Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN

 Wajib Pajak Orang Pribadi ialah Wajib Pajak perorangan yakni bukan badan usaha atau
badan hukum.
 WP Orang Pribadi hanya berkewajiban untuk membayar pajak terutang berdasarkan
penghasilan yang diterima.
 PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak.
 PPh Pasal 21 atau PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
subjek pajak dalam negeri. PPh pasal 21, yakni pemotongan,penyetoran pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dalam
bentuk apapun yg diterima atau diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
 PPh Pasal 22 adalah pajak dikenakan kepada badan-badan usaha tertentu, baik milik
pemerintah maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor, impor dan re-
impor.
 PPh Pasal 23 atau PPh 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal,
penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
 PPh Pasal 24 yakni pengaturan pajak bagi wajib pajak untuk memanfaatkan kredit pajak
mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak terhutang yang dimiliki di Indonesia.
 PPh Pasal 25 adalah pajak penghasilan yang pembayarannya bisa dilakukan dengan
sistem angsuran demi meringankan Wajib Pajak. PPh Pasal 25, terjadi apabila kita
menerima/memperoleh penghasilan lebih dari 1 pemberi kerja atau mempunyai usaha
bebas.
 PPh Pasal 29 adalah PPh kurang bayar yang biasanya tercantum dalam SPT Tahunan.
PPh pasal 29, terjadi apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih
besar dari pada kredit pajak,maka kekurangan pajak yang terhutang harus dilunasi
sebelum surat pemberitahuan Tahunan disampaikan.
 Lakin yaitu laporan kinerja
 Pelayanan fiskus adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan peraturan pokok dan tata
cara yang telah ditetapkan (Siregar dkk,2012:7). Fiskus merupakan petugas pajak.
 Preventif berarti tindakan dalam mencegah sebuah hal yang negatif sebelum terjadi
kejadian yang kurang menyenangkan.

 Batas waktu penyampaian SPT ini paling lama 3 bulan setelah akhir Tahun Pajak
 Tahun Pajak merupakan jangka waktu 1 (satu) tahun kalender. Kecuali wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

Jenis penelitian kuantitatif


penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen penelitian berupa
tes/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dikonversikan menggunakan kategori/kriteria
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kualitas penelitian kuantitatif ditentukan oleh banyaknya
responden penelitian yang terlibat.

Data yang diperlukan :


 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama (2018-2020)
Afrida, A., & Kusuma, G. (2022). Pengaruh Pemahaman dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Dengan Sosialisasi Perpajakan Sebagai Variabel Moderasi.
Balance : Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 7(1), 1–10.
https://lib.unnes.ac.id/29614/1/7101413025.pdf
Fitriyani, S. (2020). Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak, Sanksi Perpajakan, Dan Kesadaran
Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi kasus pada Wajib
Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha dan terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah
Abang Satu Tahun 20. https://repository.mercubuana.ac.id/3267/
Haryanti, M. D., Pitoyo, B. S., & Napitupulu, A. (2022). Pengaruh Modernisasi Administrasi
Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan Dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Wilayah Kabupaten Bekasi. Jurnal
Akuntansi Dan Perpajakan, 3(2), 108–130.
Khodijah, S., Barli, H., & Irawati, W. (2021). Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,
Kualitas Layanan Fiskus, Tarif Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi. JABI (Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia), 4(2), 183.
https://doi.org/10.32493/jabi.v4i2.y2021.p183-195
Kurniawan, A., & Choirunisa, W. (2022). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Cicadas.
Prosiding FRIMA (Festival Riset Ilmiah Manajemen Dan Akuntansi), 6681(3), 174–188.
https://doi.org/10.55916/frima.v0i3.289
Natalia, C., & Riswandari, E. (2021). Penerapan Sistem E-Filling, Kesadaran Perpajakan, Dan
Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. CURRENT: Jurnal Kajian
Akuntansi Dan Bisnis Terkini, 2(2), 205–216. https://doi.org/10.31258/jc.2.2.205-216
Judul Penelitian : Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung
Cicadas
Peneliti : (Kurniawan & Choirunisa, 2022)
Masa Penelitian : Tidak Ada
Fenomena
Data Direktorat Jenderal Pajak menunjukkan realisasi kepatuhan formal mencapai 12,7
juta WP atau hanya 69,3% dari jumlah WP yang wajib melaporkan SPT yakni 18,3 juta. Selain
masih rendah, realisasi kepatuhan formal WP juga di bawah target pemerintah yang mematok
target pada angka 85%.

