Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

DI KABUPATEN TASIKMALAYA
TAHUN 2005-2011

YOAN HERAWATI
083401002

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi


Universitas Siliwangi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk : (1). mengetahui karakteristik Pajak dan Retribusi
Daerah, (2). Pengaruh PDRB terhadap PAD, Pajak dan Retribusi Daerah di Kabupaten
Tasikmalaya. Dengan menggunakan analisis growth and share diketahui pertumbuhan rata-
rata Pajak daerah sebesar 42,22% dengan rata-rata kontribusi terhadap PAD sebesar 2,55%.
Pertumbuhan rata-rata Retribusi Daerah sebesar 11,94% dengan rata-rata kontribusi terhadap
PAD sebesar 0,69% pertahunnya. Hasil Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa
PDRB memiliki hubungan yang cukup erat terhadap PAD, Pajak dan Retribusi Daerah. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi PAD sebesar 46%, Pajak sebesar 34% dan
Retribusi Daerah sebesar 43%, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil pengolahan
regresi menyebutkan bahwa tingkat kepekaan PDRB terhadap PAD sebesar 1.223365, PDRB
terhadap Pajak sebesar 1.140082 dan PDRB terhadap Retribusi Daerah sebesar 1.151429.
Artinya, ketika PDRB meningkat sebesar 1%, maka PAD, Pajak dan Retribusi Daerah akan
meningkat sebesar koefisien ketiga variabel tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa PDRB
berpengaruh positif terhadap PAD, Pajak dan Retribusi Daerah.

Kata kunci: PDRB, pendapatan asli daerah, pajak daerah dan retribusi daerah

TAX LEVY AND REGIONAL ANALYSIS


IN THE DISTRICT TASIKMALAYA
PERIOD 2005-2011

Abstract

This objective of the study was to know: (1). the characteristics of Taxes and Levies ,
(2). the influence of GDRP on revenue, Taxes and Levies in Tasikmalaya district. Using the
growth and share known local taxes average at 42.22% the average contribution to the
Revenue by 2.55%. The average growth of 11.94% Levies with an average contribution to
Revenue 0.69% annually.Results The coefficient of determination (R2) showed that the GDRP
had a quite close relationship to the Revenue, Taxes and Levies. Tax rate of 34% and 43%
Levies, and the rest is influenced by other variables. The results of the regression processing
states that the sensitivity of the GDRP amounted to 1.223365 Revenue, GDRP against GDRP
tax of 1.140082 and 1.151429 for the Levies and GDP for Retribution by 1.151429. That is,
when GDRP increased by 1%, then the PAD, Taxes and Levies will be increased by the
coefficient of the three variables. It is clear that GDRP positive effect on revenue, Taxes and
Levies.

Keywords: GRDP, revenue, local tax and Levies.

1
A. PENDAHULUAN
Dalam penyelenggaraan tugas yang berat untuk mencapai
pemerintah, Pemerintah Daerah tujuan tersebut, sehingga diperlukan
menyusun anggaran yang kemudian tenaga ekstra dan perhatian serius,
dijadikan pedoman dalam baik dari pemerintah khususnya dan
menjalankan berbagai aktivitasnya. masyarakat pada umumnya.
Anggaran pemerintah adalah jenis Pembangunan nasional identik dengan
rencana yang menggambarkan pembangunan daerah karena pada
tindakan atau kegiatan yang dasarnya pembangunan nasional
dinyatakan dalam bentuk angka-angka dilaksanakan di daerah.
rupiah untuk jangka waktu tertentu, Dalam rangka meningkatkan
salah satu contohnya yaitu PAD. keuangan daerah agar dapat
Terdapat empat jenis PAD yaitu Pajak melaksanakan otonomi daerah, maka
Daerah, Retribusi Daerah, dan Lain- pemerintah Kabupaten Tasikmalaya
lain PAD Yang Sah. Sumber-sumber saat ini dituntut untuk dapat
Pendapatan Asli Daerah tersebut menetapkan sumber pendapatan
merupakan sumber pendapatan yang potensial dan mendayagunakan dana
sepenuhnya dapat direncanakan atau yang berhasil dihimpun dengan
ditargetkan dan direalisasikan oleh melakukan alokasi belanja
pemerintah daerah, tentunya dengan berdasarkan pilihan prioritas yang
adanya kerjasama antara Pemerintah tepat, terutama dari pajak dan retribusi
KabupatenTasikmalaya dan seluruh daerah. Upaya yang dilakukan oleh
masyarakat yang ada didaerah Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya
tersebut. guna menggerakan perekonomian
Pemberian otonomi daerah pada daerah yaitu dengan memelakukan
dasarnya untuk membantu pemerintah berbagai kebijakan. Salah satunya
pusat dalam penyelenggaraan yaitu meningkatkan Pendapatan Asli
pemerintahan didaerah. Titik berat Daerah, terdiri dari pajak, retribusi
pemberian otonomi daerah diberikan daerah, pengelolaan kekayaan daerah
kepada pemerintah daerah sebagai yang dipisahkan, dan lain-lain PAD
penyedia pelayanan kepada yang sah. Pemberian kewenangan
masyarakat dan pelaksana dalam pengenaan pajak daerah dan
pembangunan. Pemerintah daerah retribusi daerah diharapkan lebih
dianggap sebagai tingkat mendorong pemerintah daerah untuk
pemerintahan yang paling dekat terus berupaya mengoptimalkan
dengan masyarakat didaerahnya. Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Pemerintah Pusat member wewenang khususnya yang berasal dari pajak
kepada pemerintah daerah untuk daerah dan retribusi daerah.
menggali potensi yang ada didaerah Kendala yang ada di Kabupaten
masing-masing agar terjadi Tasikmalaya saat ini, yaitu bagaimana
kesinambungan kesejahteraan cara meningkatkan fungsi serta peran
masyarakat daerah itu sendiri pada pajak dan retribusi daerah. Selain itu,
khususnya, dan Negara Indonesia bagaimana memanfaatkan kekuatan
pada umumnya.Untuk itu perlu (Strengthens) yang dimiliki untuk
adanya kerjasama antara pemerintah meraih peluang (Opportunitties)
dan masyarakat dalam membangun melalui program pengembangan.
pembangunan nasional. Kesejahteraan Solusi yang dianggap menguntungkan
masyarakat (public welfare) adalah bagaimana bias menjalin
merupakan tujuan utama bentuk kerjasama yang diinginkan
pembangunan nasional. Merupakan oleh aparat dan masyarakat dalam

