Anda di halaman 1dari 18

Analisis Peenerimaan Angsuran Pajak (PPH Pasal 25) Sebelum dan Saat Terjadinya

Pandemi COVID-19

Nada Anindya Ramadhina

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis ULM Banjarmasin

ABSTRAKSI
Nada Anindya Ramadhina (2022) Analisis Penerimaan Angsuran Pajak (PPh pasal 25)
sebelum dan saat terjadinya pandemi (Pada KPP Pratama Banjarbaru).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Penerimaan Angsuran Pajak PPh pasal 25
sebelum dan saat terjadinya pandemi Pada KPP Pratama Banjarbaru. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Penerimaan Angsuran Pajak (PPh Pasal 25) Pada Tahun 2019 sampai
Tahun 2021 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarbaru mengalami penurunan saat
pandemi terjadi. Dikarenakan kondisi perekonomian global yang tidak menentu yang
berdampak pada sektor pajak, rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak yang tidak
bertanggung jawab dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan juga banyak Wajib Pajak
yang mengalami kesulitan finansial karena lemahnya perputaran ekonomi. Penulis berharap
penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi atas pelaksaan Wajib Pajak dalam melaksanaan
kewajiban perpajakan hendaknya tepat waktu dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
seperti pendaftaran NPWP, perhitungan dan pelaporan perpajakannya.
Kata Kunci : Penerimaan Angsuran Pajak PPh pasal 25, Pandemi Covid-19.Teknologi
Informasi, Sistem Pengendalian Internal, Kualitas Laporan Keuangan.

ABSTRACT
Nada Anindya Ramadhina (2022) Analysis of Installment Tax Revenue (PPh Pasal 25) before
and during the pandemic (At KPP Pratama Banjarbaru).

This study aims to analyze Income Tax Installment Income Tax Article 25 before and
during the pandemic at KPP Pratama Banjarbaru. The results of the study show that the Tax
Installment Receipt (PPh Article 25) in 2019 to 2021 at the Banjarbaru Pratama Tax Service
Office decreased during the pandemic. Due to uncertain global economic conditions that
have an impact on the tax sector, the low level of awareness of taxpayers who are not
responsible for fulfilling their tax obligations and also many taxpayers are experiencing
financial difficulties due to weak economic turnover. The author hopes that this research can
be used as an evaluation material for the implementation of taxpayers in carrying out their
tax obligations on time in carrying out their tax obligations such as NPWP registration,
calculation and tax reporting.

Keywords : Article 25 Income Tax Installment Receipt, Covid-19 Pandemic.

Page 1 of 18
PENDAHULUAN

Pajak merupakan pendapatan terbesar Negara, baik negara maju maupun negara
berkembang seperti Indonesia. Pajak menjadi pendapatan terbesar Negara karena selalu
dibayarkan berkala dan setiap Wajib pajak harus patuh akan kewajiban perpajakannya.
Penerimaan pajak merupakan salah satu masalah terbesar dalam perpajakan di Indonesia,
sehingga pemerintah menggunakan berbagai cara agar penerimaan pajak terus meningkat,
salah satunya adalah dengan membuat aplikasi perpajakan yang dapat mempermudah wajib
pajak dalam melaporkan dan membayarkan kewajiban perpajakannya.
Penerimaan pajak digunakan dalam pelaksanaan dan peningkatan pembangunan
nasional yang sedang gencar-gencarnya dilakukan untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Setiap Negara mempunyai aturan dan ketentuan perpajakan untuk
penerimaan pajak, tidak terkecuali Indonesia. Sampai dengan 23 Desember 2020, realisasi
penerimaan pajak nasional mencapai 85,56% dari total target penerimaan pajak dalam APBN
2020, yaitu hanya sekitar 1.019,56 Triliun dari 1.198,82 Triliun. Hal ini tentu membuat
persentase penerimaan pajak menurun dari tahun sebelumnya, yaitu sekitar 1.332,1 Triliun
(Idris, 2020).
Pada akhir tahun 2019, mulai terjadi Pandemi Covid-19 yang cukup meresahkan
masyarakat yang tentu saja menjadi tidak leluasa dalam melakukan kebiasaaan-kebiasaan
hidup yang dijalani sebelumnya, bahkan dalam pekerjaan, tidak sedikit yang bahkan
kehilangan pekerjaan akibat adanya pandemi. Diduga, banyaknya pekerja yang kehilangan
mata pencaharian dikarenakan perusahaan mengalami penurunan omzet yang diakibatkan
menurunnya daya beli masyarakat ditengah pandemi. Tentu saja hal ini berdampak bagi
pemasukan masyarakat dan berakibat pada pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib
pajak,, pembayaran kewajiban perpajakan yang dilakukan setiap bulan (angsuran pajak atau
PPh 25) tentu berpengaruh akibat adanya penurunan minat beli dan menurunnya omzet
penjual. Baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan tentunya akan terdampak
dalam melakukan pembayaran kewajiban perpajakannya. Tentunya, penurunan omzet hingga
pengurangan karyawan sangat mempengaruhi penerimaan pajak di KPP Pratama Banjarbaru
bahkan di Indonesia. Selain itu, jumlah angsuran pajak dan jumlah wajib pajak yang
membayarkan angsuran pajak (PPh 25) pun berkurang.
Seiring dengan terpantau menurunnya jumlah angsuran pajak serta jumlah wajib pajak
yang membayarkan angsuran pajak maka Pada tanggal 16 Juli 2020, otoritas menerbitkan

