1
Yeti Apriliawati
2
Rahma Nazila Muhammad
1,2
Politeknik Negeri Bandung, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
yeti.apriliawati@polban.ac.id
Abstract
The effect of changes in tax rates on income taxpayer compliance is addressed in
this research. The analysis used the quantitative comparative approach and the
population is the tax offices (KPP) within the scope of the Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jabar 1. The data collected using purposive sampling are
secondary in the form of tax revenue reports and taxpayer compliance, which is 18
months each, before and after the regulation implemented. Descriptive statistics,
normality test as well as Wilcoxon signed rank test are used to the data analysis
techniques used. The renewal is the reduction to 0.5 percent of the final income tax rate
that is the purpose of Law No. 23 of 2018 enactment. The finding reveals that the changes
in tax rates have a significant effect on taxpayer compliance. This outcome is expected
to be a consideration in future policymaking related to the tax rate.
Submission date : October 17, 2020 Accepted date : January 15, 2021
119
120 | J I P A K 2 0 2 1
1. PENDAHULUAN
Terdapat kenaikan rasio kepatuhan wajib pajak sejak 2015 hingga 2017 pada
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jabar I (tabel 2). Walaupun pada
tahun 2018 (saat perubahan tarif mulai diterapkan) terjadi penurunan rasio kepatuhan
sebesar 4,73%, realisasi SPT pada tahun tersebut meningkat dari tahun sebelumnya. Rata-
rata rasio kepatuhan wajib pajak selama tahun 2015 hingga 2018 adalah 62,16%,
sedangkan 37,84% dari rata-rata wajib pajak belum mematuhi kewajibannya untuk
melaporkan SPT PPh Tahunan.
Latar belakang tersebut menjadi dasar pemilihan Kantor Wilayah DJP Jawa Barat
I sebagai subjek penelitian dan untuk mengatasi ketidakpatuhan tersebut dan
mengoptimalkan penerimaan perpajakan, berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah khususnya DJP, seperti dengan menetapkan PP No. 23 Tahun 2018.
J I P A K 2 0 2 1 | 121
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Teori
Theory of Planned Behaviour (TPB) menjadi grand theory untuk penelitian ini.
Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh niat wajib pajak itu sendiri, jika dikaitkan
dengan TPB (Ajzen, 1991). TPB diterapkan untuk mengilustrasikan bahwa secara
signifikan (perilaku) kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh sikap. Sedangkan untuk
Middle ring theory digunakan teori daya pikul. Teori daya pikul adalah teori yang di
mana pengenaan pajak sesuai dengan kemampuan seorang wajib pajak (Mardiasmo,
2011; Sari, 2013). Tarif 1% dianggap masih memberatkan wajib pajak karena itulah
perubahan tarif PPh final menjadi 0,5% sesuai dengan teori daya pikul, yaitu sebagai
upaya menyesuaikan kemampuan wajib pajak.
Support theory terdiri dari teori keadilan dan teori kepatuhan. Teori keadilan
berhubungan dengan diterimanya imbalan jika telah mencapai standar suatu kinerja
(Doto, 2014). Perilaku wajib pajak dalam melaksakan kewajiban perpajakannya
digambarkan oleh teori keadilan ini, yaitu wajib pajak secara sadar dan suka rela
melakukan kewajibannya kepada pemerintah apabila mereka merasa adil dalam hal
122 | J I P A K 2 0 2 1
pemungutan pajak. Perubahan tarif merupakan contoh teori keadilan dalam penelitian ini,
sedangkan teori kepatuhan digambarkan sebagai kepatuhan perpajakan yang merupakan
kondisi dari setiap wajib pajak yang dapat melaksanakan hak serta kewajibannya dalam
kaitannya dengan perpajakan (Mintje, 2016; Nurmantu, 2003). Wajib pajak dikatakan
mematuhi kewajiban perpajakannya bila wajib pajak memenuhi kewajiban
perpajakannya, baik kewajiban menurut ketentuan material maupun ketentuan formal
(sesuai peraturan perpajakan). Teori kepatuhan ini juga berdasarkan teori kepatuhan
pajak pada UU No. 16/2019 Pasal 1 Ayat 1.