2
rangka peningkatan pajak dan retribusi Kabupaten Tasikmalaya.Maka
daerah tersebut. dengan demikian, Pemerintah
Sebagaimana telah dikutip dari Kabupaten Tasikmalaya harus
hasil penelitian pada tahun 2005 yang mampu menghimpun potensi
dilakukan oleh Ade Komaludin, S.E., pendapatan daerah, khususnya dari
M.Sc. dengan judul Pengkajian Dan pajak dan retribusi daerah dengan
Revitalisasi Sumber-Sumber cara meningkatkan kapasitas dan
Pendapatan Dari Pajak Dan Retribusi efisiensi sumber pendapatan.
Daerah Kabupaten Tasikmalaya Menurut BPS Kabupten
Tahun 2005, apabila dikaitkan Tasikmalaya, PDRB adalah
dengan Undang-Undang Nomor 34 penjumlahan nilai tambah yang
Tahun 2000, tentang pajak dan diciptakan oleh faktor produksi,
retribusi daerah dalam rangka dengan demikian PDRB
meningkatkan Pendapatan Asli merupakan gambaran nyata hasil
Daerah (PAD) dan mengurangi aktifitas pelaku ekonomi dalam
ketergantungan pembiayaan memproduksi barang dan jasa.
pembangunan daerah dari sumber- Angka PDRB bisa disajikan dalam
sumberpenerimaanpusatseperti Dana bentuk data series (deret waktu).
Aloksi Umum (DAU) atau Khususs Struktur ekonomi tidak lepas dari
(DAK), maka Pemerintah Kabupaten besarnya nilai tambah yang
Tasikmalaya perlu melakukan dihasilkan oleh unit-unit ekonomi
langkah-langkah peningkatan PAD, yang dikelompokkan menurut
melalui: sektor lapangan usaha. Dengan
1. Intensifikasi pemungutan sumber- demikian besarnya peranan
sumber pendapatan dari pajak dan masing-masing sektor,
retribusi daerah, dan mengawalinya tergambarkan oleh besarnya
dengan mengindentifikasi jenis kontribusi PDRB sektor tersebut
pajak dan retribusi unggulan yang terhadap total PDRB (tabel
prospektif. distribusi PDRB). Menurut
2. Ekstensifiksi pajak dan retribusi Peraturan Pemerintah Republik
daerah sesuai dengan Undang- Indonesia Nomor 105 Tahun 2000
Undang No.34 Tahun 2000 tentang tentang Pengelolaan
pajak dan retribusi daerah. Pertanggungjawaban Keuangan
3. Efisiensi dan efektifitas dalam Daerah di ungkapkan pengertian
pemberdayaan anggaran belanja pendapatan daerah, yaitu sebagai
dengan sumber dana dari pajak dan berikut :
retribusi daerah. Pendapatan daerah adalah
4. Formulasi perhitungan potensi semua penerimaan kas daerah dalam
beberapa pajak dan retribusi periode tahun anggaran tertentu yang
daerah. menjadi hak daerah; sedangkan
belanja daerah adalah semua
Dari keempat komponen pengeluaran kas daerah dengan
pendapatan asli daerah diatas, pajak periode anggaran tertentu yang
dan retribusi daerah merupakan dua menjadi beban daerah. Undang-
komponen yang paling penting Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang
dalam menentukan pendapatan asli kemudian direvisi menjadi Undang-
daerah. Retribusi dan pajak daerah Undang Nomor 33 Tahun 2004
memberikan kontribusi yang paling tentang Perimbangan Keuangan
besar dalam meningkatkan Pusat dan Daerah, yaitu :
pendapatan asli daerah di