Page 2 of 18
Peraturan Menteri Keuangan No. 86/PMK. 03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019, pemerintah memberikan pengurangan
angsuran PPh Pasal 25 sebesar 30%, hingga 19 Agustus 2020 pemanfaatan pengurangan
angsuran PPh Pasal 25 tersebut mencapai Rp. 6,03 Triliun atau sekitar 41,9% dari alokasi
senilai Rp. 14,4 Triliun. Angka ini dianggap belum maksimal dikarenakan stimulus pajak
dianggap belum menjadi prioritas, maka Menteri Keuangan, Sri Mulyani mengatakan bahwa
akan melaksanakan penurunan cicilan PPh Pasal 25 yang selama ini diberikan diskon 30%
akan diturunkan lagi menjadi 50%, hal ini disampaikan pada Rabu, 5 Agustus 2020.
Sebelumnya, terdapat PMK No. 44 /PMK.03/2020 yang diterbitkan dan berlaku hingga masa
September 2020, namun dikeluarkannya PMK-86 ini diperpanjang hingga akhir tahun 2020.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penerimaan
angsuran pajak (PPh Pasal 25) pada KPP Pratama Banjarbaru pada tahun 2021 Serta untuk
mngetahui bagaimana penerapan Permenkeu tentang insentif pajak pada saat Pandemi Covid-
19.

TINJAUAN PUSTAKA
Pajak
Menurut Undang Undang No.16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Sedangkan, menurut S. I Djajadningrat dalam (Halim & Bawono, 2020,
p. 2) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas neagara
yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta
dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk
memelihara Negara sevara umum. Lalu, pengertian pajak menurut Dr. N.J Feldmann dalam
(Resmi, 2019, p. 1) Pajak adalah utang, prestasi kepada pemerintah yang dapat dipaksakan
berdasarkan norma-norma umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan yang digunakan untuk
menutupi pengeluaran pemerintah. Menurut Rochmat Soemitro dalam (Resmi, 2019, p. 1),
Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-
undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegenprestatie) yang secara
langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang

Page 3 of 18
digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang
ada di luar bidang keuangan Negara.

