Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor perpajakan merupakan salah satu sumber penerimaan negara

modern (Purwanto, 2014). Negara Indonesia menempatkan pajak pada posisi

teratas sebagai sumber penerimaan utama dalam meningkatkan kas negara

(Suherman et al., 2015). Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya target

penerimaan negara yang diharapkan dari sektor pajak (Wogo et al., 2023).

Kota Gunungsitoli sebagai daerah otonom baru (UU RI Nomor 47, 2008)

telah menggalakkan pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Tujuannya adalah agar pendapatkan masyarakat dapat meningkat sehingga

pendapatan daerah dari sektor pajak juga meningkat 1. Hingga akhir September

2023 UMKM yang terdaftar di Kantor Dinas Perindustrian dan Koperasi, UKM,

Kota Gunungsitoli berjumlah 965 buah yang tersebar di enam kecamatan (Daeli,

2023).

Akan tetapi, kesadaran pemilik UMKM untuk menyetor kewajiban

sebagai wajib pajak masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini tergambar pada

pendapatan asli daerah (PAD) Kota Gunungsitoli pada tahun 2022 dianggarkan

sebesar Rp34.170.472.155 (Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2022). Dalam

percakapan dengan2 diperoleh informasi bahwa pajak yang diterima dari sektor

UMKM sekitar Rp3.000.000.00 (sekitar 10%). Kondisi ini cukup

1
Wawancara dengan Kepala Dinas Perindusterian dan Koperasi, 10 Oktober 2022, via telepon
selular)
2
Wawancara dengan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Pendapat Daerah Kota Gunungsitoli,
16 Oktober 2023 via telepon seluler.

1
memprihatinkan. Para pemilik UMKM melalaikan kewajibannya sebagai wajib

pajak. Kendati sosialisasi perpajakan setiap tahun dilaksanakan. Kelalaian ini

berdampak pada kemajuan pembangunan di Kota Gunungsitoli yang tidak secepat

daerah lain di Sumatera Utara.

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak sangat beragam.

(Prianutama & Alexander, 2022) menemukan bahwa sanksi pajak, kesadaran

wajib pajak, pemahaman atau pengetahuan wajib pajak, kualitas pelayanan pajak,

kondisi keuangan wajib pajak dan sosialisasi perpajakan merupakan variabel yang

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak (simak juga Hamilah & Fricilia, 2023).

Penelitian (Hura & Kakisina, 2022) di Kota Gunungsitoli menunjukkan

bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

perpajakan wajib pajak UMKM di kota Gunungsitoli. Hal yang sama ditemukan

peneliti lain di sejumlah kota di Indonesia (Agustina, 2016; Deo et al., 2022;

Pardede, 2022; Zendrato, 2022). Berkaitan dengan pendidikan perpajakan

diperoleh informasi dari penelitian (Abiire, Awineyesema; Atindaana, Peter;

Mbilla, 2020) bahwa pendidikan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak di Builsa Utara , Distrik Wilayah Timur Atas, Ghana.

Dari beberapa penelitian terdahulu, perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada (a) variabel bebas, lokasi penelitian, dan objek kajian. Dengan

demikian tugas akhir ini diberi judul, “Pengaruh Pendidikan Perpajakan terhadap

Kepatuhan Membayar Pajak: Studi Kasus pada Pengusaha UMKM di Kota

Gunungsitoli.”

1.2 Rumusan Masalah

2
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan

masalah penelitian ini adalah, “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan

pendidikan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak oleh pengusaha UMKM di

Kota Gunungsitoli?”

1.3 Batasan Masalah

Rumusan masalah yang telah dikemukakan pada butir 1.2 terlalu luas.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan. Batasan masalah yang dimaksud

sebagaimana uraian berikut.

(a) Variabel bebas pendidikan dibatasi pada aspek pengetahuan perpajakan;

(b) Lokasi Kota Gunungsitoli dibatasi pada tiga kelurahan yakni Kelurahan

Pasar, Kelurahan Ilir, dan Keluhana Saombȏ;

(c) Pengusaha UMKM dibatasi pada pengusaha mikro yang memiliki modal 50

– 300 juta rupiah;

(d) Tahun pembayaran pajak dibatasi tahun pajak 2022.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pengaruh pengetahuan

perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak oleh pengusaha mikro di Kota

Gunungsitoli, khususnya pada tiga kelurahan tahun pajak 2022.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

3
1. Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi literatur ilmu Akuntansi,

terutama dalam bidang perpajakan. Dapat digunakan sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya baik yang bersifat melengkapi maupun melanjutkan.

2. Secara praktis dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagai landasan

menentukan kebijakan untuk untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak

dalam membayar pajak.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hakikat Pajak

2.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Siti Resmi (2016:1) : “Pajak adalah sebagai suatu kewajiban

menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu

keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi

bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta

dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung

untuk memelihara kesejahteraan secara umum.” Menurut Abdul Halim, et. al

(2016:1) : “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-

norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat

ditunjukkan dalam hal individual yang dimaksudkan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah.” Menurut Siti Kurnia Rahayu (2013:23): “ciri-ciri atau

unsur pokok yang terdapat pada pengertian pajak yaitu: pajak dipungut

berdasarkan undang-undang, pajak dapat dipaksakan, diperuntukkan bagi

keperluan pembiayaan umum pemerintah, tidak dapat ditunjukannya

kontraprestasi secara langsung, berfungsi sebagai budgetair dan regulerend.”

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pajak adalah

kewajiban wajib pajak orang pribadi atau badan menyerahkan sebagian

pendapatannya kepada kas negara bersifat memaksa yang diatur dalam

5
undangundang dan digunakan untuk kepentingan rakyat serta manfaatnya tidak

dirasakan secara langsung oleh masyarakat.

2.1.2 Jenis-jenis Pajak

Seperti yang dikemukakan oleh Siti Resmi (2016:7) terdapat berbagai

jenis pajak yang dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu:

2.1.2.1 Menurut Golongan

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dibayar atau menjadi kewajiban wajib

pajak yang bersangkutan. Pajak yang tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada pihak lain. Contohnya adalah Pajak Penghasilan yang harus dibayar

oleh penerima gaji tersebut.

b. Pajak Tidak Langsung, pajak yang dapat dibebankan kepada orang lain atau

pihak ketiga. Contohnya adalah Pajak Pertmabahan Nilai yang dibayarkan oleh

produsen atau pihak yang menjual barang namun pada akhirnya pajak tersebut

dibebankan kepada konsumen akhir.

2.1.2.2 Menurut Sifat

Pajak dikelompokan menjadi dua macam yaitu:

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi

wajib pajak. Contohnya adalah Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik

berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun peristiwa yang mengakibatkan

6
timbulnya kewajiban membayar pajak. Contohnya adalah Pajak Pertambahan

Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, serta Pajak Bumi dan Bangunan.

2.1.2.3 Menurut Lembaga Pemungut Pajak

Berdasarkan lembaga pemungut, pajak dikelompokkan menjadi dua

macam yaitu :

a. Pajak Negara (Pajak Pusat), pajak yang dipunggut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai kebutuhan negara pada umumnya. Contohnya

adalah Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penghasilan, dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.

b. Pajak Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, baik daerah tingkat

I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota), dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contohnya

adalah Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak

Hotel, Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, dan masih banyak lagi.”

2.1.3 Fungsi Pajak

Fungsi pajak adalah kegunaan atau manfaat pokok dari pajak yang

dibayarkan kepada negara. Dengan adanya pajak negara memiliki pemasukan

untuk membangun suatu negara demi kemakmuran rakyat. Menurut Siti Resmi

(2016:3) terdapat dua fungsi pajak yaitu:

a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara) Pajak memiliki fungsi budgetair

yang artinya adalah pajak merupakan salah satu sumber pendapatan pemerintah

7
yang digunakan untuk membiayai seluruh pengeluaran. Contohnya adalah Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

Pajak bumi dan Bangunan.

b. Fungsi Regularend (Pengatur) Pajak memiliki fungsi pengatur yang artinya

adalah pajak sebagai alat untuk mengatur, mengawasi, serta melaksanakan

kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi dan sosial serta mencapai tujuan

nasional. Contohnya yaitu: - Pajak atas barang mewah dikenakan dengan tarif

yang cukup tinggi. Semakin mewah barangnya maka tarifnya pun akan semakin

tinggi.

Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar rakyat tidak berbondong-bondong

atau berlomba-lomba untuk membeli barang mewah (mengurangi gaya hidup

yang mewah). - Tarif ekspor 0%. Pengenaan pajak ini dimaksudkan agar para

pengusaha mau mengekspor hasil produksinya ke luar negri sehingga devisa

negara akan bertambah. - Pemberlakuan tax holiday dimaksudkan agar menarik

investor asing supaya mau menanamkan modalnya di Indonesia.”

2.2 Pengetahuan Perpajakan

2.2.1 Hakikat

Pengetahuan diartikan sebagai segala sesuau yang diketahui; kepandaian;

segala sesuatu yang diketahi berkenaan dengan hal (Badan Bahasa, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2016). Pengetahuan itu

merupakan isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia

untuk tahu.

8
Dalam kaitannya dengan perpajakan dapat diartikan sebagai pemahaman

wajib pajak untuk mengetahui dengan cara mempelajari baik-baik supaya paham

tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP) sebagai wajib pajak

(Deo et al., 2022). Menurut Hardiningsih & Yulianawati (2011) Pengetahuan

pajak adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seorang wajib pajak atau

kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat

melalui pendidikan formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap

keoatuhan wajib pajak.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan wajib

pajak adalah usaha wajib pajak mengetahui tentang perpajakan dan

mengaplikasikan pengetahuan itu untuk membayar pajak. Pengetahuan wajib

pajak yang dimaksud adalah mengerti tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan yang meliputi tentang bagaimana cara menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT), pembayaran, tempat pembayaran, denda dan batas waktu

pembayaran atau pelaporan SPT. Pengetahuan wajib pajak mengenai peraturan

perpajakan berkaitan dengan persepsi wajib pajak dalam menentukan perilakunya

(perceived control behavior) dalam kesadaran membayar pajak. Semakin tinggi

pengetahuan wajib pajak, maka wajib pajak dapat menentukan perilakunya

dengan lebih baik dan sesuai dengan ketentuan perpajakan. Namun jika wajib

pajak tidak memiliki pengetahuan mengenai peraturan dan proses perpajakan,

maka wajib pajak tidak dapat menentukan perilakunya dengan tepat.

2.2.2 Indikator Pengetahuan Perpajakan

9
Indikator pengetahuan perpajakan adalah sebagai berikut

a. Mengetahui batas waktu pelaporan SPT. Batas waktu pelaporan SPT Tahunan

PPh orang pribadi paling lama 3 bulan setelah batas akhir tahun pajak, yakni

hingga 31 maret. Sedangkan batas waktu pelaporan SPT Tahunan PPh badan

paling lambat 4 bulan setelah akhir tahun pajak, yakni 30 april.

b. Mengetahui prosedur pembayaran pajak penghasilan Pembayaran pajak bisa

dilakukan melalui online banking, menyetor lewat teller atau kantor pos, dan

online pajak.

c. Mengetahui batas waktu membayar pajak Batas waktu membayar pajak PPh

Pasal 21 adalah tanggal 10 pada bulan berikutnya.

d. Mengetahui perubahan peraturan perpajakan yang berlaku

e. Mengetahui PTKP, PKP dan tarif pajak

f. Mengetahui sanksi jika tidak membayar pajak Melakukan pembayaran pajak

merupakan kewajiban seluruh warga negara. Lantaran sifatnya yang memaksa

negara menetapkan sanksi bagi wajib pajak yang tidak membayar pajak.

Pemberian sanksi terkait perpajakan bisa dalam bentuk surat teguran maupun

tindakan tegas berupa penyanderaan atau gijzeling, penyanderaan ini dapat

dilakukan selama 6 bulan dan di perpanjang paling lama 6 bulan. Adapun

sanksi administrasi yang di dapat wajib pajak yang tidak membayar pajak

dapat berupa sanksi bunga, sanksi denda, sanksi kenaikan, dan sanksi pidana.

g. Mengetahui sanksi jika terlambat melaporkan SPT Bagi wajib pajak yang telat

lapor SPT, maka akan dikenakan sanksi berupa denda. Setiap wajib pajak harus

memastikan terlebih dahulu denda yang harus dibayarkan. Denda telat lapor

10
SPT bagi wajib pajak 13 Orang Pribadi sebesar Rp 100.000, sedangkan untuk

wajib pajak badan sebesar Rp 1.000.000.

h. Mengetahui tata cara mendapatkan NPWP i. Mengetahui tarif pajak yang akan

dibayarkan Tarif pajak yang berlaku tahun 2019 sendiri masih mengacu pada

pasal yang selama ini digunakan, yakni Pasal 17 Ayat 1 Huruf a Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008. Secara sederhana tarif

yang berlaku adalah 5%, 15%, 25%, 30% untuk wajib pajak yang memiliki

NPWP. Sedangkan untuk wajib pajak tanpa NPWP tarifnya 20% lebih tinggi.

2.2.3 Manfaat Pengetahuan Perpajakan

Pengetahuan tentang perpajakan memiliki banyak manfaat penting, baik bagi

individu maupun bagi masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa

manfaat utama dari pengetahuan perpajakan yang dirangkum berdasarkan

pendapat (Irnawati et al., 2021; Pardiat, 2010; Pratiwi & Hidayati, 2020)

a. Pemahaman Kewajiban Pajak: Pengetahuan perpajakan membantu individu

dan bisnis memahami kewajiban pajak mereka. Ini termasuk pemahaman

tentang jenis pajak yang harus mereka bayar (seperti pajak penghasilan, pajak

penjualan, atau pajak properti) serta cara menghitung dan membayar pajak

tersebut.

b. Optimalisasi Pajak: Dengan pengetahuan perpajakan yang baik, individu dan

bisnis dapat mencari cara legal untuk mengurangi jumlah pajak yang harus

mereka bayar. Ini bisa melibatkan pemanfaatan insentif pajak, pengurangan

pajak, atau perencanaan pajak yang cerdas.

11
c. Penghematan Keuangan: Mengetahui cara mengelola dan mengoptimalkan

kewajiban pajak dapat menghasilkan penghematan finansial yang signifikan.

Ini bisa berarti lebih banyak uang tersedia untuk diinvestasikan, disimpan, atau

digunakan untuk tujuan lainnya.

d. Kepatuhan Pajak: Pengetahuan perpajakan membantu mencegah masalah

hukum yang timbul akibat ketidakpatuhan pajak. Mematuhi undang-undang

pajak adalah kewajiban hukum, dan pelanggaran dapat mengakibatkan sanksi

hukum dan denda yang serius.

e. Pengembangan Bisnis: Bagi pengusaha dan perusahaan, pengetahuan

perpajakan dapat membantu dalam perencanaan bisnis yang lebih baik. Ini

melibatkan pemahaman tentang implikasi pajak dari berbagai keputusan bisnis,

seperti ekspansi, merger, akuisisi, dan struktur perusahaan.

f. Kebijakan Publik: Pengetahuan perpajakan penting bagi pembuat kebijakan

publik dan pemerintah. Hal ini memungkinkan mereka untuk merancang sistem

pajak yang adil dan efisien serta memastikan penerimaan pajak yang cukup

untuk mendukung layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, dan

infrastruktur.

g. Perencanaan Keuangan Pribadi: Individu yang memahami konsep perpajakan

dapat melakukan perencanaan keuangan pribadi yang lebih baik. Mereka dapat

mempertimbangkan dampak pajak saat merencanakan tabungan pensiun,

investasi, dan perencanaan warisan.

h. Perlindungan Hukum: Pengetahuan perpajakan juga penting untuk melindungi

diri dari penipuan atau penyalahgunaan perpajakan. Individu yang mengetahui

12
hak dan kewajiban mereka dalam hal pajak lebih siap untuk menghindari

penipuan pajak.

i. Kontribusi Masyarakat: Masyarakat yang memiliki pengetahuan perpajakan

yang baik dapat berkontribusi pada pembangunan ekonomi dan sosial.

Penerimaan pajak mendukung berbagai proyek dan program yang bermanfaat

bagi masyarakat, seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

j. Kemandirian Keuangan: Pengetahuan perpajakan membantu individu menjadi

lebih mandiri secara finansial. Mereka dapat mengelola keuangan mereka

sendiri dengan lebih baik tanpa perlu bergantung pada profesional perpajakan.