3
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Indonesia Nomor 28 Tahun 2009,
adalah penerimaan yang diperoleh pajak daerah merupakan kontribusi
daerah dari sumber-sumber dalam wajib kepada Daerah yang terutang
wilayahnya sendiri yang dipungut oleh orang pribadi atau badan yang
berdasarkan peraturan daerah dari bersifat memaksa berdasarkan
sumber-sumber dalam wilayahnya undang-undang, dengan tidak
sendiri yang dipungut berdasarkan mendapatkan imbalan secara langsung
peraturan perundang-undangan yang dan digunakan untuk keperluan daerah
berlaku. bagi sebesar-besarnya kemakmuran
Didalam Undang-Undang rakyat. Pajak daerah adalah kontribusi
Nomor 33 Tahun 2004 tentang wajib kepada Daerah yang terutang
Perimbangan Keuangan Antara oleh orang pribadi atau badan yang
Pemerintah Pusat dan Pemerintah bersifat memaksa baerdasarkan
Daerah disebutkan bahwa sumber Undang Undang,dengan tidak
pendapatan daerah terdiri dari mendapatkan imbalan secara langsung
Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil dan digunakan untuk keperluan
Pajak dan Bukan Pajak. Pendapatan Daerah bagi sebesar-besarya
Asli Daerah sendiri terdiri dari : kemakmuran rakyat (Prof. Dr.
pajak daerah, Mardiasmo, MBA.,Ak, 2011:3).
retribusi daerah, Menurut Panca Kurniawan
hasil pengolahan kekayaan daerah (2004;47) yang mengemukakan
yang dipisahkan, bahwa; pajak daerah adalah pajak
lain-lain PAD yang sah. yang dikelola oleh pemerintah daerah,
Salah satu usaha untuk baik propinsi maupun kabupaten atau
mewujudkan kemandirian suatu kota yang berguna untuk menunjang
bangsa atau negara dalam pembiayaan penerimaan pendapatan asli daerah
pembangunan adalah menggali (PAD) dan hasil penerimaan tersebut
sumber dana yang berasal dari dalam masuk dalam APBD.
negeri berupa pajak yang digunakan Pengertian lain menurut Marihot
untuk membiayai pembangunan yang P. Siahaan (2005:7) mengemukakan
berguna untuk kepentingan bersama. bahwa :
Menurut Pajak Daerah adalah pungutan
Prof.Dr.Mardiasmo,MBA,.Ak dari masyarakat oleh negara
mengungkapkan bahwa : (pemerintah) berdasarkan Undang-
Pajak adalah iuran rakyat Undang yang bersifat dapat
kepada kas negara berdasarkan dipaksakan dan terutang oleh yang
Undang-Undang (yang dapat wajib membayarnya dengan tidak
dipaksakan) dengan tiada mendapat prestasi kembali
mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi atau balas jasa) secar
(kontraprestasi) yang langsung dapat langsung, yang hasilnya digunakan
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara
untuk membayar pengeluaran umum. dalam penyelenggaraan pemerintahan
Menurut Undang Undang Rakyat dan pembangunan daerah
.
Menurut Undang undang No.28 tahun Daerah untuk kepentingan orang
2009, retribusi daerah merupakan pribadi atau umum. Prof.
pungutan daerah atas sebagai Dr.Mardiasmo, MBA., Ak (2011:15)
pembayaran atas jasa atau pemberian Mengemukaan bahwa retribusi daerah
izin tertentu yang khusus disediakan yang selanjutnya disebut Retribusi,
dan/atau diberikan oleh Pemerintah

4
adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus Pemerintah Daerah untuk kepentingan
disediakan dan/atau diberikan oleh orang pribadi atau badan.

