dalam Jutaan Rupiah)
Keterangan
Penerimaan

2019
2020
2021

Pajak Hotel
1.687
1.215
1.347

Pajak Restoran
9.014
6.495
5.433

Pajak Hiburan
7.430
3.091
1.671

Pajak Reklame
2.801
2.517
2.628
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Pajak Penerangan Jalan


54.291
53.431
55.572

Pajak Parkir
889
846
833

Pajak Air Bawah Tanah


387
470
647

Pajak Sarang Burung Walet


18
9
1

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan


1.064
881
1.448

Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan


42.110
42.863
43.621

Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan


25.223
22.227
21.171

Jumlah Pajak Daerah


144.919
134.050
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

134.375

Sumber : BAPPENDA KAB. LAMONGAN

Berkurangnya penerimaan pajak dari sektor restoran diakibatkan

karena berkurangnya jumlah wajib pajak restoran. Usaha kuliner yang

tidak mampu mengimbangi gejolak pandemi covid-19 dan memilih gulung

tikar, hal tersebut dibuktikan dengan data berkurangnya wajib pajak

retoran pada tahun 2020-2021.

Tahun
Wajib Pajak Restoran
2019
176

2020
176
2021
158

Tabel Wajib Pajak Restoran Tahun 2019-2021

Sumber: BAPPENDA Kabupaten Lamongan

Pemerintah Kabupaten Lamongan pada tahun kedepannya bisa

memaksimalkan usaha kuliner yang memiliki tingkat progresifitas yang

tinggi guna memaksimalkan pendapatan pajak daerah disektor pajak

daerah. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam usaha peningkatan


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

penerimaan pajak adalah kesadaran wajib pajak. Kesadaran pajak adalah

keadaan dimana mengetahui atau mengerti perihal pajak.

Jika wajib pajak tidak mengetahui tentang pentingnya kepatuhsn

dalam membayar pajak hal ini dapat menimbulkan permasalahan dalam

penerimaan pajak restoran. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis

mengambil judul “PENERAPAN SELF ASSESMENT SYSTEM PADA

KEPATUHAN MEMBAYAR PAJAK RESTORAN 2019 – 2021 DI

KABUPATEN LAMONGAN”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan dikaji

pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana mekanisme penerapan self assessment system pada

pajak restoran di Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

penerimaan pajak restoran di Kabupaten Lamongan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk menjelaskan mekanisme penerapan self assessment

system pada pajak restoran di Kabupaten Lamongan

2. Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

penerimaan pajak restoran di Kabupaten Lamongan

1.4. Manfaat Penelitian

d. Manfaat Teoritis
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

pengalaman penulis baik secara teori maupun praktik mengenai

Penerapan self assessment system pada kepatuhan membayar pajak

restoran tahun 2019 – 2021 di Kabupaten Lamongan dan juga

untuk peneliti mendatang diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan referensi dan bahan pembanding yang relevan untuk

penelitian selanjutnya serta dapat menambah pengetahuan terapan

dan kepustakaan

e. Manfaat Praktis

Bagi ITB AD lamongan diharapkan penelitian ini dapat menambah

literatur yang dapat digunakan sebagai bahan unutuk referensi yang

berkaitan dengan penerimaan pajak


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

1.5. Batasan Masalah

Dalam suatu penelitian terdapat berbagai masalah yang mungkin akan

diteliti, akan tetapi pada penelitian ini penulis membahas ruang lingkup

pembahasan, agar terarah pada pokok permasalahan yang dituju sebagai

berikut :

1. Membahas mengenai Penerapan self assessment system pada

kepatuhan membayar pajak restoran tahun 2019 – 2021 di

Kabupaten Lamongan

2. Membahas mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap

penerimaan pajak restoran di Kabupaten Lamongan

3. Tidak membahas mengenai pajak daerah secara keseluruhan hanya

berfokus pada pajak restoran yang terdaftar pada BAPPENDA

Lamongan
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Konseptual Perpajakan

a. Definisi Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009

adalah “kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi

atau badan yang bersifat paksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

Menurut Sukardji (2015) Pajak adalah peralihan kekayaan dari

sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat

dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara

langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong,

penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang

keuangan negara.