Tarif Pajak
Kontribusi wajib (memaksa) orang pribadi atau badan pada negara berupa uang
yang terutang tanpa imbalan secara langsung, karena digunakan untuk kebutuhan negara
demi mewujudkan kesejahteraan rakyat, dikenal dengan istilah pajak (Sulastyawati,
2014), sedangkan tarif pajak adalah presentase dalam kalkulasi pajak terutang (Liberti,
2014). Struktur tarif dengan pola presentasi terdiri dari (1) tarif tetap, (2) tarif
proporsional, (3) tarif progresif, dan (4) tarif degresif.
Sanksi Pajak
Sanksi pajak diberikan setelah dilakukan pemeriksaan pajak berupa jaminan
kepatuhan terhadap peraturan perpajakan. Hal ini dilakukan sebagai langkah preventif
untuk memastikan bahwa peraturan perpajakan tidak dilanggar dan disebut sanksi
perpajakan (Diatmika, 2013). Sanksi tersebut dibagi menjadi sanksi administratif berupa
pembayaran kerugian negara dan sanksi pidana dengan penjatuhan hukuman kepada
wajib pajak yang tidak patuh (Cahyadini et al., 2017).
Rumusan Hipotesis
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya perubahan/perbedaan tingkat
penerimaan pajak dari pemberlakuan tarif PPh 0,5% (Kusumawati, 2019). Diduga
terdapat perubahan tingkat kepatuhan wajib pajak pada tarif final PPh sebesar 0,5% dan
hal tersebut menjadi salah satu faktor pendukung walaupun tidak sedikit yang masih
melakukan penunggakan (Kumaratih & Ispriyarso, 2020). Maka, hipotesis pada
penelitian ini
H1 : Terdapat Perbedaan Penerimaan Pajak Penghasilan Sebelum dan Sesudah
Penerapan Tarif PPh 0,5%
H2 : Terdapat Perbedaan Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Sebelum dan
Sesudah Tarif PPh 0,5%
124 | J I P A K 2 0 2 1
Hipotesis di atas jika dikaitkan dengan theory of planned behaviour serta teori
kepatuhan, menggambarkan bagaimana perubahan kebijakan salah satunya perubahan
tarif pajak penghasilan yang nantinya akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak,
tersebut akan terjadi berdasarkan niat dari wajib pajak itu sendiri. Selain itu, perubahan
penerimaan pajak dikaitkan dengan teori daya pikul dan keadilan. Dimana perubahan
tarif 0,5% dirasa lebih sesuai dengan kemampuan wajib pajak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan komparatif, yaitu membandingkan apakah
terdapat atau tidaknya perubahan pada masing-masing KPP dalam lingkup Kanwil Jabar
I terkait pemberlakuan tarif 0,5%, maka selanjutnya dilakukan pengujian kedua hipotesis
tersebut, sebagai berikut:
3. METODOLOGI
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang berbentuk
komparatif dengan data sekunder yang diperoleh berupa dokumen terkait penerimaan
pajak atas wajib pajak penghasilan bertarif 1% dan 0,5% serta terkait kepatuhan wajib
pajak penghasilan dari masing-masing KPP. Data sekunder diambil selama 18 bulan
untuk PP No. 46/2013 (Januari 2017 – Juni 2018) dan PP No. 23/2018 (Juli 2018 –
Desember 2018). Pengumpulan data sekunder menggunakan teknik purposive sampling
dimana populasinya adalah seluruh KPP dalam lingkup Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jabar 1, dengan kriteria sampel yaitu WP penghasilan yang
telah terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak tersebut.
J I P A K 2 0 2 1 | 125
Nilai terendah kepatuhan wajib pajak dengan tarif 1% sebesar 426 wajib pajak dan
nilai tertingginya 4.185 wajib pajak. Ketika perubahan tarif 0,5% sudah diterapkan,
masing-masing nilai terendah dan tertinggi kepatuhan wajib pajak meningkat menjadi
490 dan 5.756 wajib pajak, sedangkan untuk nilai tengah kepatuhan wajib pajak sebelum
dan setelah implementasi perubahan tarif 0,5% lebih besar dari standar deviasinya, yang
artinya penyimpangan terhadap nilai rata-rata kepatuhan wajib pajak relatif rendah. Juga
terjadi peningkatan nilai rata-rata setelah diterapkan tarif 0,5% sebesar
Rp109.340.222,49.