B. METODE PENELITIAN data pajak daerah, retribusi daerah,


Pendapatan Asli Daerah dan Produk
Metode penelitian yang akan Domestik Regional Bruto dari tahun
dilakukan adalah metode deskriptif 2005-2011.
analisis, yaitu suatu bentuk penelitian Prosedur pemgumpulan data
yang bertujuan menggambarkanserta dalam penelitian yang akan dilakukan
menganalisis keadaan yang adalah mencari dan mengumpulkan
sebenarnya pada suatu organisasi, sumber dan jenis data, yang sesuai
khususnya yang berhubungan dengan dengan pendekatan analisis baik data
masalah yang diteliti. kuantitatif maupun data kualitatif.
Variabel Bebas (Independent Data yang digunakan adalah data
Varible) pajak daerah, retribusi daerah,
Variabel bebas merupakan variable Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
yang mempengaruhi atau yang Tasikmalaya periode 2005-2011.
menjadi sebab perubahannya atau Selain itu dilakukan studi pustaka
timbulnnya variable dependen dengan melakukan kajian sumber
(terikat).Dalam penelitian disini bacaan seperti buku-buku ilmiah,
variable bebasnya Produk jurnal-jurnal ekonomi, artikel-artikel
Domestik Regional Bruto. yang dipublikasi dan penelitian
Variabel tidak bebas (dependen sebelumnya yang dianggap relevan
variable) dengan penelitian yang dilakukan
Variabel dependen (terikat) untuk melengkapi teori yang berkaitan
merupakan variabel yang dengan tinjauan pustaka, pemecahan
dipengaruhi atau yang menjadi masalah serta hipotesis.
akibat, karena adanya variable
bebas (Sugiono, 2009:56). Dalam C. PEMBAHASAN HASIL
penelitian ini variabel dependennya PENELITIAN
yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dalam penelitian ini penulis
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. memaparkan tentang bagaimana
Sumber data dan informasi karakteristik Pajak Daerah dan
yang diperlukan dalam penelitian ini Retribusi Daerah di Kabupaten
berupa data sekunder, yaitu data Tasikmalaya tahun 2005-2011, dengan
penelitian yang diperoleh tidak dilihat bagaimana pertumbuhan Pajak
berhubungan langsung sengan objek Daerah dan Retribusi Daerah pada
penelitian, yang sifatnya membantu setiap periode dan bagaimana
namun dapat memberikan informasi kontribusinya terhadap PAD. Dalam
untuk bahan penelitian. Prosedur penelitian ini dijelaskan pula
pengumpulan datadalam penelitian bagaimana pengaruh PDRB terhadap
yang dilakukan adalah mencari dan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di
mengumpulkan sumber dan jenis data Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2005-
yang sesuai dengan pendekatan 2011.
analisis. Dt yang digunakan adalah
data time series yang bersumber dari
Dinas Pendapatan Kabupaten
Tasikmalaya dandata tersebut yaitu

5
1. Analisis growth and share (pertumbuhan rendah dan kontribusi
tinggi), menurun (pertumbuhan
Perhitungan analisis growth and tinggi dan kontribusi rendah) dan
share pajak daerah menggunakan lambat/rendah (pertumbuhan dan
rumus sebagai berikut: kontribusi rendah). Jenis Pajak
Daerah yang termasuk kategori

GPD= menurun (kuadran II) adalah Pajak
Penerangan Jalan Dan Pajak Bea
Perolehn Atas Tanah Dan Bangunan.
Dimana:
Pajak Daerah yang menempati posisi
GPD = Pertumbuhan pajak
kuadran III (lambat) yaitu Pajak
daerah
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
QXn = Jumlah penerimaan
Pertambangan Galian Golongan C,
pajak daerah tahun n
Pajak Parkir, Pajak Air Bawah
QXn-1 = Jumlah penerimaan
Tanah Dan Pajak Sarang Burung
pajak daerah tahun sebelumnya
Walet. Sedangkan Jenis pajak daerah
yang termasuk kategori potensial
Sedangkan untuk menghitung
(kudran IV) adalah Pajak Hotel dan
share, dapat dilakukan dengan
Pajak Restoran. Tingkat
menggunakan rumus sebagai berikut:
pertumbuhan Pajak Daerah
mengalami peningkatan dari tahun
Pn = ke tahun dengan rata-rata
pertumbuhan pajak daerah adalah
Dimana: Pn = Kontribusi / share sebesar 42,22%. Pajak Daerah
penerimaan pajak dengan tingkat rata-rata
daerah terhadap pertumbuhan terbesar adalah Pajak
pendapatan asli Hotel, yaitu sebesar 84,60%. Dan
daerah Pajak Daerah dengan tingkat rata-
QXn = Jumlah penerimaan rata pertumbuhan paling rendah
pajak daerah adalah Pajak Hiburan yaitu 24,78%.
QYn = Jumlah penerimaan Kontribusi Pajak Daerah terhadap
pendapatan asli PAD sebesar 2,40%. Kontribusi
daerah. Pajak Penerangan Jalan adalah
kontribusi paling tinggi yaitu sebesar
Dengan perhitungan diatas maka 15,86%. Sementara kontribusi paling
didapat hasil sebagai rendah adalah Pajak Air Bawah
berikut : Tanah yaitu sebesar 0,009%.