Menurut Mardiasmo (2018: 3) pajak dalah iuran kepada negara

(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali,

yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintahan.
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Djajadiningrat (2019) menyatakan bahwa “Pajak sebagai

kontribusi atas sebagian hak kekayaan ke kas negara yang disebabkan

suatu keadaan,kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan

tertentu, bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan

pemerintah serta dapat dipaksakan, akan tetapi tidak ada jasa timbal balik

dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara

umum.”

Menurut R.Santoso (2009:4) mengatakan bahwa “Pajak adalah

iuran kepada negara (yang dapat dipaksa) yang terutang oleh wajib pajak

dalam membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak

mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjukkan dan

berguna untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang

berhubungan dengan tugas negara yang harus diselenggarakan

pemerintahan.”

Menurut Soemitro (2016:3) mengatakan bahwa “Pajak adalah

iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.”

b. Fungsi Pajak

Dalam perpajakan memiliki 2 fungsi pajak antara lain :

1. Fungsi Pembiayaan/anggaran (budgeting)

Pajak adalah sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran negara. Dalam fungsi pembiayaan ini sektor publik


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai undang-

undang yang berlaku dalam pembiayaan pengeluaran negara serta

sebagai sumber pendapatan negara melalui penyempurnaan

peraturan dalam berbagai jenis seperti Pajak Penghasilan (PPh),

Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan pajak-pajak lainnya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Dalam fungsi mengatur, pajak dijadikan alat bagi pemerintah dalam

mencapai tujuan tertentu baik dalam bidang ekonomi maupun

politik. Contohnya seperti Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM) dikenakan saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong

mewah. Semakin mewah barang yang dijual atau dibeli maka

semakin tinggi juga tarif pajaknnya.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut (Mardiasmo 2018:9) Dalam perpajak terdapat 3 sistem

pemungutan pajak anata lain :

1. Official Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang dilakukan dengan cara

memberi wewenang kepada aparatur perpajakan untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2. Self Assesment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang dimana wajib pajak

diberikan wewenang dalam menentukan sendiri pajak yang terutang

setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini kegiatan

menghitung,memungut dan melaporkan pajak sepenuhnya berada

ditangan wajib pajak.

3. With holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

terhadap pihak ketiga yang ditunjuk (bukan fiskus dan bukan wajib

pajak) unutuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib

pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

beraku.

Dari ketiga sistem diatas dapat disimpulkan bahwa sistem-sistem

diatas mampu membantu dan mempermuda wajib pajak dalam

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dan dengan diadakannya

ketiga sistem tersebut diharapkan mampu menjadikan wajib pajak

lebih patuh terhadap pembayaran.

d. Jenis-jenis Pajak

Jenis pajak dibedakan beberapa golongan berdasarkan sudut pandang

masing-masing adapun jenis-jenis pajak adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan golongannya

Pembagian pajak berdasarkan golongan berkaitan dengan

pelaksanaan pemungutan pajak yang dilakukan oleh fiskus terhadap

wajib pajak, pembebanan pajak terutang ini terbagi atas:

a) Pajak langsung yaitu pajak yang harus ditanggung oleh wajib

pajak itu sendiri dan tidak dapat dibebankan kepada siapapun.


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Pajak ini dipungut secara periodik atau berkala contohnya

pajak penghasilan.

b) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain, pajak ini dipungut secara

insidentil yaitu saat terjadi kejadian yang ditentukan oleh

undang-undang contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

2. Berdasarkan wewenang/lembaga pemungut

Merujuk pada rasa keadilan dalam memperoleh pendapatan pada

tingkat hierarki maka terjadi perbedaan wewenang atau lembaga

pemungut pajak di setiap tingkatan pemerintahan hanya dapat

menjadi kewenangannya dan tidak boleh memungut pajak di luar

kewenangannya agar tidak terjadi tumpang tindih dan pajak ganda

setiap pelaksanaan kewajiban pajak.

a) Pajak pusat

Pajak pusat merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat yang tugasnya dilaksanakan oleh Kementrian Keuangan

Direktorat Jenderal Pajak. Hasil pemungutan pajak tersebut

dikumpulkan dan dimasukkan sebagai penerimaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam

pelaksanaanya di tiap-tiap kota/kabupaten, tugas pemungutan

tersebut dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama (Ilyas, 2013:40).


