Anda di halaman 1dari 16

Penelitian

36 Anik Farida

“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”:


Model Manajemen Pemberdayaan
di Masjid Salman ITB Bandung
Anik Farida
Peneliti Balai Litbang Agama Jakarta
Diterima redaksi 14 Maret 2014, diseleksi 8 April 2014 dan direvisi 28 April 2014

Abstract Abstrak
This paper discusses part of the findings of Tulisan ini merupakan bagian dari temuan
a larger study entitled “The Effectiveness of sebuah penelitian berjudul “Efektivitas
Manajemen Masjid dalam Pemberdayaan
Mosque Management in the Empowerment Umat”yang salah satu sasarannya adalah
of People.” It specifically looks at the case masjid Salman ITB di Bandung. Penelitian
of the Salman Mosque of ITB in Bandung. ini menemukan varian fungsi masjid
This research finds that the Salman Mosque di masjid Salman, yaitu sebagai wadah
pemberdayaan keilmuan dengan cara
is a place of knowledge empowerment in
mendekatkan sains teknologi dengan
the area of Islamic Science and Technology, doktrin Islam, lebih fokus lagi pada
looking at science and technology from an saintifikasi ajaran Islam dan Islamisasi sain
Islamic perspective. The teachings of its dan teknologi.
mosque has led to changes in the mindsets, Standar efektivitas pemberdayaan umat
perspectives, worldviews and paradigms of pada masjid Salman ukurannya adalah
the target audience, students. Ultimately, pada perubahan mindset, cara pandang,
this religious empowerment model has led world view dan paradigma sasaran
penerima pemberdayaan, yaitu mahasiswa.
students—the countrys future scientists and
Pada akhirnya pemberdayaan model ini
technocrats—to value nature. It has taught akan menghasilkan ilmuan dan teknokrat
them not to exploit nature, as practiced in yang tidak mengekploitasi alam seperti
secular science and technology, but to be pada sains dan teknologi yang sekuler,
khalifah fil-ardhi, protectors of nature. tetapi mereka akan menjadi teknokrat yang
mempertimbangkan fungsi khalifah fil-ardhi
Keywords: management, empowerment, sebagai pemelihara alam semesta.
Islamization science, scientification Kata Kunci: Manajemen, Pemberdayaan,
Islamisasi sains, Saintifikasi

Pendahuluan strategi untuk membangun kota Madinah


pasca hijrah, yaitu: pertama, membangun
Masjid merupakan pilar penting masjid. Kedua, memperkuat persaudaraan,
dalam sejarah perkembangan Islam. khususnya antara kelompok Muhajirin
Melalui media masjid pula Nabi dan Anshor, dan ketiga, membuat kontrak
Muhammad merintis perjuangan sosial atau ‘perjanjian’ antara kelompok-
mewujudkan masyarakat yang beradab kelompok yang ada di Madinah. (Ibnu
ketika hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Qayyim, 2006; Nur Kholis Setiawan,
Setidaknya ada tiga hal penting yang 2012).
dilakukan Nabi Muhammad sebagai
HARMONI Januari - April 2014
“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung 37

Masjid Quba, sebagai masjid retorika dakwah yang kadang tidak


pertama yang dibangun Nabi Muhammad membumi dan berjarak dari pesan-pesan
di Madinah menjadi tonggak bagi proses yang dapat memberdayakan kemampuan
pemberdayaan dan pengonsolidasian umat.
mewujudkan masyarakat yang
berlandaskan nilai-nilai Islam. Pada Sebagai negera dengan penduduk
mayoritas muslim, Indonesia memiliki
masa tersebut, fungsi dan peran masjid
banyak masjid. Menurut data Lembaga
Quba melingkupi hampir semua aspek
Ta’mir Masjid Indonesia, saat ini terdapat
kepentingan umat, baik kepentingan
125 ribu masjid yang dikelola oleh
ibadah (mahdhah), sosial, politik dan juga
lembaga tersebut. Sedangkan jumlah
ekonomi. Dengan banyak fungsi seperti
secara keseluruhan berdasarkan data
itu, masjid Quba menjelma menjadi pusat
Departemen Agama tahun 2004, jumlah
aktifitas masyarakat. (Richard C Martin:
masjid di Indonesia sebanyak 643.834
439). buah. Jumlah tersebut meningkat dari
Fungsi masjid mulai mengalami data tahun 1977 sebanyak 392.044
perubahan dan perkembangan seiring buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan
dengan semakin luasnya wilayah mushala di Indonesia saat ini antara 600-
kekuasaan dan bertambahnya jumlah 800 ribu buah. (www. wikipedia bahasa
pemeluk Islam yang tersebar di berbagai Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses
jazirah seperti Kuffah, Basrah, Damaskus, tanggal 3 April 2013). Namun jumlah
dan Kairo. Di wilayah kekuasaan Islam masjid yang potensial tersebut belum
tersebut masjid difungsikan sebagai dapat dikembangkan secara maksimal
oleh umat Islam.
pusat pemerintahan. Dengan demikian
masjid tidak hanya menjalankan fungsi Kelemahan umat dalam
dan peran sebagai fasilitas untuk memakmurkan masjid adalah suatu
menjalankan urusan yang sakral (ibadah) kenyataan yang harus disikapi secara
tetapi sekaligus menjadi arena kegiatan positif agar dapat memperbaiki kondisi
pemerintahan. yang ada. Langkah-langkah perbaikan
tersebut haruslah bersifat strategis
Secara sosiologis kepelbagaian
dan menyeluruh.  Artinya solusi yang
fungsi (mulfi fungsi) masjid dalam diberikan dapat menjadi jembatan bagi
konteks sejarah juga terkait dengan umat untuk bangkit memberdayakan
realitas masyarakat waktu itu yang relatif dirinya sendiri dan berlangsung di setiap
masih homogen, tidak terfragmentasi Masjid. Solusi tersebut juga diharapkan
dan tidak terspesialisasi dalam berbagai mampu membawa pengaruh besar dalam
kegiatan, kepentingan dan ruang aktifitas. upaya memakmurkan masjid, yang pada
Bagaimanapun sebagai sebuah institusi gilirannya mampu memunculkan sebuah
atau lembaga sosial, masjid sangat gerakan bersama yang bisa memberi
terkait dengan karakteristik masyarakat dukungan berarti bagi perbaikan umat
penggunanya. Oleh karena itu, fungsi Islam.
masjid akan banyak dipengaruhi oleh
proses perubahan dan evolusi sosiologis Dalam konteks tersebut, masjid
masyarakat yang menggunakannya. harus difungsikan bukan hanya sebatas
pusat kegiatan ibadah bagi para
Persoalan berkurangnya fungsi jamaahnya, tetapi diharapkan dapat
dan peran masjid juga dipengaruhi oleh menjadi pusat aktiftas sosial dan ekonomi
peranannya yang lebih dominan sebagai dan keilmuan bagi para jamaahnya. Oleh
institusi ibadah mahdhah (ritual) ketimbang karena itu perlu dilakukan penelitian
ibadah ghairu mahdhah (sosial). Masjid mengenai “Efektivitas Manajemen Masjid
lebih banyak dijadikan ajang pergumulan dalam Pemberdayaan Umat”.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1
38 Anik Farida