Covid – 19
Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocronavirinae dalam
keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan
penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada manusia, coronavirus
menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun
beberapa bentuk penyakit seperti; SARS, MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan
(Yunus & Rezki, 2020).
Pandemi COVID-19 merupakan suatu perkembangan wabah yang menyerang banyak
sekali korban-korban, secara serentak di setiap Negara, pandemic COVID-19 ini dapat
dikatakan pandemic yang sudah mendunia. Pandemic COVID-19 berawal wabah virus di
Wuhan, China yang sudah tersebar beritanya sejak desember 2019 dan mulai masuk ke
Indonesia pada sekitar bulan Maret 2020.
Peraturan Menteri Keuangan Tentang Insentif Pajak
Peraturan Menteri Keuangan No. 23 menjelaskan beberapa poin tentang insentif pajak,
untuk peraturan tentang angsuran pajak (PPh 25) dijelaskan pada Bab IV, sebagaimana
dijelaskan pada Pasal 8 yaitu Wajib Pajak, diberikan pengurangan besarnya angsuran PPh
Pasal 25 sebesar 30% (tiga puluh persen) dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya
terutang seperti perhitungan tahun sebelumnya. Pada tanggal 27 April 2020, diundangkan
PMK No. 44/PMK. 03/2020 untuk mengganti PMK No. 23/PMK. 03/2020 dan menambah
stimulus fiscal. Pada PMK No. 44/PMK. 03/2020 dijelaskan dalam dalam Bab V Insentif
Angsuran PPh Pasal 25, bahwa adanya perubahan dalam peraturan wajib pajak yang diberikan
relaksasi pengurangan angsuran PPh pasal 25 sebesar 30%. Pada tanggal 27 April 2020,
diundangkan PMK No. 44/PMK. 03/2020 untuk mengganti PMK No. 23/PMK. 03/2020 dan
menambah stimulus fiscal. Pada PMK No. 44/PMK. 03/2020 dijelaskan dalam dalam Bab V
Insentif Angsuran PPh Pasal 25, bahwa adanya perubahan dalam peraturan wajib pajak yang
diberikan relaksasi pengurangan angsuran PPh pasal 25 sebesar 30%.
PMK Nomor 110/2020 mengatur tentang perubahan atas PMK No. 86/ PMK. 03/2020
tentang insentif pajak untuk wajib pajak yang terdampak wabah corona virus disease.
Dijelaskan bahwa pengurangan besarnya angsuran PPh 25 mulai masa pajak Januari 2021,
diberikan relaksasi penyampaian pemberitahuannya hingga 15 Februari 2021. Dijelaskan pula

Page 4 of 18
pada PMK 110/2020 bahwa Wajib Pajak yang bergerak di salah satu dari 1.018 bidang usaha
tertentu (yang sebelumnya ditetapkan 1.013 bidang usaha), perusahaan KITE mendapat
pengurangan angsuran PPh 25 sebanyak 50% dari total angsuran yang seharusnya terutang,
pengurangan ini naik 20% setelah sebelumnya pada PMK 86 ditetapkan pengurangan
diberikan sebesar 30%.
Keputusan Ditjen Pajak
Berdasarkan pasal 7 KEP-537/PJ./2000 Tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak
Dalam Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal-hal Tertentu, dijelaskan bahwa :
1. Apabila sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, Wajib Pajak
dapat menunjukkan bahwa Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak
tersebut kurang dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang
terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25,
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan
Pasal 25 secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar.
2. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus disertai dengan penghitungan besarnya
Pajak Penghasilan yang akan terutang berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan
diterima atau diperoleh dan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan
yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan.
3. Apabila dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya surat permohonan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tidak memberikan keputusan, permohonan Wajib Pajak tersebut
dianggap diterima dan Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran Pajak Penghasilan
Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun
pajak yang bersangkutan.
4. Apabila dalam tahun pajak berjalan Wajib Pajak mengalami peningkatan usaha dan
diperkirakan Pajak Penghasilan yang akan terutang untuk tahun pajak tersebut lebih
dari 150% (seratus lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang terutang yang
menjadi dasar penghitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25, besarnya Pajak
Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa dari tahun pajak yang
bersangkutan harus dihitung kembali berdasarkan perkiraan kenaikan Pajak

Page 5 of 18
Penghasilan yang terutang tersebut oleh Wajib Pajak sendiri atau Kepala Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


Penelitian ini memiliki kerangka konseptual yang akan menjelaskan kebijakan
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk meringankan kewajiban wajib pajak untuk
menjaga stabilitas perekonomian nasional. Kebijakan kebijakan ini yang nantinya akan
mempengaruhi Penerimaan Paja Penghasilan (PPh Pasal 25) Pada KPP Pratama Banjarbaru
pada saat sebelum pandemic Covid-19 dan pada saat Pandemi Covid-19 sedang berlangsung.
Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui perbedaan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh Pasal
25) pada saat sebelum dan pada saat sedang berlangsungnya Pandemi Covid-19.