Diketahui bahwa pertumbuhan rata- Perhitungan analisis growth and


rata dari pajak daerah pertahunnya share retribusi daerah
adalah 42.22%. Sementara menggunakan rumus sebagai
kontribusi dari pajak daersh terhadap berikut:
PAD sebesar 2,55% pertahunnya.

Pada empat kuadran yang GRD=
disediakan, yaitu dominan, menurun,
lambat dan potensial dari sepuluh Dimana;
jenis pajak daerah yang ada di GRD = Pertumbuhan retribusi
Kabupaten Tasikmalaya hanya daerah
mampu terbagi ke dalam tiga
kategori yaitu kategori potensial

6
QXn = Jumlah penerimaan III (menurun) terdapat 16 jenis
retribusi daerah retribusi, yaitu Retribusi
tahun n Persampahan/Kebersihan, Retribusi
QXn-1 = Jumlah penerimaan Pemeriksaan Alat Pemadam
retribusi daerah tahun sebelumnya Kebakaran, Retribusi Leges,
Retribusi Pelayanan
Sedangkan untuk menghitung Ketenagakerjaan, Retribusi
share, dapat dilakukan dengan Pengguna Fasilitas Latihan Kerja di
menggunakan rumus sebagai berikut: Lingkungan UPTD BLK, Retribusi
Penyediaan Penyedotan Kakus,
Pn = Retribusi Rumah Potong Hewan,
Retribusi Tanda Daftar Perusahaan,
Retribusi Penambangan Umum,
Dimana: Retribusi Pelayanan Bidang
Pn = Kontribusi / share Koperasi dan UKM, Retribusi
penerimaan retribusi Tempat Pelelangan Ikan, Retribusi
daerah terhadap Ijin Usaha Angkutan, Retribusi Ijin
pendapatan asli Usaha Industri/Perluasan, Retribusi
daerah Ijin Usaha Perdagangan, Retribusi
QXn = Jumlah penerimaan Dispensasi Jalan, dan Retribusi Ijin
retribusi daerah Usaha Kontruksi. Pada Kudran IV
QYn = Jumlah penerimaan ditempati oleh 12 jenis retribusi
pendapatan asli daerah yaitu Retribusi Pelayanan Parkir,
Dengan perhitungan diatas maka Retribusi Fatwa Pesanggrahan
didapat hasil sebagai Lokasi, Retribusi Tempat
berikut : Penginapan/Pesanggrahan, Retribusi
Pasar Hewan, Retribusi Ikan,
perhitungan growth and share Retribusi Salon Kecantikan,
menyebutkan bahwa pertumbuhan Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan,
retribusi daerah dari tahun 2005- Retribusi Ijin Gangguan/Keramaian,
2011 sebesar 11,94% , sementara Ijin Trayek, Retribusi Ijin Bongkar
kontribusi terhadap PAD yaitu Muat, Retribusi Ijin Temapt Usaha,
sebesar 0,699% pertahunnya. dari 36 dan Retribusi Ijin Usaha Pariwisata
jenis Retribusi Daerah tersebut, dan Kebudayaan. Pertumbuhan rata-
terbagi ke dalam empat kategori, rata dari retribusi daerah sebesar
yaitu dominan, menurun, lambat 11,94% dengan pertumbuhan
dan potensial. Pada kuadran I tertinggi dihasilkan oleh Retribusi
(dominan) ditempati oleh 3 jenis Retribusi Penggantian Biaya
retribusi yaitu Retribusi Pelayanan KTP/KK dan Akta Catatan Sipil
Kesehatan , Retribusi Penggantian sebesar 45,52% dan pertubuhan
Biaya KTP/KK dan Akta Catatan paling rendah dihasilkan oleh
Sipil, dan Retribusi Kayu Mlilk. Retribusi Kekayaan Daerah.
Pada kudran II (lambat) ditempati Kontribusi rata-rata dari Retribusi
oleh 5 jenis retribusi yaitu Retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli
Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Daerah yaitu 0,699% dengan
Kendaraan Bermotor, Retribusi kontribusi tertinggi dihasilkan oleh
Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pelayanan Kesehatan
Retribusi Terminal, dan Retribusi Sebesar 9,20% dan kontribusi paling
Tempat Rekreasi dan Olah Raga. rendah dihasilkan oleh salon
Retribusi yang menempati kuadran