Judul Penelitian : Pengaruh Pemahaman dan Kesadaran Terhadap Kepatuhan Wajib


Pajak Orang Pribadi Dengan Sosialisasi Perpajakan Sebagai
Variabel Moderasi
Peneliti : (Afrida & Kusuma, 2022)
Masa Penelitian : Tidak Ada
Fenomena
Kepatuhan wajib pajak orang pribadi dapat mengalami naik turun dalam membayar pajak
dikarenakan oleh banyak faktor diantaranya adalah kurangnya pengetahuan tentang peraturan
perpajakan, sistem pelayanan yang belum memuaskan. Data kemenkeu mencatat penurunan
jumlah wajib pajak yang melapor SPT tahunan tahun pajak 2020 sebesar 471.822 SPT atau
hingga 5,93%, dan masih banyaknya wajib pajak yang melaporkan secara manual (kontan.co.id).
Hal serupa terjadi di KPP Pratama Palembang Ilir Timur yang sampai dengan tahun 2020
mencatat terjadi peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar, tetapi dalam hal persentase
jumlah wajib pajak yang melapor SPT tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mensosialisasikan pelaporan pajak terutama pada tahun
2020 pemerintah menurunkan target menjadi 80% dengan realisasi pencapaian sebesar 78% dari
total yang melapor pajak sebanyak 19,00 juta. Dapat dilihat bahwa realisasi pencapaian
kepatuhan wajib pajak setiap tahunnya masih saja dibawah target yang sudah ditetapkan
pemerintah. Hal tersebut terjadi akibat masyarakat tidak memahami pentingnya manfaat dari
penerimaan pajak bagi negara dan kehidupan masyarakat.
Judul Penelitian : Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan, Pengetahuan
Perpajakan, Sosialisasi Perpajakan Dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Wilayah
Kabupaten Bekasi
Peneliti : (Haryanti et al., 2022)
Masa Penelitian : Tidak Ada
Fenomena
Realisasi atas penerimaan pajak dari tahun ketahun tidak selalu tepat mencapai target
yang sudah ditetapkan. Pada tahun 2019 penerimaan pajak hanya sebesar 1.332,06 Triliun dari
target1.577,56 Triliun atau dengan presentase sebesar 84,44%. Namun ditahun 2020
pemerintah menurunkan target menjadi 1.198,82 Triliun dengan realisasi penerimaan sebesar
1.069,97 Triliun atau sebesar 89,25%. Target yang ditetapkan pemerintah selalu mengalami
penurunan akibat lemahnya tingkat kepatuhan wajib pajak untuk mentaati pajak bahkan
masyarakat masih menganggap pajak menjadi suatu bentuk penjajahan dari pemerintah
kepada rakyat. Berdasarkan Laporan Realisasi APBN
Menteri Keuangan Tahun 2020 tingkat kepatuhan wajib pajak dari tahun selalu tidak
mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2019 dari target rasio kepatuhann wajib
pajak sebesar 85% hanya tercapai sebesar 73% dengan total yang melapor SPT sebanyak 18,33
juta wajib pajak. Sehingga pada tahun 2020 pemerintah menurunkan target menjadi 80%
dengan realisasi pencapaian sebesar 78% dari total yang melapor pajak sebanyak 19,00 juta.
Dapat dilihat bahwa realisasi pencapaian kepatuhan wajib pajak setiap tahunnya masih saja
dibawah target yang sudah ditetapkan pemerintah. Hal tersebut terjadi akibat masyarakat tidak
memahami pentingnya manfaat dari penerimaan pajak bagi negara dan kehidupan masyarakat.

Judul Penelitian : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kualitas Layanan


Fiskus, Tarif Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi
Peneliti : (Khodijah et al., 2021)
Masa Penelitian : 2018-2020
Fenomena
Sejak tahun 2018-2020 realisasi penerimaan pajak pada KPP Pratama Kebayoran Baru
Tiga dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan secara signifikan dalam mencapai
rencana yang ditetapkan. Jumlah ini terlihat bahwa realisasi pajak yang diterima pada tahun 2018
sebesar 3.133.316.503.677 sedangkan rencana yang ditetapkan sebesar 3.321.108.157.000
sehingga pencapaiannya sebesar 94,35% berarti tidak mencapai rencana yang ditetapkan. Pada
tahun 2019 realisasi pajak yang diterima sebesar 4.352.075.814.204 sedangkan rencana yang
ditetapkan sebesar 3.974.252.799.000 sehingga pencapaiannya sebesar 109,51% berarti
mencapai rencana yang ditetapkan. Dan pada tahun 2020 realisasi pajak yang diterima sebesar
3.548.862.953.447 sedangkan rencana yang ditetapkan sebesar 3.848.382.841.000 sehingga
pencapaiannya sebesar 92,22%.

Jumlah wajib pajak tedaftar wajib SPT tahunan pada KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga
tahun 2018-2020 mengalami penurunan secara signifikan. Namun kepatuhan wajib pajak yang
melaporkan SPT tahunan tahun 2018-2020 mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya penurunan wajib pajak terdaftar SPT tahunan, tidak mempengaruhi
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT tahunan.