Penelitian dilakukan di wilayah Ketiga, teknik observasi dilakukan


Bandung dengan mengambil dua lokasi. untuk melihat secara dekat implementasi
Lokasi pertama, Masjid Mujahidin yang manajemen masjid dalam berbagai
terletak di Jalan Sancang Bandung. Masjid kegiatan di kedua masjid tersebut.
ini dipilih sebagai model masjid yang
menerapkan manajemen modern dalam Kerangka Konsep
rangka pemberdayaan ekonomi umat. Dalam tulisan ini digunakan
Salah satu program unggulan dari masjid beberapa konsep utama.
ini adalah pemberdayaan ekonomi umat
berupa pemberian modal usaha kepada
beberapa fakir miskin.
1. Pemberdayaan
Kedua, Masjid Salman Kampus ITB
Bandung. Masjid ini dipilih sebagai model Konsep pemberdayaan yang
masjid yang menerapkan manajemen digunakan dalam penelitian ini adalah
modern dalam upaya memberdayakan sebagai berikut:
umat pada bidang keilmuan, yakni Empowerment is a process of
dengan menjadikan Masjid Salman helping disadvantaged groups
sebagai pusat kegiatan belajar mengajar and individual to compete more
dan program keilmuwan baik ilmu effectively with other interests, by
agama maupun ilmu umum. Program ini helping them to learn and use in
dapat menjangkau hampir semua jenjang lobbying, using the media, engaging
pendidikan masyarakat. in political action, understanding
Tulisan ini memaparkan temuan how to ‘work the system,’ and so on
penelitian yang diperoleh di Masjid (J.W, Ife, 1995).
Salman ITB Bandung.
Definisi tersebut mengartikan
konsep pemberdayaan (empowerment)
sebagai upaya memberikan otonomi,
Metodologi Penelitian wewenang, dan kepercayaan kepada
Penelitian dimulai dengan tahapan setiap individu dalam suatu organisasi,
identifikasi dan konfirmasi dengan serta mendorong mereka untuk kreatif
pengelola objek penelitian. Dari proses agar dapat menyelesaikan tugasnya
identifikasi selanjutnya ditentukan sebaik mungkin. Di sisi lain Paul (1987)
pilihan teknik pengumpulan data sebagai dalam Prijono dan Pranarka (1996)
berikut: mengatakan bahwa pemberdayaan
berarti pembagian kekuasaan yang adil
Pertama, indepth interview. Teknik sehingga meningkatkan kesadaran politis
ini dilakukan dengan mewawancarai dan kekuasaan pada kelompok yang
pihak-pihak atau stake holder di kedua lemah serta memperbesar pengaruh
masjid yang menjadi objek penelitian. mereka terhadap ”proses dan hasil-hasil
Di antara stakeholder adalah pengurus pembangunan.”
DKM atau BTM.
Pendekatan utama dalam konsep
Kedua, kajian pustaka. Proses ini pemberdayaan adalah bahwa masyarakat
dilakukan dengan menganalisis literatur tidak dijadikan objek dari berbagai
terkait dengan manajemen masjid dan proyek pembangunan, tetapi merupakan
pemberdayaan, hasil penelitian tentang subjek dari upaya pembangunan.
kedua masjid yang menjadi objek Berdasarkan konsep demikian, maka
penelitian, serta dokumen lain yang pemberdayaan masyarakat harus
terkait. mengikuti pendekatan sebagai berikut
HARMONI Januari - April 2014
“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung 39

(Sumodiningrat, Gunawan, 2002): masjid. Kata masjid berasal dari kosa kata
Pertama, upaya itu harus terarah. Hal bahasa Arab sajada yang bermakna tempat
ini yang populer disebut pemihakan. sujud. Sementara kata manajemen, berasal
Upaya pemihakan ini ditujukan dari kata to manage yang berarti mengurus,
langsung kepada yang memerlukan, membimbing, mengawasi, mengelola
dengan program yang dirancang untuk atau mengatur. Dalam pengertian umum,
mengatasi masalahnya yang sesuai manajemen adalah proses perencanaan,
dengan kebutuhannya. Kedua, program pengorganisasian, pengarahan, dan
ini harus langsung mengikutsertakan pengawasan usaha-usaha para anggota
atau bahkan dilaksanakan oleh organisasi dan penggunaan sumber daya-
masyarakat yang menjadi sasaran. sumber daya organisasi lainnya agar
Mengikutsertakan masyarakat yang akan mencapai tujuan organisasi yang telah
dibantu mempunyai beberapa tujuan, ditetapkan. Apabila dua kata tersebut
yakni agar bantuan tersebut efektif dipadukan, maka dapat disimpulkan
karena sesuai dengan kehendak dan bahwa manajemen masjid merupakan
mengenali kemampuan serta kebutuhan proses/usaha mencapai kemakmuran
mereka. Selain itu, untuk meningkatkan masjid yang ideal yang dilakukan oleh
kemampuan masyarakat dalam pemimpin/pengurus masjid bersama staf
merancang, melaksanakan, mengelola, dan jamaahnya melalui berbagai aktifitas
dan mempertanggungjawabkan upaya
yang positif.
peningkatan diri dan ekonominya. Ketiga,
menggunakan pendekatan kelompok, Manajemen masjid juga merupakan
mengingat jika dilakukan secara sendiri- upaya memanfaatkan faktor-faktor
sendiri masyarakat miskin kesulitan manajemen dalam menciptakan kegiatan
dalam memecahkan masalah masalah masjid yang lebih terarah dan diperlukan
yang dihadapinya. Selain itu, lingkup pendekatan sistem manajemen, yaitu
bantuan menjadi terlalu luas apabila planning, organizing, actuating, dan
penanganannya dilakukan secara controlling.
individual. Pendekatan kelompok ini
paling efektif dan dilihat dari penggunaan
sumber daya juga lebih efisien.
3. Islamisasi Sains
Aspek penting dalam suatu
program pemberdayaan masyarakat Kerangka revolusi sains (ilmu
adalah program yang disusun sendiri oleh pengetahuan) menurut Thomas Kuhn
masyarakat, menjawab kebutuhan dasar merupakan perkembangan sains dimulai
masyarakat, mendukung keterlibatan dari krisis paradigma ilmu normal,
kaum miskin, perempuan, buta huruf dan diikuti oleh pengajuan paradigma baru
kelompok terabaikan lainnya. Di samping dan periode pengembangan sains normal
itu, program pemberdayaan harus berbasis paradigma baru, kemudian
dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif diikuti oleh krisis lagi dan seterusnya.
terhadap nilai-nilai budaya setempat, (Thomas S Khun, 1970). Kerangka krisis
memerhatikan dampak lingkungan, tidak paradigma sebagai perangkat revolusi
menciptakan ketergantungan, berbagai atau pembaruan ilmu ini juga harus
pihak terkait terlibat, serta berkelanjutan. diberlakukan atas ilmu-ilmu agama yang
diklaim telah diturunkan dari Quran
dan Hadits. Upaya-upaya membangun
2. Manajemen Masjid kembali sains telah dicoba dimulai
melalui upaya-upaya “islamisasi sains”
Secara bahasa, istilah manajemen oleh Sir Naquib Alatas pada awal 1970-an,
masjid berasal dari kata manajemen dan dan diwujudkan dalam sebuah institusi