7
kecantikan sebesar 0,001% variabel bebas terhadap variabel
pertahunnya. terikat secara parsial. Berdasarkan
hasil regresi OLS, penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa pada
2. Analisis Regresi Sederhana level of significance 5%, variabel
PDRB berpengaruh secara signifikan
Pengaruh PDRB terhadap terhadap variabel terikat yaitu
Pendapapatan Asli Daerah, Pajak Pendapatan Asli Daerah. Hasil Uji t
Daerah dan Retribusi Daerah. dari PDRB terhadap PAD yaitu t
hitung = 221.7122, pada a = 5% dan
Pengaruh PDRB terhadap diperoleh t tabel = 2.01505, hasil
Pendapapatan Asli Daerah tersebut menunjukkan bahwa t hitung
a. Koefisien Regresi PDRB terhadap (221.7122) > t tabel (2.01505), hal ini
PAD = 1.223365 menunjukkan bahwa PDRB
Koefisien yang digunakan untuk berpengaruh signifikan dan positif
mengetahui seberapa pengaruh terhadap PAD.
variabel bebas terhadap variabel
terikat. Berdasarkan hasil Pengaruh PDRB Terhadap Pajak
perhitungan, pada = 5 % dihasilkan Daerah
koefisien regresi dari PDRB a.Koefisien Regresi PDRB terhadap
terhadap PAD sebesar 1.223365. Pajak Daerah = 1.140082
Artinya setiap terjadi peningkatan Koefisien yang digunakan untuk
PDRB dalam satu satuan, maka mengetahui seberapa pengaruh
dapat meningkatkan Pendapatan Asli variabel bebas terhadap variabel
Daerah sebesar 1.223365, dimana terikat. Berdasarkan hasil perhitungan,
faktor lainnya dalam keadaan kostan pada = 5 % dihasilkan koefisien
atau nol. regresi dari PDRB terhadap PAD
b.Koefisien Korelasi (R) dan sebesar 1.140082. Artinya setiap
Koefisien Determinasi (R2) terjadi peningkatan PDRB dalam satu
Hasil koefisien Determinasi satuan, maka dapat meningkatkan
digunakan untuk mengukur kuat atau Pendapatan Asli Daerah sebesar
lemahnya hubungan antara variabel 1.140082, dimana faktor lainnya
bebas (PDRB) dan variabel terikat dalam keadaan kostan atau nol.
(PAD). Koefisien Determinasi (R2) b.Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien
dari PDRB terhadap PAD sebesar Determinasi (R2)
46.3%, hal ini mengandung arti Hasil koefisien Determinasi
bahwa PDRB mampu menjelaskan digunakan untuk mengukur kuat atau
variabel pendapatan asli daerah. lemahnya hubungan antara variabel
Dengan kata lain, PDRB memiliki bebas (PDRB) dan variabel terikat
hubungan cukup erat terhadap (Pajak Daerah). Koefisien Determinasi
Pendapatan Asli Daerah sebesar (R2) dari PDRB terhadap PAD sebesar
46.3%, sedangkan sisanya dijelaskan 34.1%, hal ini mengandung arti bahwa
oleh variabel-variabel lain. Hal PDRB mampu menjelaskan variabel
tersebut menunjukkan terjadinya pendapatan asli daerah. Dengan kata
hubungan positif antara variabel lain, PDRB memiliki hubungan cukup
bebas (PDRB) dengan variabel erat terhadap Pendapatan Asli Daerah
terikat (PAD). sebesar 34.1%, sedangkan sisanya
c. Hasil Uji t dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
Uji t dilakukan untuk menguji Hal tersebut menunjukkan terjadinya
tingkat signifikansi pengaruh hubungan positif antara variabel bebas