Page 6 of 18
METODE PENELITIAN
Deskriptif Komparatif merupakan jenis dari penelitian ini, dengan membandingkan
penerimaan pajak penghasilan (PPh Pasal 25) pada KPP Pratama Banjarbaru sebelum
terjadinya Pandemi Covid-19 dan pada saat terjadinya Pandemi Covid-19 dengan dijelaskan
secara deskriptif. Dengan menggunakan metode dokumentasi dan wawancara, peneliti
menggunakan data Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh Pasal 25) setiap bulannya pada
rentang tahun 2018 hingga tahun 2021.

Variabel dan Definisi Operasional Variabel


1. Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25
Pajak Penghasilan pasal 25 adalah Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang
harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 UU no. 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir
dengan UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan. . Pembayaran angsuran yang
dilakukan setiap bulan dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam
membayar pajak terutang.
Angsuran PPh 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang terutang
atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak. Besarnya angusran
pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
setiap bulan (PPh 25) adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu, dan dikurangi dengan:

a) Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21dan pasal
23, serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22.
b) Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 24. Lalu dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak. Pajak untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran
pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.

Pada umumnya, cara menghitung PPh Pasal 25 didasarkan kepada data SPT Tahunan
tahun sebelumnya, artinya kita mengasumsikan bahwa penghasilan tahun ini sama

Page 7 of 18
dengan penghasilan tahun sebelumnya. Untuk melihat perkembangan naik atau turun
Penrimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 pada KPP Pratama Banjarbaru, maka perlu
dilakukan:
a) Melihat dan mengumpulkan data Penerimaan Angsuran Pajak Penghasilan (PPh
Pasal 25) Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan per bulan tahun 2018
hingga tahun 2021 pada KPP Pratama Banjarbaru,
b) Melihat dan mengumpulkan data Wajib Pajak Penghasilan Pasal 25 per bulan tahun
2018 hingga tahun 2021 pada KPP Pratama Banjarbaru,
c) Melihat dan mengumpulkan data Wajib Pajak yang terdaftar menggunakan Insentif
Pajak Penghasilan Pasal 25 sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan pada KPP
Pratama Banjarbaru.

HASIL DAN ANALISIS


Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik pengumpulan
data dengan menggunakan metode dokumentasi.

Analisis Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Banjarbaru
Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai bagian Pengolahan Data dan Informasi KPP
Pratama Banjarbaru, maka didapat data sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa target dan realisasi penerimaan pajak KPP Pratama
Banjarbaru sebelum pandemi terjadi yaitu pada tahun 2018 dan 2019 disetiap tahunnya
meningkat. Pada tahun 2018, total realisasi penerimaan pajak sebesar 1.964.687.966.096
dengan perbandingan 102% Lalu pada tahun 2019 target dan realisasi penerimaan pajak KPP
Pratama Banjarbaru terjadi kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya dengan

Page 8 of 18
target sebesar 2.411.913.732.000 dan realisasi penerimaan 2.686.285.188.760 atau 111%
Tahun 2020 terjadi penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya yang mana terjadi penurunan sebesar 19% dari persentase target dan penerimaan
tahun 2019. Dimana pandemi covid-19 yang terjadi ditahun 2020 cukup memberikan dampak
terhadap penerimaan pajak KPP Pratama Banjarbaru. Penerimaan pajak hanya mencapai
2.255.580.909.783 atau 92% dari target yang direncanakan. Lalu pada tahun 2021 target pajak
diturunkan menjadi sejumlah 1.401.570.732.000 yang mana mendapatkan realisasi
penerimaan pajak cukup bagus karena lebih dari target yaitu sebesar 1.464.925.130.769 atau
dengan presentase 104%.

