Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DITINJAU

BERDASARKAN INFLASI, TINGKAT PENGANGGURAN, DAN


PERTUMBUHAN EKONOMI

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi strata I


pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh:

DWI CAHYO BAGAS KURNIAWAN


B300152074

PROGRAM STUDI ILMU PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
PUBIKASI ILMIAH

i
ii
iii
ANALISIS TINGKAT KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DITINJAU
BERDASARKAN INFLASI, TINGKAT PENGANGGURAN, DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI

Abstrak
Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, pengangguran dan pertumbuhan
ekonomi terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 2013-
2019. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan
gabungan antara data cross section dan data deret waktu (time series) dari tahun
2013-2019. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
data panel. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel inflasi
berpengaruh signifikan positif terhadap kemiskinan, variabel pertumbuhan
ekonomi berpengaruh signifikan negatif terhadap kemiskinan sedangkan variabel
pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2013-2019.

Kata kunci : Kemiskinan, Inflasi, Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Data


Panel
Abstract
Poverty is the inability from an economic point of view to meet basic food and non-
food needs as measured from the expenditure side. This study aims to analyze the
effect of inflation, unemployment and economic growth on poverty in Central Java
Province during the period 2013-2019. The data used in this study is panel data
which is a combination of cross section data and time series data from 2013-2019.
The analytical method used in this study is the panel data method. Based on the
results of the analysis, it shows that the inflation variable has a significant positive
effect on poverty, the economic growth variable has a significant negative effect on
poverty, while the unemployment variable has no significant effect on poverty in
Central Java Province in 2013-2019.

Keyword : Poverty, Inflation, Unemployment, Economic Growth, Panel Data

1. PENDAHULUAN
Kemiskinan sering dikaitkan dengan ketidakmampuan finansial untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Kemiskinan absolut diukur dengan ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar hidup dan bekerja, seperti pangan, sandang, kesehatan,
perumahan dan pendidikan. Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai
ukuran keuangan dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum untuk kebutuhan

1
dasar disebut garis kemiskinan. Orang dianggap miskin jika pendapatannya berada
di bawah garis kemiskinan (Ratih Primandari, 2018).
Kemiskinan disebabkan oleh standar hidup yang buruk, harapan hidup yang
lebih pendek, dan pendidikan yang dapat menurunkan produktivitas ekonomi
mereka. Masalah kemiskinan seringkali menyertai masalah pengangguran. Kedua
isu ini erat kaitannya dengan kualitas Indeks Pembangunan Manusia (Sembiring et
al., 2021). Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah terangkum pada
Gambar 1.
Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Tengah
12000
10512
9727 9623
10000 9124 9154 9014 8902
7794 7487
8000

6000

4000

2000

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumber: BPS, 2020


Gambar 1. memperihatkan bahwa angka kemiskinan mengaami penurunan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019 angka kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah
mengalami penurunan tertinggi di seluruh Indonesia. Kemiskinan merupakan
salah satu penyakit ekonomi makro yang menjadi perhatian utama pemerintah dan
masyarakat karena kemiskinan merupakan indikator penting masalah dalam
pembangunan ekonomi.
Permasalahan kemiskinan merupakan isu yang cukup penting dan perlu
ditangani secara praktis. Berhasil tidaknya pembangunan ekonomi nasional atau
daerah dapat dilihat dari perubahan angka kemiskinan. Hasil studi empiris
menggunakan analisis lintas negara oleh Mills dan Pernia (1993) menunjukkan
bahwa kemiskinan di suatu negara akan semakin rendah jika pertumbuhan