8
(PDRB) dengan variabel terikat (Pajak mampu menjelaskan variabel
Derah). pendapatan asli daerah. Dengan kata
lain, PDRB memiliki hubungan cukup
erat terhadap Pendapatan Asli Daerah
c. Hasil Uji t sebesar 43.7%, sedangkan sisanya
Uji t dilakukan untuk menguji dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
tingkat signifikansi pengaruh variabel Hal tersebut menunjukkan terjadinya
bebas terhadap variabel terikat secara hubungan positif antara variabel bebas
parsial. Berdasarkan hasil regresi (PDRB) dengan variabel terikat
OLS, penulis dapat menarik (Retribusi Daerah).
kesimpulan bahwa pada level of c. Hasil Uji t
significance 5%, variabel PDRB Uji t dilakukan untuk menguji
berpengaruh secara signifikan tingkat signifikansi pengaruh variabel
terhadap variabel terikat yaitu bebas terhadap variabel terikat secara
Pendapatan Asli Daerah. Hasil Uji t parsial. Berdasarkan hasil regresi
dari PDRB terhadap PAD yaitu t hitung OLS, penulis dapat menarik
= 128.8379, pada a = 5% dan kesimpulan bahwa pada level of
diperoleh t tabel = 2.01505, hasil significance 5%, variabel PDRB
tersebut menunjukkan bahwa t hitung berpengaruh secara signifikan
(128.8379) > t tabel (2.01505), hal ini terhadap variabel terikat yaitu
menunjukkan bahwa PDRB Pendapatan Asli Daerah. Hasil Uji t
berpengaruh signifikan dan positif dari PDRB terhadap Retribusi Daerah
terhadap Pajak Daerah. yaitu t hitung = 221.7122, pada a = 5%
dan diperoleh t tabel = 2.01505, hasil
Pengaruh PDRB Terhadap Retribusi tersebut menunjukkan bahwa t hitung
Daerah (199.7849) > t tabel (2.01505), hal ini
a.Koefisien Regresi PDRB terhadap menunjukkan bahwa PDRB
Retribusi Daerah = 1.151429 berpengaruh signifikan dan positif
Koefisien yang digunakan untuk terhadap Retribusi Daerah.
mengetahui seberapa pengaruh
variabel bebas terhadap variabel Uji Normalitas
terikat Berdasarkan hasil perhitungan,
pada = 5 % dihasilkan koefisien Dapat dilihat bahwa nilai
regresi dari PDRB terhadap PAD probabilitas PDRB terhadap PAD
sebesar 1.151429. Artinya setiap yaitu 0,757071, PDRB terhadap Pajak
terjadi peningkatan PDRB dalam satu Daerah 0,715746, PDRB terhadap
satuan, maka dapat meningkatkan Retribusi Daerah 0,679995. Terlihat
Pendapatan Asli Daerah sebesar Dari hasil tersebut bahwa semua
1.151429, dimana faktor lainnya variabel berdistribusi normal, karena
dalam keadaan kostan atau nol. hasil uji normalitas lebih dari 0,5%.
b.Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien
Determinasi (R2) Uji Elastisitas
Hasil koefisien Determinasi
digunakan untuk mengukur kuat atau Uji ini dilakukan untuk dapat
lemahnya hubungan antara variabel mengetahui besarnya elastisitas antara
bebas (PDRB) dan variabel terikat PDRB terhadap Pendapatan Asli
(Retribusi Daerah). Koefisien Daerah, Pajak Daerah dan Retribusi
Determinasi (R2) dari PDRB terhadap Daerah di Kabupaten Tasikmalaya
PAD sebesar 43.7%, hal ini periode 2005-2011.
mengandung arti bahwa PDRB

9
Berdasarkan tabel 4.7 dapat Pajak daerah di Kabupaten
dilihat koefisien dari masing variabel Tasikmalaya berjumlah 10 jenis
yang dapat menunjukkan elastisitas. pajak daerah. Berdasarkan analisis
Masing-masing nilai koefisien tersebut growth and share, diketahui
akan dijelaskan sebagai berikut: pertumbuhan rata-rata dari pajak
daerah tahun 2005-2011 sebesar
1. Elastisitas PDRB terhadap 4,22% dan kontribusi dari pajak
Pendapatan Asli Daerah adalah daerah terhadap PAD yaitu sebesar
elastis. Karena E>1 yaitu 1.223365, 2,55% setiap tahunnya.
dengan arah hubungannya yang 2. Dari hasil pengolahan data
positif. Koefisien PDRB yang positif menggunakan analisis regresi
menunjukkan bahwa ketika terjadi sederhana maka dapat diketahui
peningkatan PDRB sebesar 1% bahwa PDRB berpengaruh positif
(ceteris paribus) maka PAD akan terhadap PAD, Pajak Daerah dan
naik sebesar nilai koefisien tersebut. Retribusi. Dengan kata lain apabila
Dengan kata lain , apabila PDRB terjadi peningkatan pada PDRB
meningkat, maka PAD ikut maka PAD, Pajak dan Retribusi
meningkat. Daerah ikut meningkat.
2. Elastisitas PDRB terhadap Pajak
Daerah adalah elastis. Karena E>1 E. SARAN
yaitu 1.140099, dengan arah 1. upaya yang perlu dilakukan oleh
hubungannya yang positif. Koefisien Pemerintah Daerah dalam rangka
PDRB yang positif menunjukkan meningkatkan pendapatan daerah
bahwa ketika terjadi peningkatan melalui optimalisasi intensifikasi
PDRB sebesar 1% (ceteris paribus) pemungutan pajak daerah dan
maka Pajak Daerah akan naik retribusi daerah, antara lain dapat
sebesar nilai koefisien tersebut. dilakukan dengan cara-cara sebagai
Dengan kata lain , apabila PDRB berikut :
meningkat, maka Pajak Daerah ikut a. Memperluas basis penerimaan.
meningkat. b. Meningkatkan efisiensi
3. Elastisitas PDRB terhadap Retribusi administrasi dan menekan biaya
daerah adalah elastis. Karena E>1 pemungutan.
yaitu 1.151429, dengan arah c. Meningkatkan kapasitas
hubungannya yang positif. Koefisien penerimaan melalui perencanaan
PDRB yang positif menunjukkan yang lebih baik.
bahwa ketika terjadi peningkatan d. Dalam rangka meningkatkan
PDRB sebesar 1% (ceteris paribus) kinerja anggaran daerah, salah
maka PAD akan naik sebesar nilai satu aspek penting adalah
koefisien tersebut. Dengan kata lain , pengelolaan keuangan dan
apabila PDRB meningkat, maka anggaran daerah. Untuk itu,
Retribusi Daerah ikut meningkat. diperlukan manajemen
keuangan yang mampu
D. KESIMPULAN mengontrol kebijakan keuangan
secara ekonomis, efisien, efektif,
Setelah dilakukan pembahasan transparan dan akuntabel.
pada Bab sebelumnya, maka dapat
diperoleh kesimpulan : F. DAFTAR PUSTAKA
1. Karakteristik Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah di Kabupaten
Tasikmalaya tahun 2005-2011