Mengingat kompleksitas sistem perpajakan di berbagai negara, memiliki

pengetahuan perpajakan yang baik adalah aset berharga bagi individu dan

masyarakat. Hal ini dapat membantu dalam pengelolaan keuangan pribadi,

pemenuhan kewajiban pajak, dan kontribusi positif terhadap perkembangan

ekonomi dan sosial.

2.3 Kepatuhan Pembayaran Pajak

Menurut Tahar & Rachman (2014), kepatuhan mengenai perpajakan merupakan

tanggung jawab kepada Tuhan, bagi pemerintah dan rakyat sebagai Wajib Pajak

untuk memenuhi semua kegiatan kewajiban perpajakan dan melaksanakan hal

perpajakannya. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan perilaku yang didasarkan pada

kesadaran seorang Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakannya dengan tetap

berlandaskan pada peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Teori

kepatuhan (compliance theory) merupakan teori yang menjelaskan suatu kondisi

dimana seseorang taat pada perintah dan aturan yang diberikan. Berdasarkan

13
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak ialah suatu sikap

wajib pajak yang didasari oleh kerelaan dan kesediaan dalam memenuhi

kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku,

misalnya dalam hal melaporkan, menghitung, dan membayar pajaknya dengan

tepat waktu.

Kepatuhan wajib pajak adalah tanggung jawab wajib pajak memenuhi

semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan. Sikap wajib

pajak yang memiliki rasa tanggung jawab sebagai warga negara bukan hanya

sekedar takut akan sanksi dari hukum pajak yang berlaku, serta wajib pajak yang

menyampaikan surat pemberitahuan dengan tepat waktu. Hal ini sejalan dengan

pendapat Ratnawati et al., (2019) bahwa kepatuhan membayar pajak merupakan

sikap yang mencakup pandangan, keyakinan, alasan dan pengetahuan yang

mempengaruhi seseorang memiliki tanggung jawab melaksanakan kewajiban

sebagai wajib pajak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pajak cukup beragam. Amin et al.,

(2022) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib antara

lain (a) pemahaman terhadap self assesment system dan ketepatan membayar

pajak, (b) kualitas pelayanan pajak, (c) tingkat pendidikan dan (d) presepsi wajib

pajak terhadap sanksi perpajakan. Selain itu besaran modal dan hasil penjualan

(Gberegbe & Umoren, 2017) sering menjadi faktor kepatuhan wajib pajak. Dalam

hal ini, hasil penjualan yang rendah berpengaruh pada tingkat kepatuhan wajib

pajak (Dharmayanti, 2023).

2.3.1 Hal Penting Kepatuhan Membayar Pajak

14
Kepatuhan membayar pajak adalah suatu aspek penting dalam sistem

perpajakan suatu negara. Ini mengacu pada kewajiban warga negara, perusahaan,

dan entitas hukum lainnya untuk melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipahami dan

diperhatikan tentang kepatuhan membayar pajak yang dirangkum berdasarkan

pendapat (Budiman et al., 2019; Direktorat Jenderal Pajak, 2013)

a. Pajak adalah Kewajiban: Pajak adalah sumber pendapatan utama bagi

pemerintah untuk membiayai berbagai program dan layanan publik seperti

pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan lain-lain. Oleh karena itu, membayar

pajak adalah kewajiban warga negara yang harus dipatuhi.

b. Hukum Pajak: Setiap negara memiliki undang-undang perpajakan yang

mengatur jenis-jenis pajak, tarif pajak, tenggat waktu pembayaran, dan

persyaratan pelaporan. Warga negara dan perusahaan harus memahami hukum

pajak yang berlaku di negara mereka.

c. Pelaporan Pajak: Pajak biasanya harus dilaporkan kepada otoritas pajak setiap

tahun. Pelaporan ini dapat berupa pengisian formulir pajak atau penyampaian

laporan ke otoritas pajak setempat.

d. Sistem Pajak: Sistem pajak bisa bervariasi dari satu negara ke negara lain.

Jenis-jenis pajak termasuk pajak penghasilan, pajak penjualan, pajak properti,

pajak warisan, dan lain-lain. Pemahaman tentang jenis-jenis pajak ini penting

untuk memastikan kepatuhan pajak.

e. Pajak Penghasilan: Pajak penghasilan adalah salah satu jenis pajak yang

umumnya dikenakan pada penghasilan individu dan perusahaan. Wajib pajak

15
perlu melaporkan penghasilan mereka, mengklaim potongan pajak yang sesuai,

dan membayar jumlah pajak yang benar.

f. Penghindaran Pajak vs. Pengelakan Pajak: Penghindaran pajak adalah praktik

legal untuk mengurangi kewajiban pajak dengan memanfaatkan celah hukum.

Pengelakan pajak, di sisi lain, melibatkan tindakan ilegal untuk menghindari

pembayaran pajak yang seharusnya dibayar.

g. Sanksi dan Denda: Jika seseorang atau perusahaan melanggar hukum pajak

dengan sengaja atau karena kelalaian, mereka dapat menghadapi sanksi, denda,

atau bahkan tuntutan hukum.

h. Pentingnya Pemahaman Pajak: Memahami aturan perpajakan adalah kunci

untuk memastikan kepatuhan. Banyak negara menawarkan panduan, seminar,

atau layanan konsultasi pajak bagi wajib pajak untuk membantu mereka

memahami sistem perpajakan.

i. Kepatuhan Sukarela: Beberapa negara mendorong kepatuhan sukarela dengan

memberikan insentif seperti potongan pajak atau insentif pajak kepada warga

negara yang taat membayar pajak.

j. Pentingnya Audit Pajak: Otoritas pajak memiliki kebijakan audit untuk

memeriksa kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu, penting untuk menjaga

catatan keuangan yang akurat dan mendokumentasikan klaim potongan pajak

dengan baik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan membayar

pajak adalah bagian penting dalam menjaga stabilitas fiskal suatu negara dan

mendukung penyediaan layanan publik. Melanggar aturan perpajakan dapat

berdampak negatif pada individu, perusahaan, dan perekonomian secara

16
keseluruhan, sementara kepatuhan yang baik dapat mendukung pertumbuhan

ekonomi yang berkelanjutan.

2.3.2 Indikator Kepatuhan Membayar Pajak

Kepatuhan membayar pajak merujuk pada kemampuan wajib pajak atau

perusahaan untuk mematuhi semua ketentuan perpajakan yang berlaku dan

membayar pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Indikator

kepatuhan membayar pajak dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang yang

digunakan (misalnya, dari perspektif wajib pajak atau pemerintah), tetapi

beberapa indikator umum kepatuhan membayar pajak sebagaimana yang

dikemukakan oleh (Weber & Fooken, 2014) yang mencakup:

a. Waktu Pembayaran: Ketepatan waktu dalam membayar pajak adalah indikator

penting. Wajib pajak atau perusahaan yang membayar pajak tepat waktu

menunjukkan kepatuhan terhadap tenggat waktu pembayaran pajak yang

ditetapkan.

b. Kesesuaian Laporan Pajak: Laporan pajak yang akurat dan lengkap adalah

indikator kepatuhan pajak. Kesalahan atau kelalaian dalam laporan pajak dapat

menimbulkan masalah perpajakan dan mengurangi kepatuhan.

c. Penghindaran dan Pengelakan Pajak: Penghindaran pajak yang sah (tax

avoidance) berbeda dengan pengelakan pajak ilegal (tax evasion). Kepatuhan

pajak mengharuskan wajib pajak untuk menghindari pelanggaran pajak, tetapi

juga untuk tidak menggunakan metode atau strategi penghindaran pajak yang

dapat dianggap ilegal atau tidak etis.