Hasil ringkasan statistik deskriptif dari empat sampel penerimaan pajak serta
kepatuhan WP sebelum dan setelah implementasi perubahan tarif 0,5% diilustrasikan
pada tabel 6. Data penerimaan pajak antara sebelum dan sesudah penerapan tarif 0,5%
negative rank atau selisih data secara negatif senilai 96, yang berarti 96 bulan mengalami
penurunan penerimaan pajak dari penerimaan pajak sebelum ke penerimaan pajak
sesudah penerapan perubahan tarif 0,5%, dengan rata-rata penurunan sebesar 138,04.
Untuk data kepatuhan wajib pajak antara sebelum dan setelah penerapan tarif 0,5%
negative rank senilai 38, artinya selama 38 bulan mengalami penurunan kepatuhan wajib
pajak dari sebelum penerapan ke sesudah penerapan perubahan tarif 0,5% dengan
peringkat rata-rata penurunan senilai 142,82.
Selisih peringkat positif antara penerimaan pajak sebelum dan sesudah adalah 174
data positif di mana terjadi kenaikan penerimaan pajak selama 174 bulan dari penerimaan
pajak sebelum ke penerimaan pajak setelah penerapan perubahan tarif menjadi 0,5%.
Untuk selisih peringkat positif kepatuhan wajib pajak antara sebelum dan sesudah, yaitu
senilai 232 data positif, yang mana terjadi peningkatan kepatuhan wajib pajak selama 232
bulan dari kepatuhan wajib pajak sebelum implementasi ke kepatuhan wajib pajak
sesudah implementasi tarif 0,5%. Mean rank peningkatan untuk masing-masing data
adalah 134,10 dan 134,30, sementara nilai ties 0 membuktikan bahwa tidak ada nilai yang
sama antara penerimaan pajak dan kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah
pengimplementasian penurunan tarif menjadi 0,5%.
128 | J I P A K 2 0 2 1
Pembahasan
Dokumen penerimaan pajak penghasilan dan kepatuhan WP penghasilan dari
seluruh sampel Kantor Pelayanan Pajak di lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak (Kanwil DJP) Jabar I menjadi data kuantitatif untuk penelitian ini. Pengolahan data
terdiri dari uji deskriptif, uji normalitas, dan uji Wilcoxon signed ranks. Dari hasil
pengolahan data, terungkap bahwa terdapat perbedaan pada tingkat penerimaan pajak dan
kepatuhan WP di seluruh KPP pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil
DJP) Jabar 1 (Kusumawati, 2019). Motivasi, kesadaran, perilaku wajib pajak atau kinerja
tiap KPP dapat menjadi faktor lain yang mempengaruhi hasil tersebut. Namun, secara
keseluruhan terjadi peningkatan pada penerimaan pajak dan jumlah kepatuhan wajib
pajak setelah diterapkannya perubahan tarif menjadi 0,5% (Kumaratih & Ispriyarso,
2020).
penerbitan PP No. 23 Tahun 2018 maka tujuan pemerintah untuk menstimulasi dan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak terbukti. Dengan bertambahnya 571 wajib pajak
setelah penerapan perubahan tarif menjadi 0,5% dan kenaikan penerimaan pajak sebesar
Rp122.140.769,00 dalam jangka waktu 18 bulan setelah penerapan peraturan tersebut.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian ini
menerima hipotesis 1 (satu) dan hipotesis 2 (dua) bahwa terdapat perbedaan signifikan
pada tingkat pendapatan pajak sebelum dan setelah penerapan perubahan tarif PPh
menjadi 0,5%, dan terdapat perbedaan signifikan akan kepatuhan WP saat sebelum dan
sesudah implementasi perubahan tarif PPh 0,5% penerapan PP No. 23 Tahun 2018
dengan tujuan untuk menstimulasi dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Implikasi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan empiris bagi pemangku
kepentingan, dalam hal ini Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jabar
1 dan Kementerian Keuangan. Informasi ini diharapkan dapat digunakan dalam
penyusunan maupun penetapan kebijakan di masa depan terkait perpajakan di Indonesia
ataupun sebagai bahan evaluasi kinerja bagi instansi yang berkaitan. Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jabar 1 juga sebaiknya terus melakukan upaya
peningkatan kepatuhan wajib pajak seperti mengoptimalkan sosialisasi, pembinaan
mengenai pajak, seminar mengenai informasi pajak, dan memberikan pemahaman yang
luas tentang pajak dalam rangka meningkatkan kesadaran wajib pajak serta terciptanya
komunikasi dua arah antara wajib pajak dan petugas pajak. Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jabar juga dapat melakukan promosi ataupun ajakan yang
menarik perhatian wajib pajak agar lebih tertarik untuk membayar pajak dan melaporkan
pajaknya, seperti mengadakan kegiatan ataupun melalui media yang dapat dijangkau oleh
setiap orang pribadi.