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1


40 Anik Farida

pendidikan, yaitu Universitas Islam 3. Menentukan relevansi Islam yang


Internasional di Kuala Lumpur pada spesifik pada setiap bidang ilmu
awal tahun 1980-an yang disponsori oleh pengetahuan modern
Organisasi Konferensi Islam. Kelahiran
beberapa UIN dari eks IAIN di Indonesia 4. Mencari cara-cara untuk melakukan
sedikit banyak mencerminkan upaya sintesa kreatif antara khazanah Islam
Islamisasi sains. dengan khazanah ilmu pengetahuan
modern.
Islamisasi sains tidak hanya berarti
menyisipkan ayat-ayat suci Al Quran 5. Mengarahkan pemikiran Islam ke
yang sesuai dengan konsep tertentu lintasan-lintasan yang mengarah
dalam sains. Tetapi terfokus kepada pada pemenuhan pola rancangan
bagaimana Islam sebagai fundamen Allah. (Achmad Sudrajat, 2009).
nilai yang mengikat sains (value bound)
atau bagaimana pemahaman sains dapat
meningkatkan kadar iman dan takwa 4.Saintifikasi Islam
terhadap Allah. Jadi penulis membuat
istilah Islamisasi Sains ke dalam dua Saintifikasi Islam adalah upaya
katagori:  (1) Islam to Sains; (2) Sains to mencari dasar sains pada suatu
Islam pernyataan yang dianggap benar dalam
Islam.   Pernyataan yang “taken for
Dasar pemikiran tersebut berangkat granted” sebagai kebenaran dalam Islam
dari lima ayat dalam Surat Al-Alaq: tentu saja adalah yang bersumber dari
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang Qur’an dan Hadist, baik mengenai suatu
menciptakan manusia dari segumpal hal yang harus dipercaya atau suatu amal
darah. Bacalah! Dan Tuhanmu Yang yang harus dilakukan.
Maha Pemurah yang mengajarkan
dengan pena. Mengajar manusia hal- Hal-hal yang harus dipercaya
hal yang belum diketahuinya (Q.S. Al- masuk dalam kategori aqidah.   Apabila
Alaq:1-5). Lima ayat ini bukan sekadar sumbernya adalah Quran atau Hadits
perintah untuk membaca ayat Quraniyah. mutawatir, kemudian dalalahnya tidak
Terkandung di dalamnya dorongan multi tafsir, maka ia masuk dalam dalil
untuk membaca ayat-ayat Kauniyah Qath’i, yang wajib dibenarkan secara
di alam. Manusia pun dianugerahi pasti, misalnya adalah: pernyataan
kemampuan analisis untuk mengurai bahwa sebelum Nabi Muhammad, Allah
rahasia di balik semua fenomena alam. mengutus banyak nabi di berbagai tempat,
Kompilasi pengetahuan itu kemudian masa, dan dengan berbagai mukjizatnya.
didokumentasi dan disebarkan melalui Misalnya Nabi Adam sebagai manusia
tulisan yang disimbolkan dengan pena. pertama, Nabi Nuh disuruh membuat
Pembacaan ayat-ayat Kauniyah ini perahu, Nabi Musa pernah membelah
akhirnya melahirkan sains yang terdiri
laut merah, Nabi Sulaiman pernah
dari astronomi, fisika, kimia, biologi,
berbicara dengan binatang, Nabi Isa
geologi, dan sebagainya.
pernah menghidupkan orang mati, dsb.
Al-Faruqi menetapkan lima sasaran
Pernyataan di atas adalah hal-hal
dari rencana kerja Islamisasi Sains atau
yang ada di luar dunia empiris, sehingga
Ilmu, yaitu sebagai berikut:
nilai kebenarannya sangat tergantung
1. Menguasai disiplin-disiplin modern pada sejauh mana penerimaan seseorang
pada dalil Qath’i yang menjadi
2. Menguasai khazanah Islam
sumbernya.

HARMONI Januari - April 2014


“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung 41

Berdasarkan dalil Qath’i tersebut Sejak itu, Masjid Salman menjadi


maka dikembangkan penelitian yang sentrum pelatihan dakwah kampus di
berbasis pada saintifikasi Islam, misalnya: mana para peserta dibekali pengetahuan
mencari bekas 12 mata air Nabi Musa, sains dan wawasan keislaman yang
mencari fosil hewan yang pernah kuat. Pada perkembangan berikutnya
berbicara dengan Nabi Sulaiman, mencari para alumni LMD ini mulai meramaikan
gua Ashabul Kahfi dan mempelajari efek kegiatan keislaman di kampus lain
terowong waktu, mencari fosil mayat yang ada di tanah air. Selanjutnya,
yang konon pernah dihidupkan Nabi sebagai bagian dari strategi menjalankan
Isa, mencari bekas bulan yang terbelah program dakwah Islam dan pelayanan
di masa Nabi Muhammad, penelitian umat, maka dibentuk pula lembaga-
manuskrip-manuskrip kuno yang diklaim lembaga profesional beserta program-
sebagai Kitab Nabi Musa, Daud, Isa, dan program unggulannya berupa program
sebagainya. yang menyentuh langsung kegiatan
ibadah mahdhoh dan kegiatan sosial.
Di antaranya, Lembaga Pengembangan
Hasil dan Pembahasan Penelitian Manajemen dan Ekonomi Syariah
(LPES) dengan pelatihan Ekonomi
Gambaran umum Masjid Salman ITB
Syariah, Lembaga Muslimah Salman
Masjid Salman ITB merupakan (LMS) dengan program Sekolah Pra
pelopor konsep masjid dan dakwah Nikah dan Parenting Class, dan Lembaga
kampus di Indonesia. Berlokasi di salah Kaderisasi (LK) untuk membina kader
satu perguruan tinggi terbaik di negeri ini, inti mahasiswa yang difasilitasi asrama
masjid Salman sudah banyak melahirkan putra dan putri.
ilmuwan dan tokoh penting di tanah air.
Pendirian masjid Salman dirintis oleh Program yang dijalankan Masjid
para mahasiswa pada sekitar tahun 1960 Salman tersebut mengacu pada visi-misi
an. Proses pembangunannya dimulai Masjid Salman yaitu menjadi masjid
dengan terbentuknya kepanitian pada kampus yang mandiri sebagai wadah
19 April 1960. Setelah melalui berbagai pembinaan insan, pengembangan
persiapan, para panitia menghadap masyarakat, dan pembangunan
Presiden Soekarno. Dalam pertemuan peradaban yang Islami.
tersebut, Soekarno menandatangani
rancangan gambar masjid yang dibuat
oleh Ahmad Nu’man dan memberi nama 1. Fungsi Masjid Salman
Salman.
Pada awal pendiriannya Masjid
Salah satu catatan sejarah yang Salman dibangun untuk mengakomodasi
lahir di masjid ini adalah munculnya kebutuhan mahasiswa dalam
model dakwah kampus yang kemudian
melaksanakan shalat lima waktu terutama
menginspirasi kegiatan dakwah di
pelaksanaan shalat jum’at dan kegiatan
berbagai kampus di Indonesia. Pada
keagamaan lainnya. Keinginan akan
tahun 1974, salah seorang perintis
adanya fasilitas masjid dilatarbelakangi
aktifitas dakwah kampus, Bang Imad
jarak antara kampus ITB dengan masjid
menyelenggarakan arena Latihan
Mujahid Dakwah (LMD). Pada saat itu pada waktu itu terbilang jauh.
sekitar 50 mahasiswa digembleng di ruang Fungsi dasar masjid sebagai tempat
serba guna untuk menjadi kader dakwah ibadah ini yang juga dikembangkan
yang tangguh. LMD kemudian menjadi pertama kali di Masjid Salman. Namun
api bangkitnya semangat keislaman di kemudian fungsi Masjid Salman
kampus-kampus. berkembang seiring dengan kreatifitas
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1
42 Anik Farida