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Jenis-jenis pajak pusat menurut Mardiasmo (2011:11) adalah

sebagai berikut :

1) Pajak Penghasilan (PPh)

Dasar hukumnya adalah Undang-undang No. 7 Tahun

1984 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

undang No.36 Tahun 2008.

2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah (PPN dan PPn BM)

Dasar hukumnya adalah Undang-undang No. 8 Tahun

1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-

undang No. 42 Tahun 2009.

3) Bea Meterai

Dasar hukumnya adalah Undang-undang No. 13 Tahun

1985.

Dari ketiga jenis pajak pusat diataslah yang sampai

sekarang menjadi sumber penerimaan terbesar negara.

b) Pajak daerah

Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah No 18

Tahun 1999 yang telah diubah terakhir dengan Undang-

Undang No 28 Tahun 2009, “Pajak Daerah adalah iuran wajib

yang dilakukan orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa

ada imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan


< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

(Waluyo,2013:12)

Dapat disimpulkan pajak daerah tidak jauh berbeda dengan

pajak pusat yang sifatnya memaksa dan digunakan untuk

keperluan rakyat.Perbedaannya hanya terletak dalam hal

pelaksana pemungutannya.
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

No.
Nama dan tahun
Judul penelitian
Variabel yang diteliti
Objek dan subjek
Teknik analisis data
Hasil penelitian

1
Masrullah,Asriati,Nur Reski Alfiah S,
(2021)
Penerapan Self Assessment System dalam Meningkatkan Kesadaran atas Kepatuhan Membayar Pajak diKabupaten Gowa
Penerapan Self AssessmentSystem (Variabel Bebas) Kesadaran atas Kepatuhan Membayar Pajak (Variabel Terikat)
Objek penelitian ini adalah penerapan self assessment system sedangkan Subjeknya adalah kepatuhan membayar pajak oleh wajib pajak
Sumber data menggunakan data dilapangan secara berkesinambungan dengan Teknik reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan
Penerapan self assessment system pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Gowa pada tahun 2018- 2019 Efektif dalam penerapannya,
dan dengan meningkatnya kepatuhan wajib pajak badan yang ada akan bisa meningkatkan penerimaan pajak nantinya, karena
faktor utama yang mempengaruhi penerimaan pajak

2.
Amirah Febtrina, Afridian Wirahadi Ahmad, Rasyidah Mustika, (2022)
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Restoran di Kota Padang
Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan (Variabel Bebas) Kepatuhan Wajib
Pajak Restoran di Kota Padang (Variabel Terkat)
Objek penelitian ini adalah Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System, Pengetahuan Perpajakan, dan Sanksi Perpajakan
Sedangkan Subyek nya pajak restoran
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah Teknik analisis regresi linear berganda
penelitian ini bahwasanya pelaksanaan self assessment systemdan pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak restoransedangkan sanksi perpajakan tidak berpengaruhsignifikan terhadap kepatuhan wajib pajak restoran.
Hal ini menunjukkan bahwa: 1) Wajib pajak yang melaksanakan self assessment systemdapat memiliki tanggung jawab secara
penuh untuk menghitung dan melaporkan kewajiban pajaknya sendiri dengan kejujuran, 2) Wajib pajak yang memiliki pengetahuan
akan pajak restoran akan cenderung memiliki sikap patuh dalam memenuhi kewajiban pajak restorannya, 3) Adanya penerapan
sanksi perpajakantidak mendorong meningkatnya kepatuhan wajib pajak restoran. Hal ini dapat disebabkan karena wajib pajak
menganggap sanksi yang dikenakan tidak wajar dan tidak memberikan efek jera.