2
ekonominya pada tahun-tahun sebelumnya tinggi dan semakin tinggi laju
pertumbuhan PDB semakin cepat turunnya tingkat kemiskinan (Tambunan, 2001).
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah
kemiskinan, salah satunya adalah pengendalian laju inflasi. Inflasi merupakan
kenaikan harga barang secara keseluruhan dan terus menerus. Jika yang naik
hanya satu barang saja tidak bisa disebut inflasi kecuali kenaikan harga barang
tersebut mempengaruhi harga barang lain. Dengan meningkatnya tingkat inflasi
menyebabkan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
menurun, akibatnya tingkat kemiskinan semakin tinggi. Tingginya tingkat
kemiskinan di suatu daerah menyebabkan daya beli masyarakat menjadi rendah.
Hal ini terjadi karena pada umumnya pendapatan masyarakat yang rendah.
Keadaan ini semakin diperparah dengan tingginya angka pengangguran.
Saat ini pengangguran bukan hanya menjadi masalah ekonomi, melainkan juga
menjadi masalah sosial dan politik. Dampak sosial yang ditimbulkan dari
pengangguran yang tinggi dapat meningkatkan tingkat kriminalitas, baik berupa
perampokan, pencurian maupun perdagangan ilegal. Hal ini dapat terjadi karena
tuntutan kebutuhan hidup masyarakat yang harus dipenuhi, minimal kebutuhan
pokok.
Berdasarkan uraian latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi terhadap
kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 2013-2019 dengan
menggunakan metode regresi data panel. Berdasarkan uraian latar belakang diatas
maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat
Kemiskinan Di Jawa Tengah Ditinjau Berdasarkan Inflasi, Tingkat Pengangguran,
Dan Pertumbuhan Ekonomi”.

2. METODE
Dalam penelitian ini, seperti telah disebutkan di muka untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh inflasi (INF), pengangguran (PGR), dan pertumbuhan
ekonomi (PTE) terhadap kemiskinan (KEM) di Provinsi Jawa Tengah selama

3
periode 2013-2019, dipakai analisis regresi data panel dengan model ekonometri
sebagai berikut:
log⁡(𝐾𝐸𝑀𝑖𝑡 ) = ⁡ 𝛽0 + 𝛽1 ⁡𝐼𝑁𝐹𝑖𝑡 + ⁡ 𝛽2 ⁡𝑃𝐺𝑅𝑖𝑡 + 𝛽3 ⁡log⁡(𝑃𝑇𝐸𝑖𝑡 ) + ⁡ 𝜀𝑖𝑡

di mana:
KEM : Kemiskinan (ribu jiwa)
INF : Inflasi (persen)
PGR : Pengangguran (persen)
PTE : Pertumbuhan ekonomi (juta rupiah)
𝜀 : Error term (faktor kesalahan)
𝛽0 : Konstanta
𝛽1 , 𝛽2 , 𝛽3 , 𝛽4 : Koefisiensi regresi variabel independen
i : Observasi ke i
t : Tahun ke t

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil uji pemilihan model diketahui bahwa model terpilih adalah Fixed
Effects Model (FEM). Hasil estimasi lengkap FEM tersaji pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Hasil Estimasi Fixed Effects Model
logKEMit = 18.5769 + 0.0103 INFit + 0.0007 PGRit - 0.83180 logPTEit
(0.0000)* (0.8296) (0.0000)*
2
R = 0.997670; DW-Stat = 1.787156; F-Stat = 2395.901; Sig. F-Stat = 0.000000
Sumber: Hasil output regresi EViews, diolah.

Tabel 2. Efek dan Konstanta FEM


No Wilayah Efek Konstanta
1 Kabupaten Cilacap 2.136133 20.7130
2 Kabupaten Banyumas 1.451086 20.0280
3 Kabupaten Purbalingga 0.313143 18.8900
4 Kabupaten Banjarnegara 0.131802 18.7087
5 Kabupaten Kebumen 0.751909 19.3288
6 Kabupaten Purworejo -0.442401 18.1345
7 Kabupaten Wonosobo 0.067489 18.6444
8 Kabupaten Magelang 0.494414 19.0713
9 Kabupaten Boyolali 0.135141 18.7120
10 Kabupaten Klaten 0.689206 19.2661
11 Kabupaten Sukoharjo -0.120828 18.4561