dan kebuthan dari jamaah yang dicontohkan Rasulullah Muhammad


menggunakannya. Seiring bergulirnya SAW, para sahabatnya dan tabiin.
waktu, Salman ITB berkembang menjadi
organisasi dengan sistem manajemen Lembaga ini memiliki beberapa
yang tertata. Bahkan, bisa dibilang, program unggulan seperti Bidang Tamir
hadirnya Salman ITB ini menjadi contoh Masjid Salman dan Jaringan Dakwah
dari perwujudan salah satu darma Kampus. Acaranya dibentuk seperti
dalam Tridarma Perguruan Tinggi, Salman Spiritual Weekend setiap hari
yakni pengabdian masyarakat. Melalui Sabtu. Acara ini rata-rata diikuti 200-
medium dakwah, para aktifis Salman ITB 300 orang tiap pertemuan. Selain itu,
telah memainkan peran penting dalam lembaga ini juga memberikan konsultasi
mengabdi kepada masyarakat. keagamaan setiap hari kerja dari Senin-
Jumat, termasuk pembinaan mualaf
Sebagai masjid kampus, Masjid secara gratis.
Salman memiliki karakter kuat dalam
pemberdayaan wawasan pengetahuan Kedua, Program Rumah Quran.
(keilmuan) bagi jamaahnya yang sebagian Program ini terbuka untuk umum,
besar mahasiswa. Pengembangan namun segmentasi utama bagi kampus
keilmuawan ini menjadi ciri khas dan dosen. Tahsin (perbaikan bacaan
yang membedakan fungsi masjid yang Al-quran), baik yang reguler (setiap
dijalankan serta model pemberdayaan hari) maupun pelatihan secara umum
yang dikembangkan oleh pengelola dilaksanakan sepanjang semester
Masjid Salman. pertama 2009 dengan peserta berjumlah
149 orang. Tahfizh (menghafal Al-
Secara garis besar fungsi-fungsi quran) dilaksanakan sepanjang semester
yang ada di Masjid Salman dibagi pertama 2009 dengan peserta berjumlah
pada lima divisi program meliputi: 88 orang dan telah hafal 2 Juz dengan
Bidang Kemahasiswaan dan Kaderisasi, fokus Juz 29-30. Kemudian ada program
Bidang Dakwah, Bidang Pelayanan dan Daurah Al-Quran yang telah berlangsung
Pemberdayaan, Bidang Pengkajian dan sejak tahun 2007 dan pada 2009 akan
Penerbitan, serta Lembaga Pengembangan berlangsung di bulan Ramadhan.
Pendidikan.
Ketiga, Pengajian Wanita Salman
(PWS) merupakan salah satu unit yang
terdapat di Masjid Salman ITB. Lembaga
1.1. Fungsi Ibadah ini diharapkan dapat menjadi tempat
Selain fungsi utama sebagai tempat menimba ilmu dalam menciptakan
sholat, Masjid Salman juga menjalankan keluarga yang sakinah, penuh kasih
beberapa program keagamaan sayang dan rahmat Allah SWT. PWS
dan dakwah sebagai implementasi memiliki beberapa kegiatan seperti
fungsi ibadah dari masjid itu sendiri. pengajian ibu-ibu, ceramah umum,
Diantaranya; silaturahmi aktifis, Kursus Kesejahteraan
Rohani (KKR), Kursus Kesejahteraan
Pertama, program dakwah yang Rohani Keluarga (KKRK), Kursus
dikelola oleh Lembaga Pengembangan Keluarga Sakinah (KKS), dan lain-lain.
Dakwah (LPD) Salman ITB. Lembaga ini
merupakan pusat pengembangan dakwah Masjid Salman juga
yang bertanggung jawab memikirkan, menyelenggrakan pengajian model Majelis
merancang, menyusun strategi, metode Ta’lim. Majelis Ta’lim (Mata’) Salman
dan sistem dakwah, serta melaksanakan ITB adalah sebuah unit mahasiswa yang
kegiatan dakwah menurut kaidah yang berada di lingkungan Masjid Salman ITB.

HARMONI Januari - April 2014


“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung 43

Mata’ didirikan pada tahun 19 November tema selesai. Untuk saat ini, pengerjaan
1994. Mata’ bergerak dalam segmen buku kumpulan tafsir ilmiah juz 30
dakwah yang bertujuan sebagaimana sedang dalam tahap pengerjaan.
terlihat pada visi keorganisasian Mata’
yaitu “Terbentuknya pemahaman keislaman Kontributor pada Kajian Tafsir
yang shahih berlandaskan nilai-nilai al- Ilmiah ini sendiri merupakan orang-orang
Quran untuk mahasiswa khususnya dan umat yang dapat mengaitkan ayat al-Quran
Islam umumnya. Sedangkan misi Mata’, dengan sudut pandang disiplin ilmu
yaitu: (1) Meningkatkan kualitas program yang dimilikinya. Beberapa kontributor
kema’hadan dan kajian tsaqofah islamiyyah, yang pernah diundang di antaranya:
(2) Mengoptimalkan pembinaan anggota dosen-dosen ITB dari berbagai jurusan;
sebagai bagian dari fungsi kaderisasi, dan (3) dosen-dosen universitas lainnya dan para
Meningkatkan pelayanan terhadap jamaah. praktisi seperti dokter.
Penyebaran fikroh Islam yang Kajian Tafsir Ilmiah Salman bersifat
dilakukan oleh Mata’ bukan hanya terbuka untuk umum dan berlangsung
menyampaikan Islam saja, melainkan setiap Senin pukul 09.30 di Front Office
berusaha menekankan pada pembinaan Rumah Alumni Salman. Untuk tahun
dan nashrul fikrah dengan orientasi 2013, kajian perdana dimulai pada
pemahaman dasar Islam dalam tanggal 28 Januari 2013. Progam kajian
melaksanakan kegiatan dakwahnya. tersebut berawal dari keprihatinan
Keempat, Kajian Tafsir Ilmiah. para aktifis Masjid Salman terhadap
Program ini pada awalnya dimulai adanya dikotomi antara agama dan sains
dengan membahas tafsir ilmiah dari surat- (ilmu pengetahuan) sebagaimana yang
surat yang ada dalam Juz Amma (Juz 30), berkembang di masyarakat Barat serta
terutama ayat-ayat yang terkait dengan fenomena di masyarakat yang hanya
fenomena alam. Pembahasan tentang menghubungkan Islam dengan masalah
tafsir ini berlangsung dari awal Oktober ritual ibadah saja. Akibatnya persoalan
2010 dan selesai pada Desember 2011. yang bersifat keilmuan dinomor-duakan,
Setelah itu, Kajian Tafsir Ilmiah Salman bahkan ditiadakan. Konsekuensinya,
berlanjut dengan pembahasan tafsir yang keduanya semakin terpisah menjadi
bersifat tematik, yang disesuaikan dengan sekularisme, agama ya agama, sains ya
kesepakatan tema yang ingin diangkat sains, sendiri-sendiri. Kekecewaan inilah
dalam setiap kajian yang akan diadakan. yang akhirnya membuat munculnya
Hingga Desember 2012, pembahasan kajian-kajian keilmuan tentang Islam
tafsir yang diangkat adalah penafsiran yang mengaitkan al-Quran dengan sains,
hari kiamat dari berbagai perspektif. tidak terkecuali Kajian Tafsir Ilmiah di
Tujuan akhir dilakukannya Masjid Salman ITB.
Kajian Tafsir Ilmiah Salman adalah Kajian Tafsir Ilmiah bermula dari
mempublikasikan kajian mereka kepada ketidakpuasan jamaah Masjid Salman
khayalak umum agar mereka dapat
ITB, baik para dosen pengurus, pembina,
membaca dan mengetahui bagaimana
dan orang-orang terdekat lainnya,
penafsiran tentang ayat-ayat keilmuan
terhadap tafsir yang beredar di khayalak
menurut persfektif Masjid Salman ITB.
umum sekarang. Tafsir-tafsir dahulu,
Produk yang dikeluarkan oleh kajian
menurut mereka, belumlah cukup untuk
ini ada yang berupa buletin Misykat
yang terbit setiap Jumat dan juga buku menjelaskan ilmu-ilmu pengetahuan
yang rencananya akan terbit setelah yang semakin berkembang pada zaman
pembahasan tentang kumpulan suatu sekarang.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1