17
d. Kepatuhan terhadap Peraturan Perpajakan: Kepatuhan terhadap peraturan dan

hukum perpajakan yang berlaku adalah hal yang sangat penting. Ini mencakup

memahami dan mematuhi semua ketentuan perpajakan yang relevan.

e. Audit dan Penyelidikan: Jika wajib pajak atau perusahaan sering mengalami

pemeriksaan pajak atau penyelidikan oleh otoritas pajak, ini dapat menjadi

indikasi kepatuhan yang kurang baik. Kepatuhan yang baik dalam hal

perpajakan cenderung mengurangi risiko pemeriksaan atau masalah

perpajakan.

f. Penggunaan Fasilitas Perpajakan: Pemanfaatan fasilitas atau insentif

perpajakan yang sah sesuai dengan hukum perpajakan adalah indikator positif

kepatuhan pajak.

g. Kerjasama dengan Otoritas Pajak: Kerjasama yang baik antara wajib pajak atau

perusahaan dengan otoritas pajak, termasuk memberikan informasi yang

diperlukan dan merespons permintaan pajak, dapat mencerminkan kepatuhan

yang baik.

h. Rasio Pajak Terhadap Pendapatan: Rasio pajak terhadap pendapatan adalah

ukuran yang digunakan untuk menilai apakah pajak yang dibayarkan wajib

pajak sesuai dengan pendapatannya. Rasio ini dapat digunakan untuk

mengidentifikasi ketidakpatuhan jika terlalu rendah.

i. Partisipasi dalam Program Pengampunan Pajak: Jika wajib pajak atau

perusahaan memanfaatkan program pengampunan pajak yang ditawarkan oleh

pemerintah, hal ini dapat mengindikasikan adanya ketidakpatuhan sebelumnya.

18
j. Kepatuhan dalam Pembayaran Pajak Properti dan Pajak Lainnya: Selain pajak

penghasilan, pembayaran pajak properti, pajak penjualan, atau jenis pajak

lainnya juga merupakan indikator kepatuhan yang penting.

Penting untuk diingat bahwa kepatuhan pajak adalah tanggung jawab yang

penting dalam menjalankan bisnis atau mengelola keuangan pribadi. Kepatuhan

yang baik tidak hanya menghindari sanksi perpajakan tetapi juga mendukung

pembangunan infrastruktur dan layanan publik melalui pendapatan pajak yang

diterima oleh pemerintah.

2.4 Pengetahuan Perpajakan dan Kepatuhan Membayar Pajak

Penelitian tentang pengetahuan pajak dan kepatuhan membayar pajak telah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Temuan penelitian menunjukkan bahwa

pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar

pajak (Anggraeni & Ramayanti, 2023; Deo et al., 2022; Hamid et al., 2022;

Hidayati et al., 2023).

Dari sejumlah penelitian terdahulu menghasilkan beberapa temuan terkait

kepatuhan masyarakat dalam pembayaran pajak. Faktor yang mampu memberikan

dampak atas kepatuhan wajib pajak bagi masyarakat salah satunya ialah

pengetahuan perpajakan. Ibrahim et al. (2015) menyebutkan bahwa pengetahuan

perpajakan merupakan tingkat sensitivitas serta kesadaran wajib pajak atas

undang-undang perpajakan. Beberapa hasil penelitian relevan tentang kepatuhan

pembayaran pajak yang bisa dipengaruhi oleh pengetahuan perpajakan adalah

perolehan penelitian dari Rodríguez (2018) yang menyatakan bahwa faktor

pengetahuan wajib pajak yang baik perihal peraturan pajak, dapat berdampak pada

19
kepatuhan membayar pajak. Tidak hanya itu, penelitian Dyan & Venusita (2013)

menyebutkan bahwa pengetahuan perpajakan juga menimbulkan inisiatif wajib

pajak atas pemenuhan kewajiban pembayaran pajak, wawasan perpajakan para

wajib pajak, kesadaran terhadap aturan-aturan perpajakan, persepsi efektivitas

pada mekanisme perpajakan, mutu penyajian pada wajib pajak serta kesediaan

proses pembayaran pajak. Le et al. (2020) dan Pratama (2017) memperoleh hasil

temuan bahwa kepatuhan untuk membayar pajak mampu dipengaruhi oleh faktor

pengetahuan pajak. Penelitian Saad (2014) memperoleh hasil bahwa kepatuhan

pajak warga negara New Zealand dipengaruhi oleh pengetahuan pajak mereka.

Masyarakat memiliki pengetahuan pajak yang buruk dikarenakan adanya aturan-

aturan negara yang rumit yang akhirnya menyebabkan mereka tidak patuh

membayar pajak. Ada gap penelitian terkait dengan hasil penelitian lain yang

menunjukkan bahwa pengetahuan pajak tidak bisa mempengaruhi kepatuhan

membayar pajak. Penelitian oleh Areo et al. (2020) menyebutkan tentang

pengaruh pengetahuan perpajakan atas kepatuhan wajib pajak pelaku usaha kecil

dan menengah yang menghasilkan data bahwa kepatuhan proses pembayaran

pajak tidak mampu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pengetahuan pajak. Para

pelaku usaha hanya mengalami kesulitan untuk memahami hukum pajak, tetapi

mereka juga menunjukkan pengetahuan yang buruk tentang tarif pajak dan konsep

dasar perpajakan.

2.5 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

2.5.1 Hakikat UMKM

20
Di Indonesia, definisi UMKM diatur di dalam UU tentang UMKM (Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20, 2008). Dalam bab 1, pasal 1 dinyatakan

bahwa usaha mikro (UMI) adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria. Usaha kecil (UK)

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

cabang perusahaan yang dimiliki dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari UM atau UB yang memenuhi kriteria. Sedangkan

usaha menengah (UM) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari UMI, UK, atau UB yang

memenuhi kriteria UM sebagaimana yang dimaksud di dalam Undang-Undang

tersebut.

Di dalam Undang-Undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk

mendefinisikan UMKM adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan. Dengan

kriteria ini menurut Undang-Undang itu, UMI adalah unit usaha yang memiliki

nilai atau yang paling banyak Rp 50 juta, atau dengan hasil jualan tahunan paling

besar Rp 300 juta; UK dengan nilai aset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan

paling banyak Rp500 juta, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

300 juta hingga maksimum Rp2.500.000.000,00 dan UM adalah perusahaan

dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta hingga paling banyak Rp 10

21
miliyar, atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2 milyar lima juta

sampai paling tinggi Rp 50 miliyar.

2.5.2 Peran UMKM dalam Perekonomian

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang sangat

penting dalam ekonomi suatu negara. Berikut adalah beberapa peran utama

UMKM dalam ekonomi yang dirangkum berdasarkan pendapat (Hanim &

Noorman, 2018):

a. Penciptaan Lapangan Kerja: UMKM seringkali merupakan penyedia lapangan

kerja yang signifikan. Mereka mempekerjakan banyak orang, baik dalam

sektor perkotaan maupun pedesaan, sehingga membantu mengurangi tingkat

pengangguran.

b. Peningkatan Pendapatan: UMKM memberikan peluang kepada individu untuk

memiliki usaha sendiri dan meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini

berkontribusi pada peningkatan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya

mendukung pertumbuhan ekonomi.

c. Inovasi dan Kreativitas: UMKM seringkali merupakan tempat untuk inovasi

dan kreativitas. Mereka dapat menciptakan produk atau layanan baru dan

beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar.

d. Distribusi Pendapatan yang Lebih Merata: UMKM dapat membantu

mendistribusikan pendapatan secara lebih merata di masyarakat. Mereka

memberikan kesempatan kepada orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat

untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi.

22
e. Peningkatan Keterampilan dan Kapasitas: UMKM memberikan peluang bagi

individu untuk mengembangkan keterampilan dan kapasitas mereka dalam

berbagai bidang, termasuk manajemen usaha, pemasaran, produksi, dan lain-

lain.

f. Kontribusi terhadap PDB: Sektor UMKM dapat menjadi kontributor signifikan

terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Meskipun setiap

UMKM mungkin memiliki skala yang lebih kecil, jumlah besar UMKM secara

kolektif dapat memiliki dampak ekonomi yang besar.

g. Peningkatan Keberlanjutan Lingkungan: Beberapa UMKM berfokus pada

praktik bisnis yang berkelanjutan, seperti penggunaan bahan baku yang ramah

lingkungan atau produksi yang lebih efisien dalam hal energi. Hal ini dapat

membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

h. Pengembangan Daerah Tertentu: UMKM dapat menjadi penggerak

pertumbuhan ekonomi di daerah tertentu, terutama di pedesaan atau daerah

terpencil. Ini dapat membantu mengurangi ketimpangan ekonomi antar

wilayah.