Judul Penelitian : Penerapan Sistem E-Filling, Kesadaran Perpajakan, Dan Sanksi


Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Peneliti : (Natalia & Riswandari, 2021)
Masa Penelitian : Tidak Ada
Fenomena
Berdasarkan data dari DJP jumlah dari WP (Wajib Pajak) yang telah menyampaikan SPT
tahunan 2019 sejumlah 13,37 juta Wajib Pajak. Dimana angka tersebut totalnya mencapai 72,9%
dari total Wajib Pajak yang wajib melaporkan Surat Pemberitahuan adalah sejumlah 18,33 juta.
Angka yang dicapai ini masih berada di bawah target DJP sebesar 80%. Apabila lebih dilihat
secara mendetail, realisasi kepatuhan formal Wajib Pajak badan hanya mencapai angka 65,28%.
Sementara, kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (OP) baik sebagai karyawan maupun
pekerjaan lain masing-masing sebesar 73,2% dan 75,31%. Dilansir dari artikel liputan6.com.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat bahwa hingga akhir tahun 2019 penerimaan pajak
sudah mencapai angka Rp 1.332,10triliun. Namun, angka ini ternyata belum mencapai target
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tahun 2019 yaitu sebesar Rp 1.577,6
triliun yang bila dipresentasekan maka baru mencapai angka 84%.

Judul Penelitian : Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak, Sanksi Perpajakan, Dan


Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi (Studi kasus pada Wajib Pajak orang pribadi yang
menjalankan usaha dan terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah
Abang Satu Tahun 2014-2018
Peneliti : (Fitriyani, 2020)
Masa Penelitian : 2014-2018
Fenomena

Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui tingkat kepatuhan wajib pajak yang terdaftar dari
tahun 2014 sampai 2017 mengalami kenaikan, sedangkan di tahun 2018 tingkat kepatuhan
menurun sebesar 4,53% dari 18,91% ke 14,38%. Hal ini menunjukan adanya ketidak stabilan
dari tingkat kepatuhan wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Tanah Abang Satu Jakarta
Pusat.
Dengan demikian salah satu faktor yang mempengaruhi dari rendahnya kepatuhan wajib
pajak adalah Tingkat Pemahaman yang merupakan salah satu faktor potensial bagi pemerintah
untuk meningkatkan kepatuhan para pelaku Wajib Pajak yang menjalankan usaha dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.

Fenomena yang diambil


Pada tahun 2019, setoran SPT Tahunan mencapai 13,3 juta. Dari jumlah tersebut, rasio
kepatuhan formal wajib pajak mencapai 73,06% dari total 18,3 juta wajib pajak yang memiliki
kewajiban lapor SPT Tahunan serta membayar pajak. Otoritas pajak menargetkan realisasi
penyampaian SPT Tahunan sebesar 85% dari 18,3 juta wajib pajak terdaftar di 2019.

Pada tahun 2020, sebanyak 14,7 juta SPT Tahunan dilaporkan. Rasio kepatuhan formal
mencapai 77,63% dari total 19 juta wajib pajak yang berkewajiban untuk melaporkan SPT
Tahunan serta membayar pajak. Target pelaporan SPT Tahunan tahun pajak 2020 adalah 80%
dari 19 juta wajib pajak.

Rasio kepatuhan formal wajib pajak meleset dari target pada tahun 2021. Ditjen Pajak
Kementerian Keuangan mencatat jumlah pelaporan SPT Tahunan tahun pajak 2021 hingga 30
April 2022 hanya mencapai 12,77 juta SPT Tahunan dari target 19 juta wajib pajak. Artinya,
rasio kepatuhan formal wajib pajak hanya mencapai 67,18% dari target yang sudah ditetapkan
Ditjen Pajak yaitu sebesar 80%.

Pemerintah pun terus berupaya untuk meningkatkan rasio kewajiban pajak untuk
tahun 2022. Berbagai upaya telah diambil, yaitu:

 Memperluas basis perpajakan dengan meningkatkan wajib pajak patuh secara sukarela dengan
mengadakan kegiatan edukasi atau sosialisasi perpajakan dan peningkatan pelayanan kualitas
fiskus.
 Meningkatkan ekstensifikasi serta pengawasan guna memperluas wajib pajak yang bisa
dijangkau
 Perluasan kanal pembayaran wajib pajak oleh DJP agar wajib pajak lebih mudah dalam
mengakses aplikasi dan membayar pajak.
 Optimalisasi pengumpulan dan pemanfaatan data internal dan juga eksternal.
 Penegakkan hukum oleh DJP berupa sanksi perpajakan untuk mendorong kepatuhan wajib pajak.

Sumber :
https://news.ddtc.co.id/rasio-kepatuhan-wajib-pajak-capai-84-per-akhir-2021-35875
https://insight.kontan.co.id/news/kepatuhan-formal-wajib-pajak-hanya-6718
https://tirto.id/pelaporan-spt-tahunan-2019-baru-672-masih-jauh-dari-target-efxq
https://news.ddtc.co.id/target-kepatuhan-lapor-spt-tahun-pajak-2020-tercapai-ini-perinciannya-
35110#:~:text=Menurutnya%2C%20kinerja%20kepatuhan%20formal%20sudah,dari
%2019%20juta%20wajib%20pajak.

Anda mungkin juga menyukai