Analisis Jumlah Wajib Pajak Pajak Penghasilan Pasal 25 KPP Pratama Banjarbaru

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa mana pada tahun 2018 ada sebanyak 15.085 Wajib Pajak
Badan dengan jumlah non efektif 9.333, normal 5.545 dan pindahan sebanyak 207 badan,
kemudian pada tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 16.357 Wajib Pajak Badan
dengan rincian non efektif 9.337, normal 6.811 dan pindahan sebanyak 209, pada tahun 2020
mengalami pertumbuhan hingga mencapai 17.568 badan dengan rincian non efektif 9.338,
normal 8.009 dan pindahan sebanyak 221, lalu terakhir pada tahun 2021 mengalami
peningkatan kembali hingga mencapai 18.570 Wajib Pajak Badan dengan rincian non efektif
9.698, normal 8.618 dan pindahan sebanyak 254.
Peningkatan tertinggi Wajib Pajak Badan terjadi pada tahun 2019 sebelum pandemi covid-19
terjadi dengan penambahan 1.227 wajib pajak baru yang terdaftar, sedangkan untuk Wajib
Pajak Badan dengan status normal peningkatan terjadi pada tahun saat terjadi pandemi covid-
19 yaitu pada tahun 2020 yang mana ada 8.009 wajib pajak yang aktif membayarkan pajaknya
pada tahun tersebut. Peningkatan jumlah wajib pajak ini menandakan kegiatan ekstensifikasi
yang dilakukan oleh KPP Pratama Banjarbaru sudah baik.

Page 9 of 18
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa menunjukkan jumlah wajib pajak orang pribadi tahun 2018
sampai 2021 cenderung mengalami peningkatan. Sebelum Pandemi Covid-19 terjadi yaitu
pada tahun 2018 Wajib Pajak orang pribadi ada sejumlah 174.869 orang dengan status
115.070 non efektif, 55.053 normal dan 4.746 pindahan, lalu mengalami peningkatan pada
tahun 2019 yaitu sebesar 190.294 orang pribadi dengan status 115.971 non efektif, 69.592
normal dan 4.731 pindahan. Tahun 2020 dan 2021 saat pandemi covid-19 masih terjadi tren
meningkat ditunjukkan pada jumlah wajib pajak orang pribadi yang sebesar 252.598 orang
dan 267.293 orang. Dengan status non efektif 169.749 pada tahun 2020 dan 213.943 pada
tahun 2021, status normal 78.092 tahun 2020 dan 48.474 tahun 2021 dan status pindahan
sebesar 4.757 tahun 2020 dan 4.876 tahun 2021.
Peningkatan tertinggi Wajib Pajak pribadi terjadi pada tahun 2020 saat pandemi covid-19
terjadi dengan penambahan 62.304 wajib pajak baru yang terdaftar, sedangkan untuk Wajib
Pajak orang pribadi dengan status normal malah terjadi penurunan pada tahun 2021 yang
mana terjadi penurunan sebesar 29.618 wajib pajak yang aktif membayarkan pajaknya pada
tahun tersebut.

Page 10 of 18
Analisis Penerimaan Perbulan Pajak Penghasilan Pasal 25 KPP Pratama Banjarbaru.

Pada masa sebelum pandemi penerimaan PPh 25 wajb pajak pribadi sangat fluktuatif dimana
peningkatan dan penurunan sangat mudah terjadi setiap bulannya. Pada tahun 2018
penerimaan bulan januari cukup tinggi mencapai 218.651.333.000 lalu menurun drastis
dibulan setelahnya namun di bulna-bulan setelahnya nilai penerimaan PPh 25 mengalami
sediki fluktuasi. Berbeda dengan tahun 2019 yang dimana setengah tahun awal konsisten terus
mengalami peningkatan meskipun terjadi penurunan dibulan Agustus hingga terjadi fluktuasi
sampai akhir tahun 2019.
Penerimaan PPh 25 pada wajib pajak badan sebelum pandemi terlihat terus mengalami
peningkatan setiap triwulannya. Pada tahun 2018 triwulan kedua memiliki jumlah meningkat
drastis dibandingkan triwulan pertama lalu mengalami sedikit fluktuasi dibulan-bulan setelah
hingga pada bulan agustus menjadi penerimaan tertinggi untuk PPh Wajib Pajak Badan
namun bulan setelahnya kembali menurun seperti triwulan kedua dan ketiga. Pada tahun 2019
penerimaan PPh 25 Wajib Pajak Badan triwulan awal memiliki nilai terendah lalu meningkat
ditriwulan selanjutnya dan sedikit terjadi fuktuasi sampai akhir tahun 2019.