Pemerintah sering kali memberikan dukungan dan insentif kepada UMKM

untuk mendorong pertumbuhan sektor ini, karena kontribusinya yang penting

terhadap perekonomian nasional. Pemberian pelatihan, akses ke sumber daya

finansial, dan bantuan teknis adalah beberapa bentuk dukungan yang biasanya

diberikan kepada UMKM untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang.

2.5.3 Manajemen UMKM

23
Manajemen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melibatkan berbagai

aspek yang harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan kesuksesan dan

pertumbuhan bisnis tersebut. Berikut ini adalah beberapa hal yang terkait dengan

manajemen UMKM yang disarikan berdasarkan pendapat (Saefullah et al., 2022):

a. Perencanaan Bisnis: Merencanakan bisnis dengan baik adalah langkah awal

yang penting. Ini mencakup penetapan visi, misi, tujuan, dan strategi bisnis,

serta perencanaan keuangan jangka pendek dan panjang.

b. Pemasaran: UMKM perlu mengembangkan strategi pemasaran yang efektif

untuk mempromosikan produk atau layanan mereka. Ini mencakup identifikasi

target pasar, branding, periklanan, dan promosi.

c. Manajemen Keuangan: Mengelola keuangan dengan baik adalah kunci

keberhasilan. Ini termasuk perencanaan anggaran, pemantauan kas,

pengelolaan utang, dan pembuatan laporan keuangan.

d. Pengelolaan Persediaan: UMKM yang menjual produk fisik perlu mengelola

persediaan dengan efisien. Ini termasuk pemantauan stok, pengendalian biaya

persediaan, dan manajemen rantai pasokan.

e. Sumber Daya Manusia: Mengelola tenaga kerja adalah bagian penting dari

manajemen UMKM. Ini termasuk perekrutan, pelatihan, evaluasi kinerja, dan

manajemen konflik.

f. Administrasi dan Operasional: UMKM perlu memiliki prosedur operasional

standar (SOP) yang jelas untuk memastikan efisiensi dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari. Ini meliputi manajemen inventaris, proses produksi, dan layanan

pelanggan.

24
g. Perizinan dan Regulasi: Memahami perizinan dan regulasi yang berlaku dalam

industri dan wilayah tertentu sangat penting. UMKM harus memastikan bahwa

mereka mematuhi semua peraturan yang berlaku.

h. Inovasi dan Pengembangan Produk: Terus menerus mengembangkan produk

atau layanan baru atau meningkatkan yang ada dapat membantu UMKM untuk

tetap bersaing di pasar.

i. Pembiayaan dan Akses Keuangan: Menemukan sumber pembiayaan yang

sesuai dan akses keuangan untuk mendukung pertumbuhan adalah hal penting.

Ini bisa termasuk pinjaman, modal ventura, atau program bantuan pemerintah.

j. Manajemen Risiko: UMKM harus memiliki strategi untuk mengidentifikasi,

mengukur, dan mengelola risiko bisnis seperti risiko finansial, risiko

operasional, dan risiko pasar.

k. Beradaptasi dengan Teknologi: Mengadopsi teknologi yang relevan dapat

membantu UMKM meningkatkan efisiensi operasional dan mengakses pasar

yang lebih luas melalui platform online.

l. Membangun Jaringan: Membangun jaringan bisnis dengan mitra, pelanggan,

pemasok, dan organisasi bisnis lainnya dapat membantu UMKM mendapatkan

peluang baru dan dukungan.

m. Evaluasi Kinerja: UMKM perlu secara teratur mengevaluasi kinerja bisnis

mereka dan melakukan perubahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan

mereka.

n. Kepatuhan dan Etika Bisnis: Mematuhi etika bisnis dan praktik bisnis yang

baik adalah penting untuk menjaga reputasi dan kepercayaan pelanggan.

25
Dari gambaran tersebut, manajemen yang baik dalam semua aspek ini dapat

membantu UMKM mengatasi tantangan dan tumbuh menjadi bisnis yang sukses

dan berkelanjutan.

2.5.4 Tantangan UMKM

Kendati berpotensi besar menumbuhkan perekonomian nasional, UMKM di

Indonesia masih dihadapkan dengan beragam tantangan. Pemerintah juga telah

merancang target pengembangan UMKM selama lima tahun ke depan seperti

dipaparkan dalam Perpres No. 18 Tahun 2020 tentang RPJM Nasional Tahun

2020-

2024. Tantangan yang dihadapi oleh UMKM saat ini berkaitan dengan kualitas

sumber daya manusia (SDM) yang rendah, peran sistem pendukung yang kurang

optimal, serta kebijakan dan peraturan yang kurang efektif. Tantangan SDM

MKM

pada umumnya disebabkan oleh rendahnya pendidikan, keterampilan dan

pengalaman, serta akses ke informasi. Sebagian besar UMKM juga belum

memiliki

kapasitas kewirausahaan yang memadai. Hal ini tampak dari pola bisnis UMKM

yang masih banyak difokuskan pada produksi, bukan permintaan pasar.

Selain itu, kurang optimalnya peran sistem pendukung telah meningkatkan

kompleksitas dalam akses UMKM terhadap sumber daya (bahan baku dan

pembiayaan), teknologi, dan pasar. Sistem pendukung usaha tersebut dapat

26
mencakup lembaga penyedia/pemasok bahan baku, lembaga pembiayaan,

lembaga

litbang, mediator pemasaran, lembaga layanan bisnis/LPB, dan lain-lain. Peran

sistem pendukung UMKM juga tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur serta

insentif. Harmonisasi berbagai peraturan antara pusat-daerah, antarsektor dan

antarwilayah juga masih dibutuhkan untuk mendukung pengembangan UMKM

(Saefullah et al., 2022).

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia menghadapi sejumlah

tantangan yang beragam. Berikut ini adalah beberapa tantangan utama yang

dihadapi oleh UMKM di Indonesia berdasarkan pendapat (Saefullah et al., 2022;

Sri & Ahmad, 2017):

a. Akses Terbatas ke Modal: Salah satu tantangan utama bagi UMKM adalah

akses terbatas ke modal. Banyak UMKM kesulitan untuk mendapatkan

pinjaman atau investasi yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis mereka.

b. Kurangnya Keterampilan Manajemen: Banyak pemilik UMKM tidak memiliki

pengetahuan dan keterampilan manajemen yang cukup untuk mengelola bisnis

mereka secara efisien. Ini mencakup masalah seperti manajemen keuangan,

pemasaran, dan perencanaan strategis.

c. Biaya Produksi yang Tinggi: Biaya produksi yang tinggi, terutama dalam hal

energi, bahan baku, dan tenaga kerja, dapat menghambat pertumbuhan UMKM

dan membuat mereka sulit bersaing dengan bisnis yang lebih besar.

27
d. Persaingan yang Ketat: Persaingan dalam pasar UMKM Indonesia sering kali

sangat ketat, terutama di sektor-sektor yang penuh dengan pesaing. Hal ini

dapat membuat sulit bagi UMKM untuk mencapai keuntungan yang stabil.

e. Akses Terbatas ke Teknologi dan Inovasi: Beberapa UMKM mungkin kesulitan

mengadopsi teknologi baru atau berinovasi karena keterbatasan sumber daya

dan pengetahuan teknologi.

f. Regulasi yang Rumit: Beberapa UMKM mungkin menghadapi hambatan

regulasi yang rumit dan birokrasi yang memperlambat proses perizinan dan

pertumbuhan bisnis.

g. Infrastruktur yang Terbatas: Infrastruktur yang kurang berkembang, terutama di

daerah-daerah pedesaan, dapat membatasi akses UMKM ke pasar, sumber

daya, dan layanan penting seperti transportasi dan komunikasi.

h. Kualitas Produk dan Layanan yang Rendah: Beberapa UMKM mungkin

mengalami kesulitan dalam mempertahankan kualitas produk dan layanan

mereka, yang dapat memengaruhi citra merek dan kepuasan pelanggan.

i. Perubahan Iklim dan Bencana Alam: UMKM di Indonesia sering kali rentan

terhadap perubahan iklim dan bencana alam seperti banjir dan gempa bumi,

yang dapat merusak fasilitas dan stok produk mereka.

j. Ketergantungan pada Pasar Lokal: Beberapa UMKM mungkin terlalu

bergantung pada pasar lokal, dan ketika pasar lokal mengalami penurunan,

bisnis mereka dapat terpengaruh secara signifikan.