4
12 Kabupaten Wonogiri 0.122868 18.6998
13 Kabupaten Karanganyar 0.169138 18.7460
14 Kabupaten Sragen 0.385424 18.9623
15 Kabupaten Grobogan 0.502771 19.0797
16 Kabupaten Blora -0.087599 18.4893
17 Kabupaten Rembang -0.291948 18.2850
18 Kabupaten Pati 0.612772 19.1897
19 Kabupaten Kudus 0.609050 19.1860
20 Kabupaten Jepara -0.051297 18.5256
21 Kabupaten Demak 0.294563 18.8715
22 Kabupaten Semarang 0.170808 18.7477
23 Kabupaten Temanggung -0.477957 18.0989
24 Kabupaten Kendal 0.328301 18.9052
25 Kabupaten Batang -0.557952 18.0189
26 Kabupaten Pekalongan -0.190144 18.3868
27 Kabupaten Pemalang 0.651757 19.2287
28 Kabupaten Tegal 0.394585 18.9715
29 Kabupaten Brebes 1.550852 20.1278
30 Kota Magelang -3.270477 15.3064
31 Kota Surakarta -0.237950 18.3390
32 Kota Salatiga -2.986200 15.5907
33 Kota Semarang 1.303921 19.8808
34 Kota Pekalongan -2.381507 16.1954
35 Kota Tegal -2.170872 16.4060
Sumber: Hasil output regresi Eviews
Uji kebaikan model dalam penelitian ini menyatakan bahwa model eksis,
terlihat dari nilai prob. F sebesar 0.000000< 0,01; yang berarti inflasi,
pengangguran dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Nilai R2 sebesar 0.997670; yang
berarti 99,7% variasi variabel kemiskinan dapat dijelaskan oleh variasi variabel
inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan sisanya sebesar 0,3%
dipengaruhi oleh variasi dari variabel lain di luar model.
Secara terpisah, variabel inflasi dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh
signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah, dengan probabilitas empirik t
masing-masing sebesar 0.0000 (< 0,01) dan 0.0000 (< 0,01). Variabel
pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan karena memiliki
probabilitas empirik sebesar 0.8296 (> 0,10).
Variabel inflasi memiliki koefisien yang bertanda positif, yang berarti
bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap kemiskinan. Koefisien sebesar 0.0103

5
berarti jika inflasi naik sebesar satu persen maka kemiskinan akan naik sebesar
1.03%. Pola hubungan yang digunakan untuk merealisasikan inflasi terhadap
kemiskinan adalah logaritma-linier.
Variabel pertumbuhan ekonomi memiliki koefisien yang bertanda negatif,
yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap
kemiskinan. Koefisien sebesar -0.83180 berarti jika pertumbuhan ekonomi naik
sebesar satu persen maka kemiskinan akan turun sebesar 0.83180%.. Pola
hubungan yang digunakan untuk merealisasikan inflasi terhadap kemiskinan adalah
logaritma-logaritma.
Tabel 2 menunjukkan konstanta di 35 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.
Diketahui bahwa yang memiliki konstanta tertinggi adalah Kabupaten Cilacap,
yakni sebesar 20.7130. Hal ini berarti Kabupaten Cilacap merupakan wilayah
dengan struktur hubungan fungsional yang paling baik. Sementara konstanta
terendah adalah Kota Magelang yaitu sebesar 15.3064, berarti Kota Magelang
merupakan kota dengan struktur hubungan fungsional yang paling buruk di
Provinsi Jawa Tengah.
Hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-
2019. Hasil penelitian ini inflasi memiliki pengaruh cukup kuat untuk
mempengaruhi fluktuasi kemiskinan. Artinya semakin tinggi tingkat inflasi suatu
daerah maka semakin tinggi jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah.
Hasil penelitian didukung oleh penelitian Ningsih & Andiny (2018), yang
menjelaskan bahwa inflasi berpengaruh signifkan dan positif terhadap kemiskinan.
Pernyataan tersebut sudah sesuai dengan kajian teori bahwa kenaikan inflasi akan
ditandai dengan naiknya harga mencakup sebagian besar barang dan jasa yang
dihasilkan. Naiknya harga barang dengan asumsi pendapatan tetap akan berdampak
turunnya daya beli masyarakat sehingga meningkatkan kemiskinan. Penelitian
Sugiartiningsih & Shaleh (2017) juga menemukan bahwa inflasi berhubungan
positif terhadap kemiskinan. Hubungan antara inflasi dengan kemiskinan adalah
searah. Kenaikan inflasi akan tercermin dari kenaikan harga barang dan jasa yang
tersedia dan dibutuhkan masyarakat sehingga berefek munurunkan daya beli.