10
Halim Abdul. 2002. Akuntansi dan
Pengendalian Keuangan Daerah, Sarkowo.2007.Statistik Inteferensi
Yogyakarta; UPP AMP YKPN. Untuk Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: ANDI.
Kurniawan Panca. 2004. Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Siregar Amri. 2009. Analisis
Malang: Bayumedia. Tingkat Efektivitas Pajak Dan
Retribusi Daerah Sebagai
Kurniawan Dwi Septiawan. 2010. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengaruh Penerimaan Pajak Dan Sumatera Utara.Skripsi. Medan:
Retribusi Daerah Terhadap Universitas Sumatera Utara.
Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah Di Kabupaten Sudjana. 2005. Metoda Statistika,
Ponorogo.Skripsi. Malang: edisi keenam. Tarsito: Bandung.
Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan,
edisi Revisi. Yogyakarta: ANDI. Sukirno Sadono. 2010. Makro
Ekonomi Teori Pengantar, edisi
Marihot P. Siahaan.2005. Pajak ketiga. Jakarta: PT Raja
Daerah dan Retribusi Daerah, Grafindo Persada.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sulistiowati Diah. 2011. Pengaruh
Muhamad Yosi. 2011. Analisis Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Efektifitas Dan Efisiensi Dana Alokasi Umum, Dan Dana
Pemungutan Pajak Reklame Serta Alokasi Khusus Terhadap Alokasi
Kontribusinya Terhadap Belanja Modal. Skripsi.
Penerimaan Pajak Daerah. Semarang: Universitas Dipenogoro.
Skripsi. Tasikmalaya: Universutas
Siliwangi. Tidak Dipublikasikan
Widarjono Agus. 2005.
Mulyanto. 2002. Potensi Pajak
Dan Retribusi Daerah Di Kawasan Ekonometrika. Yogyakarta:
Subosuka Wonosatren Provinsi
Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Ekonosia.
Universitas Sebelas Maret.

Peraturan Dan Perundang-Undangan


Rahardja Prathama. 2008.
Pengantar ekonomi (mikroekonomi Peraturan Daerah Kabupaten
dan makroekonomi), edisi ketiga.
Jakarta: Mandala Marunung. Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2011,

Rahmadi Slamet. 2011. Tentang Pajak Daerah.


Keterkaitan Penerimaan Daerah
Dan PDRB Provinsi Jambi Peraturan Daerah Kabupaten
(Pendekatan Simultan). Jurnal Tasikmalaya Nomor 9 Tahun 2011.
Pradigma Ekonometrika. Jambi: Tentang Retribusi Jasa Usaha.
Universitas Jambi

11
Peraturan Daerah Kabupaten Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
Tasikmalaya Nomor 10 Tahun 2011, Tanggal 20 Desember 2000.Tentang
Tentang Retribusi Perizinan Tertentu. Perubahan

Peraturan Daerah Kabupaten Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997


Tasikmalaya Nomor 11 Tahun Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
2011.Tentang Retribusi Jasa Umum. Daerah..

Peraturan Menteri Dalam Negeri


Nomor 13 Tahun 2006. Tentang Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Daerah Yang Dipisahkan,
Dan Lain-Lain Pendapatan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997
tanggal 4 Juli 1997. Tentang Pajak
Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun


2001 tanggal 13 September 2001.
Tentang Pajak Daerah.

Undang-Undang RI No. 33 Tahun


2004. Perubahan atas UU No. 25 Tahun
1999 Tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah.

Undang-Undang RI No. 28 Tahun

2009. Tentang Pajak dan Retribusi

Daerah.

Undang-Undang RI No. 32 Tahun


2004. Perubahan atas UU No. 22
Tahun 1999 Tentang Peraturan
Daerah.

Undang-Undang RI No. 34 Tahun


2000. Pengganti UU RI NO 18 Tahun
1997 Tentang Pajak dan Retribusi
Daerah

Undang-Undang RI Nomor 105 Tahun


2000. Tentang Pengelolaan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997


tanggal 23 Mei 1997. Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.

12

Anda mungkin juga menyukai