Pemerintah dan berbagai lembaga telah berupaya untuk mengatasi

sebagian besar tantangan ini dengan berbagai program dan inisiatif, seperti

memberikan pelatihan, akses ke modal, dan bantuan dalam meningkatkan kualitas

28
produk dan layanan UMKM. Namun, masih ada banyak pekerjaan yang perlu

dilakukan untuk memperkuat sektor UMKM di Indonesia.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Secara administratif, Kota Gunungsitoli terdiri atas enam kecamatan, yaitu

Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan, Gunungsitoli Barat,

Gunungsitoli, Gunungsitoli Alo’oa, dan Gunungsitoli Utara. Berdasarkan luas

wilayahnya, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi merupakan kecamatan dengan luas

wilayah terbesar (134,78 km2), diikuti oleh Kecamatan Gunungsitoli (109,09

km2), Kecamatan Gunungsitoli Utara (79,73 km2), Kecamatan Gunungsitoli

Alo’oa (60,21 km2), Gunungsitoli Selatan (56,85 km2) dan Kecamatan

Gunungsitoli Barat (28,70 km2). Masing-masing kecamatan dalam Kota

Gunungsitoli terdiri atas desa/kelurahan dengan total jumlah desa/kelurahan

adalah sebanyak 101 desa/kelurahan dengan rincian jumlah desa sebanyak 98 desa

dan 3 kelurahan (Dinas Perizinan Kota Gunungsitoli, 2018)

Penelitian ini berlokasi pada tiga kelurahan di Kota Gunungsitoli, yakni

(a) kelurahan Pasar, (b) kelurahan Ilir, dan (c) kelurahan Saombȏ. Alasan utama

pemilihan lokasi ini dilatari oleh domisili UMKM. Artinya, para pengusaha

UMKM melaksanakan aktivitas usaha di wilayah tiga kelurahan tersebut.

Tambahan lagi, tiga kelurahan tersebut sebagai pusat perniagaan di Kota

Gunungsitoli.

30
Gambar Lokasi Penelitian (Kelurahan Pasar, kelurahan Ilir, dan Kelurahan

Saombo)

3.2 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain

studi kasus. Pemilihan desain ini didasarkan begitu banyaknya temuan penelitian

yang sama pada beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Sunyoto, 2016) bahwa apabila berkeinginan melakukan penelitian dengan topik

yang sama dan ternyata hasilnya terdapat pengaruh yang signifikan, maka

berdasarkan kondisi ini dapat dilakukan studi kasus di lokasi lain.

31
Populasi penelitian ini adalah pengusaha mikro pada tiga kelurahan berjumlah

sebanyak 89 unit usaha. Oleh karena populasi ini dapat dijangkau, maka

ditetapkan sebagai sampel penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini adalah (a) pengetahuan perpajakan dan (b) kepatuhan

membayar pajak berwujud kualitatif yang dikonversi menjadi data kuantitatif.

Untuk mendapatkan data ini diperoleh dengan kuesioner skala Likert (Wahyuni,

2020). Indikator kedua kuesioner dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1 Indikator Kuesioner Penelitian

Variabel Indikator Butir


Pengetahuan a. Pemahaman Dasar Perpajakan 1,2
perpajakan b. Kewajiban Wajib Pajak 4,5
c. Perhitungan Pajak 6,7
d. Regulasi dan Peraturan 3,8
e. Prosedur Klaim dan Pengembalian 10,11
f. Sanksi dan Denda 12, 13
g. Manfaat dan Tujuan Pajak 9, 14,15
Kepatuhan a. Tingkat Pendaftaran Wajib Pajak 1, 5, 10
membayar pajak b. Tingkat Pelaporan 2,3, 4
c. Tingkat Pembayaran 6,9,11
d. Rasio Utang Pajak yang Tertagih 7,8,12
e. Penggunaan Teknologi `3, 14, 15

Sebelum instrumen tersebut digunakan, lebih dahulu dilakukan pengujian

validitas dan reliabilitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa instrumen

pengetahuan perpajakan dan kepatuhan membayar pajak memiliki bukti validitas

dan reliabilitas yang tinggi sehingga layak digunakan sebagai alat pengumpulan

data penelitian. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

32
Tabel 2 Validitas Instrumen Pengetahuan Perpajakan dan Kepatuhan Membayar
Pajak
Variabel dan Item (p) sig Kesimpulan
Pengetahuan
Perpajakan (PP)
PP1 0.740 0,05 valid
PP2 0,543 0,05 valid
PP3 0,348 0,05 valid
PP4 0,634 0,05 valid
PP5 0,816 0,05 valid
PP6 0,578 0.05 valid
PP7 0,615 0,05 valid
PP8 0,619 0,05 valid
PP9 0,661 0,05 valid
PP10 0,664 0,05 valid
PP11 0,657 0,05 valid
PP12 0,512 0.05 valid
PP13 0,534 0,05 Valid
PP14 0,651 0.05 Valid
PP15 0,432 0.05 valid
Kepatuhan
Membayar Pajak
(KMP)
KMP1 0,513 0.05 valid
KMP2 0,421 0,05 valid
KMP3 0,345 0,05 valid
KMP4 0,451 0,05 valid
KMP5 0,342 0,05 valid
KMP6 0,355 0,05 valid
KMP7 0,432 0.05 valid
KMP8 0,456 0,05 valid
KMP9 0,433 0,05 valid
KMP10 0,342 0,05 valid
KMP11 0,322 0,05 valid
KMP12 0,232 0,05 valid
KMP13 0,333 0.05 Valid
KMP14 0,457 0,05 Valid
KMP15 0,456 0.05 valid

33
Tabel 3 Reliabilitas Instrumen Pengetahuan Perpajakan dan Kepatuhan Membayar
Pajak
Variabel (p) sig Kesimpulan
Pengetahuan
0,844 0.60 Reliabel
Perpajakan
Kepatuhan
0,758 0.60 Reliabel
Membayar Pajak

3.4 Teknik Analisis Data

Data variabel pengetahuan perpajakan dan kepatuhan membayar pajak dianalisis

statistik regresi linear sederhana. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

(a) Melakukan tabulasi data berdasarkan variabel;

(b) Melakukan pengujian keabsahan data yakni uji normalitas, homogentitas, dan

linearitas

(c) Melakukan pengujian hipotesis:

Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan pengetahuan perpajakan terhadap

kepatuhan membayar pajak

H1 : Terdapat pengaruh signifikan pengetahuan perpajakan terhadap

kepatuhan membayar pajak

(d) Menarik kesimpulan

Data kedua variabel dianalisis dengan memanfaatkan IBM SPSS versi 26.

34
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap

kepatuhan membayar pajak di kalangan pengusaha mikro di Kota Gunungsitoli

tahun pajak 2022 dipaparkan berikut ini. Sebelum pengujian hipotesis diawali

dengan pengujian data sebagai syarat menentukan uji statistik Hasi pengujian

normalitas, homogenitas, dan linearitas tersebut disajikan pada tabel berikut ini.

4.1.1 Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas data digunakan statistik Shapiro-Wilk karena data berjumlah

89 > 50 sampel. Hasi pengujian kedua variabel dapat dilihat pada tabel 4 berikut

Tabel 4 Hasil Pengujian Normalitas

Varabel sig Kesimpulan


α
Pengetahuan 0,83 0,05 Normal
Perpajakan
Kepatuhan 0.89 0,05 Normal
Membayar Pajak

Berdasarkan kriteria pengujian normalitas yang menggunakan SPSS didapat nilai

signifikansi Shapiro-Wilk lebih besar dari 𝛼 = 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sehingga

analisis statistika pengujiannya dapat menggunakan analisis statistika parametrik.

35
4.1.2 Uji Homogenitas

Homogenitas varians diperoleh dengan menggunakan Levene Statistik.

Berdasarkan tabel 5 berikut diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,487. Nilai ini

lebih besar dari 0,05, dengan ini disimpulkan bahwa kelompok data kemampuan

pemecahan masalah (KPM) pada kelompok Eksperimen dan kelompok Kontrol

dinyatakan mengandung unsur kesamaan atau homogen.