6
Secara global kejadian ini akan menurunkan kesejahteraan secara riil atau dapat
pula dikatakan menaikkan kemiskinan.
Variabel pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2019. Dengan demikian, seberapapun
perubahan yang terjadi pada pengangguran tidak menyebabkan perubahan
signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. Hasil penelitian didukung oleh
Mukhtar et al., (2020) yang menyatakan bahwa pengangguran tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Penelitian Kolibu et al., (2019)
menjelaskan tingkat pengangguran tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat
kemiskinan. Dalam kasus ini hubungan antara pengangguran dan kemiskinan tidak
selalu sesuai dengan asumsi teori ekonomi yang ada. Fenomena ini dapat dijelaskan
bahwa ada orang yang menganggur dalam sebuah rumah tangga, tetapi ada anggota
rumah tangga yang lain yang bekerja dengan tingkat pendapatan tinggi sehingga
cukup untuk menyokong penganggur. Penganggur yang ada di dalam rumah
tersebut tidak otomatis menjadi miskin. Fakta lain juga adanya pengangguran
tersembunyi dengan rendahnya jam kerja riil, sehingga akan berakibat pada
rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas tenaga kerja selain ditentukan
oleh jam kerja juga ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang tercermin
dari rendahnya tingkat pendidikan. Walaupun mereka bekerja (tidak menganggur),
maka pendapatan yang diterima relatif rendah dan dibawah garis kemiskinan.
Sehingga walaupun dengan tingkat pengangguran yang rendah, tingkat kemiskinan
cukup tinggi.
Variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2019. Berdasarkan hasil
analisa di atas dapat diketahui bahwa ternyata pendapatan daerah (PDRB) dapat
memberikan pengaruh negatif terhadap kemiskinan. Pernyataan ini sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanto & Indah Pangesti (2020) dikarenakan
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan banyak tercipta lapangan
pekerjaan yang dapat menyerap tenaga kerja, sehingga tingkat kemiskinan akan
berkurang. Niswan et al., (2021) juga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang

7
tinggi diharapkan mampu menurunkan tingkat kemiskinan. Karena kemajuan suatu
daerah atau wilayah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya. Apabila suatu
daerah atau wilayah memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan dapat
memiliki tingkat kemiskinan yang rendah. Karisma & Soejoto (2010) menyatakan
bahwa adanya hubungan yang berbanding terbalik atau berlawanan antara
kemiskinan dengan pertumbuhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel
pertumbuhan ekonomi memiliki hasil yang signifikan terhadap kemiskinan, yang
mana menurut Kuznet pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang
sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan kemiskinan cenderung
meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskin
berangsur-angsur berkurang.
4. PENUTUP
4.1. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil analisis penelitian pada bab sebelumnya
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian model menggunakan uji Chow menunjukkan bahwa model FEM lebih
tepat digunakan daripada model PLS. Selanjutnya, dengan dilakukannya uji
Hausman menunjukkan model FEM lebih tepat digunakan. Sehingga model
yang terpilih adalah FEM (Fixed Effect Model).
2. Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) pada signifikansi (α) sebesar 0,01
variabel inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap kemiskinan, variabel
pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan negatif terhadap kemiskinan
sedangkan variabel pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap
kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013-2019.
4.2. Saran
Berdasarkan simpulan maka saran-saran yang dapat diberikan penulis
terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tercipta,
sebaiknya pemerintah mampu menciptakan sejumlah lapangan pekerjaan yang
mampu untuk menyerap pengangguran yang ada, sehingga akan berdampak pada
menurunnya tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.