44 Anik Farida

Paradigma keilmuan seperti itulah Selain lembaga-lembaga di atas,


yang ingin diperdalam di Kajian Tafsir terdapat Karisma Learning Center atau
Ilmiah Salman sebagai upaya meyakinkan biasa disingkat KLC merupakan pusat
umat melalui fenomena-fenomena yang bimbingan belajar siswa SMP dan SMA
telah dituliskan di al-Quran dengan di Masjid Salman ITB dan berada di
bahasan keilmuan. bawah naungan Karisma ITB. Kisah awal
terbentuknya adalah pada tahun 2007-
2008. Karisma ITB sempat dibekukan,
1.2. Fungsi Sosial sekretariat Karisma tidak boleh
digunakan oleh para pembinanya dan
Fungsi Sosial yang dilaksanakan sekretariat pun pindah ke lapang rumput
Masjid Salman didesain dalam format menggunakan tenda dome sebagai atap.
pendidikan dan pemberdayaan ekonomi. Salah satu syarat agar Karisma kembali
Ada beberapa divisi yang secara khusus memiliki sekretariat adalah dengan
menjalankan fungsi pemberdayaan merancang suatu produk yang sekiranya
pendidikan atau keilmuan dan juga dapat menambah jumlah adik yang
pemberdayaan ekonomi. beraktifitas di Salman ITB. Ketika itu ada
beberapa produk yang ditawarkan dan
Bidang Kemahasiswaan dan
salah satunya adalah KLC.
Kaderisasi merupakan lembaga yang
berfungsi untuk menyelenggarakan Pertama kali dibuka, adik yang
proses kaderisasi terpusat di lingkungan mendaftar berjumlah sekitar 75 orang.
Masjid Salman ITB dalam upaya mencapai Semester berikutnya bertambah menjadi
tujuan yang telah ditetapkan untuk kurun 150 orang. Pengajarnya pun pada saat itu
waktu tertentu, serta menjamin perbaikan berasal dari mahasiswa ITB yang hanya
secara berkelanjutan pelaksanaan dan dibayar dengan makan siang di kantin
capaian program dan kegiatan yang Salman ITB. Sejak awal terbentuknya,
dilaksanakan guna mencapai visi dan KLC memiliki visi besar, yaitu agar adik
misi Masjid Salman. SMP dan SMA bersemangat melakukan
aktifitas di Salman. Selain visi besar, KLC
Bidang Pengkajian dan Penerbitan
juga memiliki visi mulia yaitu agar siswa
(BPP) YPM Salman ITB merupakan
dhuafa mendapat bimbingan belajar yang
peleburan dari 3 lembaga, yaitu Lembaga
layak dengan pengajar yang layak dan
Pengkajian Islam (LPI), Lembaga
non-biaya.
Pengembangan Ekonomi Syariah (LPES),
dan Lembaga Penerbitan Salman (LPS). Sekarang, KLC memiliki anak didik
Didirikan pada 2010 silam, bidang ini binaan berjumlah 200 orang yang terdiri
mengkhususkan diri melakukan kajian dari pelajar SMP dan SMA dari berbagai
Islam kontemporer yang sesuai dengan sekolah di Bandung. Kegiatan belajar
kebutuhan masyarakat saat ini. Beberapa diselenggarakan pukul 16.00-18.00 sejak
di antaranya adalah melakukan kajian hari senin-kamis. Pengajarnya tidak
tafsir al-Quran, literasi, dan budaya. hanya berasal dari ITB saja, tetapi dari
universitas lain seperti UPI dan Unpad.
BPP Salman ITB juga membawahi
Pengajar yang sekarang mendapat honor
Salman Media. Sub divisi ini bertanggung
yang tidak hanya berupa makan siang di
jawab terhadap pengembangan berbagai
kantin Salman ITB.
media di Salman ITB. Dua di antaranya
yang telah konsisten berjalan adalah Program KLC terbagi menjadi dua.
SalmanITB.com, buletin Misykat, dan Pertama, program adik yang terdiri dari
buletin Salman News. Bimbel Reguler dan Bimbel Privat. Kedua,
program pembina meliputi Pelatihan

HARMONI Januari - April 2014


“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung 45

Tahsin, Pelatihan Tajwid, Setoran Hafalan, Menariknya, selain membangun


dan Rapat rutin menggunakan Bahasa kesadaran masyarakat dalam hal
Inggris. Selain program Bimbel, adik juga memerhatikan kesehatan diri, keluarga
diajak refreshing dalam acara Joka-Joka. dan lingkungan, lewat Ganesha Sehat
Joka-Joka ini dimaksukan agar adik tidak masyarakat juga dapat mengetahui proses
jenuh belajar dan agar silaturahmi antar pembuatan Kompos Organik. Kegiatan
adik-pembina-pengajar semakin erat. ini dibungkus dalam bentuk penyuluhan
di Program Pendampingan Kebersihan
PKL. Secara garis besar peserta diajarkan
bagaimana memisahkan sampah organik
Pemberdayaan Masyarakat
dan anorganik. Sampah anorganik
Masjid Salman ITB melaksanakan ini nantinya didaur ulang, sedangkan
kegiatan pemberdayaan masyarakat sampah organik yang terkumpul diolah
yang secara khusus lama dikenal sebagai kembali menjadi Kompos Organik.
sebuah masjid yang “ramah”, yang dengan Harapannya, kegiatan ini bisa bernilai
senang hati ingin berdaya bagi siapa ekonomi bagi masyarakat.
pun. Kita mengenal program-program Pada Pilar Pendidikan, ada program
seperti Kampoeng Bangkit, Gerakan Ayo Ganesha Mengkaji. Program ini bertujuan
Sehat, dan masih banyak lagi. Dalam untuk memberi bantuan tenaga pengajar
program-program tersebut terbersit ke DKM-DKM di Lingkungan Ganesha,
sebuah harapan bahwa Masjid Salman baik tenaga pendidik agama maupun
dapat maju bersama-sama masyarakat. umum. Ke depannya, tim Ganesha
Maka wajar jika warga yang tinggal atau mengkaji bercita-cita ingin mendirikan
beraktifitas di sekitar seharusnya juga perpustakaan kecil di masjid-masjid di 4
“ikut terciprat” semangat ini. RW sekitar Ganesha.