Tabel 5 Hasil Pengujian Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

0,484 1 176 0.487

4.1.3 Uji Linearitas

Berdasarkan uji linearitas, data, diperoleh hasil sebesar 0.381 yang lebih besar

dari 0,05. Nilai ini menunjukan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang

linear. Dengan kata lain variabel kepatuhan membayar pajak dapat disestimasi

oleh variabel pengetahuan perpajakan.

Tabel 6 Pengujian Linearitas

Tabel Anova df F Sig.

Deviasi Linearitas 13 1.090 0.381

4.1.4 Uji Hipotesis

36
Setelah proses pengolahan selesai dilakukan, dalam analisis regresi linear

sederhana diperlukan dua tabel utama yaitu Model Summary (simpulan model)

dan Coefficients Simple Regressive (koefisien regresi linear sederhana). Kedua

tabel dimaksud ditampilkan berikut ini

Tabel 7 Simpulan Model

Model R R Square Adjusted R Std. Error of


Square the Estimate
1 0.049a 0.002 0.009 3.133

Pada tabel 7 di atas didapatkan nilai R Square atau R2 sebesar 0,002

yang menunjukkan persentase sumbangan variabel pengetahuan perpajakan dalam

mempengaruhi variabel kepatuhan membayar pajak. Artinya besarnya sumbangan

variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen adalah sebesar 0,2%

sedangkan sisanya 99, 8% dipengaruhi oleh variabel lain. Sumbangan variabel

pengetahuan perpajakan ini secara nyata tidak berarti. Dengan kata lain,

pengetahuan perpajakan para pemilik usaha mikro di Kota Gunungsitoli tidak

berkontribusi dalam kepatuhan mereka membayar pajak.

Tabel 8 . Koefisien Regresi Sederhana


Standardized
Unstandardized
Coefficients
Model t Sig.
B Std. Error Beta

(Constant) 48.141 5.293 9.094 0.000

Kepatuha
n
membayar -.054 0.188 -0.49 -0.458 0.648
pajak

a. Dependent Variable: Pengetahuan Perpajakan

37
Berdasarkan tabel 8 dapat disusun persamaan regresi dengan nilai

Constant dan coefficient variabel X pada kolom B serta dianalisis nilai sig

variabel X. Persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y = 48.141 - 0,054X

Didapat nilai constant sebesar 48.141 artinya secara statistik tanpa adanya X

maka besarnya Y adalah 48.141. Didapat nilai coefficient variabel X sebesar -

0.054 artinya tidak ada pengaruh X terhadap Y karena sangat lemah berada di

bawah ≤ 19,99%.

Setelah hasil model summary dan koefisien regresi sederhana dianalisis, berikut

ini dilakukan pengujian hipotesis. Agar lebih jelas, hipotesis yang telah

dirumuskan dikemukakan kembali.

Ho: Tidak terdapat pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan

membayar pajak

H1: Terdapat pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan membayar

pajak

Nilai sig variabel kepatuhan membayar pajak sebesar 0,648 lebih besar dari

alpha 0,05. Peroleh ini menunjukan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya

tidak terdapat pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan membayar

pajak.

38
4.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pengetahuan

perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak. Kendati para wajib pajak

memiliki pengetahuan yang memadai tentang perpajakan tidak memiliki

kontribusi dalam kepatuhan membayar pajaknya. Hal ini mengindikasikan bahwa

pengetahuan perpajakan tidak serta merta memotivasi wajib pajak untuk

mematuhi kewajiban mereka membayar pajak.

Temuan penelitian ini relevan dengan penelitian Areo et al. (2020) yang

menyebutkan bahwa kepatuhan membayar pajak tidak mampu dipengaruhi oleh

tinggi rendahnya pengetahuan pajak. Demikian juga penelitian Nadia (2019) yang

menyimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05

yaitu 0,984. Hal serupa ditemukan oleh (Hantono & Sianturi, 2022) bahwa

pengetahuan pajak tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

kepatuhan pajak. Artinya. arah pengaruh negatif menunjukan bahwa variaebel

pengetahuan pajak tidak berpengaruh kepada kepatuhan membayar pajak.

Ketiadaan pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan

membayar pajak pada lokasi penelitian (UMKM di Kota Gunungsitoli) tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan di daerah lain. Penelitian Arianto &

Kurniawan (2023) pada UMKM di Belitung Timur menunjukkan bahwa

pengetahuan perpajakan dan sanksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Demikian juga penelitian Mansur et al.,

(2022) menunjukkan bahwa bahwa pengetahuan pajak, kesadaran pajak dan tarif

39
pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal serupa ditemukan

oleh (Asyhari & Ttitik Aryati, 2023) pada UMKM di Jakarta menunjukkan bahwa

variabel pengetahuan perpajakan, sanksi perpajakan, penurunan tarif, kondisi

keuangan, kualitas pelayanan petugas pajak berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Berkaitan dengan adanya perbedaan temuan ini dengan temuan penelitian

yang baru saja disebutkan dapat didekati dari perspektif letak geografis dan daya

beli masyarakat setempat. Kendati Gunungsitoli berstatus kota, tingkat

pendapatan masyarakat masih tergolong rendah. Kota Gunungsitoli masih belum

dikategorikan sebagai kota jasa, industri, dan perniagaan. Masyarakatnya masih

mengandalkan sektor pertanian, peternakan, dan perikanan/kelautan. Fenomena

ini berkaitan dengan perilaku masyarakat atas kewajiban membayar pajak.

Artinya, pelaku dunia usaha lebih mengutamakan peningkatan pendapatan melalui

usaha mereka daripada menambah pengetahuan di bidang perpajakan.

Keterisoliran Kota Gunungsitoli dari sentra perekomian berdampak pula

pada daya beli masyarakat. Alhasil, UMKM mengalami kendala dalam

memasarkan berbagai produk. Akhirnya, kewajiban mereka terhadap negara

menjadi terkendala.

Selain dari keterisoliran dan daya beli masyarakat, ketiadaan pengaruh

pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak oleh pelaku UMKM

di Gunungsitoli kemungkinan dipengaruhi oleh sikap sampel penelitian dalam

mengisi kuesioner. Tidak dapat dimungkiri bahwa sikap “asal menjawab” dapat

saja terjadi. Perilaku ini berdampak pada data yang dianalisis. Kendati syarat

40
penggunaan analisis regresi sederhana telah terpenuhi (normalitas, homogenitas,

dan linearitas).

Berkenaan dengan temuan penelitian ini, penulis menyadari keterbatasan

yang terdapat dalam penelitian ini. Keterbatasan utama berkaitan dengan variabel

yang hanya melibatkan dua variabel, yaitu variabel pengetahuan perpajakan (X)

dan variabel kepatuhan membayar pajak (Y). Apabila ditambah variabel

intervening atau moderator, temuan penelitian bisa saja berbeda dengan temuan

ini. Kedua, kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data yang disiapkan sendiri

oleh peneliti. Jika tersedia instrumen standar, kemungkinan temuan penelitian

berbeda dengan temuan ini.

41
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data berupa pengujian hipotesis dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak. Artinya, hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap

kepatuhan membayar pajak. Kendati para wajib pajak memiliki pengetahuan yang

memadai tentang perpajakan tidak memiliki kontribusi dalam kepatuhan

membayar pajaknya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan perpajakan

tidak serta merta memotivasi wajib pajak untuk mematuhi kewajiban mereka

membayar pajak.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah

dijabarkan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai

berikut:

a. Kendati dalam penelitian ini tidak terdapat pengaruh pengetahuan perpajakan

terhadap kepatuhan wajib pajak pada UMKM, sebaiknya Dinas Perindustrian

dan Koperasi Kota Gunungsitoli diharapkan untuk memberikan sosialisasi atau

edukasi tentang peraturan perpajakan dan tata cara pembayaran serta pelaporan

pajak secara rutin dan detail kepada wajib pajak karena terdapat wajib pajak

yang masih kurang memahami tentang perpajakan sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak.

42
b. Bagi masyarakat yaitu diharapkan untuk terus aktif dalam belajar dan

memahami perpajakan sehingga timbul kepatuhan dalam membayarkan pajak.

Selain itu masyarakat juga harus meningkatkan kesadaran bahwa sangat

pentingnya pajak bagi masyarakat dan negara.