3
Farda Triada Damopolii, Tinneke Sumual, Michael Miran (2021)
Analisis Penerapan Self Assesment system terhadap pajak hiburan di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Analisis Penerapan Self Assesment system (Variabel Bebas) pajak hiburan (Variabel Terkat)
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Objek dalam penelitian ini adalah Analisis Penerapan Self Assesment system Sedangkan subjek penelitian ini adalah pajak hiburan di
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumen.
Bahwa penerapan self assessment system pada tahap pendaftaran wajib pajak hiburan di Kab. Bolaang Mongondow Timur tidak berjalan
sesuai dengan ketentuan yang semestinya atau dapat dikatakan tidak sesuai dengan sistem pemungutan pajak hiburan yakni self
assessment sytem. Hal ini dipengaruhi oleh minimnya kesadaran dari wajib pajak itu sendiri dalam melaporkan usaha pajak hiburannya
sebagai objek pajak hiburan.

4
Sri Wahyu Ningsih, Amir Hidayatulloh (2021)
Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Pemilik Restoran Untuk Membayarkan Pajak Restoran
Faktor yang mempengaruhi Kepatuhan Pemilik Restoran (Variabel Bebas) Pajak Restoran (Variabel Terikat)
Objek penelitian ini adalah Kepatuhan Pemilik Restoran, Sedangkan Subjeknya adalah Pajak Restoran
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang ditemui
peneliti. Responden dalam penelitian ini berjumlah 47 responden. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda dengan bantuan alat SPSS
Kepatuhan pemilik restoran untuk membayarkan pajak restorannya dipengaruhi oleh pemahaman perpajakan. Sehingga, ketika wajib
memiliki pemahaman mengenai peraturan perpajakan, maka wajib pajak tersebut akan mengerti kewajibannya sehingga wajib pajak
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

tersebut akan berupaya untuk memenuhi kewajibannya. Keterbatasan penelitian ini adalah sedikitnya jumlah responden. Hal ini
disebabkan karena beberapa responden yang ditemui peneliti enggan untuk mengisi kuesioner. Sehingga, penelitian selanjutnya dapat
menambah jumlah responden atau memperluas lokasi penelitian.

5
Diah Retno Febriantini, Umaimah (2022)
Pengaruh Self Assessment System, Sosialisasi Pajak, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Pengaruh Self Assessment System, Sosialisasi Pajak, dan Sanksi Pajak (Variabel Bebas) Kepatuhan Wajib Pajak (Variabel Terikat)
Objek penelitian ini adalah Pengaruh Self Assessment System, Sosialisasi Pajak, dan Sanksi Pajak, Subjeknya adalah Kepatuhan
Wajib Pajak
Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan asosiatif, yaitu bertujuan untuk menguji teori, menyajikan
fakta/mendeskripsikan statistik, menunjukkan hubungan antar variabel serta mengembangkan konsep dan pemahaman
Semua variabel bebas yang terdiri dari self assessment system, sosialisasi pajak, dan sanksi pajak berpengaruh secara simultan
terhadap kepatuhan wajib pajak.

6
Anzala Sakinah (2018)
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK SELF ASSESSMENT (Studi Kasus pada Pajak Restoran di Kota
Probolinggo Provinsi Jawa Timur)
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Implementasi Kebijakan Sistem


(Vriabel Bebas)
Self Assesment system (Variabel Terikat)
Objek penelitian ini adalah Implementasi kebijakan system, subjek nya adalah Pajak Restoran
Metode yang digunakan dalam teknik penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Pemilihan informan dilakukan dengan metode
Purporsive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Jumlah informan yang diwawancarai sebanyak 18 orang
penerapan kebijakan sistem pemungutan pajak self-assessment pada pajak restoran masih belum dikelola sepenuhnya untuk
diterapkan di Kota Probolinggo karena beberapa faktor menjadi kendala seperti kurangnya kesadaran para wajib pajak, kejujuran
para wajib pajak, kesediaan atau keinginan untuk membayar pajak, disiplin dari para wajib pajak dalam menerapkan undang-undang
perpajakan, undang-undangnya masih lemah dan beberapa hambatan lainnya