Saran
Penelitian ini terbatas hanya pada wilayah tertentu yaitu Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jabar 1, sehingga beberapa saran yang dapat diberikan
kepada peneliti selanjutnya adalah diharapkan dapat menambah jumlah data responden
untuk penyebaran kuisioner sehingga hasil penelitian bisa digeneralisasikan, serta
peneliti selanjutnya juga dapat menambah atau mengganti pengukuran variabel yang
dikembangkan. Variabel lain sebagai faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak, misal sosialisasi dan kualitas pelayanan pajak.
J I P A K 2 0 2 1 | 131
DAFTAR PUSTAKA
Ageng, B. (2011). Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human
Decision Processes, 50(2), 179–211. https://doi.org/10.1016/0749-5978(91)90020-
T
Cahyadini, A., Arta Atmaja, B., & Oka Margana, I. (2017). Pembaharuan Sanksi Pajak
Sebagai Upaya Mengoptimalkan Penerimaan Negara. Veritas et Justitia, 3(2), 494–
518. https://doi.org/10.25123/vej.2776
Cahyani, L. P. G., & Noviari, N. (2019). Pengaruh Tarif Pajak, Pemahaman Perpajakan,
dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 26(3), 1885–1911.
https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i03.p08
Damajanti, A. (2015). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Perorangan Di Kota Semarang. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 17(2), 12–28.
https://doi.org/10.26623/jdsb.v17i1.499
Diatmika, I. P. G. (2013). Penerapan Akuntansi Pajak Atas PP No. 46 Tahun 2013
Tentang Pph Atas Penghasilan Dari Usaha Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu. Jurnal Akuntansi Profesi. 3(2), 113–121.
Fanuel, H., & Yusran, R. R. (2020). Analisis Pelaksaaan Kewajiban Perpajakan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Atas Gaji Karyawan pada PT Tri Cipta Gemilang. Jurnal
EMBA, 8(1), 538–545. https://media.neliti.com/media/publications/37910-ID-
analisa-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-jumlah-penerimaan-pajak-penghasilan-
oran.pdf
Kumaratih, C., & Ispriyarso, B. (2020). Pengaruh Kebijakan Perubahan Tarif PPH Final
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku UMKM. Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia, 2(2), 158–173. https://doi.org/10.14710/jphi.v2i2.158-173
Kusumawati, A. F. (2019). Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Sebelum
DAN Sesudah Penerapan PP NO. 23 Tahun 2018 Dalam Rangka Peningkatan
Penerimaan PPh Final (Studi Empiris pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Jawa Tengah II). Universitas Muhammadiyah Surakarta, 23.
http://eprints.ums.ac.id/72985/
Liberti, P. (2014). Administrasi Perpajakan Indonesia Edisi 2. Mitra Wacana Media.
Maharatih, N. W. (2019). Studi Kritis Pengenaan Pajak Penghasilan Final Bagi Usaha
Mikro Kecil Menengah. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law
Journal), 8(1), 105–115. https://doi.org/10.24843/jmhu.2019.v08.i01.p08
Marasabessy, I. L. (2020). Pengaruh Penurunan Tarif Pajak UMKM Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (Studi Kasus Pada KPP Pratama Pondok Aren).
Mardiasmo. (2011). Perpajakan (Edisi Revisi). CV Andi Offset.
Mintje, M. S. (2016). Pengaruh Sikap, Kesadaran, dan Pengetahuan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Pemilik (UMKM) Dalam Memiliki NPWP. Jurnal
EMBA, 4(1), 1031–1043. https://media.neliti.com/media/publications/2975-ID-
pengaruh-sikap-kesadaran-dan-pengetahuan-terhadap-kepatuhan-wajib-pajak-
orang-pr.pdf
132 | J I P A K 2 0 2 1