Page 11 of 18
Tahun 2020-2021 adalah tahun dimana pandemi covid-19 terjadi. Terlihat sangat jelas
berdampak pada penurunan jumlah penerimaan PPh pasal 25 dibandingkan tahun-tahun
sebelum pandemi terjadi baik itu pada wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan. Pada
tahun 2020 penerimaan PPh 25 Wajib Pajak Pribadi sejak awal tahun hingga akhir tahun 2020
terus terjadi penurunan meskipun awal tahun 2020 memiliki jumlah yang lebih besar daripada
akhir tahun sebelumnya namun tren menurun terjadi selama tahun 2020 baik itu penerimaan
PPh 25 disisi Wajib Pajak Pribadi maupun Wajib Pajak Badan. Tren menurun berlanjut
sampai tahun 2021 dan penurunan penerimaan PPh 25 terus terjadi pada awal hingga akhir
tahun 2021 baik itu Wajib Pajak Pribadi maupun Wajib Pajak Badan.

Jumlah wajib pajak yang menggunakan kebijakan Peraturan Menteri Keuangan


tentang Insentif Pajak
Selama pandemi covid-19 Menteri Keuangan mengeluarkan beberapa Peraturan berikut yang
berhubungan langsung dengan Angsuran Pajak (PPh 25) yaitu:
1. Peraturan Menteri Keuangan No. 23/PMK. 03/2020
2. Peraturan Menteri Keuangan No. 44/PMK. 03/2020
3. Peraturan Menteri Keuangan No. 86/PMK. 03/2020
Page 12 of 18
4. Peraturan Menteri Keuangan No. 110/PMK. 03/2020

Empat kebijakan tersebut diprediksi akan memberi dampak lebih atau dampak positif dalam
meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Salah satunya dalam kebijakan yang
diberlakukan perlu diapresiasi oleh Wajib Pajak untuk dapat dioptimalkan pemanfaat pada
masa pandemi COVID-19 sedikit banyak membantu meringankan dan memberikan manfaat
pada bisnis wajib pajak badan dan juga wajib pajak orang pribadi.
Dilihat dari data yang diberikan KPP Pratama Banjarbaru menunjukkan bahwa 158 wajib
pajak disetujui untuk pengurangan dan 10 wajib pajak disetujui relaksasi dalam SPT tahunan
sepanjang tahun 2020 sampai 2021. Namun jika dilihat dari jumlah wajib pajak yang tercatat
jumlah tersebut dapat dikategorikan cukup kecil. Hal ini dapat dikarenakan sosialisasi
langsung terhadap masyarakat mengenai peraturan baru tersebut belum dilaksanakan secara
mendalam, tentu masyarakat belum sepenuhnya memahami peraturan tersebut dan otomatis
kebijakan ini pun belum dapat berjalan optimal.

Pembahasan Hasil
Target dan Realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Banjarbaru sebelum dan saat
Pandemi

Dilihat dari hasil survey yang saya lakukan pada KPP Pratama Banjarbaru, hal ini
menunjukkan target penerimaan disetiap tahunnya meningkat namun pada tahun 2021

Page 13 of 18
menurun karena situasi pandemi dan melemahnya perputaran ekonomi yang menyulitkan
wajib pajak. Pada tahun 2019, total penerimaan naik dimana realisasi penerimaan pajak
terjadi kenaikan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya akan tetapi realisasi tahun
2020 mengalami penurunan dan tidak mencapai target, sehingga tahun 2021 target diturunkan
dan akhirnya realisasi dapat melebihi target karena penetapan target yang dimenyesuaikan
situasi pandemic covid-19.