7
Abdillah Hamdi, Ferry Irawan (2021)
Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku Usaha Restoran di Kabupaten Asahan
Kepatuhan Wajib Pajak (Variabel Bebas) Pelaku Usaha Restoran (Variabel Terikat)
Objek penelitan ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak Subyek pada penelitian ini adalah Pelaku Usaha Restoran di Kabupaten Asahan
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan pendekatan studi kepustakan yang dilakukan dengan teknik pengumpulan informasi
yang relevan terkait topik dan masalah penelitian. Informasi tersebut diperoleh dari buku-buku ilmiah, karangan ilmiah, peraturan-
peraturan, laporan penelitian dan sumber tertulis ilmiah lain.
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Terdapat beberapa hambatan bagi wajib pajak pelaku usaha restoran di Kabupaten Asahan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Hambatan utama yang menjadi kendala wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya adalah
kurangnya kesadaran dan pengetahuan wajib pajak mengenai kewajiban perpajakan yang harus ia lakukan setelah memiliki NPWP

8
Mohamad Shahibi Ahya
(2019)
PENGARUHKUALITAS PELAYANAN PAJAK, PENGETAHUAN PAJAK, KONDISI KEUANGAN DAN PEMERIKSAAN PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Empiris pada Pengusaha Restoran di Kabupaten Magelang
Pengaruh Kualitas Pelayanan (Variabel Bebas) Kepatuhan Wajib Pajak
(Variabel Terikat)
Objek penelitian ini adalah Pengaruh Kualitas Pelayanan, subjeknya adalah Wajib Pajak pengusaha restoran di Kabupaten Magelang.
Teknik analisis menggunakan menggunakan purposive sampling, artinya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
yang memenuhi kriteria tertentu. Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang representative
Hasil penelitian ini adalah Kualitas pelayanantidakberpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Artinya kualitas pelayanan masih
belum dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban membayar dan melaporkan pajaknya.

9
Fadhillah (2018)
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN PERPAJAKAN DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Pengaruh kesadaran wajib pajak (Variabel Bebas) Penerimaan Pajak Pada Kantor KPP Pratama Medan Timur (Variabel Terikat)
Objek penelitian ini adalah Pengaruh kesadaran wajib pajak , Subjeknya adalah Penerimaan Pajak Pada Kantor KPP Pratama Medan Timur
Analisis data penelitian ini menggunakan sumber dari data sekunder yang kemudian dianalisis melalui perhitungan tingkat efektifitas dan
kontribusi
Hasil penelitian penelitian kuantitatif dengan pendekatan asosiatif yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur. Tujuan dari penelitianini untuk mengetahui bagaimana pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan perpajakan dan
kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak. Penelitian ini menggunakan data primer. Sampel diambil dengan teknik insidental
sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden

10
Semy Pesireron, Juliana Kesaulya (2019)
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Influence Of Incentives On Work Spirit And


Performance Of Village Collectors
In Receipt Of Pbb-P2
Pengaruh Insentif Terhadap Semangat Kerja Dan
Kinerja Pengumpul Desa (Variabel Bebas) Penerimaan Pbb-P2 (Variabel Terikat)
Objek Penelitian ini adalah Pengaruh Insentif Terhadap Semangat Kerja Dan
Kinerja Pengump ul Desa, Subyek nya adalah Penerima an PBB-P2
Analisis pada penelitian ini mengguna kan analisis deskriptif, uji validitas dan reliabilitas, serta analisis jalur menggunakan IBM SPSS 19
Hasil penelitian menunjukkan (1) Insentif (X) berpengaruh langsung terhadap pekerjaan semangat (Y1). (2) Insentif (X) berpengaruh
langsung terhadap kinerja desa kolektor (Y2). dan (3) semangat kerja secara langsung (Y1) berpengaruh langsung terhadap
kinerja pengumpul desa (Y2) di Kabupaten Rokan Hulu, dan secara tidak langsung
Insentif (X) berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Kolektor (Y2) melalui
Semangat Kerja (Y1) pengumpul desa di Kabupaten Rokan Hulu.
< PAGE \* MERGEFORMAT 13>

Anda mungkin juga menyukai