43
DAFTAR PUSTAKA

Abiire, Awineyesema; Atindaana, Peter; Mbilla, S. A. E. (2020). Tax Education


And Tax Compliance. Researchjournali’s Journal of Accounting, 8(1).
Agustina, K. A. (2016). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Tingkat Penghasilan, dan
Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM dalam Memenuhi
Kewajiban Perpajakan (Studi Empiris Pelaku Umkm di Kabupaten
Buleleng). Jurnal Akuntansi Profesi, 6(1), 1–11.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JAP/article/view/21078
Amin, S. N., Buhari, P. Z. A., Yaacob, A. S., & Iddy, Z. (2022). Exploring the
Influence of Tax Knowledge in Increasing Tax Compliance by Introducing
Tax Education at Tertiary Level Institutions. Open Journal of Accounting,
11(02), 57–70. https://doi.org/10.4236/ojacct.2022.112004
Anggraeni, A. M., & Ramayanti, R. (2023). PENGARUH SOSIALISASI,
TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PEMAHAMAN PERPAJAKAN
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM. Trilogi Accounting
and Business Research, 04(01), 64–78.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JAP/article/view/21078
Arianto, V. D., & Kurniawan, B. (2023). PENGARUH PENGETAHUAN
PERPAJAKAN DAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT
KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM DI BELITUNG TIMUR.
Konferensi Ilmiah Akuntansi.
Asyhari, F., & Ttitik Aryati. (2023). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi
Perpajakan, Penurunan Tarif, Kondisi Keuangan, Kualitas Pelayanan Petugas
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Umkm Di Jakarta. Jurnal Ekonomi
Trisakti, 3(1), 1715–1724. https://doi.org/10.25105/jet.v3i1.16263
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, & Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia
(V). Badan Bahasa, Kemendikbud.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/optimalisasi
Budiman, N. A., Mulyani, S., & Wijayani, D. R. (2019). Perpajakan. Badan
Pernebit Universitas Muria Kudus.
Daeli, R. (2023). Kota Gunungsitoli dalam Angka (M. E. Sugiar (ed.)). Badan
Pusat Statistik Kota Gunungsitoli.
Deo, P. P., Pakpahan, Y., & Tambubolon, L. D. (2022). Pengaruh Tarif Pajak
UMKM, Pemahaman Peraturan Perpajakan, dan Tingkat Kepercayaan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Jurnal Pendidikan Dan
Konseling, 4(4), 3651–3662.
Dharmayanti, N. (2023). The Effect Of Tax Office Service Quality And Taxpayer
Income On Land And Building Tax Compliance. JAK (Jurnal Akuntansi)
Kajian Ilmiah Akuntansi, 10(1), 48–64.
https://doi.org/10.30656/jak.v10i1.4927
Dinas Perizinan Kota Gunungsitoli. (2018). Gambaran umum daerah kota

44
gunungsitoli. Pemerintah Kota Gunungsitoli.
https://perizinan.gunungsitolikota.go.id/gambaran-umum-kota-gunungsitoli
Direktorrat Jenderal Pajak. (2013). Pajak Penghasilan. Kementerian Keuangan
Republik Indonesia.
Gberegbe, F. B., & Umoren, A. O. (2017). The Perception of Tax Fairness and
Personal Income Tax Compliance of Smes in Rivers State. Quest Journals
Journal of Research in Business and Management, 5(2), 2347–3002.
www.questjournals.org
Hamid, N. A., Ismail, I. S., Yunus, N., Jali, M. N., & Rosly, A. S. (2022).
Taxpayer Perceptions of Tax Awareness, Tax Education, and Tax
Complexity among Small and Medium Enterprises in Malaysia: A Quadrant
Analysis Approach. Universal Journal of Accounting and Finance, 10(1),
231–242. https://doi.org/10.13189/ujaf.2022.100124
Hamilah, & Fricilia. (2023). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi. Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing, 10(1), 49–60.
https://doi.org/10.55963/jraa.v10i1.523
Hanim, L., & Noorman, M. (2018). UMKM (Usaha Mikro, Kecil, & Menengah)
& Bentuk-Bentuk Usaha (Pertama). Unissula Press.
https://journal.uir.ac.id/index.php/kiat
Hantono, H., & Sianturi, R. F. (2022). Pengaruh Pengetahuan pajak, sanksi pajak
terhadap kepatuhan pajak pada UMKM kota Medan. Owner: Riset & Jurnal
Akuntansi, 6(1), 747–758. https://doi.org/10.33395/owner.v6i1.628
Hidayati, B., Hermanto, F. Y., & Nnamdi, A. O. (2023). Tax education and tax
compliance: A multi-ethnic analysis. JIFA (Journal of Islamic Finance and
Accounting), 6(1), 34–44. https://doi.org/10.22515/jifa.v6i1.6231
Hura, A., & Kakisina, S. M. (2022). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Jurnal
Akuntansi, Manajemen Dan Ekonomi, 1(1), 174–181.
https://doi.org/10.56248/jamane.v1i1.31
Irnawati, J., Moridu, I., Yunia, D., Masripah, Zunaidi, A., Rahayu, H. A., Sari, P.
N., Soerono, A. N., Machfuzhoh, A., Sarra, H. D., Katman, M. N., Kalbuana,
N., & Rahmadani. (2021). Perpajakan : Konsep, Teori, dan Praktik. In
Widina Bhakti Persada Bandung.
Mansur, F., Maiyarni, R., Prasetyo, E., & Hernando, R. (2022). Pengaruh
pengetahuan pajak, kesadaran pajak dan tarif pajak terhadap kepatuhan pajak
wajib Pajak UKM Kota Jambi. E-Jurnal Perspektif Ekonomi Dan
Pembangunan Daerah, 11(1), 69–82.
https://doi.org/10.22437/pdpd.v11i1.17432
Pardede, A. (2022). Pengaruh Pengatahuan Perpajakan, Tarif Pajak, dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kota Medan [Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan]. https://doi.org/10.35870/jemsi.v9i4.1398
Pardiat. (2010). Akuntansi Pajak. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. (2022). APBD Kota Gunungsitoli Tahun
2022.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, (2008).
UU RI Nomor 47, Pub. L. No. 47 (2008).
Pratiwi, A. P., & Hidayati, W. N. (2020). Akuntansi Perpajakan. In Akuntansi
Perpajakan (Vol. 1, Issue AKUNTANSI PERPAJAKAN).

45
Prianutama, S. B., & Alexander, N. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing,
2(2), 49–60. https://doi.org/10.55963/jraa.v10i1.523
Purwanto. (2014). Diklat Teknis Substantif Dasar Pajak I (Issue 1). Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pajak.
Ratnawati, V., Sari, R. N., & Sanusi, Z. M. (2019). Education, service quality,
accountability, awareness, and taxpayer compliance: Individual taxpayer
perception. International Journal of Financial Research, 10(5), 420–429.
https://doi.org/10.5430/ijfr.v10n5p420
Saefullah, E., Rohaeni, N., & Tabroni. (2022). MANAJEMEN Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah. EUREKA MEDIA AKSARA.
Sri, M., & Ahmad, Y. (2017). Peluang dan Tantangan Pengembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dari Berbagai Aspek Ekonomi. Jurnal
Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 2(1), 181–197.
https://journal.undiknas.ac.id/index.php/manajemen/article/view/155
Suherman, M., Almunawwaroh, M., & Marlina, R. (2015). Wajib Pajak Dalam
Penyampaian Surat Pemberitahuan ( Spt ) Tahunan Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama. Media Riset AKuntansi, AUditing & Informasi, 15, 49–64.
Sunyoto, D. (2016). Metode Penelitian Akuntansi.
Wahyuni, S. (2020). Metode Penelitian Akuntansi. Qiara Media Partner.
Weber, T. O., & Fooken, J. (2014). Behavioural Economics and
Taxation_taxation (Paper No 41). https://doi.org/10.2778/32009
Wogo, P. P., Fadjarenie, Ag., & Tarmidi, D. (2023). Tax Socialization For
Corporate Taxpayer, Is It Important? Jurnal Akuntansi E-JA, 27(2), 218–241.
https://doi.org/10.24912/ja.v27i2.1364
Zendrato, R. H. (2022). Pengaruh Keadilan, Sosialisasi, Dan Pemahaman
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Umkm Di Kota Gunungsitoli.
Suparyanto Dan Rosad (2015, i–7

46

Anda mungkin juga menyukai