Penerimaan PPh Pasal 25 Orang Pribadi sebelum dan saat Pandemi

Gambar 3

Berdasarkan grafik Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 di KPP Pratama Banjarbaru.


Jumlah pembayaran pajak tahun 2018 PPh 25 wajib pajak orang pribadi adalah sebesar Rp.
1.870.142.744 dan wajib pajak badan adalah sebesar Rp. 184.902.911.424. Jumlah
pembayaran pajak tahun 2019 PPh 25 wajib pajak orang pribadi adalah sebesar Rp.
2.093.691.483 dan wajib pajak badan adalah sebesar Rp. 329.222.000.599. Jumlah
Page 14 of 18
pembayaran pajak tahun 2020 PPh 25 wajib pajak orang pribadi adalah sebesar Rp.
2.522.404.434 dan wajib pajak badan adalah sebesar Rp. 262.093.981.563. Jumlah
pembayaran pajak tahun 2020 PPh 25 wajib pajak orang pribadi adalah sebesar Rp.
1.223.820.815 dan wajib pajak badan adalah sebesar Rp. 69.073.907.561.
Pembayaran PPh 25 wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan menunjukan tren
menurun pada saat pandemi covid 19. Yang mana pada tahun 2020 target penerimaan tidak
tercapai karena nilai realisasi yang lebih rendah, lalu pada tahun 2021 pemerintah
menurunkan target penerimaan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertama,
karena kondisi perekonomian global yang tidak menentu yang berdampak pada sektor pajak.
Kedua, rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak yang tidak bertanggung jawab dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya seperti tidak melaporkan dan menyetor administrasi
perpajakannya juga sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Ketiga, dengan terjadinya
pandemi covid-19 pada tahun 2020 banyak Wajib Pajak yang mengalami kesulitan finansial
karena lemahnya perputaran ekonomi.
PENUTUP

Kesimpulan
1. Penerimaan Angsuran Pajak (PPh Pasal 25) Pada Tahun 2019 sampai Tahun 2021 pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Banjarbaru mengalami penurunan saat pandemi terjadi.
Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian global yang tidak menentu yang berdampak
pada sektor pajak, rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak yang tidak bertanggung jawab
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan juga banyak Wajib Pajak yang mengalami
kesulitan finansial karena lemahnya perputaran ekonomi.
2. Penerapan Peraturan Menteri Keuangan tentang Insentif Pajak pada Saat Pandemi pada
KPP Pratama Banjarbaru masih belum dapat berjalan optimal, jika dilihat dari jumlah
wajib pajak yang tercatat. Hal ini dapat dikarenakan sosialisasi langsung terhadap
masyarakat mengenai peraturan baru tersebut belum dilaksanakan secara mendalam.
Saran
1. Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan hendaknya tepat waktu dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya seperti pendaftaran NPWP, perhitungan dan
pelaporan perpajakannya.
2. Pada KPP Pratama Banjarabru diharapkan lebih meningkatkan kegiatan
sosialisasi/penyuluhan kepada Wajib Pajak mengenai hak dan kewajiban perpajakannya
secara terus-menerus, khususnya mengenai peraturan yang baru dikeluarkan pemerintah
Page 15 of 18
terkait pandemi covid-19. Sehingga diharapkan Wajib Pajak nantinya akan lebih mengerti
dan paham tentang kebijakan baru untuk kebermanfaatan mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Fahlevi, S. (2017). Analisis Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Sejak Berlakunya
PP Nomor 46 Tahun 2013 Pada KPP Pratama Medan Belawan. repositoru.umsu.

Halim, A., & Bawono, I. R. (2020). Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh, dan Studi Kasus.
Jakarta: Salemba Empat.

health.detik.com. (2020, Maret 12). Retrieved Maret 14, 2021, from


https://health.detik.com/berita- detikhealth/d-4935387/who-tetapkan-virus-corona-
sebagai-pandemi-ini-artinya

Hutomo, Y. S. (2009). Pajak Penghasilan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Universitas


Atma Jaya Yogyakarta.

Idris, M. (2020, 12 26). Babak Belur APBN 2020: Penerimaan Pajak Anjlok, Pengeluaran
Meroket.