8
Kepada peneliti dengan penelitian serupa, diharapkan menambahkan
variabel independen yang tidak termasuk dalam penelitian ini, dengan begitu kita
dapat menarik kesimpulan yang lebih baik dan lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Ma’aruf & Latri Wihastuti. (2008). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:
Determinan Dan Prospeknya. Jurnal Ekonomi Dan Studi Pembangunan,
9(1), Hlm. 44-45.
Arif, M. (2020). Rasio-Rasio Rasio Pembentuk Angka Kemiskinan Di. 315–323.
Boediono. (1999). Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 4, Teori
Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakrta: BPFE.
Fawaid, A., Masrur, A. R., Bangsa, S. B., & Bangsa, S. B. (2021). Pengangguran
Dan Potensi Ekonomi Kreative Madura. Revenue: Jurnal Ekonomi
Pembangunan Dan Ekonomi Syari’ah, 04(01), 41–50.
Gujarati, D. (2003). Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain. Jakarta:
Erlangga.
Hariani, E. (2019). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan
Pendapatan Di 38 Kabupaten/Kota Jawa Timur Tahun 2012-2015. The
International Journal Of Applied Business (Tijab).
Kalsum, U. (2019). Pengaruh Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Sumatera Utara. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 87–94.
Karisma, A., & Soejoto, A. (2010). Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan Di Jawa Timur. Ekonomi Dan Bisnis, 1–15.
Khairina, N. (2009). Analisis Eksitensi Konservatisme Akuntansi Serta Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Industri Manufaktur Di Indonesia.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Kolibu, M.-, Rumate, V. A., & Engka, D. S. M. (2019). Pengaruh Tingkat Inflasi,
Investasi, Pertumbuhan Ekonomi Dan Tingkat Pengangguran Terhdap
Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Pembangunan
Ekonomi Dan Keuangan Daerah, 19(3), 1–14.
Kuncoro, M. (2003). Otonomi Dan Pembangunan Daerah Reformasi; Perencanaan;
Strategi Dan Peluang. Jakarta: Erlangga.
Malinda, S. P. (2017). Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar, Dan
Performa Ekonomi Terhadap Pendalaman Sektor Keuangan (Financial
Deepening) Di Indonesia Periode 2006.Q1-2015.Q4 Jurnal. 1–10.
Mankiw, G. (2010). Macroeconomics, 7th Edition. New York: Worth Publishers.
Manurung, H. T., & Haryanto, A. M. (2015). Analisis Pengaruh Roe, Eps, Npm
Dan Mva Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Go Public Sektor Food Dan Baverages Di Bei Tahun 2009-
2013). Diponegoro Jurnal Of Management, 4(4), 1–16.

9
Michael Todaro. (2000). Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga.
Jakarta:erlangga.
Mukhtar, R., Wijaya, A., & Roy, J. (2020). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan
Tingkat Pengangguran Serta Indeks Pembangunan Manusia Terhadap
Kemiskinan Di Kota Samarinda. Jurnal Ilmu Ekonomi Mulawarman (Jiem).
Ningsih, D., & Andiny, P. (2018). Pengaruh Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia. Jurnal Samudra Ekonomika,
Niswan, E., Rawa, R. D., & Dami. (2021). Analisis Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Upah Minimum, Dan Tingkat Pengangguran Terhadap Penduduk
Miskin Di Kabupaten Bengkayang. Journal Equilibrium Manajemen (Jem),
7(2).
Pakpahan, H. S., Basani, Y., & Hariani, R. R. (2020). Prediksi Jumlah Penduduk
Miskin Kalimantan Timur Menggunakan Single Dan Double Exponential
Smoothing. Informatika Mulawarman : Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer.
Purnomo, D. (2017). Kausalitas Suku Bunga Domestik Dengan Tingkat Inflasi Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan
Pembangunan.
Rahardjo Adisasmita. (2013) Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan
Ekonomi Dan Pertumbuhan Wilayah, Cetakan Pertama. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Rofii;, A. M., & Ardyan, P. S. (2017). Analisis Pengaruh Inflasi, Penanaman Modal
Asing (Pma) Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa
Timur. Jurnal Ekonomi & Bisnis.
Ruslan, D. (2011). Analisis Financial Deepening Di Indonesia. Of Indonesia Aplied
Economic, 5(2), 183–204.
Srihardianti, M., Mustafid, & Prahutama, A. (2016). Metode Regresi Data Panel.
Jurnal Gaussian, 5(3), 475–485.
Sugiartiningsih, & Shaleh, K. (2017). Pengaruh Inflasi Terhadap Kemiskinan Di
Indonesia Periode 1998-2014. Profesionalisme Akuntan Menuju
Sustainable Business Practice, 518–526.
Sukirno, S. (2004). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: Pt Raja. Grafindo
Persada.
Susanto, R., & Indah Pangesti. (2020). Pengaruh Inflasi Dan Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia. Journal Of Applied Business
And Economics (Jabe), 7(2), 271–278.
Todaro. (2004). Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Utomo, Y. P. (2018). Eksplorasi Data Dan Analisis Regresi Dengan Spss.
Muhammadiyah University Press.

10

Anda mungkin juga menyukai