Ganesha Madani merupakan Pada Bidang Lingkungan, Ganesha


sebuah program di bawah divisi Madani mempersembahkan program
Bidang Pelayanan dan Pemberdayaan Salman Hejo. Di dalamnya ada Program
Masyarakat (BP2M) Salman ITB. Visi Teknologi Lingkungan Tepat Guna.
dan misi program ini bisa dibilang Dalam program ini tim bersama-sama
mirip dengan program Kampoeng masyarakat menjalankan kegiatan Riset
Bangkit, yang berada dalam divisi yang Persampahan Salman, Riset Ekonomis
sama. Kampoeng Bangkit bertujuan Produk Pengelolaan Sampah, Instalasi
untuk “membangkitkan” masyarakat Daur Ulang Air Wudhu, Cikapundung
Bersih, dan Salman Goes to Green (Rumah
perkampungan, dengan sasaran utama
Kompos dan Rumah Hijau). Selain
segi ekonomi, sedangkan Ganesha
itu, mereka juga aktif dalam Program
Madani bertujuan untuk memandirikan
Kampanye Lingkungan.
masyarakat di sekitar Salman ITB.
Adapun Pilar Ekonomi yang
Ada 4 pilar utama yang menjadi
dinamai Ganesha Berkah sedang
perhatian pokok yaitu Pilar Kesehatan, menggodok perencanaan Program
Pilar Pendidikan, Pilar Lingkungan, dan Pemodalan Bergilir PKL. Sehingga,
terakhir Pilar Ekonomi. Program dari Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu PKL selain
Pilar Kesehatan diberi nama Ganesha mendapat pengetahuan soal pengolahan
Sehat. Dalam program ini ada Pelayanan sampah organik menjadi kompos, juga
Kesehatan, Pendidikan Kesehatan, akan diberi modal secara bergilir pada
Parenting Class, dan Pendampingan waktu-waktu yang ditentukan.
Kebersihan PKL.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1


46 Anik Farida

Selain program-program di atas, Program Forum Orang Tua Anggota


Masjid Salman memiliki Program (FOTA) dengan jumlah orang tua sekitar
Pembinaan Anak-Anak Salman 800 orang yang berasal dari 400 adik.
(PAS) ITB. PAS dalah organisasi yang PAS memiliki potensi strategis dalam
mengkhususkan diri di bidang pembinaan membantu pengembangan masyarakat.
anak-anak. Perkembangan PAS dimulai Saat ini bersama FOTA, PAS mengadakan
sejak masih berupa pengajian anak-anak pertemuan rutin ahad pagi untuk para
rutin di bulan Ramadhan sejak tahun orang tua yang mengantarkan putra-
1982. Kemudian mulai diorganisasikan putrinya. Pertemuan ini diisi dengan
secara teratur sebagai pengajian anak- kegiatan diskusi yang berisikan materi-
anak rutin mingguan pada tahun 1984 materi agama, kesehatan, psikologi
dengan nama Program Pembinaan Anak- dan lain-lain. FOTA sebagai mitra kerja
Anak Salman (P2A2S), dan berganti nama PAS senantiasa memberikan masukan
menjadi Pembinaan Anak-anak Salman bagi perbaikan pola pembinaan yang
(PAS) ITB pada tahun berikutnya. dilakukan, sekaligus mendukung
penyediaan fasilitas.
Apabila pada masa awal
terbentuknya P2A2S jumlah adik binaan
sekitar 400 orang terdiri dari anak-
anak lingkungan Salman, pada masa 2. Model Pemberdayaan Keilmuan
berikutnya, adik binaan PAS berkembang Masjid Salman: Analisis terhadap
hingga mencapai 800 orang pada tahun Islamisasi Sains dan Saintifikasi
1990-1991. Sejak awal terbentuknya, Doktrin Keagamaan
PAS memiliki suatu ciri khas yang Model pemberdayaan dalam suatu
tidak dijumpai pada model-model masjid berkaitan erat dengan lingkungan
pengajian anak-anak yang lain, yaitu pola di sekitar masjid. Masjid Salman sebagai
pembinaan dan kegiatannya. masjid kampus mengembangkan
Tujuan PAS adalah “Terbentuknya berbagai bentuk program kegiatan untuk
generasi muslim yang diridloi Allah, memfungsikan dan memakmurkan
mempunyai keseimbangan dalam iman, masjid. Dari berbagai program
akal, dan rasa serta menjadi rahmat bagi sebagaimana diuraikan di atas, model
alam sekitarnya”. pemberdayaan yang dikembangkan
Masjid Salman memiliki ciri khas pada
Saat ini, PAS memiliki pembina penguatan keilmuan. Hal inii dikarenakan
aktif sekitar 150 orang yang berasal dari sasaran dan pelaku pemberdayaan adalah
berbagai perguruan tinggi di Bandung civitas akademika, insan kampus serta
seperti ITB, Unpad, Unisba, IKIP, STBA, masyarakat umum.
IAIN dan sebagainya dengan adik binaan
sekitar 400 orang, mulai dari TK sampai Dalam konteks pemberdayaan
kelas 6 SD. Didasari oleh anggapan bahwa di Masjid Salman bermuara pada dua
pembina PAS memegang peranan sebagai pilar utama, yaitu kampus ITB dan
pembina adik, pengelola organisasi, Masjid Salman. Kampus ITB merupakan
sekaligus pula intelektual muda muslim, representasi dari sains dan teknlogi.
seluruh kegiatan pembina PAS selalu Sementara pada sisi lain, Masjid
diarahkan pada pengembangan sumber Salman menjadi manifestasi dari agama
daya manusia sejalan dengan kebutuhan Islam. Gabungan antara kedua pilar
PAS dan para pembina itu sendiri. pemberdayaan tadi memunculkan
sebuah model pemberdayaan gabungan
Selain Program Pembinaan Anak- antara sains dan doktrin Islam. Cita-cita
Anak Salman (PAS) ITB, terdapat ini juga yang menjadi latar belakang