Retrieved 02 25, 2021, from amp.kompas.com:


https://money.kompas.com/read/2020/12/26/163815526/babak-belur-apbn-2020-
penerimaan-pajak-anjlok-pengeluaran-meroket

Ikhsan, A., Hayat, A., Aziza, N., Lesmana, S., Oktaviani, A., Albra, W., et al. (2018).
Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Skripsi, Thesis, & Disertasi. Medan: Madenatera.

Kapindo, D. A. (2019). Analisis Perbedaan Penerimaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak
Sebelum dan Sesudah E-Billing Pada KPP Pratama Magelang.

kemenkeu.go.id. (n.d.). kemenkeu.go.id. Retrieved 06 2021, 18, from


https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/artikel_pajak_2910.pdf

Kumangki, Z. F. (2014). Analisis Penerimaan Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak


Pratama pada Kantor Wilayah DJP Jawa Barat Sebelum dan Setelah Penerapan
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Unpad Repository.

Page 16 of 18
Lalantu, Y. (2016). Analisis Perbandingan Penerimaan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah
Adanya Perubahan PTKP.

Mardi, L. (2019). Analisis Efektifitas Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Sebelum Dan
Sesudah Tax Amnesty Pada Kpp Pratama Sukomanunggal Surabaya. Jurnal Mitra
Manajemen, 946-1037.

Nafia, D., & Sunandar. (2016). Analisis Perbedaan Penerimaan Pajak Penghasilan Sebelum
dan Sesudah Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Tegal. 1, 1- 6.

pajak.go.id. (n.d.). https://pajak.go.id/id/penghitungan-angsuran-pph-pasal-25. Retrieved 05


21, 2021, from pajak.go.id: https://pajak.go.id/id/penghitungan-angsuran-pph-pasal-
25

Pohan, C. A. (2017). Pembahasan Komprehensif Pengantar Perpajakan: Teori dan Konsep


Hukum Pajak Edisi 2. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Prabandaru, A. (2019, 06 12). PPh Pasal 25 , Penjelasan dan Penghitungannya. Retrieved 05


24, 2021, from klikpajak.id: https://klikpajak.id/blog/tips-pajak/pajak-penghasilan-
pph-25/

Purwanto, E. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.


Rahayu, S. K. (2017). Perpajakan Konsep dan Aspek Formal . Bandung: Rekayasa
Sains. Resmi, S. (2016). Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Resmi, S. (2017). Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Resmi, S. (2019). Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 11 Buku 1 (Vol. 11). Yogyakarta:
Salemba Empat. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT.
Alfabeta Bandung. Sugiyono. (2018). METODE PENELITIAN KUANTITATIF.
Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2019). Model Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Sujarweni, V. W. (2019). Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami.


Yogyakarta: PT PUSTAKA BARU.

Page 17 of 18
umpwr.ac.id. (2021, November 17). umpwr.ac.id. Retrieved Maret 15, 2021, from Universitas
Muhammadyah Purworejo: http://umpwr.ac.id/index.php/detail/detail_artikel/1

wikipedia.org. (2020, November 22). wikipedia.org. Retrieved Maret 15, 2021, from
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi

www.allianz.co.id. (2020, Januari 9). Retrieved Maret 10, 2020, from


https://www.allianz.co.id/explore/yuk-pahami-lebih-jelas-arti-pandemi-pada-
covid19.html

www.alodokter.com. (2021, Agustus 6). Retrieved Agustus 20, 2021, from


https://www.alodokter.com/virus-corona

www.dqlab.id. (2021, Juni 3). Retrieved Agustus 14, 2021, from DQ Lab:
https://www.dqlab.id/analisis- data-dengan-mengenal-syarat-dan-contoh-paired-t-test

www.who.int. (2020). WHO South East Asia. Retrieved Maret 15, 2021, from
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-for-public

Yesida, I. (2019). Analisis Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Tax Amnesty Pada KPP
Pratama Medan Kota.

Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lockdown Sebagai Antisipasi
Penyebaran Corona Virus Covid-19. SALAM; Jurnal Sosial & Budaya Syar-i, 7.

Page 18 of 18

Anda mungkin juga menyukai