HARMONI Januari - April 2014


“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung 47

munculnya berbagai program yang Menurutnya, akar dari kemunduran


didesain oleh penglola masjid Salman. umat Islam di berbagai dimensi karena
Misalnya program Kajian Tafsir Ilmiah dualisme sistem pendidikan. Di satu
yang berupaya memahami teks-teks ayat sisi, sistem pendidikan Islam mengalami
al-Quran dalam perpektif sains ilmiah dan penyempitan makna dalam berbagai
teknologi, sebagimana telah diuraikan di dimensi, sedangkan di sisi lain, pendidikan
atas. sekular sangat mewarnai pemikiran kaum
muslimin. Mengatasi dualisme sistem
Upaya menyelaraskan dan pendidikan ini merupakan tugas terbesar
mempertemukan antara sains dan kaum muslimin pada abad ke-15 H.
doktrin Islam adalah sebuah bentuk
pemberdayaan bagi umat Islam. Upaya Al-Faruqi menyimpulkan solusi
ini dengan cara mengubah cara berpikir, dualisme dalam pendidikan dengan
paradigm dan mindset masyarakat jalan Islamisasi ilmu sains. Sistem
yang sejauh ini banyak dipengaruhi pendidikan harus dibenahi dan dualisme
oleh gagasan sekularisme Barat berupa sistem pendidikan harus dihapuskan
pemisahan antara agama dan sains. dan disatukan dengan jiwa Islam yang
berfungsi sebagai bagian integral dari
Gerakan pemberdayaan ilmu paradigmanya. Al-Faruqi menjelaskan
dan teknologi dengan semangat agama pengertian Islamisasi sains sebagai upaya
berada dalam gagasan besar Islamisasi memberikan definisi baru, mengatur
sains yang dilakukan di banyak negara data-data, memikirkan lagi jalan
Islam di dunia. Masyarakat muslim, pemikiran dan menghubungkan data-
terlebih di dunia ketiga, umumnya data, mengevaluasi kembali kesimpulan-
tertinggal dalam penguasaan sains dan kesimpulan, memproyeksikan kembali
teknologi. Ketertinggalan tersebut oleh tujuan-tujuan dan melakukan semua itu
para pemikir muslim dianggap sebagai sehingga disiplin-disiplin itu memperkaya
penyebab ketertindasan dan keterjajahan wawasan Islam dan bermanfaat bagi cita-
masyarakatnya. Oleh karena itu, pada cita Islam.
awalnya para pemikir muslim berkutat Pemikir muslim lain seperti Syed
dalam usaha mendorong penguasaan Muhammad Naquib al-Attas menegaskan
sains dan teknologi oleh umat Islam. bahwa konsep Islamisasi sains yang
Usaha ini ditempuh dengan menyodorkan paling mendasar dan menyentuh akar
argumen-argumen keselarasan antara permasalahan sains adalah Islamisasi
sains dan teknologi dengan ajaran Islam. yang berlandaskan paradigma Islam.
Misalnya apa yang dilakukan oleh Ismail Dalam pandangannya, tantangan terbesar
Raji Al-Faruqi, Sayyed Hosein Nasr, yang dihadapi kaum muslim adalah ilmu
Naquib Al-Attas, dan Ziauddin Sardar. pengetahuan modern yang tidak netral
Konsep mereka berbeda-beda, tetapi telah merasuk ke dalam praduga-praduga
pada intinya ingin memberikan gagasan agama, budaya dan filosofis yang berasal
bahwa sains tidak bertolak belakang dari refleksi kesadaran dan pengalaman
dengan Islam. manusia Barat. Oleh karena itu Islamisasi
sains dimulai dengan membongkar
Salah satu upaya Islamisasi sains sumber kerusakan ilmu dan ilmu-ilmu
adalah melalui proses integrasi dengan modern harus diperiksa ulang dengan
mengintegrasikan sains Barat dengan teliti.
ilmu-ilmu Islam sebagaimana yang
Dengan demikian Al-Attas
dikemukakan Ismail Al-Faruqi. (Ismail
mengartikan Islamisasi sebagai,
Raji Al Faruqi, 1984).
”Pembebasan manusia dari tradisi magis,
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1
48 Anik Farida

mitologis, animistis, kultur-nasional dalam memutuskan hukum-hukum


(yang bertentangan dengan Islam) dan agama. Misalnya dalam penentuan hisab
dari belenggu faham sekuler terhadap dan rukyah untuk menentukan awal
pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan Ramadhan para ilmuwan astronomi ITB
dari kontrol dorongan fisiknya yang memberikan penjelasan dalam perspektif
cenderung sekuler dan tidak adil astronomi bukan hanya pendekatan
terhadap hakikat diri atau jiwanya. fiqh saja. Demikian pula pada kasus
Islamisasi adalah suatu proses menuju penggunaan vaksin bagi jamaah haji
bentuk asalnya.” (Islam dan Sekularisme, Indonesia, lembaga fatwa Masjid Salman
2010). memiliki cara pandang dan pespektif
Oleh karena dalam hal ini ada yang berbasis pada sains dan fiqh.
dua cara metode Islamisasi yang saling Oleh karena itu, wacana sains
berhubungan dan sesuai urutan. Pertama Islam adalah wacana yang sangat
ialah melakukan proses pemisahan filosofis yang berakar dari pemikiran
elemen-elemen dan konsep-konsep mengenai hakikat ilmu di dalam Islam.
kunci yang membentuk kebudayaan dan Maka ketika berbicara ilmu sains, maka
peradaban Barat. Kedua, memasukkan terkait dengan apa makna ilmu, tujuan
elemen-elemen Islam dan konsep- mencari ilmu, penggolongan ilmu,
konsep kunci ke dalam setiap cabang makna kebenaran, tingkatan wujud
ilmu pengetahuan masa kini yang
(realitas), saluran-saluran ilmu, makna
relevan. Dengan demikian, Islamisasi
alam (yang satu akar kata dengan ilmu),
sains akan membuat umat Islam
metodologi penarikan kesimpulan,
terbebaskan dari belenggu hal-hal yang
adab-adab menuntut ilmu, dan lain
bertentangan dengan Islam. Tujuannya
sebagainya. Maka proses Islamisasi
adalah wujudnya keharmonisan dan
ilmu alam (sains) tidak lain adalah
kedamaian dalam dirinya (fitrah).
mengislamkan persoalan-persoalan di
Islamisasi melindungi umat Islam dari
atas dengan cara meletakkannya dalam
sains yang menimbulkan kekeliruan dan
mengembangkan kepribadian muslim kerangka pandangan hidup Islam (Islamic
yang sebenarnya.   worldview). Upaya-upaya mengarah
pada proses tersebut telah dan selalu
Pemberdayaan keilmuan Masjid akan dilakukan oleh Masjid Salman
Salman ITB merupakan sebuah upaya ITB. Karena, di dalam paradigma sains
melakukan advokasi pemikiran pada modern, alam merupakan benda semata,
masyarakat muslim dengan upaya tidak punya makna ruhani, sehingga
memahami pesan-pesan agama dengan nilainya sangat rendah. Alam baru
cara pandang ilmiah. Demikian juga mempunyai nilai ketika ia bisa dikuasai
berbagai program di ITB dapat difahami dan dimanfaatkan. Maka kata Bacon,
sebagai memberikan cara beragama yang ilmu adalah kuasa (knowledge is power),
lebih ilmiah dan bukan hanya sekedar yaitu kuasa untuk menaklukkan dan
ritual belaka. Dengan demikian cara mengendalikan alam.
beragama umat menjadi lebih cerdas,
logis dan tidak hanya sekedar taklid Sebaliknya, alam di dalam Islam
belaka. dikenal sebagai ayat Allah, suatu sebutan
yang juga disematkan kepada kalimat-
Pola seperti ini dapat dilihat pada kalimat yang ada di dalam al-Quran.
adanya lembaga fatwa yang dimiliki Ayat tidak lain merupakan sebutan untuk
Masjid Salman. Hadirnya lembaga ini tanda dan istilah tanda adalah refleksi
adalah untuk memberikan alternatif
dari keberadaan sesuatu yang lain.
dalam menemukan argumentasi (dalil)

HARMONI Januari - April 2014


“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung 49

Cara pandang di atas memberi kelompok ini telah didokumentasikan


konsekuensi lanjutan. Tidak seperti ke dalam banyak buku. Penerbit Pustaka
yang terjadi di Barat, sains cenderung yang merupakan afiliasi Salman juga
mendorong orang untuk menjadi dikenal sebagai penerbit buku agama
agnostik, sekuler, dan atheis. Namun, Islam yang disegani.
sains dalam Islam justru mendorong
manusia menjadi semakin relijius. Sebab Pendekatan sains dan agama
prinsip pertama dalam sains Islam Islam yang dilakukan Masjid Salman
adalah pengakuan akan wujud Tuhan menjadi benang merah peran dan fungsi
lebih dahulu daripada wujud alam masjid dalam pemberdayaan ilmu dan
dan manusia, beserta sifat-sifat yang teknologi bagi umat. Salman, sebagai
menyertai-Nya seperti Maha Esa, Maha yang selama ini diimplementasikan pada
Pencipta, Maha Kuasa, Maha Mengatur, berbagai program masjidnya merupakan
Maha Mengetahui, Maha Pengasih, pelopor interaksi pemikiran Islam
Maha Mulia, dan sebagainya. Masjid dengan teknologi. Dari rahim masjid
Salman senantiasa berupaya melahirkan ini telah lahir sejumlah tokoh, ilmuan,
teknokrat yang tidak agnostik, sekuler birokrat dan masyarakat umum yang
dan atheis, melainkan relijius. tidak hanya piawai dalam teknologi
tetapi juga memegang teguh nilai-nilai
Islam sebagai bagian integral dalam
pemanfaatannya. Cara pandang ini
3. Dampak Pemberdayaan Keilmuan tentu sangat berorientasi masa depan,
Umat di mana perkembangan dunia ke depan
Peran Masjid Salman dalam sepenuhnya akan diarahkan teknologi.
membina wawasan jamaahnya telah Pada posisi ini dapat dirumuskan
melahirkan generasi aktifisme relijius. peran Salman, yakni mengembangkan
(Nashir Budiman dan Ziauddin Sardar, sains-teknologi-seni yang berwawasan
2013). Istilah ini menunjuk pada sosok Islam yang merupakan pengejawantahan
civitas akademika baik mahasiswa pelaksanaan fungsi sebagai khalifah
maupun ilmuwan yang mengaplikasikan Allah di bumi. Untuk itu mungkin perlu
disiplin ilmunya dengan landasan dan dikembangkan seperangkat metode
semangat Islam. Dengan pendekatan seperti fiqh peradaban dan sub-topik
agama rekayasa sains tidak menjadi fiqh teknologi. Secara universal pun
teknologi yang eksploitatif dan merusak peran ini bukanlah paradoks, karena
alam. sejak awal teknologi dikembangkan
Pada tataran yang lebih untuk memelihara alam semesta dan
fundamental, beberapa senior di Masjid meningkatkan kualitas kehidupan
Salman dengan dimotori Prof.Drs.A manusia serta kemanusiaan bukan pula
Sadali (Bapak Seni Rupa Islam modern), untuk merusak alam semesta.
Prof.Dr. Jusuf A Feisal (Guru Besar IKIP
Bandung, mantan Wakil  Ketua MPR-
RI), Prof. Dr. AM Saefuddin (IPB), Prof. Penutup
Dr.Mochtar Na’im (Universitas Andalas),
Penelitian ini menemukan varian
dan lain-lain menggagas konsep Islam
fungsi masjid yang ada di Masjid Salman,
dalam Disiplin Ilmu (IDI). Gagasan
yakni sebagai wadah pemberdayaan
dasarnya adalah menjelaskan kesesuaian
keilmuan dengan cara mendekatkan
antara kebenaran ajaran Islam dengan
sains teknologi dengan doktrin Islam,
kebenaran yang ditemukan secara empiris
lebih fokus lagi pada saintifikasi ajaran
pada sains dan teknologi. Hasil kerja
Islam dan Islamisasi sains dan teknologi.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1
50 Anik Farida

Hal ini dimungkinkan karena lingkungan pandang, worldview dan paradigma


jamaah dan pengelolanya adalah civitas sasaran penerima pemberdayaan. Pada
akademika yang ada di ITB. akhirnya pemberdayaan model ini akan
menghasilkan ilmuan dan teknokrat yang
Setiap masjid memiliki tidak mengekploitasi alam seperti pada
standar untuk mengukur efektivitas sains dan teknologi yang sekuler, tetapi
pemberdayaan yang dikembangkannya. mereka akan menjadi teknokrat yang
Pada Masjid Salman ukurannya mempertimbangkan fungsi khalifah fil-
adalah pada perubahan mindset, cara ardhi sebagai pemelihara alam semesta.

Daftar Pustaka

Adi, Isbandi Rukminto. Intervensi Komunitas: Pengembangunan Masyarakat Sebagai Upaya


Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001.
Agus, Bustanuddin. Islam dan Ekonomi: Suatu Tinjauan Sosiologi Agama. Padang: Andalas
University Press, 2006
M. W. Pranarka dan Vidhandika Moeljarto. “Pemberdayaan (Empowerment)”, dalam
Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka (eds). Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: CSIS, 1996.
Gazalba, Sidi. Masjid Sebagai Pusat Ibadah Dan Kebuayaan Islam, Jakarta: Pustaka Al-
Khusna, 1989.
Gunawan Sumodiningrat. Pemberdayaan Sosial: Kajian Ringkas tentang Pembangunan
Manusia Indonesia, Jakarta: Kompas, 2007.
Harahab, Sofyan Syafry. Manajemen Masjid. Yogyakarta: PT. Dana bhakti, 1993.
Harry. Strategi Keberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Press, 2006.
Machendrawati, Nanih, dkk. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: Rosdakarya,
2001
Kuhn, Thomas S. the Structure of Scientific Revolution. Chicago: University Press, 1970.
Mas’ud, Muhammad Ridwan. Zakat Kemiskinan: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat
Yogyakarta: UII Press,2005
Mustofa, Budiman. Manajemen Masjid. Solo: Ziyad Visi Media, 2007.
Nasikun. Mencari Suatu Strategi Pembangunan Masyarakat Desa Berparadigma Ganda,
dalam Jefta Leibo, Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Andi Offset, 1995.
Prijono, Onny S. dan A.M.W. Pranarka (penyunting). Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan
dan Implementasi. Jakarta: CSIS, 1995.
Puis, A partanto & M dahlan A Berry.”Kamus Ilmiah Populer”, Surabaya: Arkola, 1995.

HARMONI Januari - April 2014


“Islamisasi Sains dan Saintifikasi Islam”: Model Manajemen Pemberdayaan di Masjid Salman ITB Bandung 51

Rr. Suhartini DKK. Model-Model Keberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pesantren,


2005.
Samsudduha St. “Manajemen Pesantren (Teori dan praktek)” Yogyakarta: Graha Guru, 2004.
Sumodiningrat, Gunawan. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, Kumpulan
Essei Tentang Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1999.
Sutoro Eko. Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat
Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, Desember
2002.
Sulistiyani, Ambar teguh (ed). Memahami Good Governance dalam Perspektif Organisasi
Publik. Yogyakarta: Gava Media, 2004.
Sulistiyani, Ambar Teguh. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava
Media, 2004.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 13 No. 1

Anda mungkin juga menyukai